Faktor-Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Usia ≤ 45 Tahun Di RSUP H. Adam Malik, Medan 2009- 2011

(1)

Faktor-Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Usia

≤ 45 Tahun

di RSUP H. Adam Malik, Medan Tahun 2009 – 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

Fatimah Bebi

090100134

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

Faktor-Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Usia

≤ 45 Tahun

di RSUP H. Adam Malik, Medan Tahun 2009 – 2011

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

Fatimah Bebi

090100134

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner pada penderita penyakit

jantung koroner usia ≤ 45 tahun di RSUP H. Adam Malik, Medan 2009- 2011.

Nama : Fatimah Bebi NIM : 090100134

Pembimbing Penguji I

Prof dr.Sutomo Kasiman, Sp PD, Sp JP (K)

NIP. 130365293 NIP. 197812072008012013 dr. Devira Zahara, Sp. THT

Penguji II

NIP. 197409132003122001 dr. Sri Amelia, M.Kes

Medan, Desember 2012 Dekan,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP : 19540220-198110-1-001


(4)

ABSTRAK

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai adanya aterosklerosis yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan menggangu aliran darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan fungsi otot jantung. Menurut data WHO 3,8 juta laki-laki dan 3,4 juta perempuan di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya akibat penyakit jantung koroner, sedangkan di Indonesia sendiri menurut data Sensus nasional (2001), menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4%.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan desain penelitian yang digunakan adalak cross sectional study dan retrospektif. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medis di RSUP H.Adam Malik Medan selama periode 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2011 yang menderita penyakit jantung koroner usia ≤ 45 tahun, yaitu berjumlah 68 orang. Sampel penelitian diambil dengan metode total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner pada penderita penyakit jantung koroner usia ≤45 tahun di RSUP H. Adam Malik, Medan 2009-2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase laki-laki sebanyak 59 orang ( 86,8%), keadaan obesitas sebanyak 52 orang ( 76,5%), memiliki kebiasaan merokok sebanyak 35 orang (51,5%), memiliki penyakit penyerta hipertensi sebanyak 25 orang (36,8%), diabetes mellitus sebanyak 12 orang (17,6%), memiliki riwayat keluarga menderita PJK sebanyak 3 orang (4.4%), dan riwayat mengkonsumsi alkohol sebelumnya hanya 2 orang (2,9%).

Maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, bahwa faktor-faktor yang berisiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner usia ≤ 45 tahun adalah jenis kelamin laki-laki (86,8%), kebiasaan merokok (51,5%), dan obesitas (76,5 %).

Kata kunci : faktor-faktor risiko, penyakit jantung koroner (PJK), merokok, obesitas.


(5)

ABSTRACT

Coronary heart disease (CHD) is a disorder in one or more coronary arteries which thickens the walls of the blood vessels accompanied by atherosclerosis that narrows the lumen of the coronary arteries and eventually will interfere the blood flow to the heart muscle, causing damage and impaired function of the heart muscle. According to WHO data of 3.8 million men and 3,4 million women worldwide die each year from coronary heartdisease, whereas in Indonesia itself according to the national census (2001), showed that death due to the cardiovascular disease, including coronary heart disease is 26,4%.

This research is a descriptive observasional study by using the design of cross sectional and retrospective study. The population of the research were all medical records in the department of H. Adam Malik Medan during the period of January 1, 2009 until December 31, 2011. The patients who had coronary hearth disease aged ≤ 45 years were 68 people. The research sample was taken with a total sampling method, in which the entire population was sampled. This study aims to determine the risk factors for coronary heart disease is patients with coronary heart disease aged ≤ 45 years in the department of H.Adam Malik, Medan 2009-2011.

The result showed that the percentage of men comprised of 59 people (86.8%), the state of obesity 52 people (76.5%), the habit of smoking 35 people (51.5%), comorbidities hypertension 25 people (36.8%), diabetes mellitus 12 people (17.6%) a family with the history of CHD 3 people (4.4%), and history of previous alcohol only 2 (2.9%)

Then the conclusion obtained from this study that the risk factors for coronary heart disease aged ≤ 45 years was male sex (86.8%), smoking (51.5%), and obesity (76, 5%).


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Salawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang dijalan-Nya.

Rasa kasih dan sayang disampaikan kepada ayahanda tercinta Muhammad Farouk, Ibunda Mariam Simatupang atas curahan kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak akan pernah terbalas. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayang dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus terutama kepada :

1. Bapak Prof.Dr. dr.Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp.A(K), selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.dr.Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP (K), selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi dan semangat sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. 4. Ibu dr.Devira Zahara, SpTHT, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu dr.Sri Amelia, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan-nasukan untuk penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.


(7)

6. Seluruh Dosen dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang untuk semua jasa - jasanya dalam memberikan bantuan selama perkuliahan.

7. Seluruh staf pegawai di RSUP H. Adam Malik Medan khususnya Instalasi Rekam

Medis yang telah sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

8. Tidak lupa disampaikan kepada saudari-saudariku tercinta Azmir Syarif, Hasina, Adelia Oktaviani atas semangat, cinta dan kebersamaannya selama ini. 9. Sahabat terbaik yang ada selama ini dari Nadia Syarifah, Ummi rizky, Sitti

Inayah atas dukungannya, waktu, senyum dan ilmunya agar Penulis bisa Bersemangat dalam menyelesaikan karya tulis ini serta teman-teman lainnya yang juga turut mendukung dan membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini akan bermanfaat bagi semua pihak demi perkembangan dan kemajuan Civitas Akademika.

Medan, Desember 2012 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN.………... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Epidemiologi ... 5

2.2. Pengertian ... 6

2.3. Patogenesisi Arterosklerosis ... 7

2.4. Manifestasi Klinis ... 9

2.4.1. Angina Pektoris ... 10

2.4.2. Infark Miokardium ... 11

2.4.3 Gangguan Irama Jantung ... 12

2.5. Faktor Risiko ... 12

2.5.1. Merokok ... 13

2.5.2. Hiperkolesterolemia ... 14

2.5.3. Hipertensi ... 17


(9)

2.5.5. Diabetes Melitus ... 19

2.5.6. Jenis Kelamin dan Hormon Seks ... 20

2.5.7. Riwayat Keluarga ... 20

2.5.8. Alkohol ... 21

2.5.9. Usia ... 22

2.6. Diagnosis ... 22

2.7. Penatalaksanaan ... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 25

3.2. Defenisi Operasional... 25

3.2.1. Penyakit Jantung Koroner………. 25

3.2.2. Faktor Risiko PJK………. 26

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 29

4.1. Jenis Penelitian ... 29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.2.1. Lokasi Penelititan ... 29

4.2.2. Waktu Penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

4.3.1. Populasi Penelitian. ... 29

4.3.2. Sampel Penelitian ... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 31

5.1. Hasil Penelitian ... 32

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 32


(10)

5.2. Pembahasan ... 37

5.2.1. Jenis kelamin ... 37

5.2.2. Riwayat Keluarga ... 38

5.2.3. Merokok ... 38

5.2.4.Hipertensi ... 39

5.2.5. Hiperkolesterolemia ... 39

5.2.6. Diabetes Mellitus ... 40

5.2.7.Obesitas ... 40

5.2.8.Alkohol ... 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.. ... 42

6.1. Kesimpulan……… 42

6.2. Saran……….. 42

DAFTAR PUSTAKA... 44

LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Kadar Kolesterol Total... 10

2.2. LDL Kolesterol... 17

2.3. HDL Kolesterol... 17

2.4. Kadar Trigliserida... 18

2.5 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Berdasarkan JNC-7 2003... 19

2.6. Klasifikasi IMT... 20

5.1. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Umur... 33

5.2. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin…….. 33

5.3. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Riwayat Keluarga… 34

5.4. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Merokok.. 34

5.5. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Penyakit Hipertensi… 35

5.6. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Keadaan Hiperkolesterolemia………. 35

5.7. Distribusi Sampel Berdasarkan Penyakit Diabetes Mellitus……. 36

5.8. Distribusi Sampel Berdasarkan Keadaan Obesitas………... 36


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Proses Aterosklerosis... 10 3.1. Kerangka Konsep... 27


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN II Format Pengambilan Sampel

LAMPIRAN III Data Induk Subjek Penelitian

LAMPIRAN IV Output Data Hasil Penelitian

LAMPIRAN V Lembar Ethical Clearance LAMPIRAN VI Surat Izin Melakukan Penelitian


(14)

ABSTRAK

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai adanya aterosklerosis yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan menggangu aliran darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan fungsi otot jantung. Menurut data WHO 3,8 juta laki-laki dan 3,4 juta perempuan di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya akibat penyakit jantung koroner, sedangkan di Indonesia sendiri menurut data Sensus nasional (2001), menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4%.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan desain penelitian yang digunakan adalak cross sectional study dan retrospektif. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medis di RSUP H.Adam Malik Medan selama periode 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2011 yang menderita penyakit jantung koroner usia ≤ 45 tahun, yaitu berjumlah 68 orang. Sampel penelitian diambil dengan metode total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner pada penderita penyakit jantung koroner usia ≤45 tahun di RSUP H. Adam Malik, Medan 2009-2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase laki-laki sebanyak 59 orang ( 86,8%), keadaan obesitas sebanyak 52 orang ( 76,5%), memiliki kebiasaan merokok sebanyak 35 orang (51,5%), memiliki penyakit penyerta hipertensi sebanyak 25 orang (36,8%), diabetes mellitus sebanyak 12 orang (17,6%), memiliki riwayat keluarga menderita PJK sebanyak 3 orang (4.4%), dan riwayat mengkonsumsi alkohol sebelumnya hanya 2 orang (2,9%).

Maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, bahwa faktor-faktor yang berisiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner usia ≤ 45 tahun adalah jenis kelamin laki-laki (86,8%), kebiasaan merokok (51,5%), dan obesitas (76,5 %).

Kata kunci : faktor-faktor risiko, penyakit jantung koroner (PJK), merokok, obesitas.


(15)

ABSTRACT

Coronary heart disease (CHD) is a disorder in one or more coronary arteries which thickens the walls of the blood vessels accompanied by atherosclerosis that narrows the lumen of the coronary arteries and eventually will interfere the blood flow to the heart muscle, causing damage and impaired function of the heart muscle. According to WHO data of 3.8 million men and 3,4 million women worldwide die each year from coronary heartdisease, whereas in Indonesia itself according to the national census (2001), showed that death due to the cardiovascular disease, including coronary heart disease is 26,4%.

This research is a descriptive observasional study by using the design of cross sectional and retrospective study. The population of the research were all medical records in the department of H. Adam Malik Medan during the period of January 1, 2009 until December 31, 2011. The patients who had coronary hearth disease aged ≤ 45 years were 68 people. The research sample was taken with a total sampling method, in which the entire population was sampled. This study aims to determine the risk factors for coronary heart disease is patients with coronary heart disease aged ≤ 45 years in the department of H.Adam Malik, Medan 2009-2011.

The result showed that the percentage of men comprised of 59 people (86.8%), the state of obesity 52 people (76.5%), the habit of smoking 35 people (51.5%), comorbidities hypertension 25 people (36.8%), diabetes mellitus 12 people (17.6%) a family with the history of CHD 3 people (4.4%), and history of previous alcohol only 2 (2.9%)

Then the conclusion obtained from this study that the risk factors for coronary heart disease aged ≤ 45 years was male sex (86.8%), smoking (51.5%), and obesity (76, 5%).


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang sebagaimana di Indonesia menyebabkan perbaikan tingkat hidup. Hal ini menjadikan kesehatan masyarakat menjadi meningkat, disamping itu terjadi pula perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup ini yang menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit infeksi dan rawan gizi ke penyakit-penyakit degenerative, diantaranya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) dan akibat kematian yang ditimbulkannya. Hasil survey kesehatan nasional pada tahun 2001 menunjukkan bahwa : 26,3% penyebab kematian adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti oleh penyakit infeksi, pernafasan, pencernaaan, neoplasma dan kecelakaan lalu lintas (Supriono, 2008). Dan menurut data Riskesdas 2007 angka kematian penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49.9 % pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007.(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011)

Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh kelainan miokardium akibat insufisiensi aliran darah koroner karena arterosklerosis yang merupakan proses degenerative, disamping banyaknya faktor lain (Santoso dan Setiawan, 2005). Penyebab PJK secara pasti belum diketahui, meskipun demikian secara umum dikenal berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang disebut sebagai faktor risiko PJK. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK tersebut yaitu usia, kelamin, geografis, keadaan sosial, perubahan massa, kolesterol, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, exercise, diet, prilaku dan kebiasaan lainnya, stress serta keturunan. Faktor risiko PJK yang paling utama adalah hipertensi, hiperkolesterolemi dan merokok. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi dan memperkuat risiko PJK akan tetapi dapat diperbaiki dan bersifat reversibel bila upaya pencegahan benar-benar dilakuakan.(Djohan, 2004)


(17)

Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Setiap tahun banyak kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung dari pada penyakit-penyakit lain. Diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2008 atau setara dengan 30 % kematian diseluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Kematian ini, diperkirakan 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan 6,2 juta disebabkan oleh stroke. Di negara-negara berpenghasilan rendah sampai menengah lebih dari 80% kematian akibat PJK ini dapat kita temukan, dan terjadi dengan perbandingan yang sama antara pria dan wanita. (WHO, 2011)

Menurut Depkes RI tahun 2003, penyakit jantung di Indonesia cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Data survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian akibat penyakit jantung hanya 5,9 %, tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1 %, tahun 1886 melonjak menjadi 16% dan tahun 1995 meningkat menjadi 19%. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4%, dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40% dari sebab kematian laki-laki usia menengah.(Supriyono, 2008)

Untuk dapat menekan efek merugikan yang ditimbulkan oleh PJK, khususnya pada kelompok usia muda (≤45 tahun) harus ditemukan cara mencegah dan menanggulangi timbulnya PJK secara dini. Dalam rangka pencegahan tersebut perlu diketahui faktor risiko yang dominan berpengaruh terhadap penderita PJK pada usia ≤45 tahun guna mengurangi angka kesakitan

(morbiditas), kecacatan (disabilitas) dan kematian (mortalitas). Rumah sakit umum pusat (RSUP) Haji Adam Malik merupakan salah satu rumah sakit tipe A di kota Medan, yaitu rumah sakit rujukan dan memiliki fasilitas yang lengkap sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di rumah sakit ini dengan melihat faktor- faktor apa yang berisiko terhadap penderita PJK pada kelompok usia ≤ 45 tahun


(18)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah faktor-faktor risiko PJK pada penderita PJK usia ≤ 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009-2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor–faktor risiko penyakit jantung koroner pada penderita penyakit jantung koroner usia ≤ 45 tahun di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009-2011.

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita PJK usia ≤ 45

tahun berdasarkan jenis kelamin.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita PJK usia ≤ 45 tahun berdasarkan keadaan obeitas.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita PJK usia ≤ 45 tahun berdasarkan kebiasaan merokok.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita PJK usia ≤ 45 tahun penyakit penyerta hipertensi.

e. Untuk mengetahkui distribusi frekuensi penderita PJK usia ≤ 45 tahun berdasarkan keadaan hiperkolesterolemia.

f. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita PJK usia ≤ 45 tahun berdasarkan penyakit penyerta diabetes mellitus.

g. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita PJK usia ≤ 45 tahun berdasarkan pengaruh riwayat keluarga.

h. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penderita PJK usia ≤ 45 tahun berdasarkan konsumsi alkohol.


(19)

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Dapat menambah wawasan peneliti dalam menulis dan melakukan

penelitian

b. Memberikan informasi bagi pelayanan kesehatan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian PJK, sehingga dapat memberikan sumbangan untuk program pencegahan dan pengendalian untuk mengurangi kejadian PJK.

b. Memberikan informasi bagi masyarakat umum tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian PJK, sehingga masyarakat dapat mengetahui dan melakukan pencegahan.

c. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai bahan bacaan dan sumber rujukan umum.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) kini telah menjadi pembunuh utama di Indonesia, khususnya hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner. Menurut WHO, penyakit kardiovaskular merupakan 28% penyebab kematian di negara-negara Asia- Pasifik, dimana penyakit ini banyak menyerang golongan usia produktif, terutama di negara-negara berkembang sehingga berpotensi mengurangi GDP (Gross Domestic Product) dan menambah angka kemiskinan. Di Indonesia sendiri penyakit jantung merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas paling tinggi, hal tersebut seiiring dengan meningkatnya umur harapan hidup, adanya perubahan pola gaya hidup, makin tinggi paparan faktor risiko, dan adanya kondisi lingkungan yang merugikan kesehatan seperti pencemaran udara dan rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat.(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Di Amerika Serikat sejak tahun 1960 tingkat kematian penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan usia sudah mengalami penurunan secara terus menerus. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan angka kematiaan akibat PJK ini, termasuk pengontrolan yang baik akan faktor risiko yang menyebabkan penurunan insidensi PJK, ditambah lagi ada nya kemajuan dalam terapi yang dilakukan. Di tahun 2010, prevalensi terjadinya penyakit jantung koroner meningkat pada usia ,65 tahun (19,8%), diikuti dengan usia 45-64 tahun (7,1%), dan usia 18-44 tahun (1,2%). Prevalensi penyakit jantung koroner juga meningkat pada laki-laki (7,8%) dibandingkan dengan wanita (4,6%), tetapi akan terjadi peningkatan yang drastis pada wanita setelah menopause.(CDC, 2011).

Kenyataan lain menunjukkan bahwa, di Inggris penyakit kardiovaskular membunuh satu dari dua penduduk dalam populasi, dan menyebabkan hampir sebesar 250.000 kematian pada tahun 1998. Satu dari empat laki-laki dan satu dari lima perempuan meninggal setiap tahun karena PJK, yang mempersentasikan sekitar setengah kematian akibat penyakit kardiovaskular. Merupakan konsep


(21)

yang salah bahwa PJK jarang terjadi pada perempuan, faktanya tidak banyak perbedaan antara perempuan dibandingkan laki-laki dalam insiden penyakit ini dihitung berdasarkan harapan hidup yang lebih panjang. Meskipun PJK tetap merupakan penyebab utama kematian dini di inggris, tingkat kematian turun secara progresif selama 20 tahun terakhir. Penurunan ini terutama pada kelompok usia yang lebih muda, dimana, sebagai contoh, terdapat penurunan sebesar 33% pada laki-laki berusia 35-74 tahun dan penurunan sebesar 20% pada perempuan dengan kisaran usia serupa dalam 10 tahun terakhir.(Gray et al., 2005)

2.2. Pengertian

Menurut National Library of Medicine (NLM 2012) penyakit jantung koroner (coronary heart diseases) merupakan suatu penyempitan dari pembuluh darah kecil yang menyuplai darah dan oksigen ke jantung. Penyakit jantung koroner juga disebut penyakit arteri koroner.

Menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI 2011), penyakit jantung koroner, disebut juga penyakit arteri koroner, yaitu suatu kondisi dimana terbentuknya plak pada bagian dalam arteri koronaria. Arteri ini menyuplai darah yang kaya akan oksigen untuk otot jantung.

Penyakit jantung koroner (PJK) sendiri dapat diartikan sebagai penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koronaria. Penyempitan terbanyak dari penyempitan tersebut adalah arterosklerosis yang merupakan suatu kelainan yang terdiri atas fibrilipid dalam bentuk plak yang menonjol atau penebalan pada tunika intima dan pada bagian dalam tunika media.

Proses arterosklerosis ini sudah dimulai pada masa kanak-kanak dan menjadi nyata secara klinik pada kehidupan dewasa. Lebih dari setengah insiden penyakit ini dapat diterangkan kejadiannya oleh hiperkolesterolemia, hipertensi, dan merokok. Terdapat beberapa faktor risiko lain yang juga berperan akan tetapi dalam derajat yang lebih kecil misalnya obesitas, dan aktiviitas fisik yang kurang. Pengendalian terhadap faktor risiko kardiovaskular dihubungkan dengan pencegahan PJK harus sudah dimulai sedini mungkin sebelum terjadi perubahan yang irreversibel pada dinding pembuluh darah. (Siregar dan Lubis, 2006).


(22)

2.3. Patogenesis Arterosklerosis

Lesi arteriosklerosis terutama terjadi pada lapisan paling dalam dinding arteri yaitu lapisan intima. Lesi tersebut meliputi Fatty streak. Fibrous plaque,

Advance (complicated) plaque. 1. Fatty streak

Fatty streak yaitu lesi yang terdiri dari makropag dan sel otot polos yang mengandung lemak yaitu kolesterol dan kolesterol oleat yang berwarna kekuningan. Fatty streak mula-mula tampak pada dinding aorta yang jumlahnya semakin banyak pada usia 8-18 tahun dan baru nampak pada arteri koronaria pada usia 15 tahun.

2. Fibrous plaque

Fibrous plaque merupakan kelanjutan dari fatty streak dimana terjadi proliferasi sel, penumpukan lemak lebih lanjut dan terbentuknya jaringan ikat serta bagian dalam yang terdiri dari campuran lemak dan sel debris sebagai akibat dari proses nekrosis. Lesi yang semakin matang ini dapat tampak pada usia sekitar 25 tahun. Pada fase ini terjadi proliferasi otot polos dimana sel ini akan membentuk fibrous cap. Fibrous cap ini akan menutup timbunan lemak ekstraseluler dan sel debris.

3. Advance (complicated) lesion

Pada lesi yang telah lanjut (advance) jaringan nekrosis yang merupakan inti dari lesi semakin membesar dan sering mengalami perkapuran (calcified), fibrous cap menjadi semakin tipis dan pecah sehingga lesi ini akan mengalami ulserasi dan perdarahan serta terjadi thrombosis yang dapat menyebabkan terjadinya oklusi aliran darah.(Joewono, 2003)

Selain dari proses lesi arteriosklesrosis tersebut ada berbagai pendapat lain sehubungan dengan patogenesis terjadinya arteriosklerosis pada dinding pembuluh darah koroner yaitu berawal dari sel-sel darah putih yang secara normal terdapat dalam sistem peredaran darah. Sel-sel darah putih ini menembus lapisan dalam pembuluh darah dan mulai menyerap tetes-tetes lemak, terutama kolesterol. Ketika mati, sel-sel darah putih meninggalkan kolesterol dibagian


(23)

dasar dinding arteri , karena tidak mampu “mencerna “ kolesterol yang diserapnya itu. Akibatnya lapisan dibawah garis pelindung arteri berangsur-angsur mulai menebal dan jumlah sel otot meningkat, kemudian jaringan parut yang menutup bagian tersebut terpengaruh oleh skelrosis. Apabila jaringan parut itu pecah, sel-sel darah yang mulai beredar mulai melekat ke bagian dalam yang terpengaruh.

Tahap berikutnya gumpalan darah dengan cepat terbentuk pada permukaan lapisan arteri yang robek. Kondisi ini dengan cepat mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan arteri secara total. Apabila darah mengandung kolesterol secara berlebihan, ada kemungkinan kolesterol tersebut mengendap dalam arteri yang memasok darah kedalam jantung (arteri koroner). Akibat yang dapat terjadi ada bagian otot jantung (myocardium) yang mati dan selanjutnya akan diganti dengan jaringan parut. Jaringan parut ini tidak dapat berkontraksi seperti otot jantung. Hilangnya daya pompa jantung tergantung pada banyaknya otot jantung yang rusak. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya pasokan darah ke seluruh tubuh maupun ke otot-otot jantung itu sendiri.(Anies, 2006).


(24)

Gambar 2.1 Proses Aterosklerosis Sumber:

2.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis penyakit jantung koroner (PJK) bervariasi tergantung pada derajat aliran darah koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan tak akan timbul keluhan atau manifestasi klinis. Dalam keadaan normal, dimana arteri koroner tidak mengalami penyempitan atau spasme, peningkatan kebutuhan jaringan otot miokard dipenuhi oleh peningkatan aliran darah, sebab aliran darah koroner dapat ditingkatkan sampai 5 kali dibandingkan saat istirahat, yaitu dengan cara meningkatkan frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup seperti saat melakukan aktifitas fisik, bekerja atau olahraga. Mekanisme pengaturan


(25)

aliran koroner mengusahakan agar pasokan maupun kebutuhan jaringan tetap seimbang agar oksigenasi jaringan terpenuhi, sehingga setiap jaringan mampu melakukan fungsinya secara optimal.(Rilantono et al., 2003)

Seseorang kemungkinan mengalami serangan jantung, karena terjadi iskemia miokard atau kekurangan oksigen pada otot jantung, yaitu jika mengeluhkan adanya nyeri dada atau nyeri hebat diulu hati (epigastrium) yang bukan disebabkan oleh trauma, terjadi pada laki-laki berusia 35 tahun atau perempuan berusia < 40 tahun. Sindrom koroner akut ini biasanya berupa nyeri seperti tertekan benda berat, rasa tercekik, ditinju, ditikam, diremas atau rasa seperti terbakar pada dada. Umumnya rasa nyeri dirasakan dibelakang tulang dada (sternum) disebelah kiri yang menyebar keseluruh dada. Rasa nyeri dapat menjalar ke tengkuk, rahang, bahu, punggung dan lengan kiri. Keluhan lain dapat berupa rasa nyeri atau tidak nyaman di ulu hati yang penyebabnya tidak dapat dijelaskan. Sebagian kasus disertai mual dan muntah, disertai sesak nafas, banyak berkeringat, bahkan kesadaran menurun. Tiga bentuk penyakit jantung ini adalah serangan jantung ( infark miokardium), angina pektoris, serta gangguan irama jantung (aritmia).(Anies, 2006)

2.4.1. Angina Pektoris

Istilah angina pektoris memiliki arti nyeri dada intermitten yang disebabkan oleh iskemia miokardium yang reversibel dan sementara. Diketahui terdapat tiga varian utama angina pektoris: angina pektoris tipikal (stabil), angina prinzmetal (varian), dan angina pektoris tak-stabil.

1. Angina pektoris tipikal atau stabil mengacu pada nyeri dada episodik saat pasien berolahraga atau mengalami bentuk stress lainnya. Angina pektoris stabil biasanya disebabkan oleh penyempitan aterosklerotik tetap (biasanya 75% atau lebih) satu atau lebih arteria koronaria. Nyeri biasanya mereda dengan istirahat (penuruna kebutuhan) atau dengan pemberian nitrogliserin (obat yang dapat meningkatkan aliran darah ke miokardium melalui vasodilatasi koroner)

2. Angina Prinzmetal atau varian mengacu pada angina yang terjadi saat istirahat atau, pada beberapa kasus membangunkan pasien dari tidurnya. Pemeriksaan


(26)

angiografik memperlihatkan bahwa angina prinzmetal berkaitan dengan spasme arteri koronaria. Walaupun biasanya terjadi didekat suatu plak arterisklerotik, spasme dapat mengenai pembuluh normal.

3. Angina pektoris tak-stabil, kadang-kadang disebut angina kresendo, ditandai dengan nyeri angina yang frekuensinya meningkat. Serangan cenderung dipicu oleh olahraga yang semakin ringan, dan serangan menjadi lebih intens dan berlangsung lebih lama daripada episode angina pektoris stabil. Angina tak-stabil merupakan tanda awal iskemia miokardium yang lebih serius dan mungkin ireversibel sehingga kadang-kadang disebut angina prainfark. (Kumar et al., 2007).

