Hubungan Obesitas Sentral Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Pada Usia 40-60 Tahun Di RSUP H.Adam Malik, Medan

(1)

HEMAKANEN NAIR A/L VASU 110100413

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

Hubungan Obesitas Sentral Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Pada Usia 40-60 Tahun Di RSUP H.Adam Malik, Medan.

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

HEMAKANEN NAIR A/L VASU 110100413

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

ABSTRAK

Latar belakang : Kegemukan dan obesitas merupakan salah satu risiko bagi kematian global. Sekitar 3,4 juta orang dewasa meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan. Obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Penyakit kardiovaskular mempunyai mortalitas sebanyak tiga kali lipat lebih tinggi pada mereka yang mengalami obesitas. Sebanyak 21 hingga 28% dari mortalitas penyakit kardiovaskular dapat disebabkan berat badan yang berlebihan.

Objektif : Untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan penyakit jantung koroner .

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan case-control. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pasien PJK dan non-PJK dalam rentang usia 40-60 tahun yang datang berobat ke departemen Kardiologi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik mulai bulan Juli sampai 31 Oktober tahun 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling dan diambil 85 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan pengukuran lingkar pinggang pasien rawat jalan di poliklinik Kardiologi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan uji Chi-square.

Hasil : Sebanyak 85 responden dalam rentang usia 40-60 tahun yang berpartisipasi dalam penelitian ini, didapati 48 orang menderita penyakit jantung koroner dan 37 orang lagi adalah penderita penyakit jantung yang lain. Dari 48 penderita penyakit jantung koroner tersebut didapati 36 orang mengalami obesitas sentral, dan 12 orang tidak mengalami obesitas sentral. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dan kejadian penyakit jantung koroner dengan nilai p=0,0001 (p< 0,05).

Kesimpulan : Ada hubungan obesitas sentral sebagai salah satu faktor resiko pada pasien penyakit jantung koroner pada usia 40-60 tahun.


(5)

ABSTRACT

Background: Overweight and obesity is one of the risks for global deaths. Approximately 3.4 million adults die each year as a result of being overweight or obese. Obesity can increase the risk of heart disease. Cardiovascular disease has a mortality by three-fold higher in those who are obese. Nearly 21 to 28% of the mortality of cardiovascular disease can be caused by having excessive weight.

Objective: To know the correlation between central obesity and coronary heart disease.

Methods: This study was an observational analytic case-control approach. Respondents in this study were all CHD and non-CHD patients with an age range of 40-60 years who received care at the Cardiology Department in General Hospital Haji Adam Malik from July to October 31, 2014. The sampling for this study was collected by consecutive sampling technique. About 85 respondents with the inclusion and exclusion criteria were collected. The data was collected by interviewing and measuring the waist circumferences of the outpatients of Cardiology Clinic, who received care at the General Hospital Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan from July until October 2014. Data were analyzed using SPSS version 17.0 with the Chi-square test.

Results: From a total of 85 respondents in the age range 40-60 years who participated in this study, it was obtained that, about 48 patients suffering from coronary heart disease and 37 others were patients of other types of heart diseases. Of the 48 patients with coronary heart disease, it is found that 36 patients have central obesity, and the 12 others do not have central obesity. Results of Chi-square test showed that there is a significant relationship between central obesity and the incidence of coronary heart disease with the value of p = 0.0001 (p <0.05).

Conclusion: There is a relationship of central obesity as a risk factor in patients with coronary heart disease at the age of 40-60 years.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulisan Ilmiah ini dengan judul

Hubungan Obesitas Sentral Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Pada Usia 40-60 Tahun Di RSUP H.Adam Malik, Medan".

Proses penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof.dr.Abdul Majid, SpPD-KKV selaku Dosen Pembimbing semasa laporan proposal penelitian yang telah memberikan bimbingan dan perbaikan penulisan selama ini.

2. Dosen Penguji 1,Dr.dr.RR Suzy Indharti, M.Kes, SpBS dan dosen Penguji 2, dr.Ameliana Purba, SpPD yang telah menolong membaiki dan memberi saranan tentang penulisan ini.

3. Dosen-dosen dari Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran USU.

4. Ayah dan Ibu tercinta serta kakak, terima kasih untuk doanya.

5. Rekan-rekan para mahasiswa Fakultas Kedokteran USU, stambuk 2011 dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moral maupun materil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih dan tanpa anda, laporan hasil penelitian ini tidak mungkin dapat disiapkan.

Sebagai mahasiswa, penulis masih berada di tahap pembelajaran yang ingin tetap belajar memperbaiki kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa


(7)

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2014.

Penulis,

Hemakanen Nair A/L Vasu


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan..... i

Abstrak………. ii

Abstract……… . iii

Kata Penghantar... iv

Daftar Isi………... vi

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar……… ... xi

Daftar Singkatan………... xii

Daftar Lampiran………..…………... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN………... 1

1.1.Latar Belakang………..….…. 1

1.2.Rumusan masalah………..……. 3

1.3.Tujuan Penelitian………..…….. 3

1.4.Manfaat Penelitian………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Obesitas……….. 5

2.1.1 Etiologi………. 5

2.2 Obesitas Sentral……….. 7

2.3 Anatomi Sistem Sirkulasi...……… 8

2.3.1 Jantung………..………. 9

2.3.2 Arteri Koronaria……….. 9

2.4 Penyakit Jantung Koroner………... 10

2.4.1 Penyebab Penyakit Jantung Koroner ……… 10

2.5 Aterosklerosis………...……….. 11


(9)

2.6 Diagnosis PJK……….………… 19

2.7 Kerangka Teori……… 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERSAIONAL… 23 3.1 Kerangka Konsep Penelitian……….. 23

3.2 Definisi Operasional………...………..…. 23

3.3 Hipotesis……….……….…..…. 24

BAB 4METODE PENENELITIAN………... 25

4.1 Rancangan Penelitian..……….... 25

4.2 Waktu Dan Tempat Penelitian……….… 25

4.3 Populasi, Sampel, Teknik Sampling………...… 25

4.3.1 Populasi……….……….………. 25

4.3.2 Sampel………...………...…... 26

4.3.3 Teknik Sampling……….. 27

4.4 Teknik Pengumpulan Data………... 27

4.4.1 Pengumpulan Data……….. 27

4.5 Pengolahan dan analisa data………. 27

BAB 5HASIL PENENELITIAN DAN PEMBAHASAN……..…….… 28

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….… 28

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden……… 28

5.3 Hubungan Obesitas sentral sebagai salah satu faktor resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) …………... 39


(10)

BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN………..……... 45

6.1 Kesimpulan……….... 45

6.2 Saran………... 46

DAFTAR PUSTAKA……… 47


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Interprestasi Lingkar Pinggang……… 15

Tabel 2.2 Klasifikasi Teakana Darah Dewasa... 18

Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 29

Tabel 5.2.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia... 29

Tabel 5.2.1.3 Distribusi responden PJK dan tanpa PJK berdasarkan jenis kelamin... 30

Tabel 5.2.1.4.a Distribusi Responden yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa ObesitasSentral Berdasarkan Jenis Kelamin.. 33

Tabel 5.2.1.4.b Distribusi Responden yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa ObesitasSentral Berdasarkan Usia ... 33

Tabel 5.2.1.5 Distribusi Penderita PJK Yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral Berdasarkan Jenis Kelamin... 35

Tabel 5.2.1.6.a Distribusi penderita Bukan PJK yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral berdasarkan Jenis Kelamin... 37

Tabel 5.2.1.6.b Distribusi Pasien Bukan PJK yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral Berdasarkan Usia.... 38

Tabel 5.3 Perbandingan antara Pasien PJK dan Bukan PJK yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas sentral... 39


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sirkulasi Aliran Darah Sistemik dan Pulmonarik……….. 9

Gmabar 2.2 Eksterior Jantung………. 10

Gambar 2.3 Patogenesisi Aterosklerosis……….. 12

Gambar 2.4 Inflamasi dalam Arterosklerosis……….... 14

Carta Pai 5.2.1.3.a Distribusi Responden PJK Dan Berdasarkan Usia.... 31

Carta Pai 5.2.1.3.b Distribusi Responden Tanpa PJK Berdasarkan Usia... 31

Carta Bar 5.2.1.3.a Distribusi Responden PJK Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 32

Carta Bar 5.2.1.4.a Distribusi Responden yang Mengalami Obesitas Sentral dan Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 34

Carta Pai 5.2.1.5.a Distribusi Penderita PJK yang Mengalami Obesitas Sentral Berdasarkan Usia... 35

Carta Pai 5.2.1.5.a Distribusi Penderita PJK Tanpa Obesitas Sentral


(13)

Daftar Singkatan

PJK : Penyakit Jantung Koroner.

RSUPH :Rumah Sakit Umum Pusat Haji

LDL : Low-Density Lipoprotein


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Format Pengambilan Data

Lampiran 3 Surat Pernyataan

Lampiran 4 Data Hasil Analitik Statistik

Lampiran 5 Surat Ethical Clearance


(15)

ABSTRAK

Latar belakang : Kegemukan dan obesitas merupakan salah satu risiko bagi kematian global. Sekitar 3,4 juta orang dewasa meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan. Obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Penyakit kardiovaskular mempunyai mortalitas sebanyak tiga kali lipat lebih tinggi pada mereka yang mengalami obesitas. Sebanyak 21 hingga 28% dari mortalitas penyakit kardiovaskular dapat disebabkan berat badan yang berlebihan.

Objektif : Untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan penyakit jantung koroner .

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan case-control. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pasien PJK dan non-PJK dalam rentang usia 40-60 tahun yang datang berobat ke departemen Kardiologi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik mulai bulan Juli sampai 31 Oktober tahun 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling dan diambil 85 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan pengukuran lingkar pinggang pasien rawat jalan di poliklinik Kardiologi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan uji Chi-square.

Hasil : Sebanyak 85 responden dalam rentang usia 40-60 tahun yang berpartisipasi dalam penelitian ini, didapati 48 orang menderita penyakit jantung koroner dan 37 orang lagi adalah penderita penyakit jantung yang lain. Dari 48 penderita penyakit jantung koroner tersebut didapati 36 orang mengalami obesitas sentral, dan 12 orang tidak mengalami obesitas sentral. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dan kejadian penyakit jantung koroner dengan nilai p=0,0001 (p< 0,05).

Kesimpulan : Ada hubungan obesitas sentral sebagai salah satu faktor resiko pada pasien penyakit jantung koroner pada usia 40-60 tahun.


(16)

ABSTRACT

Background: Overweight and obesity is one of the risks for global deaths. Approximately 3.4 million adults die each year as a result of being overweight or obese. Obesity can increase the risk of heart disease. Cardiovascular disease has a mortality by three-fold higher in those who are obese. Nearly 21 to 28% of the mortality of cardiovascular disease can be caused by having excessive weight.

Objective: To know the correlation between central obesity and coronary heart disease.

