Analisis Semiotik Makna Emansipasi Wanita Dalam Islam Pada Film Dokumenter He Named Me Malala

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Kiki Rifqi Nasrullah

1112051000054

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016/1437 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Film sebagai media massa tidak hanya berfungsi sebagai media penyebar informasi. Lebih dari itu, film juga memiliki pesan yang terkandung di dalamnya. Mengangkat tema tentang emansipasi wanita, film Dokumenter He Named Me Malala membawakan kisah nyata yang sarat akan pesan dan pembelajaran. Kehadiran sutradara Davis Guggenheim yang sudah lama berkiprah sebagai sutradara film dokumenter membuat film ini dapat dengan mudah diterima di kalangan khalayak.

Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol emansipasi wanita dalam Islam pada film dokumenterHe Named Me Malala?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotika Charles Sanders Peirce yang membagi tipe-tipe tanda menjadi ikon, indeks dan simbol.Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan rupa sehingga tanda itu dapat dengan mudah dikenali oleh pemakainya.Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan antara representamen dengan objeknya.Sementara simbol adalah tanda yang bersifat arbitrer atau konvensional sesuai kesepakatan sejumlah orang atau masyarakat (Wibowo, 2013: 18).

Pada pemabahasannya ditemukan delapan adegan yang menggambarkan tanda-tanda ikon, indeks dan simbol emansipasi wanita dalam Islam.Beberapa diantaranya adalah kesamaan hak dan kewajiban bagi pria dan wanita, wanita berhak untuk mendapatkan pendidikan seperti pria, wanita berhak terjun dalam bidang politik demi kepeduliannya terhadap umat, wanita berhak untuk peduli terhadap sesama dengan berbagi dan saling tolong menolong.

Kesimpulannya adalah dalam film He Named Me Malala ini terdapat tanda-tanda ikon, indeks dan simbol emansipasi wanita dalam Islam. Tanda ikon terlihat pada kisah dirinya yang aktif berusaha dengan gigih dalam membela hak-hak perempuan dan pendidikan anak-anak.Indeks yang muncul adalah ketika Malala berhasil meraih penghargaan Nobel Perdamaian akibat dari perjuangannya yang gigih dalam memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan dan pendidikan bagi anak-anak.Sementara simbol yang muncul ada pada dirinya sendiri yang begitu berani melawan penindasan yang dilakukan Taliban terhadap kaum wanita di tempat tinggalnya Mingora, Lembah Swat, Pakistan.


(6)

ii





Alhamdulillah wa syukrulillah segala puji bagi Allah SWT yang tak pernah berhenti memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis selama ini, sehingga dengan kekuatan dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang tidak pernah lelah berdakwah menyampaikan ajaran-ajaran Islam sehingga mampu membawa ummatnya menuju zaman yang

terang dengan cahaya Islam dan ilmu pengetahuan. Semoga syafa’atnya

senantiasa tercurahkan kepada kita selaku ummatnya di hari kiamat kelak.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat menyadari bahwa setiap orang mempunyai kelemahan, begitu juga yang penulis rasakan dalam menjalani proses penyusunan skripsi ini seperti rasa malas, tidak bersemangat, jenuh dan bosan. Semua kelemahan itu menjadi penghambat proses penyusunan skripsi ini.

Dengan segala kelemahan dan keterbatasan yang penulis miliki ini, penulis sangat menyadari bahwa ada campur tangan Allah SWT yang membantu serta menolong penulis melalui hamba-hamba-Nya yang lain. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati dan secara khusus, penulis ingin mengucapkan terima


(7)

iii

baik. Terima kasih yang mendalam dan penghormatan ini peneliti berikan kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta Suprapto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Drs. Masran, MA sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Fita Faturokhmah, M.Si sebagai Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Bapak Drs. Hamdani, M.A sebagai dosen Penasihat Akademik.

4. Bapak Drs. H. Sunandar, MA sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan serta nasihat yang luar biasa sampai akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti selama perkuliahan. Semoga menjadi amal ibadah yang tidak akan terputus.


(8)

iv

khususnya para staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Serta para staff dan karyawan perpustakaan Fakultas maupun perpustakaan utama yang telah memberikan pelayanan dan kerjasama selama peneliti menjalani studi di kampus.

7. Kepada bapak Jafar Sidik sebagai ayahanda peneliti dan Ibu Surati sebagai Ibunda peneliti yang tak pernah kenal lelah dalam mendidik dan membesarkan anaknya dengan perhatian dan kasih sayang serta selalu memberikan dukungan, motivasi, doa dan pengorbanannya baik moril ataupun materil sehingga peneliti bisa sampai seperti sekarang ini. pengorbanan kalian tidak dapat dibayar dengan apapun.