2.4.2. Infark Miokardium

Miokardium akut, yang dikenal sebagai “serangan jantung”, merupakan penyebab tunggal tersering kematian di negara industri. Infark miokardium ini meningkat secara progresif seumur hidup. Antara usia 45 dan 55, laki-laki memiliki kemungkinan terkena MI empat sampai lima kali dibandingkan perempuan. Namun untuk penyakit jantung koroner secara umum, risiko penyakit menjadi sama untuk kedua jenis kelamin setelah usia 80 tahun. (Kumar et all, 2007)

Gejala utama serangan jantung berupa nyeri terus menerus pada dada, lengan dan rahang, yang berlangsung selama bebrapa menit sampai beberapa jam. Nyeri timbul secara mendadak dan sangat sakit sehingga kerja jantung menjadi tidak efisien, akibatnya pasokan darah ke otot jantung berkurang. Kondisi ini sangat berbahaya karena jantung hanya dapat berfungsi tanpa pasokan ini dalam waktu pendek, hanya sekitar 20 menit.(Anies, 2006)

2.4.3. Gangguan Irama Jantung

Jantung memiliki pacemaker yang secara otomatis dan secara teratur mengeluarkan impuls. Impuls ini merangsang otot jantung untuk berkontraksi dengan irama teratur. Pembentukan impuls ini diakibatkan karena adanya perpindahan ion-ion positif seperti natrium, kalium atau kalsium masuk keluar


(27)

membrane sel otot jantung, membentuk apa yang disebut fase depolarisasi dan repolarisasi. Apabila terjadi gangguan suplai darah dan oksigen pada otot jantung akibat penyempitan arteri koroner, maka pacemaker dan jaringan konduksi jantung bisa terganggu sehingga timbul gangguan irama jantung. Banyak nama kedokteran untuk menyebutkan nama gangguan irama jantung ini, yang paling sering adalah ekstrasistol, kemudian atrial fibrilasi, atau blok, dan yang paling berbahaya adalah takikardi ventricular yang biasanya mengakibatkan kematian, karena pada takikardi ventricular, jantung hanya bergetar dan praktis tidak bisa memompa lagi.

Adapun jenis gangguan irama nya, keluhan pasien biasanya sama, yaitu berdebar-debar dan napas pendek (tersengal-sengal). Gangguan irama dapat disebabkan oleh banyak hal yang bukan berasal dari jantung. Sebagai contoh: stress, menggunakan obat-obat golongan adrenergik seperti obat asma, obat kurus (penurunan berat badan) dan yang tidak kalah penting adalah ektasi. Beberapa jenis jamu, kopi, teh, dan minuman sehat yang mengandung kafein juga menyebabkan gangguan irama pada orang yang sensitive. Jadi, untuk mengetahui debaran yang dialami apakah disebabkan oleh PJK atau bukan, pertama-tama semua faktor pencetus jantung berdebar harus dihindari, apabila masih berdebar barulah berkonsultasi ke dokter ahli jantung. (Kabo, 2008)

2.5. Faktor risiko

Penyakit Jantung Koroner merupakan suatu penyakit jantung yang menyangkut gangguan dari pembulu darah koroner yang dalam mengenal dan menanganinya membutuhkan perhatian serta pengenalan dari berbagai faktor risiko yang ada pada penderita serta tindakan yang segera dapat diambil terhadap penderita tersebut dalam waktu yang singkat agar tidak terjadi komplikasi yang dapat membawa akibat yang tidak diinginkan.(Djohan, 2004)

Dari hasil epidemiologi lebih kurang 30 tahun yang lalu diketahui beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dan merangsang terbentuknya arterosklerosis. Faktor-faktor ini disebut faktor risiko. Faktor risiko ada yang dapat dimodifikasi dan ada yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang


(28)

penting yang dapat dimodifikasi adalah: merokok, hiperkolesterolemia dan hiperlipoproteinemia, hipertensi, diabetes mellitus, dan kegemukan (obesitas). Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia (laki-laki ≥ 45 tahun; perempuan ≥ 55 tahun atau menopause premature tanpa terapi penggantian esterogen (Price, Wilson, 2005)), jenis kelamin (pria), riwayat keluarga dengan penyakit aterosklerosis.(Rilantono et al., 2003)

2.5.1. Merokok

Merokok merupakan salah satu penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling mencolok selain dari pola makan yang salah. Kebiasaan merokok dikalangan penduduk pria jumlahnya 52,9%, sedangkan wanita 3,9%. Bahkan penelitian yang dilakukan di tujuh sekolah di Jakarta menunjukkan bahwa anak pria sudah merokok sejak usia 10 tahun. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2004, kebiasaan merokok pada remaja usia 15-19 tahun telah meningkat sebanyak 2%, pada tahun 2001 dan 2003, menjadi 60%. Padahal merokok merupakan faktor primer penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah.

Berbagai hasil penelitian telah membuktikan bahwa pecandu rokok memiliki faktor dominan terkena penyakit kanker dan serangan jantung. Bahan dalam asap rokok yang membahayakan kesehatan jantung adalah nikotin dan CO(karbon). Setiap batang rokok yang dibakar akan menghasilkan 3-6% karbonmonoksida dan sekitar 0,5 mg nikotin. Kadar CO dalam darah seorang perokok bisa mencapai 5%. Keadaan ini akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Akibatnya, perokok memiliki risiko 3 kali lebih besar tekena penyakit jantung dibandingkan dengan yang bukan perokok. Kenyataan membuktikan bahwa rokok dapat menyebabkan kematian dua kali lebih sering bagi mereka yang sebelumnya pernah terkena serangan jantung. (Djohan, 2004) Jumlah rokok yang dihisap dapat dihitung dalam satuan batang, bungkus atau pak per harinya. Jenis perokok sendiri dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu:

1. Perokok ringan yaitu apabila menghisap rokok kurang dari 10 batang per hari. 2. Perokok sedang yaitu apabila menghisap rokok 10-20 batang per hari


(29)

3. Perokok berat yaitu apabila menghisap rokok lebih dari 20 batang per hari ( Bustan, 2000 dalam Jode, 2011)

Menurut penelitian, pengurangan jumlah batang rokok bagi pecandu rokok berat sebenarnya tidak terlalu berpengaruh dan hanya melakukan pengurangan risiko sedikit sekali terhadap bahan beracun berbahaya tembakau. Hal ini disebabkan si perokok berat agaknya menghirup lebih sering dan lebih dalam dari setiap batang yang mereka hisap, mencoba untuk mendapatkan nikotin sejumlah tubuh mereka bisa dapatkan. Untuk itu penting sekali, bagi para pecandu rokok, menyadari bahwa mengurangi jumlah batang rokok yang diisap setiap harinya tidak akan secara otomatis meningkatkan kodisi kesehatan tubuh (Sudjaswadi, 2008). Sedangkan jika berhenti merokok penurunan risiko PJK akan berkurang 50% pada akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang tidak merokok setelah behenti merokok 10 tahun.

2.5.2. Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup penting karena termasuk faktor risiko utama PJK disamping hipertensi dan merokok. Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh (diet). Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah disamping diet adalah keturunan, umur, dan jenis kelamin, obesitas, stress, alkohol, exercise. Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui adanya risiko PJK dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah:

a. Kolesterol Total

Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah (200mg/dl, bila > mg/dl berarti risiko untuk terjadinya PJK meningkat.

Tabel 2.1. kadar kolesterol total

Kadar kolesterol total

Normal Agak tinggi Tinggi


(30)

b. LDL Kolesterol

LDL (Low Density Lipoprotein) control merupakan jenis kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol): karena kadar LDL yang meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadal LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui risiko PJK dari pada kolesterol total. (NCEP mengajukan panduan pengobatan pada tahun 1993 (Adult treatment Panel II [ATP II]) yang menemukan kolesterol LDL sebagai faktor penyebab penyakit jantung koroner (Price dan Wilson,2005)

Tabel 2.2. Kadar LDL Kolesterol

Kadar LDL kolesterol

Normal Agak tinggi (pertengahan) Tinggi

<130 mg/Dl 130-159 mg/dL ≥160 mg/dL

c. HDL Kolesterol

HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol): karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

Tabel 2.3. kadar HDL Kolesterol

Kadar HDL Kolesterol

Normal Agak Tinggi

(pertengahan)

Tinggi

< 45 mg/dl 35-45 mg/dl >35 mg/dl

Jadi , makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.


(31)

Rasio kolesterol total : HDL kolesterol sebaiknya (4,5 pada laki-laki dan 4.0 pada perempuan). Semakin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol semakin meningkat pula risiko PJK.

e. Kadar Trigliserida

Trigliserida didalam yang terdiri dari tiga jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak tunggal dan lemak jenuh ganda. Kadar trigliserida yang tinggi merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK.

Tabel 2.4. Kadar Trigliserida

Kadar Trigliserid

Normal Agak tinggi Tinggi Sangat Tinggi

<150 mg/dl 150-250 mg/dl 250-500 mg/dl > 500mg/dl

Kadar trigliserida perlu diperiksa pada keadaan sbb: bila kadar kolesterol > 200 mg/dl, PJK, ada keluarga menderita PJK < 55 tahun, ada riwayat keluarga dengan kadar trigliserida yang tinggi, ada penyakit DM & pancreas. ( Djohan, 2004)

2.5.3. Hipertensi

Di Indonesia belum ada penelitian nasional multisenter yang menggambarkan preevalensi secara tepat. Boedhi Darmojo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian melaporkan bahwa 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah pasien hipertensi. Pada umumnya prevalensi hipertensi berkisar antara 8,6-10%. Terlihat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan, seperti pada penelitian Susalit E laporan yang mendapatkan angka 14,2% pada masyarakat di pinggiran kota Jakarta. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi dan adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.(Yusuf, 2008)


(32)

Table 2.5. Klasifikasi Tekan Darah untuk Dewasa berdasarkan JNC-7 2003

Klasifikasi tekanan darah TDS(mmHg) TDD(mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 atau 100

Risiko PJK secara langsung berhubungan dengan tekanan darah: untuk setiap penurunan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg risiko PJK berkurang sekitar 16%. (Houn et al.,2005). Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung berat dan lamanya hipertensi. Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner yang dapat menyebabkan angina pektoris. Penelitian Framingham menunjukkan penderita hipertensi yang mengalami miokard infark mortalitasnya 3x lebih besar daripada penderita yang normotensi dengan miokard infark. (Djohan, 2004)

2.5.4 OBESITAS

Secara fisiologis obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau syndrome resistensi insulin. Pengukuran kadar lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai penggantinya dipakai Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan lebih atau obesitas pada orang dewasa.