Methods: This study was an observational analytic case-control approach. Respondents in this study were all CHD and non-CHD patients with an age range of 40-60 years who received care at the Cardiology Department in General Hospital Haji Adam Malik from July to October 31, 2014. The sampling for this study was collected by consecutive sampling technique. About 85 respondents with the inclusion and exclusion criteria were collected. The data was collected by interviewing and measuring the waist circumferences of the outpatients of Cardiology Clinic, who received care at the General Hospital Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan from July until October 2014. Data were analyzed using SPSS version 17.0 with the Chi-square test.

Results: From a total of 85 respondents in the age range 40-60 years who participated in this study, it was obtained that, about 48 patients suffering from coronary heart disease and 37 others were patients of other types of heart diseases. Of the 48 patients with coronary heart disease, it is found that 36 patients have central obesity, and the 12 others do not have central obesity. Results of Chi-square test showed that there is a significant relationship between central obesity and the incidence of coronary heart disease with the value of p = 0.0001 (p <0.05).

Conclusion: There is a relationship of central obesity as a risk factor in patients with coronary heart disease at the age of 40-60 years.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Obesitas bermaksud suatu keadaan kelebihan adiposa dalam tubuh. Obesitas lebih umum dalam kalangan perempuan dan masyarakat miskin,prevalensi peningkatan obesitas pada anak-anak juga semakin mengkhawatirkan (Fauci, dan Longo, 2008). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO (2014) kelebihan berat badan ataupun obesitas bermaksud suatu keadaan akumulasi lemak yang berlebihan di jaringan lemak tubuh sehingga mengganggu kesehatan. Kegemukan dan obesitas merupakan salah satu risiko bagi kematian global. Sekitar 3,4 juta orang dewasa meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan atau obesitas. Pada tahun 2008, 35% dari orang dewasa yang berusia 20 dan ke atas mengalami kelebihan berat badan dengan IMT ≥ 25 kg/m2 dan dengan angka persentase 34% pada pria dan 35% pada wanita. Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008. Pada tahun 2008, 10% pria dan 14% wanita di dunia mengalami obesitas dengan IMT ≥ 30 kg/m2, dibandingkan dengan 5% untuk pria dan 8% untuk wanita pada tahun 1980. Diperkirakan 205 juta laki-laki dan 297 juta wanita di atas usia 20 mengalami obesitas di seluruh dunia (WHO, 2014). Prevalensi obesitas ( IMT > 30k/m2 ) pada pria berkisar dari 0,3 % di India dan 1,3 % di Indonesia, 13,8 % di Mongolia dan 19,3 % di Australia. Pada wanita angka terendah ditemukan di India yaitu 0,6 %, Cina dan Jepang, keduanya 3,4 % dan tingkat tertinggi di Australia dan Mongolia dengan angka persentase 22.2% dan 24.6% (News Medical, 2014).

Dengan menganalisis transisi gizi di Indonesia dengan menggunakan data panel 1993-2007, didapati prevalensi obesitas telah meningkat secara drastik dari waktu ke waktu,khususnya dalam kalangan perempuan. Sementara pertumbuhan pendapatan dan urbanisasi mendorong kecenderungan ini, orang-orang miskin dan pedesaan juga terpengaruh (Elsevier,2012). Data dari Riskesdas 2010 menunjukkan persentase penderita obesitas yang berusia di atas 18 tahun dengan


(18)

indeks massa tubuh lebih besar dari 27 telah mencecah 21,7 %. Data yang sama menunjukkan bahwa obesitas dalam kalangan anak-anak di bawah usia 5 tahun meningkat menjadi 14 % dari 11 % pada tahun 2007. Data dari Indonesian Family Life Surveys menunjukkan bahwa persentase pria kelebihan berat badan di Indonesia meningkat dari 10% pada tahun 1997 menjadi lebih dari 15% pada tahun 2007, sementara wanita kelebihan berat badan meningkat dari 15% pada tahun 1997 menjadi lebih dari 30% pada tahun 2007 (Nadya Natahadibrata, 2013).

Obesitas terjadi kalau asupan energi dari konsumsi makanan dan minuman menjadi lebih besar dari pengeluaran energi melalui aktivitas metabolisme dan fisik tubuh untuk jangka waktu yang lama,sehingga mengakibatkan akumulasi lemak tubuh yang berlebihan (Public Health England, 2014). Namun terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya obesitas. Antaranya, faktor genetika, faktor sosial ekonomi, faktor metabolik dan pilihan gaya hidup seseorang. Beberapa gangguan endokrin, penyakit dan obat-obatan juga dapat menyebabkan berat badan meningkat (Stanford Hospital & Clinics, 2014).Tubuh manusia terdiri dari air, lemak, protein, karbohidrat dan berbagai vitamin dan mineral. Jika terdapat terlalu banyak lemak yang berakumulasi di dalam tubuh , terutama di sekitar pinggang maka seseorang lebih rentan dan berisiko tinggi untuk mengalami masalah kesehatan, misalnya tekanan darah tinggi, kadar kolesterol darah yang tinggi dan diabetes. Selain itu, obesitas juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke dan merupakan penyebab utama terbentuknya batu empedu, dan terjadinya osteoarthritis, dan gangguan pernapasan (American Heart Association, 2014). Sebagai contoh, penyakit kardiovaskular mempunyai mortalitas sebanyak tiga kali lipat lebih tinggi dalam kalangan wanita dan pria yang mengalami obesitas dan sebanyak 21 hingga 28% dari mortalitas penyakit kardiovaskular dapat disebabkan karena mempunyai berat badan yang berlebihan (Lin, W. Y., et al., 2002). Penyakit jantung koroner ( PJK ) terjadi akibat dari penyempitan arteri koroner (arteri yang menyuplai darah yang kaya oksigen ke otot jantung) oleh penumpukan bahan lemak pada dinding arteri tersebut. Kondisi


(19)

ini disebut aterosklerosis dan bahan lemak yang terakumulasi itu disebut ateroma. Pada tahun 2005 angka kematian akibat dari penyakit kardiovaskular (terutama penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit jantung rematik) telah meningkat secara global menjadi 17,5 juta dari 14,4 juta pada tahun 1990.Dari jumlah tersebut 7,6 juta dikaitkan dengan PJK ( Fuster, V., dan Kelly, B., 2010).

Pada pria, risiko PJK meningkat setelah usia 45 manakala pada wanita , risikonya meningkat setelah usia 55 (NHLBI, 2012).

Terdapat beberapa metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan untuk menentukan kelebihan berat badan dan obesitas seseorang.Antaranya adalah, pengukuran lingkar pinggang,indeks massa tubuh, dan lingkar lengan.Selain itu, pengukuran waist-to-hip ratio (WHR) juga merupakan salah satu metode pengukuran antropometri yang sering digunakan.Risiko menderita penyakit jantung dapat diketahui dengan menilai WHR seseorang.Dikatakan WHR merupakan metode yang sering digunakan untuk menilai obesitas seseorang untuk memprediksi penyakit jantung. Wanita dengan WHR > 0,8 dan laki-laki dengan WHR > 1 berisiko tinggi untuk menderita penyakit jantung (Ahmad, R., et al., 2007).

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara obesitas sentral dengan penyakit jantung koroner pada usia 40-60 tahun?

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan penyakit jantung koroner .

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui prevalensi penyakit jantung koroner dengan obesitas


(20)

2. Untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan penyakit Jantung

Koroner

3. Menilai besarnya risiko penyakit jantung koroner dengan obesitas sentral.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi bidang kesehatan,masyarakat dan dari segi ilmu pengetahuan.

1. Bidang Kesehatan:

Dapat memberikan informasi mengenai pengukuran lingkar pinggang kepada para tenaga medis dan dapat menjadi panduan untuk melakukannya, karena pengukuran lingkar pinggang merupakan prediktor akurat yang mudah dilakukan dalam biaya yang agak murah untuk mengidentifikasi individu yang mengalami obesitas sentral dan mengambil langkah-langkah pencegahan penyakit jantung koroner.

2. Masyarakat

Membantu masyarakat menyadari bahwa betapa besar dampak/pengaruh obesitas terhadap kesehatan mereka sehingga membantu mereka mengevaluasi diri sendiri dan mengamalkan gaya hidup yang sehat supaya kejadian seperti penyakit jantung koroner dapat dihindari.

3. Ilmu pengetahuan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai panduan dan selanjutnya dapat digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan mengenai pengaruh lingkar pinggang terhadap pasien penyakit jantung koroner.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas

Obesitas merupakan istilah yang digunakan oleh dokter, ahli gizi dan profesional kesehatan yang lain untuk menggambarkan orang yang sangat gemuk atau mengalami kelebihan berat badan (Hicks,T.A,2009). Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang menimbulkan risiko terhadap kesehatan (WHO,2014).Orang obesitas memiliki akumulasi lemak tubuh yang begitu banyak sehingga menyebabkan efek negatif pada kesehatan mereka (Medical News Today,2014).Ketika kuantitas energi dalam bentuk makanan yang masuk dalam tubuh lebih besar daripada yang dikeluarkan, maka berat badan meningkat dan sebagian besar dari kelebihan energi ini disimpan dalam bentuk lemak (Guyton & Hall, 2006).

2.1.1Etiologi

Untuk menjaga berat badan yang sehat, asupan energi dan penggunaan energi harus diseimbangkan dari waktu ke waktu.

• Jumlah energi yang dikonsumsi sama dengan energi yang digunakan = berat badan tetap sama

• Asupan energi melebihi penggunaan energi = kenaikan berat badan

• Pengeluaran energi melebihi asupan energi = penurunan berat badan Jadi ketidakseimbangan antara asupan energi dan pengeluaran energi inilah yang dapat menyebabkan seseorang itu menjadi obese.Terdapat beberapa faktor yang lain yang dapat menyebabkan obesitas.Antaranya adalah (NHLBI, 2012):

a. Gaya hidup yang kurang sihat

Orang yang tidak aktif lebih cenderung mengalami penambahan berat badan karena mereka tidak membakar kalori yang mereka dapat dari


(22)

makanan dan minuman yang mereka konsumsi.Kini, terdapat banyak orang yang suka menghabiskan waktu di depan televisi dan komputer.Bahkan, lebih dari 2 jam waktu menonton televisi sehari dapat

mengakibatkan kenaikan berat badan dan obesitas.Selain

itu,ketergantungan terhadap penggunaan mobil daripada berjalan,dan jenis-jenis pekerjaan yang kurang membutuhkan tenaga fisik serta kurangnya kelas pendidikan jasmani di sekolah dapat menyebabkan seseorang itu kurang beraktivitas (NHLBI, 2012).

b. Faktor psikologis

Faktor psikologis dapat menyebabkan obesitas pada beberapa orang.Misalnya orang sering mengalami peningkatan berat badan selama atau setelah sesuatu situasi stres, seperti kematian orang tua, penderitaan dari penyakit-penyakit yang parah ataupun depresi mental.Dianggap bahwa makan dapat membantu untuk melepaskan tekanan ataupun stress (Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 2006).

c. Faktor Genetik

Faktor genetik juga dapat menyebabkan obesitas dengan menyebabkan kelainan pada jalur yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta penyimpanan lemak.Tiga penyebab obesitas monogenik adalah mutasi pada MCR-4, defisiensi leptin kongenital yang disebabkan oleh mutasi gen leptin dan mutasi dari reseptor leptin (Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 2006).Seperti yang terjadi pada orang dengan sindroma Prader-Willi, tidak ada alasan mengapa kebanyakan orangdengan sindroma ini tidak bisa menurunkan berat badan. Benar bahwa sifat-sifat genetik tertentu yang diwariskan dari orang tua misalnya, pengambilan waktu lebih lama untuk membakar kalori (memiliki metabolisme yang lambat) atau memiliki selera makan yang besar sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan lebih sulit sehingga


(23)

menyebabkan seseorang itu menjadi obese (National Health Service, 2012).

