Sejarah dan Perkembangan PT. Telkom

21

BAB III DESKRIPSI LEMBAGAINSTANSI

A. Sejarah dan Perkembangan PT. Telkom

Keberadaan PT. Telkom tidak terlepas dari sejarah pertelekomunikasi Indonesia. Berikut penulis akan menjelaskan secara singkat mengenai sejarah berdirinya PT. Telkom, data diolah dari company profile yang bersumber dari www.telkom.com. Dimulai dari badan usaha yang bernama Post en Telegraafdients yang didirikan dengan Staatsbland No. 52 Tahun 1884, dimana sebuah badan usaha swasta dengan nama Post en Telegraafdients yang menyediakan layanan post dan telegraf berdasar Staatsbland No. 52 Tahun 1882 dibentuk oleh pemerintah colonial Belanda. Tercatat sampai tahun 1905 terdapat 38 perusahaan telekomunikasi. Pada tahun 1906 semua perusahaan tersebut diambil alih oleh pemerintahaan kolonial belanda berdasarkan staatsbland No. 395 Tahun 1906. Sejak saat itu berdirilah Post Telegraf en Telefoondients atau disebut PTT-Dients. PTT-Dients ditetapkan sebagai perusahaan Negara berdasarkan staatsbland No. 419 Tahun 1927 tentang Indonesische Bedrijven Wet I.B.W atau Undang-ndang Perusahaan Negara. Jawatan PTT ini berlangsung sampai dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 19 Tahun 1960 tentang persyaratan 22 sebuah perusahaan Negara, ternyata PTT memenuhi syarat untuk tetap menjadi perusahaan negara PN dan dengan Peraturan Undang-undang Dasar No. 20 Tahun 1961 berubah menjadi Prusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi PN. Postel. Selanjutnya pada tahun 1965 PN. Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara dan Giro PN Pos dan Giro, dan Perusahaan Telekomunikasi PN. Telekomunikasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 dan 30 Tahun 1965. Mulai tanggal 28 April 1970 berdasarkan Surat Kepurusan Menteri Perhubungan No. 129U1970PN. Telekomunikasi berubah menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi yang disingkat PERUMTEL. Keberadaan perumtel dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1974 yang menetapkan sebagai pengelola telekomunikasi untuk umum dalam negeri dan luar negeri. Kemudian berdasarkan Peraturan No. 36 Tahun 1974 yang mengatur tentang Perumtel, diubah dan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi yang mengatur mengenai peran serta swasta dalam penyelenggaraan Telekomunikasi dalam negeri. Selanjutnya pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan Persero Telekomunikasi Indonesia atau PT. Telkom, hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1991. Dalam rangka mengantisipasi era persaingan bebas yang ditandai dengan mulai berlakunya perdagangan bebas yang dipelopori oleh WTO world Trade 23 Organization , PT. Telkom berusaha menjadi actor persaingan bebas tersebut dengan menjadi perusahaan telekomunikasi yang tergolong World Class Operator . Maka pada tahun 1995 PT. Telkom melakukan rencana strategi manajemen, yaitu:

a. Restrukturisasi Internal

Pada saat awal perubahan dari Perumtel ke PT. Telkom organisasi TELKOM bersifat sentralisasi dan tidak dinamis, pada saat itu TELKOM terbagi atas Kantor Pusat sebagai pengendali operasi dan 12 wilayah telekomunikasi WITEL sebagai unit strategis. Mengingat PT. Telkom dihadapkan kepada persaingan global yang semakin keras menghantam, maka pihak manajemen TELKOM memandang perlu untuk diadakan resrukturisasi internal. Dari bentuk lama kemudian dipecah- pecah menjadi unit yang lebih kecil tetapi solid, terdiri dari: a Divisi Bisnis Utama, meliputi penyelenggaraan jasa telpon lokal dan jarak jauh dalam negeri terdiri atas Divisi Network , Divisi Multimedia, dan tujuh Divisi Regional. b Divisi pengembangan bisnis Sistem Telepon Bergerak Selular STBS, sirkit langganan, teleks, penyewaan transponder satelit, VSAT dan jasa nilai tambah tertentu Divisi RistiRiset dan Teknologi. Dalam bidang usaha ini ada yang diselenggarakan TELKOM dan ada juga yang bekerja sama dengan pihak ketiga perusahaan patungan. 24 c Divisi Pendukung, bidang usaha yang tidak langsung berhubungan dengan pelayanan jasa telekomunikasi. Namun, keberadaannya mendukung kelancaran bidang utama dan bidang terkait. Yang termasuk dalam bidang usaha ini adalah pelatihan sistem informasi, Divisi Kesehatan, dan Divisi Atelir. Sementara itu di tingkat Direksi terdapat satu Direktur Utama dan empat direktur, yaitu Direktur Operasional dan Pemasaran diropsar, Direktur Keuangan Dirkeu, Direktur Perencanaan Teknologi Dirprantek dan Direktur SDM. Masing-masing direktur membawahi divisi sebagai berikut: 1. Diropsar membawahi Divisi Bisnis Utama 2. Dirprantek membawahi Pengembangan Bilros 3. Dir SDM membawahi Divisi Pendukung Dalam penempatan bidang usaha-usaha tersebut, milai 1 juli 1995 TELKOM telah menghapus struktur Wilayah Usaha Telekomunikasi WITEL dan secara de facto meresmikan berdirinya divisi yang terbagi dalam tujuh Divisi Regional dan satu Divisi Network . Divisi Regional Divre menyelenggarakan jasa telekomunikais di wilayah masing-masing, sedangkan Divisi Network menyelenggarakan jasa telekomunikasi jarak jauh dalam negeri melalui pengoperasian jaringan transmisi jalur utama nasional. Divisi Regional TELKOM mencakup wilayah sebagai berikut: 25 1. Divisi Regional I, beroperasi di wilayah Sumatera 2. Divisi Regional II, Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi Jabotabek 3. Divisi Regional III, Jawa Barat dan Banten 4. Divisi Regional IV, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta 5. Divisi Regional V, Jawa Timur 6. Divisi Regional VI, Kalimantan 7. Divisi Regional VII, Kawasan Indonesia Timur yang meliputi Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Masing-masing divisi dikelola oleh tim manajemen yang trepisah berdasarkan prinsip desentralisasi serta bertindak sebagai pusat investasi Divisi Regional dan pusat keuntungan Divisi Network dan divisi lainnya serta mempunyai laporan keuangan internal yang terpisah. Sedangkan divisi-devisi pendukung meliputi Divisi Properti, Divisi Pelatihan, Divisi Sistem, Divisi Atelir, dan Divisi Rise Teknologi Informasi. Beralihnya kebijakan sentralisasi, kebijakan dekonsentrasi dan desentralisasi kewenangan, maka struktur dan fungsi kantor pusat juga mengalami perubahan. Berdasarkan organisasi divisional ini, maka kantor pusat diubah menjadi kantor perusahaan, dan yang semula sebagai pusat investasi disederhanakan menjadikan jumlah sumber daya manusia kantor perusahaan juga lebih sedikit. 26 Kantor perusahaan PT. Telkom berdasarkan akte perusahaan yang terakhir berkedudukan di Jalan Japati No. 1 Bandung, bertanggung jawab atas penyampaian sasaran pengelolaan perusahaan secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan divisi, kantor perusahaan hanyalah menetapkan hal-hal yang strategis, sedangkan penjabaran rasionalnya dilaksanakan oleh masing-masing divisi.