8. Kepada gilang Dwi Sakti sebagai adik peneliti yang juga tidak pernah lelah mendukung peneliti dalam segala hal. Semoga kau menjadi anak sholeh dan berbakti kepada orangtua.

9. Kepada Farida Wijayanti Rachman, SE yang tidak bosan-bosan memberikan bantuan, dukungan, motivasi dan doa sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2012, khususnya sahabat-sahabat WEAK KPI B 2012 Panji, Tiray, Riadin, Tonet, Reksa, Nunu, Pipit, Keke, Dita, Fatwa, Dea, Ina, Novi, Emil, Intan, Sinta, Guntur, Tengku, Tika, Aida, Eja, Nanda, Atya, Deden, Kateno, Imed dan teman-teman lainnya yang banyak memberikan cerita dan pengalaman selama


(9)

v

11. Sahabat-sahabat KKN Lebah (Panji, Lutfi, Syahid, Miko, Bogel, Denis, Bidara, Nisa, Tyas, Ami, Anis, Tika, Nunu, Devi dan Farida) terima kasih

telah menjadi “keluarga kedua” yang memberikan keakraban dan

hangatnya ikatan kekeluargaan selama satu bulan KKN di Desa Kedung Tangerang.

Semoga segala partisipasi, dukungan, nasihat, motivasi dan doa yang penulis dapatkan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para pembaca dan khususnya mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Jakarta, September 2016


(10)

vi

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 6

F. Teknik Pengumpulan Data... 8

G. Tinjauan Pustaka ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS... 14

A. Tinjauan Umum Tentang Semiotik... 14

B. Tinjauan Umum Tentang Film... 22

C. Emansipasi Wanita Dalam Islam ... .41

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG FILMHE NAMED ME MALALA... 50

A. Sekilas Tentang FilmHe Named Me Malala... 50


(11)

vii

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN... 60

A. Pengantar Adegan-Adegan pada FilmHe Named Me Malala... 60

B. Anlisis Semiotik Ikon, Indeks dan Simbol Emansipasi Wanita Dalam Islam Pada FilmHe Named M Malala... 61

BAB V PENUTUP... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran... 92

DAFTAR PUSTAKA... 94


(12)

viii

Gambar 2.1 Tanda Peircean ... 17

Gambar 2.2 Model Semiotik Peirce ... 20

Gambar 3.1 David Guggenheim... 53

Gambar 3.2 Malala Yousafzai... 55

Gambar 3.3 Ziauddin Yousafzai ... 57

Gambar 4.1 Malala Dalam Sebuah Acara Televisi ... 61

Gambar 4.2 Seorang Gadis Sedang Berbicara ... 63

Gambar 4.3 Suasana Sebuah Kelas ... 68

Gambar 4.4 Malala Berbincang Dengan Presiden Obama... 72

Gambar 4.5 Malala Berpidato di Nigeria ... 77

Gambar 4.6 Malala Berpidato Untuk PBB... 80

Gambar 4.7 Gambar Seorang Gadis... 83


(13)

1

Keberadaan film di tengah kehidupan masyarakat seolah menjadi candu yang mampu memberikan beberapa nilai dan pesan tertentu bagi khalayaknya. Film dikonsep dengan sedemikian rupa dengan pemilihan pemain, kostum, lokasi, musik dan unsur lainnya. Sebagai sebuah karya teknologi, film dapat dipandang dalam dua hal yaitu dari segi fisik dan non fisik.1

Secara fisik, film banyak dipengaruhi oleh penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi saat ini. Hal ini tampak pada wujud teknologi perekaman maupun penyajiannya. Sedangkan dari segi non fisik atau cerita, film lebih banyak dipengaruhi oleh faktor perkembangan budaya.2

Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memiliki kapasitas untuk memuat pesan yang sama secara serempak dan mempunyai sasaran yang beragam seperti agama, etnis, status, umur dan tempat tinggal dapat memainkan peranan sebagai saluran penarik untuk pesan-pesan tertentu

1

Estu Miyarso,Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Sinematografi,

(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2009), h. 1. 2

Estu Miyarso,Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Sinematografi,


(14)

dari manusia dan untuk manusia. Dengan melihat film kita dapat memperoleh informasi dan gambar tentang realitas tertentu.3