Mortalitas yang berkaitan denagan obesitas, terutama obesitas sentral, sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolic merupakan suatu wkelompok kelainan metabolic yang selain obesitas meliputi,


(33)

resistensi insulin, gangguan toleransi-glukosa, abnormalitas trigliserida, difungsi endotel, dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri atau bersam-sama merupakan faktor risiko utama terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner (PJK) dan/ stroke.(Sudoyo et al., 2006)

Tabel 2.6. KlasifikasiIMT (WHO dalam The Asia –Pacific Perspective;2000).

Klasifikasi IMT Kg/m2

BB kurang (underweight) <18,5

Normal 18,5-23,9

BB lebih (overweight) ≥23

Obesitas, kelas I 23-24,9

Obesitas, kelas II 25,0-29,9

Obesitas ekstrim, kelas III ≥30

2.5.5. Diabetes Melitus

Penderita diabetes menderita PJK yang lebih berat, lebih progresif, lebih kompleks dan lebih difus dibandingkan kelompok kontrol dengan usia yang sesuai. Secara umum, penyakit jantung koroner terjadi pada usia lebih muda pada penderita diabetes dibandingkan pada penderita nondiabetik. Pada diabetes tergantung insulin (IDDM), penyakit koroner dini dapat dideteksi pada studi populasi sejak dekade keempat, dan pada usia 55 tahun hingga sepertiga pasien meninggal karena komplikasi PJK; adanya mikroalbuminemia atau nefropati diabetic meningkatkan risiko PJK secara bermakna.

Risiko terjadinya PJK pada pasien NIDDM adalah dua hingga empat kali lebih tinggi daripada populasi umum dan tampaknya tidak terkait dengan derajat keparahan atau durasi diabetes, mungkin karena adanya resistensi insulin dapat mendahului onset gejala klinis 15-25 tahun sebelumnya.(Huon, Keith, John, dkk,2004). Penelitian lain menunjukkan laki-laki yang menderita DM risiko PJK 50% lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada perempuan risikonya menjadi 2x lipat.(Djohan,2004)


(34)

Diabetes mskipun merupakan faktor risiko independen untuk PJK, juga berkaitan dengan adanya abnormalitas dengan metabolism lipid, obesitas, hipertensi sistemik, dan peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi platelet dan peningkatan kadar fibrinogen). Hasil CABG jangka panjang tidak terlalu baik pada penderita diabetes, dan pasien diabetik memiliki peningkatan mortalitas dini serta risiko stenosis berulang pasca angioplasti koroner.(Gray et al, 2004)

2.5.6. Jenis Kelamin dan Hormon Seks

Morbiditas akibat PJK pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki daripada perempuan. Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah menopause insidensi PJK meningkat dengan cepat dan sebanding dengan insidensi pada laki-laki. Perokok mengalami menopause lebih dini daripada bukan perokok.(Gray et al., 2005) Di Amerika serikat gejala PJK umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini menunjukkan risiko PJK lebih tinggi daripada perempuan.(Djohan, 2004)

Gejala PJK pada perempuan dapat atipikal: hal ini, bersama dengan bias jender, kesulitan dalam interpretasi pemeriksaan standart (misalnya tes latihan treadmil) menyebabkan perempuan lebih jarang diperiksa dibandingkan laki-laki. Selain itu, manfaat prosedur revaskularisasi lebih menguntungkan pada laki-laki dan berhubungan dengan tingkat komplikasi periopratif yang lebih tinggi pada perempuan. Penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko PJK sekitar tiga kali lipat tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa risiko preparat generasi ketiga terbaru lebih rendah. Terdapat hubungan sinergis antara pengguna kontrasepsi oral dan merokok, dengan risiko relatif infark miokard lebih dari 20:1. (Gray et al, 2005)

2.5.7. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga PJK pada keluarga yang langsung berhubungan darah yang berusia kurang dari 70 tahun merupakan faktor independen untuk terjadinya


(35)

PJK, dengan rasio odd dua hingga empat kali lebih besar daripada populasi kontrol. Agregasi PJK keluarga menandakan adanya predisposisi genetik pada keadaan ini. Terdapat beberapa bukti bahwa riwayat keluarga yang positif dapat mempengaruhi usia onset PJK pada keluarga dekat. (Gray et al., 2005)

Riwayat penyaki jantung koroner dalam keluarga (yaitu, saudara laki-laki atau orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan kemungkinan timbulnya arterosklerosis prematur. Keturunan dari seseorang penderita penyakit jantung koroner prematur diketahui menyebabkan perubahan dalam penanda arterosklerosis awal, misal reaktivitas arteria brakialis dan peningkatan tunika intima arteria karotis dan penebalan tunika media. Adanya hipertensi, seperti peningkatan homosistein dan peningkatan lipid, ditemukan pada individu tersebut. Penelitian yang telah dilakukan mengesankan bahwa adanya riwayat dalam keluarga mencerminkan suatu predisposisi genetik terhadap disfungsi endotel dalam arteria koronaria.(Price dan Wilson,2005)

2.5.8. Alkohol

Menurut Levintha (1996), istilah ketergantungan terhadap alkohol merupakan suatu istilah yang digunakan oleh para professional. Namun , secara umum ketergantungan terhadap alkohol lebih dikenal sebagai alkoholisme. Alkoholisme adalah kondisi dimana konsumsi alkohol telah menimbulkan masalah besar area psikologi, fisik, sosial, dan pekerjaan yang ditandai dengan kecenderungan untuk meminum lebih dari pada yang direncanakan, kegagalan usaha untuk menghentikan minum-minuman keras dan terus meminum-minuman keras walaupun dengan konsekuensi social dan pekerjaan yang merugikan.(Hawari, 2004 dalam widodo, 2007)

Penggunaan alkohol secara berlebihan dan dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan berbagai masalah serius. Antar lain adalah kemunduran psikologis dan kerusakan pada berbagai organ tubuh, yaitu, malnutrisi, kanker hati (cirrbosis), kerusakan pada kelenjar endokrin dan pancreas, gagal jantung, hipertensi, stroke, penyumbatan pembuluh darah, bahkan memusnakan sel-sel otak.(prabowon dan Riyanti, 1998 dalam widodo, 2007)


(36)

Meskipun ada satu dasar teori mengenai efek protektor alkohol dosis rendah hingga moderat, hal ini masih kontroversial. Alkohol dalam dosis rendah dapat meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, namun tidak semua literature mendukung konsep ini. Peningkatan dosis alkohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas kardiovaskular karena aritmia, hiperetnsi sistemik, dan kardiomiopati dilatasi.(Gray et al., 2005)

2.5.9. Usia

Semua bentuk penyakit kardiovaskular meningkat frekuensinya berhubungan dengan usia, bahkan faktor risiko kardiovaskular ini belum banyak diketahui, menunjukkan bahwa proses penuaan dapat mengubah fungsi vaskuler. Dalam beberapa studio relaksasi endothelium-dependent oleh asetilkolin menurun karena proses penuaan. Pada manusia, peningkatan aliran darah koroner disebabkan oleh infuse asetilkolin akan menurun seiring usia. (Sargowo, 2003)

Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 dan meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol laki-laki dan perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause (45-0 tahun) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki.(Djohan, 2004)

2.6. Diagnosis PJK

Prof .Dr.dr.Idris,SpJP.FESC. Untuk memberikan pengobatan seorang dokter harus mngetahui dulu penyakit/diagnosis pasiennya yaitu dengan cara mengumpulkan sebanyak mungkin keterangan baik subjektif maupun objektif untuk kemudian mengambil kesimpulan. Pengumpulan keterangan dilakukan melalui anamnesa (wawancara), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan alat .


(37)

 Anamnesis/wawancara

- Keluhan yang dirasakan si pasien

Penyakit ini timbul dengan keluhan dada seperti diikat atau nyeri seperti ditekan di bagian tengah dada yaitu angina atau infark miokard. Yang lebih jarang, keluhan yang timbul adalah aritmia atau gangguan konduksi, atau gagal jantung. (Rubenstein et al., 2005).

- Faktor risiko PJK

 Pemeriksaan fisik

- Dengan menggunakan stetoskop

 Pemeriksaan penunjang

Tergantung kebutuhannya, bergam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasive sifatnya.

- Elektrokardiogram (EKG) - Foto rontgen dada

- Pemeriksaan laboratorium (kadar kolesterol dan kenaikan enzim jantung)

Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter jantung/kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan:

- Treadmill

- Kateterisasi jantung “Gold Standard” untuk PJK, karena dapat terlihat jelas tingkat penyempitan dari pembuluh arteri koroner, apakah ringan ,sedang, atau berat bahkan total.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh darah dilengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke muara pembulu koroner, setelah tepat dilubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembulu koroner. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malah mungkin tidak ada penyumbatan.


(38)

2.7. Penatalaksanaan

Atas dasar hasil kateterisasi jantung yang dilakukan akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut.

- Obat-obatan (aspirin, penyekat , antagonis kalsium, nikorandil dan terapi penurun lipid) dan melakukan pencegahan serta pengendalian faktor risiko (merokok, diet dan penurunan berat badan, olahraga serta gaya hidup).( Gray et al., 2005)

- Balonisasi

- Pemasangan stent, semacam penyangga seperti cincin untuk mencegah kembalinya penyempitan, ataupun


(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Adanya variabel untuk faktor risiko yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, hipertnsi, hiperkolesterolemia, diabetes melitus, obesitas, dan peminum alkohol. Variabel-variabel ini mendukung terjadinya penyakit jantung koroner pada kelompok usia ≤ 45 tahun.