2.2 Obesitas sentral

Obesitas sentral merupakan faktor resiko utama untuk beberapa penyakit seperti penyakit jantung, hipertensi, dan stroke.Obesitas sentral juga merupakan salah satu indikator yang penting untuk sindroma metabolik.Sindroma metabolik adalah sekelompok kelainan yang termasuk kadar gula darah yang tinggi,peningkatan tekanan darah,kadar low-density lipoprotein (LDL) dan trigliserida yang tinggi, serta rendahnya tingkat kolesterol high-density lipoprotein

(HDL) (Davis, J.L., 2008).Seseorang itu harus memiliki sekurang-kurangnya tiga faktor risikotersebut untuk dapat didiagnosis dengan sindroma metabolik (NHLBI, 2011).

Lemak yang terkumpul di dalam abdomen dapat mudah dicerna menjadi asam lemak, yang menglir ke hati dan otot. Apabila mengalir ke hati, asam lemak yang berlebihan ini akan memicu suatu reaksi berantai yang akan meningkatkan produksi kolesterol LDL dan trigliserida. LDL berfungsi untuk membawa kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh yang membutuhkannya. Kadar LDL yang tinggi di dalam darah akan menyebabkan terjadinya akumulasi lemak yang berlebihan di dalam arteri. Ini akan menyebabkan penyumbatan di dalam arteri dan seterusnya mengakibatkan serangan jantung (Harvard Health Publications, 2005).

Pada obesitas terjadi peningkatan radikal bebas dan stress inflamasi. Radikal bebas yang meningkat menyebabkan penurunan kadar adiponektin plasma dan akhirnya akan menurunkan mekanisme proteksi anti inflamasi dan antrombosis. Akhirnya, akan mudah terjadi reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi inilah yang akan mencetuskan terjadinya proses pembentukan plak aterom di pembuluh darah (Mayo Clinic, 2007).


(24)

2.3 Anatomi Sistem Sirkulasi

Gambar 2.1 Sirkulasi Aliran Darah Sistemik dan Pulmonarik. (Sumber: Pearson Education, 2007)

Sistem sirkulasi yang juga disebut sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, paru-paru, dan pembuluh darah(arteri dan vena).Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah, makanan dan oksigen ke setiap sel dalam tubuh dan kemudian membawa produk-produk sisa dari sel-sel tersebut untuk dikeluarkan dari tubuh.Dalam sistem ini darah hanya dapat mengalir dalam satu arah.Arteri dan arteriol(arteri-arteri kecil) menyuplai darah yang kaya dengan oksigen dari jantung ke organ-organ dan seluruh bagian tubuh.Manakala,vena dan venul(vena-vena kecil) pula mengalirkan darah yang penuh dengan bahan-bahan sisa dari sel kembali ke jantung.Antara arteri dan vena ini terdapat pembuluh-pembuluh darah kecil yang disebut kapileri.Dalam arti lain, kapileri inilah yang menghubungkan arteri-arteri kecil dan vena-vena kecil.Dinding kapileri sangat tipis sehingga memudahkan oksigen,dan makanan dalam darah melewat dinding-dinding tersebut, ke dalam jaringan dan sel-sel sekitarnya.Sifat kapileri ini jugamembolehkan bahan-bahan sisa dari sel-sel tersebut tersebar ke dalam darah yang selanjutnya akan dibawa ke ginjal,hati dan paru-paru untuk diekskresikan. Akhirnya darah akan tiba kembali ke sisi kanan jantung.Dari situ darah akan dipompa lagi ke paru-paru untuk mengekskresikan karbon dioksida dan


(25)

mangambil pasokan oksigen segar dan akan memulai sirkulasi yang baru(Cohen, B.,2011).

Gambar 2.2 Eksterior Jantung. (Sumber :Cohen, B., 2011)

2.3.1 Jantung

Jantung berfungsi sebagai pompa, setiap hari memompa sekitar 2,000 galon darah ke seluruh bagian tubuh.Jantung terletak di rongga mediasternum dan dilindungi oleh tulang-tulang iga.Jantung terdiri dari dua rongga atas(atria) dan dua rongga bawah(ventrikel).Terdapat satu dinding tipis yang memisahkan bagian kiri dan bagian kanan jantung.Bagian rongga atas dan bawah jantung dihubungkan melalui katup.Katup-katup ini sentiasa memastikan darah mengalir hanya dalam satu arah.Bagian kanan jantung memompa darah ke paru-paru,manakala bagian kiri memompa darah ke organ-organ dan jaringan tubuh (Cohen, B.,2011).

2.3.2 Arteri koronaria

Sama seperti otot-otot lain dalam tubuh, jantung juga memerlukan suplai oksigennya yang tersendiri untuk berfungsi.Terdapat beberapa arteri yang berpangkal dari aorta untuk menyuplai darah ke jantung.Arteri-arteri ini dikenal sebagai arteri koronaria.Arteri-arteri ini mengelilingi bagian atas serta sisi kanan


(26)

dan sisi kiri jantung.Dua arteri koronaria utama adalah arteri koronaria kanan dan arteri koronaria kiri.Arteri-arteri ini akan seterusnya bercabang lagi menjadi arteri-arteri kecil.Fungsi utama arteri koronaria adalah untuk menyuplai darah dan oksigen ke jantung (Cohen, B.,2011).

2.4 Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Menurut, National Health Lung And Blood Institute (NHLBI, 2009), penyakit jantung koroner yang juga disebut penyakit arteri koroner merupakan suatu keadaan dimana sudah terbentuknya plak pada bagian dalam arteri koronaria.Penyakit arteri koroner adalah istilah kolektif penyakit yang akan terjadi apabila dinding-dinding arteri koronaria menyempit akibat dari penumpukan bahan lemak yang dikenal sebagai atheroma(Chronic Conditions Hub, 2012).Selain itu,penyakit jantung koroner yang juga disebut penyakit arteri koroner atau penyakit jantung iskemik, adalah sebuah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan arteri koronaria yang menyuplai darah ke jantung(Cohen, B.,2011).

2.4.1Penyebab Penyakit Jantung Koroner

Biasanya arteri koronaria yang normal terdiri dari dinding yang halus dan fleksibel.Namun,lama kelamaan lapisan dinding ini akan semakin teriritasi dan rusak.Lemak,kolesterol, kalsium, debris sel serta platelet merupakan beberapa contoh zat atau faktor yang dapat menyebabkan kerusakan dinding arteri.Apabila dinding-dinding arteri ini menjadi rusak, substansi-substansi ini akan pergi melekat pada dinding tersebut sehingga menyebabkan penyempitan dan penyumbatan pada arteri yang berkenaan.Proses penumpukan substansi sehingga terbentuk sebuah plak pada dinding arteri ini dikenal sebagai aterosklerosis.Kalau plak yang sudah terbentuk di dalam arteri tadi menjadi lebih tebal,aliran darah melalui arteri ini akan berkurang dan bahkan mungkin sama sekali berhenti.Apabila aliran darah ke jantung berkurang, ini akan menimbulkan gejala-gejalaseperti angina yaitu sakit dada serta tekanan pada bagian dada.Serangan


(27)

jantung juga bisa terjadi pada seseorang itu kalau suplai darah ke jantung berhenti sepenuhnya(Cohen, B.,2011).

2.5 Aterosklerosis

Gambar 2.3 Patogenesis: Aterosklerosis. (Sumber:George, S. J., dan Johnson,J., 2010)

Dinding arteri yang normal terdiri dari beberapa lapisan yaitu:

Tunika intima:Lapisan sel-sel endotel

Tunika media:Lapisan di mana terdapat sel-sel otot polos dan vaskularisasi

Diantara tunika media dan tunika intima terdapatmembran jaringan elastis interna,danlapisan yang mengelilingi tunika media adalah membranjaringan elastis eksterna (George, S. J., dan Johnson,J., 2010). Apabila terjadinya disfungsi endotel atau struktur lapisan arteri ini rusak, mungkin akibat dari beberapa faktor resiko aterosklerosis, sel-sel lipid dan inflamasi akan mulai masuk ke dalam dinding arteri tersebut.Misalnya,kondisi hiperkolesteralmia dapat menyebabkan akumulasi Low Density Lipoprotein (LDL) partikel pada lapisan intima.Sewaktu terdeposit pada dinding arteri, partikel-partikel lipoprotein ini sering berikatan dengan proteoglikan yang terdapat di matriks ekstraselular.Ikatan ini akan melambatkan proses pengeluaran partikel lipid yang terdeposit pada lapisandinding arteri tersebut.Sementara berada pada dinding arteri,


(28)

partikel-partikel lipoprotein akan mengalami proses oksidasi.Lipoprotein yang teroksidasi tersebut akan menimbulkan respon inflamasi lokal yang seterusnya akan menyebabkan terbentuknya lesi.Faktor-faktor chemoattractant termasuk lipoprotein yang teroksidasi,sitokin-sitokin yang diproduksi oleh sel-sel dinding pembuluh darah sebagai respon terhadap lipoprotein yang teroksidasi itu misalnya

chemokine macrophage attractant protein-1, semua ini akan memberikan sinyal kepada sel-sel leukosit untuk migrasi.Migrasi leukosit ke dinding pembuluh darah akan seterusnya mengakibatkan pengumpulan sel-sel monosit pada tempat dinding arteri yang sudah baru mulai terbentuknya lesi.Monosit-monosit yang masuk ke lapisan dinding arteri ini akan transformasi menjadi fagosit yang akan selanjutnya menelan partikel-partikel lipid yang terdapat dan menjadi foam cell.Pada akhirnya foam sel ini akan mengalami apoptosis dan mati,tetapi partikel lipid yang ditelan tersebut akan masih tetap kekal dan terakumulasi pada lapisan tunika intima.Ini akan mengakibatkan pembentukan fatty streak (Fauci, dan Longo,2008).Jadi,dapat diartikan bahwa fatty streak ini terdiri dari foam cell yang mengandung partikel-partikel lipid.Fatty streak inilah yang menjadi indikasi aterosklerosis yang paling utama(George,S.J., dan Johnson, J., 2010).Jika fatty streak ini mengembang lagi menjadi plak yang kompleks,maka sel-sel otot polos pada lapisan tunika media akan bermigrasi melalui membran jaringan elastis interna dan berakumulasi pada lapisan tunika intima.Sel-sel otot polos ini akan membentuk fibrous cap,yaitusuatu lapisan yang mengelilingi lesi yang terbentuk tadi dan selanjutnya akan mulai berproliferasi.Ini akan menyebabkan plak yang terbentuk tadi menjadi lebih besar(Fauci, dan Longo,2008).Plak yang terbentuk dapat berupa dua,yaitu stable plaques dan unstable plaques.Stable plaques

adalahplak yang terbentuk secara lambat dan bertahap akibat dari penumpukan lemak atau lipid,dan proliferasi sel-sel otot polos cenderung lebih stabil dan tidak mudah ruptur.Manakalaunstable plaques adalah plak yang terbentuk secara cepat akibat dari penumpukan lemak yang cepat dan mempunyai lapisan fibrin yang tipis dan mudah ruptur.Setelah ruptur, plak ini akan menyebabkan terjadinya thrombosis(klot) akut pada arteri,dengan mengaktifkan platelet dan clotting cascade(LaMorte, W.,2013).


