40
2. Uji Hipotesis
Perhitungan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Independent Sample T-Test dengan bantuan program SPSS 16.0 for
window. Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang mengikuti UKM
dan tidak mengikuti UKM dalam menggunakan self regulated learning strategies. Berdasarkan pengolahan data diperoleh nilai p
sebesar 0,078 p 0,05 yang berarti hipotesis ditolak. Kriteria pengujian hipotesis ditolak jika p 0,05 Santoso, 2010.
Hal ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan SRL strategies antara mahasiswa yang mengikuti UKM dan tidak
mengikuti UKM, oleh karena itu hipotesis ini tidak terbukti.
Tabel 8 Ringkasan Uji Hipotesis
Independent Sample T-Test SRL
Strategies N
Mean Mean
dif T
Sig. one
tailed Ket.
Tidak Mengikuti
UKM 110 158.2000
- 3.03636
- 1.420
0,078 Taraf
Sig 0,05
Mengikuti UKM
110 161.2364
41
D. Hasil Tambahan
Skala SRL strategies terdiri dari 58 item. Setiapi item “Selalu” mendapatkan skor 4, “Sering” mendapatkan 3, “Jarang” mendapat skor 2,
“Tidak Pernah” mendapat skor 1 . Sehingga diperoleh skor minimum 1x 58 = 58 dan skor maksimum 4 x 58 = 232. Berdasarkan skor minimum dan
maksimum didapatkan jarak sebaran atau range hipotetik yaitu 232-58 = 174. Dengan demikian setiap satuan deviasi standar bernilai σ = 174 : 6 =
29 dan mean teoritis diperoleh µ = 58 + 232: 2 = 145. Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh kategorisasi skor SRL strategies.
Kontinum yang digunakan dalam pentelitian ini terdiri dari tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Adapun normanya adalah sebagai berikut
Azwar, 2012:
Tabel 9 Kategorisasi Skor SRL
Strategies Norma
Rentang Nilai Keterangan
X µ- 1.0σ
X 145 Rendah
µ- 1,0σ ≤ X µ +1.0σ
145 ≤ X 203 Sedang
µ +1.0σ ≤ X 203 ≤ X
Tinggi
Berdasarkan norma di atas maka dapat dilihat kategori SRL strategies, sebagai berikut:
42
Tabel 10 Kategorisasi Skor SRL
Strategies pada Mahasiswa yang Mengikuti UKM dan Tidak Mengikuti UKM
Rentang Nilai
Kategori MENGIKUTI
UKM TIDAK
MENGIKUTI UKM
Jumlah Subjek
Jumlah Subjek
X145 145 ≤ X 203
203 ≤ X Rendah
16 14,5
16 14,5
Sedang 92
83,6 94
85,4 Tinggi
2 1,8
- -
TOTAL 110
100 110
100
Pada tabel 10 di atas berguna untuk melihat tingkat SRL strategies berdasarkan skor yang diperoleh. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat
bahwa mahasiswa yang tidak mengikuti UKM 85,4 mempunyai tingkat SRL strategies yang sedang, sedangkan subjek mahasiswa yang
mengikuti UKM 83,6 rata-rata juga memiliki tingkat SRL strategies yang sedang.
Di sisi lain, berdasarkan analisis terhadap data penelitian, diketahui bahwa p 0,05 0,078 0,05 yang berarti hipotesis ditolak. Hal ini
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan SRL strategies antara yang mengikuti UKM dan tidak mengikuti UKM. Artinya bahwa mahasiswa
yang mengikuti UKM dan tidak mengikuti UKM sama-sama memiliki strategi pengelolaan diri yang cukup baik dalam aktivitas belajar. Hal
tersebut juga terlihat pada kategorisasi data dimana tingkat SRL strategies mahasiswa yang yang mengikuti UKM dan tidak mengikuti
43
UKM berada dalam rentang nilai sedang sampai rendah. Hal tersebut membuktikan bahwa lingkungan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tinggi rendahnya SRL strategies.
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, hipotesis yang dilakukan oleh peneliti tidak terbukti, yakni tidak adanya perbedaan
kemampuan self regulated learnig strategies dalam aktivitas belajar. Keseluruhan kelompok menunjukkan bahwa mereka sama- sama
memiliki kemampuan SRL strategies. Dalam penelitian ini, ternyata mahasiswa tidak memiliki perbedaan
SRL strategies, baik yang mengikuti UKM maupun tidak mengikuti UKM. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain:
menurut menurut teori sosial kognitif Zimmerman 1989 ada 3 hal yang dapat mempengaruhi mahasiswa melakukan SRL yaitu faktor dari
individu, perilaku dan lingkungan. Pertama, faktor dari diri individu seperti pengetahuan, diduga mahasiswa sama- sama memiliki
pengetahuan tentang bagaimana menggunakan strategi untuk aktivitas belajarnya sehingga mahasiswa mampu menentukan kapan waktu yang
tepat agar strategi belajar tersebut berjalan dengan efektif. Kedua, faktor lingkungan seperti interaksi mahasiswa dengan dosen atau guru. Dari
perspektif lingkungan psikososial pembelajaran di kelas learning