Gambar 3.1. Faktor–faktor yang berisiko terhadap penderita penyakit jantung koroner pada usia ≤ 45 tahun.

3.2. Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki bebrapa batasan sebagai berikut:

3.2.1. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang disebabkan karena penyempitan arteri koronaria yang berfungsi sebagai penyuplai darah, nutrisi, dan oksigen ke jantung.

Faktor-faktor yang berisiko terhadap kejadian Modifiable risk factors:

- Merokok - Hipertensi

- Hiperkolesterolemia - Diabetes Melitus - Obesitas

- Alkohol

Non Modifiable risk factor:

- Jenis kelamin - Riwayat keluarga

Penyakit Jantung Koroner


(40)

3.2.2. Faktor Risiko PJK

Faktor risiko penyakit jantung koroner adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan merangsang terbentuknya aterosklerosis. Faktor risiko PJK dibagi dalam dua kelompok, yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi merupakan kelompok faktor risiko yang ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan fungsi tubuh yang normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk kelompok ini adalah:

a. Jenis kelamin adalah laki-laki atau perempuan yang didiagnosa dengan PJK berdasarkan data rekam medis di RSUP.H.Adam Malik tahun 2009-2011.

 Variabel : jenis kelamin

 Alat Ukur : rekam medis .

 Kategori : laki-laki dan perempuan

 Skala pengukuran : nominal

b. Riwayat keluarga adalah riwayat yang menyatakan adanya anggota keluarga subjek penelitian yang menderita PJK berdasarkan data rekam medis di RSUP.H.Adam Malik tahun 2009-2011.

 Variabel : riwayat keluarga

 Alat Ukur : rekam medis

 Kategori : ada riwayat keluarga dan

tidak ada riwayat keluarga

 Skala pengukuran : nominal

2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasimerupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat dimodifikasi. Faktor risiko utama yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

a. Merokok adalah kebiasaan merokok yang dilakukan penderita PJK berdasarkan data rekam medis di RSUP.H.Adam.Malik tahun 2009-2011.


(41)

 Variabel : merokok

 Alat Ukur : rekam medis :

 Kategori : perokok dan tidak perokok

 Skala pengukuran : nominal

b. Hipertensi adalah apabila tekanan darah pasien PJK ≥ 140/90 mmHg berdasarkan data rekam medis di RSUP.H.Adam Malik tahun 2009-2011.

 Variabel : hipertensi

 Alat Ukur : rekam medis

 Kategori : hipertensi dan tidak hipertensi

 Skala pengukuran : nominal

c. Hiperkolesterolemia adalah apabila kadar kolesterol LDL (≥ 130 mg/dL) pada pasien PJK berdasarkan data rekam medis di RSUP.H.Adam Malik tahun 2009-2011.

 Variabel : hiperkolesterolemia

 Alat ukur : rekam medis

 Kategori : hiperkolesterolemia dan tidak hiperkolesterolemia tidak ada keterangan

 Skala pengukuran : nominal

d. Diabetes melitus adalah apabila kadar gula darah ( sewaktu : ≥ 200 mg/dL), (puasa : ≥ 126 mg/dL) dan sudah pernah didiagnosa sebagai diabetes melitus pada pasien PJK berdasarkan data rekam medis di RSUP.H.Adam Malik tahun 2009-2011.

 Variabel : diabetes mellitus

 Alat Ukur : rekam medis

 Kategori : diabetes mellitus, dan

tidak diabetes melitus


(42)

e. Obesitas adalah apabila (IMT ≥ 23 kg/m 2) pada pasien PJK berdasarkan data rekam medis di RSUP.H.Adam Malik tahun 2009-2011.

 Variabel : obesitas

 Alat Ukur : rekam medis

 Kategori : obesitas dan tidak obesitas

 Skala pengukuran : nominal

f. Alkoholik adalah kebiasaan meminum alkohol yang dapat menyebabkan ketergantungan pada penderita PJK berdasarkan data rekam medis di RSUP.H.Adam.Malik tahun 2009-2011.

 Variabel : alkohol

 Alat Ukur : rekam medis

 Hasil ukur : alkoholik dan nonalkoholik


(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong melintang (cross-sectional) untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi pada pasien penyakit jantung koroner pada usia ≤ 45 tahun. Yang dimaksud dengan deskriptif ialah studi yang ditujukan untuk mengetahui atau mendapatkan distribusi dan frekuensi dari kejadian penyakit atau masalah kesehatan pada rentang waktu tertentu. Dimana dalam satu kali pengamatan dengan menggunakan rekam medik akan didapatkan data faktor-faktor risiko terhadap PJK pada subjek penelitian.

4.2. Lokasi dan waktu penelitian 4.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil data rekam medis di RSUP Haji Adam Malik, Medan. . Alasan pemilihan lokasi ini karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah regional Sumatera Utara dan rumah sakit ini memiliki data rekam medis yang baik, serta merupakan salah satu rumah sakit pendidikan.

4.2.2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2012.

4.3. Populasi dan sampel penelitian 4.3.1. Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh pasien di RSUP Haji Adam Malik Medan selama periode 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2011 yang menderita penyakit jantung koroner pada usia ≤ 45 tahun.


(44)

4.3.2. Sampel penelitian

Sampel penelitian ini adalah data laki-laki atau perempuan penderita penyakit jantung koroner usia ≤ 45 tahun di RSUP.H.Adam Malik, Medan periode 1 januari 2009 sampai 31 Desember 2011. Besar sampel diperoleh dengan metode total sampling.

a. Kriteria Inklusi

 Seluruh pasien laki-laki / perempuan penyakit jantung koroner pada usia ≤ 45 tahun di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2009 – 2011 yang tercatat dalam rekam medik.

b. Kriteria Eksklusi

 Rekam medis yang rusak, tidak terbaca dan hilang di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2009-2011.

4.4. Metode pengumpulan data

Pada pelaksanaan penelitian, data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan periode 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2011. Cara yang digunakan adalah observasi rekam medis. Rekam medis pasien usia ≤ 45 tahun yang telah didiagnosa sebagai penyakit jantung koroner.

4.5. Pengolahan dan analisis data

Data rekam medis yang didapat akan dikumpulkan dan dikelompokkan dari setiap penderita penyakit jantung koroner usia ≤ 45 tahun berdasarkan jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, peminum alkohol, tekanan darah, kadar kolesterol, kadar gula darah, dan indeks massa tubuh di RSUP Haji Adam Malik, Medan periode 1 Janari sampai 31 Desember. Kemudian data akan diolah dengan bantuan sistem perangkat lunak program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution for Windows). Setelah itu dilakukan analisa secara deskriptif dengan melihat presentase data yang terkumpul dan disajikan dalam table-tabel distribusi frekuensi.


(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dari tanggal 13 Juli sampai tanggal 19 Juli 2012 di RSUP H. Adam Malik Medan dengan total sampel 68 orang.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum H. Adam Malik. Rumah Sakit ini terletak di Medan, Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no.17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit pemerintah dengan kategori kelas A, RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standard an tenaga kesehatan yang kompeten.

Selain itu, RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga kita dapat menjumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi.

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel penelitian ini adalah penderita penyakit jantung koroner yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti dan diambil dari rekam medis dengan jumlah data yang dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 68 orang.


(46)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur

Umur Sampel (Tahun)

Frekuensi (Orang)

Presentase (%)

≤ 25 2 2.9

26-30 4 5.9

31-35 5 7.4

36-40 17 25.0

41-45 40 58.8

Jumlah 68 100

Berdasarkan tabel 5.1. dapat diketahui bahwa dari 68 penderita penyakit jantung koroner, persentase tertinggi terdapat pada kelompok umur 41-45 tahun yaitu sebanyak 40 responden (58,8%), sedangkan persentase terendah pada kelompok umur ≤ 25 tahun yaitu sebanyak 2 responden(2,9%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi

(Orang)

Persentase (%)

Laki-laki 59 86.8

Perempuan 9 13.2

Jumlah 68 100

Berdasarkan tabel 5.2. dapat diketahui bahwa dari 68 penderita penyakit jantung koroner, persentase tertinggi terdapat pada jenis kelamin laki-laki 59 responden (86,8%), sedangkan persentase perempuan hanya 9 responden (13,2%).


(47)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Riwayat Keluarga

Riwayat Keluarga Frekuensi

(Orang)

Persentase (%)

Ya 3 4.4

Tidak 65 95.6

Tidak diketahui 0 0

Jumlah 68 100

Berdasarkan tabel 5.3. dapat diketahui bahwa dari 68 penderita penyakit jantung koroner, persentase tertinggi terdapat pada golongan yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita PJK yaitu 65 responden (96,6%), sedangkan hanya 3 responden (4,4%) yang memiliki riwayat keluarga menderita PJK..

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Merokok Frekuensi

(Orang)

Persentase (%)

Ya 35 51.5

Tidak 33 48.5

Tidak diketahui 0 0

Jumlah 68 100

Berdasarkan tabel 5.4. dapat diketahui bahwa dari 68 penderita penyakit jantung koroner, persentase tertinggi terdapat pada golongan yang merokok yaitu 35 respoden (51,5%), sedangkan pada golongan yang tidak merokok terdapat 33 responden (48,5%).


(48)

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Penyakit Hipertensi

Hipertensi Frekuensi

(Orang)

Persentase (%)

Ya 25 36.8

Tidak 43 63.2

Tidak diketahui 0 0

Jumlah 68 100

Berdasarkan tabel 5.5. dapat diketahui bahwa dari 68 penderita penyakit jantung koroner, persentase tertinggi terdapat pada golongan yang tidak hipertensi yaitu 43 responden (63,2%), sedangkan pada golongan yang hipertensi terdapat 25 responden (36,8%).