(29)

++ Gambar 2.4Inflamasi dalam Aterosklerosis

(Sumber : LaMorte, W.,2013)

2.5.1 Faktor Risiko Aterosklerosis

Antara faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner adalah :

a. Kolesterol serum:LDL dan HDL

Kolesterol tidak dapat melarut dalam darah.Jadi terdapat beberapa

protein transport yang akan berikatan dengan kolesterol dan membawanya ke tempat yang ditujukan masing-masing melalui darah.Pembawa kolesterol ini disebut lipoprotein.Low Density Lipoprotein (LDL) adalah salah satu contoh lipoprotein(WebMD, 2014).LDL ini akan menyebabkan penumpukan lemak atau lipid di dalam arteri sehingga menyebabkan penyumbatan di dalam arteri dan seterusnya mengakibatkan serangan jantung (Harvard Health Publications,2005).Kini sudah dibuktikan bahwa risiko penyakit kardiovaskular dan kematian dari penyakit arteri koroner secara langsung berhubungan dengan konsentrasi kolesterol dalam

darah(LaMorte, W., 2013).National Cholesterol Education

Program(2002)mengatakan bahwa hiperkolesterolemia dan peningkatan kadar kolesterol LDL merupakan salah satu penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner.


(30)

High Density lipoprotein (HDL) pula berfungsi dengan mengumpul kolesterol dari sel dan darah dan membawa kolesterol tersebut ke hati untuk dieksresikan(Harvard Health Publications).Jadi penurunan kadar HDL dalam darah juga merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner(LaMorte, W.,2013).

b. Obesitas

Kelebihan lemak tubuh merupakan indikasi dari kondisi metabolik yang berhubungan dengan peningkatan risiko terhadap penyakit jantung, beberapa jenis kanker, diabetes tipe 2, hipertensi (tekanan darah tinggi), dislipidemia (kadar kolesterol totalyang tinggi atau kadar trigliserida yang tinggi), stroke, penyakit batu empedu, apnea tidur, dan penyakit gastroesophageal reflux (GERD).Penilaian obesitas dapat ditentukan dengan menghitung Indeks Massa Tubuh seseorang.Formula yang biasanya digunakan untuk menghitung Indeks MassaTubuh adalah(LaMorte, W., 2013) :

Gambar : Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Sumber: (WHO dalam American Society for Clinical Pharmacology and Therapeutics, 2014).

Berat badan(kg) [Tinggi(m)]2

Namun,penghitungan Indeks Massa Tubuh kadang-kadang tidak dapat digunakan oleh karena hitungan indeks massa tubuh tidak

<18.5 18.5 – 25.0

25.0 - 30.0

35.0 - 40.0 >40 30.0 - 35.0


(31)

mempertimbangkan perkembangan otot atau distribusi lemak tubuh,dan klasifikasi obesitas pada anak perlu mempertimbangkan usia dan jenis kelamin.Misalnya adipositas pusat yaitu penumpukan lemak terutama pada bagian abdomen lebih menunjukkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.Hal ini dapat ditentukan berdasarkan pengukuran lingkar pinggang(LaMorte, W.,2013).

Tabel 2.1 Interpretasi Lingkar Pinggang (Sumber : Harvard Health Publications, 2009)

Risiko Laki-laki Perempuan

Kurang < 94 cm < 80 cm

Sedang 94-100 cm 80-88.9 cm

Tinggi >100 cm > 88.9 cm

c. Sindroma Metabolik

Banyak orang memiliki sekelompok faktor risiko yang disebut sindroma metabolik.Faktor-faktor ini termasuk obesitas perut, dislipidemia aterogenik (peningkatan kadar trigliserida, dan LDL, penurunan kadar HDL), tekanan darah yang meningkat, resistensi insulin (dengan atau tanpa intoleransi glukosa), dan kondisi protrombotikdan proinflamasi. Seseorang itu dapat dikatakan mengalami sindroma metabolik kalau memiliki 3 atau lebih dari sifat-sifat berikut (LaMorte, W., 2013):

• Tekanan darah > 130/85 mmHg.

• Gula darah puasa (glukosa) :>100 mg / dL.

• Ukuran lingkar pinggang :Pria: > 100 cm ;Wanita:> 88.9 cm.

• Kadar HDL yang rendah : Pria : < 40 mg / dL ; Wanita : < 50 mg / dL.

• Trigliserida > 150 mg / dL.

Seseorang individu dengan sindroma metabolik memiliki risiko 1,4 kali lipat peningkatan semua penyebab kematian dan 2,3-2,8 kali lipat peningkatan risiko kematian kardiovaskular (LaMorte, W.,2013).


(32)

d. Diabetes

Peningkatan kadar gula darah setelah makan dapat merangsang sekresi hormon insulin oleh sel-β di pankreas. Insulin yang disekresikan akan beredar dalam darah dan berikatan dengan reseptor insulin pada membran-membran sel.Ikatan dengan reseptor ini akan memicu fosforilasi protein yang disebut 'insulin reseptor substrate' atau IRS-1. Hal ini, akan selanjutnya memicu insersi glucose transporter (GLUT4) pada membran sel, di mana transporter-transporter ini bertindak sebagai saluran untuk memfasilitasi masuknya glukosa dari aliran darah ke dalam sel.Diabetes tipe 1 terjadi akibat dari proses autoimun yang destruksi sel-β,yang akan menyebabkan kekurangan sekresi insulin.Akibatnya, glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel lagi, sehingga menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat.Sebaliknya, diabetes tipe II pula terjadi akibat dari keadaan resistensi insulin.Akibatnya, transporter GLUT4 tidak akan terbentuk pada membran sel dan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat (hiperglikemia).Hal ini akan seterusnya menyebabkan disfungsi sel endotel.Kedua diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 merupakan faktor risiko untuk penyakit arteri koroner (LaMorte, W.,2013). Peningkatankadar gula dalam darah dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf.Diabetes juga dapat mempengaruhi kadar kolesterol dan trigliserida.Selain itu,diabetes juga dapat menyebabkan hipertensi.Jadi,diabetes juga dapat meningkatkan risiko untuk penyakit jantung koroner dan stroke(Cohen, B., 2011).

e. Aktivitas fisik

Tingkat aktivitas fisik yang kurang merupakan salah satu faktor risiko untuk kesehatan yang buruk dan kematian dari semua penyebab.Mereka yang tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup berisiko tinggi menderita penyakit jantung, kanker kolon dan payudara, diabetes tipe 2 dan osteoporosis(AIHW, 2014).Kurang berolahraga dan mengkonsumsi makanan berlebihan dapat menyebabkan seseorang itu


(33)

menjadi obese, mengalami peningkatan tekanan darahdan kadar kolesterol,dan menderita diabetes.Kesemua faktor ini dapat menyebabkan obesitas (Cohen, B., 2011).

f. Stress

Dalam penelitian yang dilakukan oleh University of North Carolina mereka yang tidak dapat menangani stress dan sering marah mempunyai risiko sebesar 19 kali untuk menderita penyakit jantung iskemik.Ini adalah karena pada orang yang sering stress arteri koronaria dan pembuluh darah yang lain akan menyempit untuk jangka waktu yang agak lama(Cohen, B.,2011).

g. Kadar homosistein yang tinggi

Homosistein merupakan suatu substansi yang digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan. Terdapat beberapa teori yang menyatakan homosistein dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan pembentukan klot dengan mengganggu proses antikoagulasi (Cohen, B.,2011).

h. Alkohol

Konsumsi alcohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.Peningkatatn tekanan darah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jatung koroner(Cohen, B.,2011).

i. Usia

Apabila kita bertambah usia jaringan ikat yang terdapat pada dinding arteri akan menjadi kurang fleksibel secara alami.Kondisi ini dikatakan arteriosklerosis.Kekurangan fleksibilitas pembuluh darah akan menyebabkan tekanan darah meningkat.Peningatan tekanan darah dapat merusakkan arteri-arteri sehingga terbentuknya plak pada arteri.Selain itu,kenaikan tekanan darah dan penurunan fleksibilitas pembuluh darah


(34)

dapat menyebabkan jantung untuk bekerja dengan lebih keras.Akibatnya,otot-otot jantung akan menjadi lebih tebal dan tegang (Cohen, B.,2011).

j. Merokok

Kalau kita merokok atau sering terpapar ke asap rokok,tekanan darah kita akan naik dan denyut jantung serta curahan jantung akan bertambah sehingga menyebabkan jantung untuk bekerja lebih keras.Ateri-arteri yang terdapat pada lengan dan kaki akan menyempit.Jaringan di dalam arteri juga akan rusak dan menyebabkan pembentukan plak.Darah yang menyuplai otot-otot jantung akan berkurang.Platelet-platelet yang terkandung dalam darah akan menjadi lebih lengket dan clotting time akan berkurang.Plak yang terbentuk dalam arteri juga akan ruptur dan menyebabkan pembentukan klot di dalam pembuluh darah dan rongga jantung(Cohen, B.,2011).

k. Hipertensi

Hipertensi dapat meningkatkan aktivitas jantung dan selanjutnya melemahkan jantung.Hipertensi juga dapat merusakkan arteri sehingga fleksibilitas arteri itu semakin berkurang.Pembentukan plak akan terjadi pada arteridan ini akan menyumbatkan aliran darah(Cohen, B.,2011).

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa ( Sumber: The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure,2003)


(35)

l. Riwayat penyakit keluarga

Risiko penyakit jantung koroner meningkat kalau seseorang itu mempunyai anggota keluarga yang lain yang juga pernah menderita penyakit jantung, serangan jantung dan stroke. Warisan gen diabetes,obesitas,dan peningkatan tekanan darah membuatkan seseorang itu lebih rentan menderita PJK (Cohen, B.,2011).

m. Jenis kelamin

Laki-laki lebih rentan menderita penyakit jantung kalau dibandingkan dengan wanita.Namun ini tergantung pada perbedaan hormon pada laki-laki dan wanita,kadar kejadian penyakit jantung lebih tinggi dalam kalangan laki-laki meskipun, dibandingkan dengan golongan wanita yang sudah menopause (Cohen, B.,2011).

