PembahasanB Sikap wanita karier di Indonesia terhadap emansipasi wanita.

47 Aspek kognitif berarti bahwa wanita karier telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang emansipasi wanita. Subjek mendapatkan informasi dari berbagai media yang menjelaskan mengenai emansipasi wanita dan dampaknya, sehingga subjek mampu membentuk sikap yang positif. Aspek selanjutnya dari sikap adalah aspek afektif. Aspek ini mengungkap dimensi emosional dari sikap Azwar, 2011. Hasil uji perbandingan mean menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik 41,46 27,5, artinya wanita karier memiliki perasaan positif terhadap emansipasi wanita. Aspek afektif menandakan bahwa subjek memiliki hubungan emosi yang kuat terhadap emansipasi wanita shingga mereka membentuk sikap yang positif. Setelah mendapatkan informasi-informasi mengenai emansipasi wanita, dan juga nilai moral yang telah tertanam dalam diri subjek, subjek memiliki hubungan emosi yang kuat terhadap emansipasi wanita, sehingga mereka merasakan bahwa emansipasi wanita merupakan hal yang penting dan dibutuhkan terlebih untuk pengembangan diri mereka masing-masing. Aspek terakhir dari sikap adalah aspek perilaku. Aspek ini memberikan gambaran mengenai kecenderungan berperilaku dalam diri seseorang. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mean empirik lebih kecil daripada mean teoritik 36,81 37,5. Hal ini berarti bahwa wanita karier cenderung berperilaku negatif terhadap emansipasi wanita. 48 Aspek perilaku merupakan tindakan yang dilakukan oleh subjek untuk menunjukkan sikap mereka terhadap emansipasi wanita. Pada aspek ini tampak bahwa wanita memiliki sikap negatif terhadap emansipasi wanita, hal ini berarti bahwa wanita masih belum mencerminkan konsep emasipasi wanita dalam tindakannya sehari-hari. Menurut Azwar 2011 budaya mempengaruhi pembentukan sikap, dalam hal ini sikap negatif dalam aspek perilaku ini mungkin disebabkan karena adanya norma masyarakat dan kebudayaan yang scara tidak langsung telah tertanam dalam diri subjek. Wanita sekarang lebih bebas untuk bekerja, akan tetapi mereka tetap merasa bersalah bila “meninggalkan” keluarga dan rumah tangganya. Mayoritas wanita Indonesia mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari perspektif tradisional yang ada dalam masyarakat. Terkadang wanita karier tidak mendapatkan dukungan dari keluarga maupun masyarakat untuk berkembang Hardanti, 2002. Berdasarkan data pekerjaan subjek juga dapat dilihat bahwa data diperoleh sangat beragam, dan banyak dari jenis pekerjaan yang ditekuni subjek memiliki tuntutan berat, baik dari segi waktu maupun tenaga pikiran. Hal ini dapat menyebabkan wanita karier secara kognitif dan afektif setuju terhadap emansipasi wanita. Akan tetapi saat menghadapi situasi nyata, dimana mereka harus mengorbankan waktu untuk kehidupan pribadi mereka demi pekerjaannya, mereka merasa tidak siap dan membatasi kegiatan karier mereka. 49 Pada indikator partisipasi dan akses, dari hasil analisis diketahui bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoritik 49,13 42,5. Artinya wanita karier memiliki sikap positif yang signifikan. Hal ini berarti bahwa wanita karier menyetujui adanya kesempatan yang setara antara pria dan wanita untuk mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya dalam setiap aspek kebijakan dan program pembangunan pemerintah. Azwar 2011 mengemukakan bahwa lembaga pendidikan dan media massa mempengaruhi pembentukan sikap seseorang. Melalui pendidikan formal, ditanamkan bahwa wanita masa kini harus lebih aktif dalam memenuhi pengaktualisasian dirinya. Media massa juga sering kali membawa pesan-pesan yang mengandung sugesti bahwa wanita karier adalah wanita yang mandiri dan terlihat menarik. Pada indikator kontrol, dari hasil analisis diketahui bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoritik 36,63 30. Artinya wanita karier memiliki sikap positif yang signifikan, hal ini berarti bahwa wanita karier setuju akan adanya relasi kekuasaan yang setara antara pria dan wanita. Penelitian yang dilkukan oleh Aminatun 2008 menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan persoalan keluarga, wanita karier selalu menyelesaikannya dengan musyawarah. Hal ini menunjukkan bahwa wanita karier memaknai bahwa pasangan memiliki derajat kekuasaan yang setara, sehingga tidak ada jenis kelamin yang memiliki kekuasaan atas jenis kelamin lainnya. 50 Pada indikator manfaat, hasil analisis menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoritik 50,33 27,5. Hal ini berarti bahwa wanita karier memiliki sikap positif yang signifikan. Wanita karier setuju dan mendukung adanya kesetaraan manfaat yang diterima baik oleh pria maupun wanita dalam semua aspek kehidupan. Berkaitan dengan tidak adanya jenis kelamin yang memiliki derajat lebih tinggi daripada jenis kelamin lainnya, maka dalam pembentukan kebijakan pun dilakukan sehingga wanita maupun pria dapat menikmati manfaat yang setara. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa wanita karier memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita kesetaraan gender. Akan tetapi dalam penelitan ini juga dapat dilihat bahwa wanita karier belum mencerminkan sikap positif mereka tersebut dalam tindakannya, hal ini memperlihatkan bagaimana nilai-nilai dan kepercayaan yang ditanamkan oleh masyarakat dan budaya masih mengakar dalam diri seseorang. Niehof 1998 mengatakan bahwa wanita Indonesia saat ini memiliki kesempatan yang lebih besar dalam pendidikan dan pekerjaan, akan tetapi wanita Indonesia juga masih dituntut untuk menjalankan peran tradisionalnya. Niehof mengatakan bahwa kodrat wanita dan emansipasi terbatas yang ditimbulkannya berada di bawah tekanan global. 51 BABBVB KESIMPULANBDANBSARANB