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Keadaan Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia Frekuensi

(orang)

Persentase (%)

Ya 16 23.5

Tidak 9 13.2

Tidak diketahui 43 63.2

Jumlah 68 100

Berdasarkan tabel 5.6. dapat diketahui bahwa dari 68 penderita penyakit jantung koroner, persentase tertinggi pada golongan yang tidak diketahui keadaan hiperkolesterolemianya yaitu 43 responden (63,2%). Sementara penderita tanpa hiperkolesterolemia hanya sejumlah 9 orang (13,2%) dan penderita PJK yang dalam keadaan hiperkolesterolemia sebanyak 16 orang (23,5%).


(49)

Tabel 5.7. Distribusi Sampel Berdasarkan Penyakit Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus Frekuensi

(Orang)

Persentase (%)

Ya 12 17.6

Tidak 56 82.4

Tidak diketahui 0 0

Jumlah 68 100

Berdasrkan tabel 5.7. dapat diketahui bahwa dari 68 penderita penyakit jantung koroner, persentase tertinggi pada golongan yang tidak memiliki penyakit diabetes mellitus yaitu 56 responden (82,4%), sedangkan pada golongan yang memiliki penyakit diabetes mellitus hanya 12 responden (17,6%).

Table 5.8. Distribusi Sampel Berdasarkan Keadaan Obesitas

Obesitas Persentase

(Orang)

Frekuensi (%)

Ya 52 76.5

Tidak 16 23.5

Tidak diketahui 0 0

Jumlah 68 100

Berdasarkan tabel 5.8. dapat diketahui bahwa dari 68 penderita penyakit jantung koroner, persentase tertinggi pada golongan yang obesitas yaitu 52 responden (76.5%), sedangkan pada golongan yang tidak obesitas hanya 16 responden (23,5%).


(50)

Table 5.9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Alkohol

Alkohol Frekuensi

(orang)

Persentase (%)

Ya 2 2.9

Tidak 66 97.1

Tidak diketahui 0 0

Jumlah 68 100

Berdasarkan tabel 5.9. dapat diketahui bahwa dari 68 penderita penyakit jantung koroner, persentase tertinggi pada golongan yang tidak mengkonsumsi alkohol yaitu 66 responden (97,1%), sedangkan pada golongan yang mengkonsumsi alkohol hanya 2 responden (2.9%).

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner usia ≤ 45 tahun di RSUP H. Adam Malik, Medan tahun 2009-2011 akan dibahas sebagai berikut.

5.2.1. Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa laki-laki lebih banyak menderita penyakit jantung koroner, yaitu sebanyak 59 orang (86,8%). Sedangkan pada perempuan hanya sebanyak 9 orang (13,2%). Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Abidin (2008), dalam penelitiannya di RSUP DR Wahidin Makasar Tahun 2008, yang menemukan bahwa penderita penyakit jantung koroner terbesar pada laki-laki (75%).

Data WHO menunjukkan bahwa pria berisiko menderita PJK lebih tinggi daripada wanita premenopse. Hal ini dikarenakan wanita yang belum menopause memiliki hormon estrogen yang tinggi yang memiliki efek protektif terhadap penyakit jantung koroner.


(51)

5.2.2. Riwayat Keluarga

Dari hasil penelitian terlihat persentase terbesar kejadian penyakit jantung koroner terjadi pada pasien yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita PJK yaitu sebanyak 65 orang (95,6%), sedangkan hanya 3 orang pasien (4,4%) yang memiliki riwayat keluarga menderita penyakit yang sama. Menurut Khurram et al. (2012), sekitar 51% pasien PJK memiliki riwayat keluarga sedangkan 40% pasien PJK tidak memiliki riwayat keluarga. Hal ini mungkin dikarenakan faktor genetik bukanlah satu-satunya faktor penyebab PJK, masih ada faktor lingkungan yang dapat memengaruhi terjadinya penyakit tersebut. Interaksi kedua faktor ini lah yang akan meningkatkan risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner.

5.2.3. Merokok

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar pasien penyakit jantung koroner memiliki riwayat merokok, yaitu sebanyak 35 orang (51,5%), sedangkan yang tidak memiliki riwayat merokok sebanyak 33 orang (48,5%). Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian Supriyono (2008), tentang faktor risiko PJK usia ≤ 45 tahun di RSUP Dr.Kariadi Semarang, yang menunjukkan bahwa persentase merokok pada pasien penderita penyakit jantung koroner sebanyak 51 orang (63,5%) dari 80 responden yang ada.

Kebiasaaan merokok merupakan salah satu faktor risiko penting untuk terjadinya penyakit jantung koroner pada laki-laki dan wanita usia muda. Di Amerika Serikat, lebih dari 440 ribu pasien dari total 2,4 juta jiwa meninggal akibat menderita PJK yang diawali dengan kebiasaan merokok(AHA, 2012). Hal ini disebabkan karena pembentukan substansi lemak di arteri (penebalan dinding pembuluh darah) yang dipicu oleh zat yang terkandung didalam rokok yaitu nikotin dan karbon,nsehingga menyebabkan perokok memiliki risiko 3 lebih besar terkena penyakit jantung dibandingkan yang bukan perokok.


(52)

5.2.4. Hipertensi

Berdasarkan faktor risiko penyakit penyerta hipertensi, diketahui bahwa persentase penderita PJK lebih besar pada kelompok yang tidak menderita hipertensi yaitu sebanyak 43 orang (63,2%), sedangkan pasien PJK yang menderita hipertensi sebanyak 25 orang (36,8%). Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Abidin (2008) tentang faktor risiko PJK pada pasien rawat inap di RSUP DR Wahidin Makasar Tahun 2008 yang menunjukkan bahwa penderita PJK dengan riwayat hipertensi sebanyak 84 orang (63,6%) dari 132 kasus.

Menurut Hughes et al. (2001), penderita PJK yang memiliki riwayat hipertensi sebanyak 74 orang (59,2%) dari 125 kasus yang ada. Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel dan kriteria usia yang dibuat oleh peneliti sehingga didapatkan hasil yang berbeda. Sebagaiman penelitian Rahajeng (2009), yang menyatakan bahwa kejadian hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia, menyebabkan perubahan struktur pada pembuluh darah yang menjadi kaku, sebagai akibat dari meningkatanya tekanan darah sistolik.

\ 5.2.5 Hiperkolesterolemia

Berdasarkan distribusi faktor risiko penyakit jantung koroner, didapatkan bahwa persentase penderita PJK pada kelompok penderita yang memiliki keadaan hiperkolesterolemia, yaitu sebanyak 16 orang (23,5%), sedangkan penderita PJK yang tidak memiliki keadaan hiperkolesterolemia sebanyak 9 orang (13,2%), dan 43 orang (63,2%) tidak diketahui datanya didalam rekam medis. Sehingga hasil penelitian untuk variabel hiperkolesterolemia ini tidak dapat digunakan, karena tingginya persentase pasien yang kadar lipidnya tidak terdata di dalam rekam medis.

Menurut British Heart Foundation (2012), pada tahun 2008, prevalensi hiperkolesterolemia lebih tinggi terjadi pada wanita (66%) dibandingkan dengan pria (39%). Hiperkoleterolemia didalam darah


(53)

diakibatkan oleh adanya pembentukan plak pada arteri yang akhirnya menyebabkan thrombosis. Selain itu, di RSUP H.Adam Malik sendiri terjadi peningkatan hiperkolesterolemia dari tahun 2009 (13,5%) ke tahun 2010 (19,2%) menurut penelitian Keliat (2011).

Ketidaklengkapan data ini mungkin disebabkan karena sebagian besar hasil laboratorium kadar lipid pasien –pasien rujukan di RSUP H.Adam Malik dapat membawa pulang hasil laboratorium nya sendiri.

5.2.6. Diabetes Mellitus

Berdasarkan hasil penelitian faktor risiko penyakit penyerta diabetes mellitus, diperoleh hasil penelitian bahwa persentase pasien PJK lebih besar pada kelempok yang tidak menderita diabetes mellitus yaitu sebanyak 56 orang (82,4%), sedangkan pasien PJK yang menderita diabetes mellitus sebanyak 12 orang (17,6%). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Muginrarao (2010) tentang gambaran diabetes mellitus pada pasien PJK di RSUP H. Adam Malik Tahun 2010, yang menyebutkan bahwa penderita diabetes mellitus sebanyak 33 orang (66%) dari 50 kasus yang menderita PJK.

Penelitian yang sama telah dilakukan di Inggris dikatakan pada tahun 2009 prevalensi penderita PJK yang memiliki penyakit penyerta DM sebanyak laki-laki (7%) dan perempuan (5%) dan meningkat setiap tahun. (BHF, 2012). Sebagaimana diketahui bahwa keadaan diabetes mellitus yang tidak terkontrol, menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Jika hal ini terjadi berlama-lama dapat menyebabkan dislipidemia ( peningkatan konsentrasi lemak darah) yang pada akhirnya merusak pembuluh darah. (Gray et al, 2004) menyatakan dalam bukunya terjadinya PJK akibat diabetes mellitus tidak hanya dikarenakan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid, tetapi peningkatan trombogenesis (peningkatan adhesi platelet dan peningkatan kadar fibrinogen) juga merupakan hal yang penting.


(54)

Perebedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel dan kriteria usia yang dibuat oleh peneliti, selain itu mungkin faktor risko lain yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner lebih berpengaruh dibandingkan kedaan diabetes mellitus pada pasien-pasien yang diteliti.