2.6Diagnosis PJK

Pengumpulan keterangan dilakukan melalui anamnesa (wawancara), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan alat.

• Anamnesa

Keluhan yang terpenting adalah nyeri dada.Biasanya ditanya apakah pasien itu terasa nyeri pada dada atau tidak, nyerinya, kapan dirasakan, berapa lama, di dada sebelah mana, apakah menjalar.Nyeri dada yang dirasakan seperti ditindih beban berat, ditusuk-tusuk, diremas, rasa terbakar adalah yang paling sering dilaporkan.Biasanya nyeri dirasakan di dada kiri dan menjalar ke lengan kiri. Selain itu akan ditanya juga semua faktor risiko PJK, antara lain: apakah pasien itu merokok, menderita darah tinggiatau penyakit gula (diabetes), pernahkah memeriksakan kadar kolesterol dalam darah, dan adakah anggota keluarga yangmenderita PJK dan faktor resikonya? (Idris Idham, 2007).

Tergantung kebutuhannya, beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PJK danmenentukan derajatnya (Idris Idham, 2007).


(36)

a. Elektrokardiogram(EKG)

Biasanya dokter jantung akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill. Alat treadmill ini digunakan untuk menegakkan diagnosis PJK. Treadmill ini dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Jadi, ini akan merekam aktivitas fisik jantung seseorang itu saat melakukan latihan (Idris Idham, 2007). Kalau seseorang itu mengalami kesakitan saat latihan, pemeriksaan ini dapat membantu mengidentifikasikan apakah kesakitan tersebut disebabkan oleh angina yang biasanya terdapat pada pasien PJK (NHS choices, 2012).

b. Ekokardiogram

Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung.Dengan pemeriksaan ini, dokter dapat menentukan apakah semua bagian jantung berfungsi normal atau tidak.Kalau didapati hasil yang menunjukkan bagian jantung yang berfungsi secara lemah, itu menandakan kemungkinan terjadinya kerusakan pada bagian tersebut akibat dari serangan jantung atau kekurangan suplai oksigen (NHS choices, 2012).

c. Kateterisasi jantung

Kateterisasi jantung “Gold Standard” untuk PJK, karena dapat terlihat jelas tingkat penyempitan dari pembuluh arteri koroner, apakah ringan ,sedang, atau berat bahkan total. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang langsung ke pembuluh arteri.Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah.Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke muara pembuluh koroner.Setelah tepat dilubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner tersebut.Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan (Idris Idham, 2007).


(37)

d. Tomografi jantung

Teknologi tomografi jantung dapat membantu mendeteksi penumpukan kalsium di arteri. Kalau sejumlah besar kalsium ditemukan, maka itu dapat menegakkan diagnose penyakit jantung koroner (Mayo Clinic, 2014).


(38)

2.7Kerangka teori

Faktor Risiko Mayor Faktor Risiko Minor

Stress Kadar

homosistein yang tinggi Alkohol

• Disfungsi endotel pada struktur lapisan arteri.

• Sel-sel lipid dan inflamasi masuk ke dalam dinding arteri.

• Migrasi sel-sel leukosit.

• Pembentukan foam cell. • Migrasi dan akumulasi sel-sel

otot polos pada lapisan tunika intima.

• Pembentukan fibrous cap

• Pembentukan dan pembesaran plak. Aterosklerosis Penyakit Jantung Koroner Kadar fibrinogen yang tinggi Viskositas darah meningkat Mengganggu proses antikoagulasi

Faktor-Faktor Risiko Aterosklerosis

Sindroma metabolik Resistensi insulin Dislipidemia Obesitas Hipertensi Merokok Usia Obesitas tipe genoid Obesitas sentral (70%) Obesitas tipe ovid


(39)

Bab 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep tentang hubungan obesitas sentral dengan penyakit jantung koroner akan diuraikan.

3.2 Definisi Operasional

1. Variabel Independen : Obesitas Sentral.

Definisi Operasional : Laki-laki dengan ukuran lingkar pinggang lebih dari 90cm danwanita dengan ukuran lingkar pinggang lebih dari80cm dikategorikan mengalami obesitas sentral.

Alat ukur : Pita ukur (cm)

Cara ukur :Diukur lingkar perut dari pertengahan arkus kostarum kanan dengan krista iliaka kanan secara horizontal, pada akhir ekspirasi normal.

Hasil ukur :Ukuran lingkar pinggang yang normal pada laki-laki adalah < 90cm dan pada wanita adalah <80cm.Hasil diklasifikasikan kepada dua yaitu obesitas sentral dan non-obesitas sentral.

Skala ukur: Nominal.

2. Variabel dependen: Penyakit Jantung Koroner(PJK).

Definisi Operasional: Sumber pasien bagi penelitian ini adalah, pasien yang berusia 40-60 tahun yang telah didiagnosa sebagai penderita penyakit jantung koroner dan bukan penderita Faktor risiko mayor

• Sindroma metabolik

• Merokok

• Usia

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Obesitas sentral (70%)


(40)

penyakit jantung koroner dalam rekam medis di RSUP. H. Adam Malik.Diagnosis PJKmenggunakan kriteria WHO adalah didapatkan 2 atau lebih dari 3 kriteria (Fatonah,S., Widijanti, A.,Hernowati, T.E., 2007) :

1. Pasien PJK biasanya mengalami keluhan nyeri dada yang dirasakan seperti ditindih beban berat, ditusuk-tusuk, diremas, dan rasa terbakar. Biasanya nyeri dirasakan di dada kiri dan menjalar ke lengan kiri (Idris Idham, 2007). Nyeri dada dapat berupa yang berlangsung beberapa menit atau kurang dan biasanya hilang dengan istirahat atau pengobatan. Tetapi kadang-kadang pasien PJK juga dapat mengalami nyeri dada yang berlangsung meskipun beristirahat (University of Maryland Medical Center, 2012). 2. Terdapat elevasi segmen ST dan gelombang Q (University

of Maryland Medical Center, 2012).

3. Peningkatan konsentrasi enzim jantung; CK-MB, Troponin, kreatinin phosphokinase (Medline Plus, 2013).

Alat ukur : Wawancara.

Cara ukur : Pengamatan,terhadap pasien yang memenuhi kriteria penilitian yang diambil.

Hasil ukur : Hasil dikelompokkan kepada dua yaitu PJK dan bukan PJK dalam usia 40-60 tahun.

Skala ukur : Nominal.

3.3 Hipotesis


(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Observational Analitik yang akan melihat hubungan obesitas sentral sebagai salah satu faktor resiko kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

(RSUPHAM) Medan. Desain yang akandigunakan adalah

Case-ControlStudy.Dalam penelitian ini, obesitas sentral merupakan variabel independen dan Penyakit Jantung Koroner merupakan variabel dependen.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dijangka dilakukan mulai bulan Juli hingga 31 Oktober 2014.Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik(RSUPHAM) Medan dengan alasan rumah sakit ini merupakan pusat rujukan bagi seluruh Sumatera Utara dengan jumlah sampel yang cukup dan memadai.

4.3. Populasi, Sampel, Teknik Sampling 4.3.1 Populasi

a. Populasi

Seluruh pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan yang bukan pasien PJK dalam rentangusia 40-60 tahun di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014.

b. Subjek yang diteliti:

Seluruh pasien PJKdan non-PJK dalam rentang usia 40-60 tahun yang datang berobat atau rawat jalan di Poliklinik Kardiologi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik mulai bulan Juli sampai 31 Oktober tahun 2014.


(42)

4.3.2 Sampel

Estimasi besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :

n = [ Z1α/2 √2PQ + Z1᷃β√ p1 (1-p1) + p2(1-p2)]2 ( p2-p1) 2

Keterangan rumus :

n : Besar sampel minimum.

Z1-α/2 : Nilai distribusi normal baku pada α tertentu. Z1᷃β : Nilai distribusi normal baku pada βtertentu.

P1 : Proporsi pasien penyakit jantung koroner yang obesitas.

P2 : Perkiraan proporsi pasien penyakit jantung koroner yang obesitas yang diharapkan.

P2 –P1: Perkiraan selisih proporsiyang diduga. Berdasarkan rumus tersebut, maka :

n1=n2 = [ Z1᷃α/2 √2PQ + Z1᷃β√ p1(1-p1)+ p2(1-p2)]2 ( P2-P1) 2

Z1᷃α/2 = 1.96 Z1᷃β= 1.282

P1 = 0.55 (berdasarkan penelitian Muhammad Danial, 2011)

P2 = 0.30

P2 –P1=(0.30-0.55)

P = p1+p2/2, Q = 1-P

n1= n2 = [1.96 √2(0.43)(0.57) + 1.282√(0.55)(0.45) + (0.30)(0.70)]2 (0.30-0.55) 2

n = 83.9


(43)

4.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalahConsecutive samplingdimana setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi.

Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi :

1. Pasien yang datang berobat di Poliklinik Kardiologi diRumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) dengan PJK dan dengan penyakit jantung yang lain (selain PJK) saat pelaksanaan penelitian ini. 2. Umur responden adalah dalam lingkungan 40-60 tahun. Saya membatasi

umur responden sampai 60 tahun hanya untuk menyingkirkan faktor usia lanjut yang juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya PJK.

Kriteria eksklusi :

1. Pasien yang tidak setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

2. Pasien PJK yang telah menjalani operasi jantung misalnya Coronary Artery Bypass Grafting, angioplasty ataupun pemasangan stent.

3. Pasien yang hamil.

4. Pasien dengan hepatomegali, splenomegali, atau massa abdomen.

4.4 Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Pengumpulan Data

Data bagi penelitian ini, diperolehdengan melakukan wawancara dan pengukuran lingkar pinggangpasien rawat jalan di poliklinikKardiologi, yang mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat HajiAdam Malik (RSUPHAM) Medan pada bulan Juli sehingga bulan Oktober tahun 2014.

4.5 Pengolahan dan analisa data

Data yang diperoleh melalui penelitian ini akan dikumpul, ditabulasi dan dianalisa dengan menggunakan SPSS versi 17.0 bagi mengetahui hubungan obesitas sentral dan Penyakit Jantung Koroner untuk menegakkan hipotesa.


(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP. H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km 12, Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart(CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien,teknik sipil pemulasaraan jenazah).