b. Kerjasama Operasi KSO

diadakannya kerja sama Operasi ini merupakan salah satu perwujudan dari program T-2001. memasuki abad 20, telekomunikasi menjadi kebuuhan masyarakat. Untuk meningkatkan Satuan Sambungan Telepon SST di seluruh Indonesia, pemerintah Indonesia menyadari bahwa industri pertelekomunikasian memerlukan pihak swasta. Hal ini mendorong industri terciptanya deregulasi dalam sektor telekomunikasi Indonesia dengan memperkenalkan modus KSO antara PT. Telkom dan beberapa perusahaan, maka pada tahun 1996 KSO mulai diimplementasikan pada 1 januari di wilayah Divisi Regional I Sumatera, dengan mitra PT. Pramindo Ikat Nusantara Pramindo, Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten dengan mitra PT. Aria West International Aria West, Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta dengan PT. Mitra Global Telekomunikasi Indonesia MGTI, Divisi Regional VI Kalimantan dengan mitra PT. Dayamitra Telekomunikasi Dayamitra, dan Divisi Regional VII Kawasan 27 Indonesia Timur dengan mitra PT. Bukaka Sigtel. Tahun 1999 disahkan Undang- undang Nomor 36 Tahun 1999, tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan Telekomunikasi oleh PT. Telkom. KSO adalah suatu organisais kemitraan yang tidak membentuk suatu badan hukum. Namun tetap sebagai divisi dari PT. Telkom. Divisi KSO dikelola oleh mitra KSO yang merupakan konsorsium dari berbagai perusahaan dalam dan luar negeri. Adapun maksud dan tujuan KSO yaitu: 1. Mempercepat pembangunan telekomunikasi untuk kurun waktu REPELIKA VI, karena pendanaan disediakan oleh mitra KSO. 2. Memperoleh alih teknologi dari operator kelas dunia yang tergabung dalam mitra KSO. 3. Meningkatkan kemampuan berkompeisi dalam era pasar bebas.

c. Go Public atau International

initial Public Offering Disamping KSO, PT. TELKOM juga menghimpun dana dari masyarakat melalui pasar modal, baik di dalam maupun luar negeri dengan cara menjual sahamnya go public tertera dalam Akte Berita Acara No. 52 tanggal 17 juli 1995. saham-saham PT. Telkom telah tercatat pada Bursa Efek Surabaya, New York Stock Exchange dan London Slack Exchange. Kepemilikan saham juga diperuntukkan bagi karyawan PT. Telkom yaitu sebesar 10 dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum di 28 Indonesia. Program kepemilikan saham oleh karyawan atau Employee Stock Ownership Plan ESPO, mengharuskan karyawan tidak menjual dalam waktu 1 tahun setelah pencatatan saham pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Penerimaan bersih dari emisi saham baru akan digunakan untuk membiayai program investasi perusahaan. Sekitar 39,22 digunakan untuk pelunasan kapasitas transmisi dan sentral, penambahan kapasitas dan pengembangan jaringan kabel melalui penggantian kabel tembaga denga kabel serta optic serta pengadaan Wireless Local Loop WLL. Selain itu 39,51 akan digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan 21,27 dipersiapkan untuk pengembangan system teknologi baru dan peningkatan sumber daya manusia. Semua usaha tersebut dilakukan untuk mengantisipasi dilaksanakannya perdagangan kemampuan kompetiif ini diharapkan dapat menjadikan PT. Telkom menjadi salah satu kelas dunia world Class Operator .

B. Tentang TELKOM