5.2.7. Obesitas

Distribusi faktor risiko PJK berdasarkan keadaan obesitas, diperoleh hasil penelitian bahwa sebanyak 52 orang penderita PJK (76,5%) mengalami obesitas, sedangkan hanya 16 orang (23,5%) yang tidak mengalami obesitas.

Hasil serupa juga ditunjukkan oleh Hariadi dan Ali (2005), dalam penelitiannya di Makasar, yang menyatakan bahwa 58 orang penderita PJK mengalami obesitas (68,2%) dari 85 kasus PJK yang ada. Hal ini terjadi karena pada pasien-pasien yang dalam keadaan obesitas terjadi penurunan adiponektin. Dimana adiponektin ini adalah salah satu protein spesifik yang disekresikan jaringan lemak yang mempunyai efek protektif sebagai antiaterogenik dan dapat menekan penempelan leukosit pada endotel, sehingga menghambat perkembangan aterogenesis yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.

5.2.8. Alkohol

Berdasarkan faktor risiko konsumsi alkohol, sebagian besar kasus penyakit jantung koroner terjadi pada pasien yang tidak ada riwayat konsumsi alkohol sebelumnya yaitu 66 orang (97,1%), sedangkan yang mempunyai riwayat konsumsi alkohol sebanyak 2 orang (2.9%). Penelitian lain di Inggris pada tahun 2009 menunjukkan bahwa sekitar 25% laki-laki dan 15% perempuan mengkonsumsi alkohol (BHF, 2012). Dengan mengkonsumsi alkohol, faktor risiko terkena PJK meningkat sekitar 45%. Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dan dalam jangka waktu yang panjang juga dapat menimbulkan berbagai masalah serius,


(55)

diantaranya dapat meningkatkan tekanan darah dan penyumbatan pada pembuluh darah, diamana kedua hal ini sebagai faktor pencetus untuk

terjadinya penyakit jantung koroner

(Riyanti, 2007).

Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh sebagian besar pasien PJK yang datang berobat ke RSUP H. Adam Malik yang tidak mengkonsumsi alkohol.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang saya peroleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Kejadian PJK untuk usia ≤ 45 tahun di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2009-2011 adalah sebanyak 68 kasus. Untuk laki-laki sebanyak 59 orang ( 86,8%), untuk pasein PJK yang dalam keadaan obesitas sebanyak 52 orang ( 76,5%) dan pasien PJK yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 35 orang (51,5%), sedangkan pasien PJK yang mengalami hiperkolesterolemia hanya 16 orang dan data untuk hiperkolesterolemia yang tidak memiliki keterangan dalam rekam medik sebanyak 43 orang (63,2%).

Untuk pasien PJK yang memiliki penyakit penyerta hipertensi sebanyak 25 orang (36,8%), dan pasien PJK yang memiliki penyakit penyerta diabetes mellitus sebanyak 12 orang (17,6%), kemudian untuk pasien PJK yang memiliki riwayat keluarga menderita PJK sebanyak 3 orang (4.4%). Dan pasien-pasien PJK yang memiliki riwayat konsumsi alkohol sebelumnya hanya 2 orang (2,9%).

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan, dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.

a. Masyarakat, terutama bagi mereka penderita penyakit jantung koroner khususnya usia-usia muda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter ahli jantung untuk mengetahui perkembangan penyakitnya sedini mungkin sehingga komplikasi lanjut yang menyebabkan kematian dapat dicegah dan diharapkan perubahan menuju pola hidup sehat dapat diterapkan oleh mereka.

b. Pihak RSUP.H Adam Malik Medan,diharapkan penulisan data dalam rekam medis pasien khususnya penderita penyakit jantung koroner lebih


(57)

dilengkapi lagi termasuk bagian anamnesis pasien dan pemeriksaan laboratorium oleh dokter sehingga memudahkan penelitian mengenai PJK untuk selanjutnya.

c. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pola hidup sehat bagi masyarakat untuk mencegah dan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas penyakit termasuk penyakit jantung koroner. Yang dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan yang sehat, olahraga secara teratur dan tidak merokok sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit jantung koroner khusus nya pada usia muda.

d. Diharapkan penelitian ini dapat lebih dikembangkan pada penelitian selanjutnya.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Anies, 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular, Solusi Pencegahan dari Aspek Perilaku dan Lingkungan. PT Elex Media Komputindo, Jakarta: 53-56

Arief, I., 2007. Diagnosis & Pengobatan Penyakit Jantung Koroner (PJK).

National

Cardivascular Center Harapan Kita. Available from:

British Heart Foundation,2012. Coronary Heart Disease Statistics-2012.Available from:

http://www.bhf.org.uk/statitics

Centers for Disease Control and Prevention, ( CDC) 2011. Prevalence of Coronary

Heart Diesease—United States 2006-2011. Available from:

.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab Kematian Terbanyak di Indonesia. Sekretariat Jenderal

Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Cardiometabolic Conference.

Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan, Jakarta

Djohan, T. B. A, 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Hypertensi. Available from:

Gray, H. H., Dawkins, K. D., Morgan, J. M., dan Simpson, I. A., 2005. Lecture Notes


(59)

Kardiologi Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta: 107-111

Joewono, B. S., 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Airlangga University Press, Surabaya: 122-129

Kabo, P., 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 63

Kumar, V., Cotran, R. S., dan Robbins, S. L., 2007. Buku Ajar Patologi Volume 2. EGC, Jakarta: 409-41

Mukhtar, Z., Haryuna, S. H., Effendy, E., Rambe, A.Y.M., Betty, Zahara, D., 2011. Desain Penelitian dan Statistika Kedokteran. Usu Press, Medan.

Nasional Library of Medicine, 2012. Coronary Heart Disease. Available from:

National Heart Lung and Blood Institute, 2011. What Is CoronaryHeart Disease.

Available from:

Price, S.A., Wilson, L.M., 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. EGC, Jakarta: 579-581

Rilanto, L. I., Baraas, F., Karo, S. K., dan Roebiono, P. S., 2003. Buku Ajar Kardiologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 159

Rubenstein, D., Wayne, D., dan Bradley, J., 2003. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Erlangga, Jakarta.

Santoso, Setiawan, 2005. Penyakit Jantung Koroner. Available from:


(60)

Sargowo, H.D., 2003. Disfungsi Endotel pada Penyakit Kardiovaskular.

Bayumedia Publishing, Malang:42

Siregar, A.A. & Lubis, N.E., 2006. Penyakit Jantung Koroner pada Anak dan Pencegahannya. Available from:

Sudjaswadi, W. & Sitanggang, M., 2008. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, & Kolesterol Edisi Revisi. Agro Media Pustaka, Jakarta:4-5

Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., dan Setiati, S., 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, Jakarta: 1921-1922

Supriono, M., 2008. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Kelompok Usia ≤ 45 Tahun. Avalable from:

World Health Organization (WHO), 2011. Cardiovascular Disease. Available fro


(61)

LAMPIRAN I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fatimah Bebi

Tempat / Tanggal Lahir : Serbalawan / 1 Desember 1991

Agama : Islam

Alamat : Jl. Prof. Picouly no.18 Komplek Dosen USU

Telepon : 085275871234

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Swasta Al washliyah Serbalawan (1997-2003)

2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Muhammadiyah 21 D.B. Nanggar

(2003-2006)

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 D.B.Nangggar (2006-2009)

4. Fakultas Kedokteran USU Medan (2009-Sekarang)

Riwayat Pelatihan :

1. Seminar dan Workshop BLS dan Traumatology 2010

2. Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Lokal 2010

Riwayat Organisasi :


(62)

LAMPIRAN II

FORMAT PENGAMBILAN DATA

”Faktor-Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Usia ≤ 45 Tahun

Di RSUP H. Adam Malik, Medan Tahun 2009-2011”

Identitas Pasien

Nomor Rekam Medis :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : 1. Laki- laki 2. Perempuan

Merokok : 1. Ya

2. Tidak Hiperetensi : 1. Ya

2. Tidak Hiperkoleterolemia : 1. Ya

2. Tidak

3. Tidak diketahui Diabetes Mellitus : 1. Ya

2. Tidak

Obesitas : 1. Ya

2. Tidak Riwayat Kleuarga : 1. Ya

2. Tidak

Alkoholik : 1. Ya


(1)

Statistics

Riwayatkeluarga

N Valid 68

Missing 0

Riwayatkeluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 3 4.4 4.4 4.4

tidak 65 95.6 95.6 100.0

Total 68 100.0 100.0

Statistics

Merokok

N Valid 68

Missing 0

Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 35 51.5 51.5 51.5

tidak 33 48.5 48.5 100.0


(2)

Statistics

Hipertensi

N Valid 68

Missing 0

Hipertensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 25 36.8 36.8 36.8

tidak 43 63.2 63.2 100.0

Total 68 100.0 100.0

Statistics

Hiperkolesterolemia

N Valid 68

Missing 0

Hiperkolesterolemia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 16 23.5 23.5 23.5

tidak 9 13.2 13.2 36.8

tidak diketahui 43 63.2 63.2 100.0


(3)

Statistics

Diabetesmellitus

N Valid 68

Missing 0

Diabetesmellitus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 12 17.6 17.6 17.6

tidak 56 82.4 82.4 100.0

Total 68 100.0 100.0

Statistics

Obesitas

N Valid 68

Missing 0

Obesitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 52 76.5 76.5 76.5

tidak 16 23.5 23.5 100.0


(4)

Statistics

Alkoholik

N Valid 68

Missing 0

Alkoholik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 2 2.9 2.9 2.9

tidak 66 97.1 97.1 100.0


(5)

(6)