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pengambilan data dilakukan pada seluruh pasien PJK dan non-PJK dalam rentang usia 40-60 tahun yang datang berobat ke departemen Kardiologi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik mulai bulan Juli sampai 31 Oktober tahun 2014. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi bagi penelitian ini adalah sebanyak 85 orang. Pada penelitian ini, diperoleh juga karakteristik responden berupa distribusi frekuensi responden berdasarkan usia


(45)

dan jenis kelamin, distribusi frekuensi responden yang menderita penyakit jantung koroner (PJK) dan tanpa penyakit jantung koroner (PJK), yang mengalami obesitas sentral dan yang tanpa obesitas sentral, distribusi frekuensi pasien PJK yang mengalami obesitas sental dan yang tanpa obesitas sentral, serta distribusi pasien tanpa PJK yang mengalami obesitas sentral dan yang tanpa obesitas sentral berdasarkan usia dan jenis kelamin. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

5.2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden. 5.2.1.1 Jenis kelamin

Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis kelamin Jumlah responden

N %

Laki-laki 46 54.1

Perempuan 39 45.9

Jumlah 85 100.0

Tabel 5.2.1.1 menunjukkan dari seluruh responden, didapati responden laki-laki adalah sebanyak 46 orang (54.1%), sedangkan yang responden wanita adalah sebanyak 39 orang (45.9%).

5.2.1.2 Usia

Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia.

No Usia Jumlah responden

N %

1 40-42 9 10.6

2 43-45 16 18.8

3 46-48 11 12.9


(46)

4 52-54 14 16.5

5 55-57 15 17.6

6 58-60 12 14.1

Jumlah 85 100.0

Dari tabel 5.2.1.1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah pada kelompok usia 43-45 tahun yaitu sejumlah 16 orang (18.8%), sedangkan yang paling sedikit adalah pada kelompok usia 49-51 berjumlah 8 orang (9.4%).

5.2.1.3 PJK dan Tanpa PJK

Tabel 5.2.1.3.Distribusi Responden PJK dan Tanpa PJK Berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis kelamin Pasien PJK Pasien tanpa PJK Jumlah

n % n % n %

Laki-laki 29 60.4 17 45.9 46 54.1

Perempuan 19 39.6 20 54.1 39 45.9

Jumlah 48 100.0 37 100.0 85 100.0

Jumlah responden yang menderita PJK adalah 48 orang, dan yang tidak menderita PJK adalah 37 orang.Distribusi pasien penyakit jantung koroner adalah terbanyak pada golongan laki-laki yaitu sebanyak 29 (60.4%) orang dibandingkan dengan yang wanita yaitu hanya 19 (39.6%) orang.


(47)

Carta Pai 5.2.1.3.a. Distribusi Responden PJK Berdasarkan Usia.

Dari Carta Pai 5.2.1.3.adidapati bahwa pasien yang menderita PJK yang terbanyak adalah mereka yang berada dalam rentang usia 55-57 tahun yaitu sebanyak 14 (29.2%) orang, sedangkan yang paling sedikit adalah pada kelompok usia 40-42 yaitu hanya seorang (2.1%).

Carta Pai 5.2.1.3.b. Distribusi Responden Tanpa PJK Berdasarkan Usia.

Pasien tanpa PJK yang tertinggi terdapat pada kelompok usia 43-45 tahun yaitu sebanyak 9 (24.3%) orang, dan yang terendah adalah pada kelompok usia 55-57 tahun yaitu hanya seorang (2.7%) responden.

2,1%

14,6%

10,4% 8,3%

18,8% 29,2%

16,7%

Pasien PJK

40-42 43-45 46-48 49-51 52-54 55-57 58-60

21,6%

24,3% 16,2%

10,8% 13,5% 2,7%

10,8%

Pasien Non-PJK

40-42 43-45 46-48 49-51


(48)

Carta Bar 5.2.1.3.a. Distribusi Responden PJK Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.

Carta Bar 5.2.1.3.amenunjukkan bahwa kebanyakan reponden yang berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan yang lebih menderita PJK adalah mereka yang berusia 55-57 tahun, yaitu sebanyak 8 (27.6%) orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 6 (31.6%) orang yang berjenis kelamin perempuan.

3,4%

13,8%

6,9%

10,3%

17,2%

27,6%

20,7%

0,0%

15,8% 15,8%

5,3%

21,1%

31,6%

10,5%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%

40-42 43-45 46-48 49-51 52-54 55-57 58-60


(49)

5.2.1.4 Obesitas Sentral Dan Bukan Obesitas Sentral

Tabel 5.2.1.4.a. Distribusi Responden yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa ObesitasSentral Berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis kelamin Obesitas Sentral Bukan Obesitas

Sentral Jumlah

n % n % n %

Laki-laki 25 53.2 21 55.3 46 54.1

Perempuan 22 46.8 17 44.7 39 45.9

Jumlah 47 100.0 38 100.0 85 100.0

Tabel 5.2.1.4.a menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengalami obesitas sentral adalah 47 orang, dan yang tanpa obesitas sentral adalah 38 orang.Berdasarkan jenis kelamin, responden yang mengalami obesitas sentral tertinggi adalah pada golongan laki-laki yaitu sebanyak 25 (53.2%) orang, sedangkan yang perempuan adalah sebanyak 22 (46.8%) orang.

Tabel 5.2.1.4.b. Distribusi Responden yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa ObesitasSentral Berdasarkan Usia.

No Usia Obesitas Sentral Bukan Obesitas Sentral Jumlah

n % n % n %

1 40-42 3 6.4 6 15.8 9 10.6

2 43-45 7 14.9 9 23.7 16 18.8

3 46-48 6 12.8 5 13.2 11 12.9

3 49-51 5 10.6 3 7.9 8 9.4

4 52-54 6 12.8 8 21.1 14 16.5


(50)

6 58-60 7 14.9 5 13.2 12 14.1

Jumlah 47 100.0 38 100.0 85 100.0

Dari 34able 5.2.1.4.b. dapat diketahui bahwa distribusi responden dengan obesitas sentral yang terbanyak terdapat pada kelompok usia 55-57 tahun yaitu sebanyak 13 (27.7%) orang, sedangkan yang terendah terdapat pada kelompok usia 40-42 tahun yaitu sebanyak 3 (6.4%) orang. Pasien tanpa obesitas sentral yang tertinggi terdapat pada kelompok usia 43-45 tahun yaitu sebanyak 9 (24.3%) orang, dan yang terendah adalah pada kelompok usia 55-57 tahun yaitu hanya dua (5.3%) orang.

Carta Bar 5.2.1.4.a. Distribusi Responden yang Mengalami Obesitas Sentral Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.

Pada carta bar 5.2.1.4.adidapati bahwa kebanyakan reponden yang berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan yang banyak mengalami obesitas sentral adalah mereka yang berusia 55-57 tahun, yaitu seramai 7 (28.0%) orang laki-laki dan 6 (27.3%) orang perempuan.

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%

40-42 43-45 46-48 49-51 52-54 55-57 58-60

4,0%

8,0%

12,0% 12,0%

16,0%

28,0%

20,0%

9,1%

22,7%

13,6%

9,1% 9,1%

27,3%

9,1%


(51)

5.2.1.5 PJK dengan Obesitas sentral dan Bukan Obesitas sentral

Tabel 5.2.1.5Distribusi Penderita PJK yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral Berdasarkan Jenis Kelamin.

Pasien dengan

PJK

Jenis kelamin

Obesitas sentral Bukan Obesitas sentral

Jumlah

n % n % n %

Laki-laki 20 55.6 9 75.0 29 60.4

Perempuan 16 44.4 3 25.0 19 39.6

Jumlah 36 100.0 12 100.0 48 100.0

Dari 35able 5.2.1.5 didapati jumlah pasien PJK yang mengalami obesitas sentral adalah 36 orang dan yang bukan obesitas sentral dalah 12 orang. Dari 36 orang responden tersebut, 20 (55,6%) orang adalah laki-laki, sedangkan yang perempuan adalah 16 orang (44.4%). Pasien PJK tanpa obesitas sentral pada responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah 9 (75.0%) orang, sedangkan pada responden yang berjenis kelamin perempuan adalah hanya 3 (25.0%) orang.

Carta Pai 5.2.1.5.aDistribusi Penderita PJK yang Mengalami Obesitas Sentral Berdasasrkan Usia.

2,8%

11,1%

13,9% 8,3% 11,1% 36,1%

16,7%

Pasien PJK + Obesitas Sentral


(52)

Carta Pai 5.2.1.5.amenunjukkan bahwa dari 36 orang penderita PJK yang mengalami obesitas sentral, distribusi responden terbanyak didapati pada rentang usia 55-57 tahun yaitu sebanyak 13 (36.1%) orang, dan yang terendah terdapat pada kelompok usia 40-42 tahun, yaitu hanya seorang (2.8%).

Carta Pai 5.2.1.5.b Distribusi Penderita PJK Tanpa Obesitas Sentral Berdasasrkan Usia.

Kebanyakan penderita PJK tanpa obesitas sentral adalah mereka yang berusia 52-54 tahun yaitu sebanyak 5 (41.7%) orang, sedangkan yang terendah terdapat pada mereka yang berusia 49-51 dan 55-57 tahun. Pada kelompok usia 40-42 tahun dan 46-48 tahun pula, tidak terdapat pasien PJK yang mengalami obesitas sentral.

0,0%

25,0%

0,0% 8,3%

41,7% 8,3%

16,7%

Pasien PJK tanpa Obesitas Sentral

40-42 43-45 46-48 49-51


(53)

5.2.1.6 Non-PJK dengan Obesitas sentral dan Bukan Obesitas sentral

Tabel 5.2.1.6.aDistribusi Penderita Bukan PJK yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral Berdasarkan Jenis Kelamin.

Pasien tanpa

PJK

Jenis kelamin

Obesitas sentral Bukan

Obesitas sentral Jumlah

n % n % n %

Laki-laki 5 45.5 12 46.2 17 45.9

Perempuan 6 54.5 14 53.8 20 54.1

Jumlah 11 100.0 26 100.0 37 100.0

Pada tabel 5.2.1.6.a jumlah pasien bukan PJK yang mengalami obesitas sentral adalah 11 orang dan yang tidak mengalami obesitas sentral adalah 26 orang.Dari 11 orang tersebut yang kebanyakannya adalah wanita yaitu sebanyak 6 (54.5%) orang dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 5 (45.5%) orang.Selain itu, pasien bukan PJK yang tidak mengalami obesitas sentral juga kebanyakannya adalah perempuan yaitu seramai 14 (53.8%) orang, dan laki-laki adalah hanya 12 orang (46.2%).


(54)

Tabel 5.2.1.6.b. Distribusi Pasien Bukan PJK yang Mengalami Obesitas Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral Berdasarkan Usia.

Pasien tanpa

PJK

Usia Obesitas sentral Bukan obesitas sentral

Jumlah

n % n % n %

40-42 2 18.2 6 23.1 8 21.6

43-45 3 27.3 6 23.1 9 24.3

46-48 1 9.1 5 19.2 6 16.2

49-51 2 18.2 2 7.7 4 10.8

52-54 2 18.2 3 11.5 5 13.5

55-57 0 0 1 3.8 1 2.7

58-60 1 9.1 3 11.5 4 10.8

Jumlah 11 100.0 26 100.0 37 100.0

Dari tabel 5.2.1.6.b dapat diketahui bahwa pasien bukan PJK yang mengalami obesitas sentral kebanyakannya adalah mereka yang dalam rentang usia 43-45 tahun yaitu sebanyak 3 (27.3%) orang,sedangkan mereka yang paling rendah mengalami obesitas sentral adalah mereka yang berusia 46-48 tahun. Pada kelompok usia 55-57 tidak terdapat sesiapa dari pasien bukan PJK yang mengalami obesitas sentral. Pasien tanpa PJK, bukan obesitas sentral, kebanyakan terdapat pada kelompok usia 40-42 tahun serta 43-45 tahun yaitu sebanyak 6 (23.1%) orang responden masing-masing. Distribusi pasien tanpa PJK, bukan obesitas sentral, terendah terdapat pada kelompok usia 55-57 tahun yaitu hanya seorang (3.8%).