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analis data yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita karier di Indonesia memilik sikap positif terhadap emansipasi wanita. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh melalui perbedaan mean, dimana mean empirik lebih besar dari mean teoritik penelitian, yang berarti bahwa subjek memiliki sikap yang positif terhadap emansipasi wanita. Hasil penelitian kemudian diperkuat dengan menggunakan uji t. Data yang dihasilkan mengindikasikan bahwa secara signifikan wanita karier di Indonesia memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita. Hal ini berarti bahwa wanita karier di Indonesia setuju dan mendukung adanya emansipasi wanita kesetaraan gender. Berdasarkan analisis aspek sikap, diketahui bahwa wanita karier di Indonesia memiliki aspek perilaku yang negatif terhadap emansipasi wanita. Hal ini tampak dari mean empirik aspek perilaku yang lebih kecil dibanding mean teoritiknya. Sedangkan pada aspek kognitif dan afektif, wanita karier di Indonesia memiliki sikap yang positif, hal ini terlihat dari mean empirik untuk aspek kognitif dan afektif yang lebih besar daripada mean teoritiknya. 52

B. Saran 1. BagiBwanitaBkarierBdiBIndonesia

Bagi wanita karier di Indonesia, hendaknya memiliki perilaku yang sesuai dengan sikap yang mereka miliki. Dengan demikian sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita dapat ditunjukkan secara lebih tegas. Kesesuaian antara sikap dan perilaku juga dapat menghindarkan terjadinya konflik pribadi dalam diri wanita karier di Indonesia.

2. BagiBpenelitiBselanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, dapat mengembangkan penelitian ini lebih lanjut dalam meneliti mengenai konflik yang dialami wanita karier. Dalam penelitian selanjutnya, hendaknya lebih diperhatikan mengenai karakteristik subjek yang disertakan dalam penelitian sehingga dapat diperoleh data yang lebih spesifik. Subjek penelitian juga hendaknya lebih banyak lagi sehingga hasil yang didapat lebih terukur. Selain itu, penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan istilah kesetaraan gender daripada emansipasi wanita, karena istilah emansipasi wanita telah berubah menjadi kesetaraan gender Daulay, 2007. 53 DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aminatun, Siti. 2008. ”Persepsi Wanita terhadap Keseimbangan Antara Karier dan Ibu Rumahtangga sebagai Solusi Mencegah Ketidakharmonisan Keluarga”. Jurnal PKS, Vol. VII, 23; 70-88. Bohlander, George dan Scott Snell. 2004. Managing Human Resources. Ohio: Thomson South-Western. Creswell, John. W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daulay, Harmona. 2007. Perempuan Dalam Kemelut Gender. Medan: USU Press. Dewanti, Susi. R. 2008. Analisis Persepsi dan Sikap terhadap Peran Gender pada Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakih, Mansour. 2012. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gross, Richard. 2005. Psychology The Science of Mind and Behaviour 5 th ed. Dubai: Hodder Arnold. Haddock, Geoffrey dan Gregory R. Maio. 2004. Contemporary Perspectives on The Psychology of Attitudes. New York: Psychology Press. Hardanti, Yuliana. 2002. ”Dilema Peran Ganda: Suatu Perspektif dan Analisis Pemekerjaan Wanita”. Antisipasi, Vol. 6, No. 1; 26-41. Hewstone, Fincham, dan Foster. 2005. Psychology. United Kingdom: Blackwell Publishing. Hollows, Joanne. 2000. Feminism, Feminity, and Popular Culture. Manchester: Manchester University Press. Huffman, Vernoy, dan Vernoy. 2000. Psychology in Action. New York: John Wiley Sons, Inc. Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, UNFPA. 2005. Panduan dan Bahan Pembelajaran Pelatihan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Bunga Rampai.