(55)

5.3 Hubungan Obesitas Sentral Sebagai Salah Satu Faktor Resiko pada Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Tabel 5.3 Perbandingan antara Pasien PJK dan Bukan PJK yang Mengalami Obesitas Sentral Serta dan Tanpa Obesitas Sentral.

Variabel Obesitas sentral

Bukan obesitas

sentral

Jumlah Nilai P

n % n % n %

0.000

Pasien PJK 36 76.6 12 31.6 48 56.5

Pasien tanpa PJk

11 23.4 26 68.4 37 43.5

Jumlah 47 100.0 38 100.0 85 100.0

Menurut tabel 5.3 yang menghubungkan variabel-variabel pada penelitian ini yaitu obesitas sentral, bukan obesitas sentral, PJK dan tanpa PJK, didapati bahwa prevalensi pasien PJK yang mengalami obesitas sentral adalah tertinggi yaitu 76.6% (36 responden). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Uji Chi-square diperoleh nilai p (p value) sebesar 0,000 yang berarti p< 0,05 sehingga hubungan antara obesitas sentral dan PJK adalah signifikan.

5.4 Pembahasan

Seramai 85 orang responden telah diambil datanya dengan melakukan wawancara dan pengukuran lingkar pinggang pada pasien yang mendapatkan perawatan di Poliklinik Kardiologi di RSUP H Adam Malik, Medan, yang terdiri dari 46 (54.1%) orang responden yang berjenis kelamin laki-laki dan 39 (45.9%) orang responden yang berjenis kelamin perempuan.

Hasil penelitian terhadap karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin sesuai tabel 5.2.1.3 terlihat bahwa dari 46 (54.1%) orang responden yang berjenis kelamin laki-laki tersebut didapati sebanyak 29 (60.4%) orang laki-laki adalah penderita penyakit jantung koroner (PJK), sedangkan dari 39 (45.9%) orang responden yang berjenis kelamin perempuan yang menderita PJK adalah 19


(56)

(39.6%) orang. Menurut Maas (2010), morbiditas penyakit PJK pada laki-laki adalah dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dan kondisi ini hampir 7 hingga 10 tahun lebih dini pada laki-laki. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jousilahti(1999), kejadian PJK pada laki-laki dibandingkan dengan wanita adalah tiga kali lebih tinggi dan kematian pada laki-laki akibat PJK adalah 5 kali lebih tinggi daripada wanita. Hal ini dikuatkan lagi oleh hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti Danial(2011), terbukti bahwa lelaki mempunyai resiko menderita PJK 3 kali lebih tinggi dariwanita dengan mendapatkan hasil frekuensi sebanyak 76.8% pada laki-laki dan 23.2% pada perempuan yang menderita PJK.

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang ditunjukkan pada carta pai 5.2.1.3.a didapati bahwa kelompok umur yang menderita PJK yang tertinggi adalah pada rentang usia 55-57 tahun, dan distribusi responden yang menderita PJK paling rendah terdapat pada kelompok usia 40-42 tahun yaitu hanya seorang (2.1%).Pada carta bar 5.2.1.3.a didapati bahwa reponden yang berjenis kelamin laki-laki dan yang berjenis kelamin perempuan kebanyakan yang menderita PJK adalah mereka yang berusia 55-57 tahun, yaitu seramai 8 (27.6%) orang laki-laki dan 6 (31.6%) orang perempuan. Secara keseluruhan, mereka yang menderita PJK dalam kelompok usia 52-60 tahun adalah tertinggi yaitu sebanyak 31 ( 64.7%) orang, sedangkan penderita PJK dalam rentang usia 40-51 tahun adalah hanya 17 (35.4%) orang.Menurut Jousilahti (1999), risiko seseorang untuk menderita PJK meningkat seiring dengan peningkatan usia, dan resikonya lebih tinggi pada wanita. Pada pria risiko menderita PJK meningkat setelah usia 45 tahun sedangkan pada wanita pula risikonya meningkat setelah usia 55 tahun (NHLBI, 2012). Selain itu, Boukhris (2014), dalam International Journal of Endocrinology, mengatakan bahwa PJK merupakan penyebab utama kematian pada wanita pascamenopause. Hal ini disebabkan, pada wanita pascamenopause tidak terdapatnya peran hormon estrogen endogen yang bersifat protektif terhadap perempuan sehingga dapat mendorong terjadinya proses aterosklerosis. Hasil penelitian tersebut mendukung lagi hasil penelitian ini karena menurut Palacios (2010), usia menopause wanita Indonesia secara umumnya adalah 51 tahun.


(57)

Berdasarkan tabel 5.2.1.4.b didapati bahwa responden yang mengalami obesitas sentral terbanyak adalah mereka yang berusia 55-57 tahun. Pada carta bar 5.2.1.4.a didapati bahwa kebanyakan responden yang berjenis kelamin laki-laki serta perempuan yang mengalami obesitas sentral adalah mereka yang dalam kelompok usia 55-57 tahun yaitu laki-laki dan perempuan 7(28.0%) :6 (27.3%) . Secara keseluruhan, jumlah responden yang mengalami obesitas sentral dalam rentang usia 52-60 tahun adalah lebih tinggi yaitu 26 (55.4%) orang dibandingkan dengan responden dalam kelompok usia 40-51 tahun yaitu sebanyak 21(44.7%) orang. Hal ini didukung lagi oleh Chang (2000), yang dalam penelitiannya mengatakan bahwa pada proses penuaan, massa lemak bebas akan mulai berkurang akibat komposisi tubuh yang mencakupi lemak bebas tersebut sehingga terjadi akumulasi di regio abdomen. Selain itu, wanita pascamenopause juga cenderung kehilangan massa otot dan mengalami penambahan jaringan adiposa, khusunya pada regio abdomen.

Namun Singh (1998), menyimpulkan bahwa prevalensi kejadian PJK adalah tertinggi pada wanita yang berusia 55 tahun dan ke atas, walaupun usia bukannya salah satu faktor resiko untuk obesitas sentral. Dalam peneltiannya juga dikatakan bahwa gaya hidup seseorang, riwayat kejadian obesitas dalam keluarga, serta riwayat kelebihan asupan lemak merupakan antara faktor resiko yang dapat menyebabkan obesitas sentral.

Berdasarkan tabel 5.2.1.4.a, kebanyakan responden yang mengalami obesitas sentral adalah mereka yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 25 (53.2%) orang, sedangkan yang perempuan adalah seramai 22 (46.8%) orang. Pada tabel5.2.1.5.a diperlihatkan bahwa dari keseluruhan penderita PJK yang mengalami obesitas sentral yang kebanyakannya adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu seramai 20 (55.6%) orang. Hasil penelitian ini berlainan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Janghorbani (2012), di Iran, yang mendapatkan prevalensi kelebihan berat badan kelas 1, kelas II dan kelas III dan obesitas sentral ditemukan lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, dan perbedaan itu lebih nyata dalam obesitas sentral, di mana tingkat obesitas sentral


(58)

pada perempuan (53.5%) empat kali lebih besar daripada laki-laki (12.5%). Hal ini karena, terdapatnya perbedaan dalam aktivitas fisik dan asupan kalori.Wanita Iran mungkin memiliki aktivitas fisik yang kurang dibanding laki-laki karena kegiatan luar mereka terbatas akibat kondisi iklim dan kondisi sosial tertentu.

Sebaliknya, terdapat juga beberapa teori yang menyatakan bahwa, wanita umumnya memiliki lemak tubuh total yang tinggi, dan kadar lemak tersebut lebih berakumulasi pada regio pinggul dan paha. Pria pula secara alami, mengalami akumulasi lemak sebesarnya pada bagian abdomen (Virtual Medical Center, 2009).

Berdasarkan tabel 5.3 yang menghubungkan variabel-variabel pada penelitian ini, yaitu obesitas sentral, bukan obesitas sentral, PJK dan bukan PJK, didapati bahwa prevalensi pasien PJK yang mengalami obesitas sentral adalah tertinggi yaitu 76.6% (36 orang). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan

Chi-square diperoleh nilai p (p-value) sebesar 0.000 yang berarti p<0.05, sehingga hubungan antara obesitas sentral dan PJK adalah signifikan. Jadi dapat dilihat dari nilai p bahwa obesitas sentral merupakan salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan PJK.Dalam penelitian Poirier (2006), dilakukan suatu pemeriksaan terhadap arteri post-mortem dari individu-individu yang berusia 15-34 tahun yang sudah meninggal akibat kecelakaan, pembunuhan dan bunuh diri.Dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan terjadinya penumpukan lemak dan lesi berupa plak fibrosa, plak dengan kalsifikasi serta ulserasi pada arteri koroner kanan dan juga di aorta pada bagian abdomen.Tingkat keparahan penumpukan lemak serta lesi yang ditemukan pada arteri-arteri tersebut berhubungan dengan tingkat kejadian obesitas sentral pada individu–individu sampel penelitian tersebut. Selain itu, dalam peneltiannya juga dikatakan bahwa beberapa studi prospektif yang pernah dilakukan sebelum ini misalnya studi Framingham, Mannitoba dan Harvard School of Public Health Nurses telah mendokumentasikan bahwa obesitas adalah prediktor independen bagi PJK. Menurut Trandolapril Cardiac Evaluation (TRACE), angka kematiannya meningkat sebanyak 23%, dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami


(59)

obesitas sentral. Obesitas sentral adalah prediktor independen dari semua penyebab kematian pada pria dan mungkin juga pada wanita.

Sindroma metabolik merupakan kumpulan faktor resiko yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lain seperti diabetes, dan stroke. Risiko mengalami sindroma metabolik berhubungan erat dengan kelebihan berat badan dan obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.Resistensi insulin juga dapat meningkatkan risiko sindroma metabolik.Seseorang itu dapat dikatakan mengalami sindroma metabolik kalau memiliki 3 atau lebih dari kodisi-kondisi berikut. Antaranya, ukuran lingkar pinggang yang besar, tingkat trigliserida yang tinggi, tingkat kolesterol HDL yang rendah, tekanan darah yang tinggi serta kadar gula darah puasa yang tinggi (NHLBI, 2011). Obesitas sentral merupakan manifestasi paling umum dari sindroma metabolik dan merupakan penanda disfungsi jaringan adiposa (JP., Despres, 2006).Pada obesitas sentral akan sering terjadi, pelepasan asam lemak yang berjenis nonesterified dalam kadar yang tinggi oleh jaringan adiposa. Ini akan mengakibatkan akumulasi lipid di lokasi-lokasi selain jaringan adiposa. Akumulasi lipid ektopik dalam otot dan hati akan berpengaruh sebagai faktor predisposisi bagi resistensi insulin dan dislipidemia. Selain itu, jaringan adiposa juga akan memproduksi beberapa adipokin yang mempengaruhi resistensi insulin. Ini termasuk peningkatan produksi sitokin inflamasi, plasminogen activator inhibitor serta produk-produk bioaktif yang lain. Sementara, kadar adipokin yang bersifat proteksi yaitu, adiponektin akan berkurang. Semua perubahan ini akan menjadi penyebab faktor resiko metabolik (Grundy M.S., 2005).

Terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian PJK dengan obesitas sentral. Hal ini sesuai dengan pendapat Wang(2010), bahwa pada penderita obesitas dapat terjadi penumpukan makrofag dalam jaringan adiposa, serta pelepasan beberapa faktor proinflamasi, termasuk IL-6, IL -1,TNF-α, sehingga menyebabkan inflamasi sistemik dan aterosklerosis dan pada akhirnya berkembang menjadi PJK. Dengan demikian, pengukuran antropometri sederhana, seperti pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan untuk menentukan


(60)

akumulasi lemak visceral, dan dapat dijadikan sebagai prediktor risiko menderita penyakit kardiovaskuler.

Sebenarnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit jantung koroner, seperti riwayat keluarga, kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, tekanan darah tinggi, peningkatan kadar kolesterol plasma, dan diabetes mellitus. Penelitian ini hanya sekadar melihat hubungan antara obesitas sentral dan penyakit jantung koroner dan melalui penelitian ini terbuktinya bahwa obesitas sentral adalah salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan PJK.


(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan obesitas sentral sebagai salah satu faktor resiko pada pasien penyakit jantung koroner pada usia 40-60 tahun adalah sebagai berikut :

1. Menurut penelitian ini didapati bahwa pasien yang menderita PJK yang terbanyak adalah mereka yang berada dalam rentang usia 52-60 tahun. 2. Distribusi pasien penyakit jantung koroner adalah terbanyak pada

golongan laki-laki yaitu sebanyak 29 (60.4%) orang dibandingkan dengan yang wanita yaitu hanya 19 (39.6%) orang.

3. Distribusi pasien ataupun responden yang mengalami obesitas sentral terbanyak berdasarkan jenis kelamin, adalah laki-laki yaitu sebanyak 25(53.2 %) orang.

4. Dari keseluruhan penderita PJK yang mengalami obesitas sentral, yang kebanyakannya adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu seramai 20 (55.6%) orang dan mereka yang berusia 55-57 tahun.

5. Berdasarkan uji analisis yang telah dilakukan dengan uji Chi-square diperoleh nilai p (p value) adalah 0,000 (p <0,05), maka dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dan PJK. Maka, terbukti bahwa obesitas sentral sebagai salah satu faktor resiko pada pasien penyakit jantung koroner pada usia 40-60 tahun.


(62)

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan obesitas sentral sebagai salah satu faktor resiko pada pasien penyakit jantung koroner pada usia 40-60 tahun, maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. a) Bagi masyarakat, terutama mereka yang berusia 40 dan ke atas diharapkan memperhatikan dan meningkatkan pengetahuannya mengenai obesitas sentral dan kejadian penyakit jantung koroner dengan mencari informasi melalui media cetak dan elektronik, mengikuti penyuluhan di puskesmas dan sebagainya.

b) Intervensi gaya hidup adalah terapi awal yang direkomendasikan untuk pengobatan sindroma metabolik antara lain, menghindari diet yang bersifat aterogenik (misalnya, makanan yang kaya lemak jenuh dan kolesterol), melakukan aktivitas fisik seperti berjalan, jogging sekurang-kurangnya tiga kali dalam seminggu.Sindroma metabolik adalah target sekunder untuk mengurangi kejadian kardiovaskular. Berhenti merokok, menurunkan kadar LDL-C, dan manajemen tekanan darah adalah target utama untuk pengurangan risiko. Melakukan pemeriksaan kadar kolesterol, LDL dan HDL dari masa ke masa.Jika perubahan gaya hidup tidak cukup, maka terapi obat dapat diindikasikan.

2. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang pengaruh obesitas sentral sehingga dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.

3. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa dapat menganalisis faktor-faktor lain seperti riwayat keluarga, kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, tekanan darah tinggi, peningkatan kadar kolesterol plasma, dan diabetes melitus yang dapat menyebabkan PJK dan menambah jumlah variable penelitian.


(63)

Daftar Pustaka

Ahmad, R., et al., 2007.Assessment of waist/hip ration and its relationship with coronary heart disease in Community Hospital of District Swat.Pakistan Journal of Medical Sciences. Available from: April 2014].

American Heart Association, 2014.Medications for Arrhythmia.Available from: Accessed: 8 May 2014 ].

American Heart Association, 2014.Obesity Information.Available from:

[Accessed: 10 April 2014].

Australian Institue of Health and Welfare, 2014.Physical Inactivity.Available from:

[Accessed: 5 May 2014].

Boukhris, M., et al., 2014.Coronary Heart Disease in Postmenopausal Women with Type II Diabetes Mellitus and the Impact of Estrogen Replacement Therapy: A Narrative Review.Available from:

2014].


(64)

British Heart Foundation, 2014 .Coronary Heart Disease. Available from

[Accessed: 10 April 2014].

Chang, C-j., et al., 2000.Relationships of age, menopause and central obesity on cardiovascular disease risk factors in Chinese women. Available from:

[Accessed 26 November 2014].

Cohen, B., 2011. Coronary Heart Disease: A Guide To

Diagnosis And Treatment. Penerbit: Addicus Books Inc, United States Of America. Available from:

Danial, M., 2011.Proporsi Indeks Massa Tubuh (IMT) Penderita Penyakit Jantung Koroner Di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Available from:

2014].

Davis, J.L., 2008. The Risks Of Belly Fat. Available from:

2014].

JP ., Depres, et al., 2006.Abdominal obesity and metabolic syndrome. Available

from [Accessed 5

September2014].

Fatonah,S., Widijanti, A., Hernowati, T.E., 2007.Nilai Diagnostik Uji Troponin I Kuantitatif Metodeimmunokromatografi.Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 14, No. 1. Available from:


(65)

[Accessed 12 Juni 2014]

Fauci dan Longo, 2008.Harrison’s Principle Of Internal Medicine. Edisi Ke-17. Penerbit: The McGraw-Hill Companies, Inc, United States of America [Accessed 10 April 2014].

Fuster, V., and Kelly, B., 2010.Promoting Cardiovascular Health in the Developing World: A Critical Challenge to Achieve Global Health.Penerbit : National Academies Press, Washington, DC. Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK45693/ [Accessed : 10 April 2014].

George S. & Johnson, J., 2010. Atherosclerosis: Molecular and Cellular Mechanisms.Penerbit: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co, KGaA, Weinheim.Availablefrom:

2014].

Grundy., M.S., et al., 2005. Diagnosis and Management of the Metabolic Syndrome.Available from:

Guyton, A.C., Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology.Edisi Ke-11. Penerbit: Elsevier Inc Philapdelpia, Pennsylvania.[Accesed: 5 May 2014].

Guzman, F., 2014.Calcium channel blockers: classification, mechanism of action

and indications. Available from


(1)

jeniskelamin * kategorilingkarpinggang * PenyakitjantungkoronerCrosstabulation Penyakitjantungkoroner kategorilingkarpinggang Total obesitassentr al non-obesitassentr al pasiendenganp jk jeniskelami n

laki-laki Count 20 9 29

% within

kategorilingkarpingga ng

55.6% 75.0% 60.4%

perempua n

Count 16 3 19

% within

kategorilingkarpingga ng

44.4% 25.0% 39.6%

Total Count 36 12 48

% within

kategorilingkarpingga ng

100.0% 100.0% 100.0 %

pasientanpapjk jeniskelami n

laki-laki Count 5 12 17

% within

kategorilingkarpingga ng

45.5% 46.2% 45.9%

perempua n

Count 6 14 20

% within

kategorilingkarpingga ng

54.5% 53.8% 54.1%

Total Count 11 26 37

% within

kategorilingkarpingga ng

100.0% 100.0% 100.0 %


(2)

kelompokumur * kategorilingkarpinggang * PenyakitjantungkoronerCrosstabulation Penyakitjantungkoroner kategorilingkarpinggang Total obesitassentral non-obesitassentral pasiendenganpjk kelompokumur

40-42

Count 1 0 1

% within

kategorilingkarpinggang

2.8% .0% 2.1%

43-45

Count 4 3 7

% within

kategorilingkarpinggang

11.1% 25.0% 14.6%

46-48

Count 5 0 5

% within

kategorilingkarpinggang

13.9% .0% 10.4%

49-51

Count 3 1 4

% within

kategorilingkarpinggang

8.3% 8.3% 8.3%

52-54

Count 4 5 9

% within

kategorilingkarpinggang

11.1% 41.7% 18.8%

55-57

Count 13 1 14

% within

kategorilingkarpinggang

36.1% 8.3% 29.2%

58-60

Count 6 2 8

% within

kategorilingkarpinggang

16.7% 16.7% 16.7%

Total Count 36 12 48

% within

kategorilingkarpinggang

100.0% 100.0% 100.0%

pasientanpapjk kelompokumur 40-42

Count 2 6 8

% within

kategorilingkarpinggang

18.2% 23.1% 21.6%


(3)

43-45

Count 3 6 9

% within

kategorilingkarpinggang

27.3% 23.1% 24.3%

46-48

Count 1 5 6

% within

kategorilingkarpinggang

9.1% 19.2% 16.2%

49-51

Count 2 2 4

% within

kategorilingkarpinggang

18.2% 7.7% 10.8%

52-54

Count 2 3 5

% within

kategorilingkarpinggang

18.2% 11.5% 13.5%

55-57

Count 0 1 1

% within

kategorilingkarpinggang

.0% 3.8% 2.7%

58-60

Count 1 3 4

% within

kategorilingkarpinggang

9.1% 11.5% 10.8%

Total Count 11 26 37

% within

kategorilingkarpinggang


(4)

Penyakitjantungkoroner * kategorilingkarpinggangCrosstabulation kategorilingkarpinggang

Total obesitassentr

al

non-obesitassentr

al Penyakitjantungkoron

er

pasiendenganp jk

Count 36 12 48

% within

kategorilingkarpingga ng

76.6% 31.6% 56.5%

pasientanpapjk Count 11 26 37

% within

kategorilingkarpingga ng

23.4% 68.4% 43.5%

Total Count 47 38 85

% within

kategorilingkarpingga ng

100.0% 100.0% 100.0 %

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 17.322a 1 .000

Continuity Correctionb 15.539 1 .000

Likelihood Ratio 17.863 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

17.119 1 .000

N of Valid Cases 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.54. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

(6)