Selain sebagai media penyebar informasi, film juga sarat akan pesan dan pembelajaran. Salah satunya adalah film dokumenter, istilah dokumenter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bersifat dokumentasi,4 sedangkan dalam terminologi dunia istilah dokumenter pertama kali dilontarkan oleh Jhon Grierson, kemudian istilah dokumenter tersebut digunakan oleh banyak orang untuk menamai film yang menceritakan perihal kisah nyata dan sesuai fakta atau film yang bertumpu pada dokumen yang ada, Perbedaan film-film seni dengan film dokumenter adalah pada nilai kebenaran dan faktualnya.5

Kisah hidup inspiratif yang sarat akan pesan dan pembelajaran kerap menarik banyak filmmaker untuk mengangkatnya ke dalam sebuah film. Salah satunya yakni kisah hidup dari peraih Nobel Perdamaian Laureate Malala Yousafzai. Seorang sutradara yang memenangkan piala Oscar melalui filmnya An Incovinient Truth yakni Davis Guggenheim,6 yang mengangkat kisah aktivis perempuan asal Pakistan ini ke dalam film dokumenter berjudul He Named Me Malala.

3

Asep S Muhtadi dan Sri Handayani, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah

Melalui TV,(Bandung: Pusdai Press, 2000), h. 95.

4

http://kbbi.web.id/dokumenter Diakses Pada 03 Oktober 2016 pukul 18:27 WIB. 5

Apip,Pengantar Film Dokumenter,(Bandung: PTF Press STSI, 2011), h. 36.

6

Metro TV News, “Kisah Peraih Nobel Perdamaian Dalam Film He Named Me Malala.”

Diakses pada 03 Oktober 2016 pukul 21:08 WIB dari

http://hiburan.metrotvnews.com/read/2015/11/07/188443/kisah-peraih-nobel-perdamaian-dalam-film-he-named-me-malala.


(15)

Guggenheim sendiri tidak membuat ulang kisah hidup Malala dengan tujuan untuk menyentuh emosi penonton dengan menyelipkan beberapa video asli, wawancara dan animasi.7 Menurut Effendy, film dapat memberikan pengaruh yang sangat besar sekali pada jiwa manusia (penonton). Dalam suatu proses menonton sebuah film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologi.8

Film produksi National Geographic Channel dan FOX Searchlight Pictures ini mengangkat potret mengharukan Laureate Malala Yousafzai yang diincar oleh Taliban dan terluka parah setelah ditembak dalam perjalanan pulang di sebuah bus sekolah di Swat Valley, Pakistan. Selain ditayangkan di bioskop, film ini juga ditayangkan oleh National Geographic Channel secara eksklusif melalui medium televisi dengan maksud agar dapat menjangkau khalayak yang lebih luas, seperti yang dikatakan oleh CEO National Geographic Globall Networks, Courteney Monroe berikut ini:

“Film yang luar biasa dan sudah mendapat pengakuan ini, berhasil

membuat penonton terpukau dengan perjuangan yang telah dilakukan oleh gadis muda ini dan menggugah mereka untuk ikut turut serta membuat perubahan.Dan sekarang, dalam kelanjutan kemitraan kami dengan FOX Searchlight Pictures, kami membawa film penting ini kepada penonton yang lebih luas dengan program penayangan global perdana ekslusif.”9

7

Metro TV News, “Kisah Peraih Nobel Perdamaian Dalam Film He Named Me Malala.”

Diakses pada 03 Oktober 2016 pukul 21:08 WIB dari

http://hiburan.metrotvnews.com/read/2015/11/07/188443/kisah-peraih-nobel-perdamaian-dalam-film-he-named-me-malala.

8

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2003), h. 207. 9

Muvila, “He Named Me Malala Kisahkan Hidup Aktivis Dari Pakistan.” Artikel Diakses Pada 03 Oktober 2016 pukul 19:03 WIB dari http://www.muvila.com/tv/artikel/he-named-me-malala-kisahkan-hidup-aktivis-dari-pakistan-1603095.html.


(16)

Film ini mengajak penonton untuk masuk ke dalam kehidupan Malala sebelum dan sesudah insiden penembakan. Ia berumur lima belas tahun ketika peristiwa itu terjadi. Ketika itu ia dan ayahnya dikucilkan karena berjuang bagi pendidikan kaum perempuan. Malala dengan ajaibnya bertahan meski sudah mengalami luka parah di bagian kepala kiri, leher dan bahunya. Sekarang Malala memimpin sebuah gerakan untuk pendidikan perempuan secara global sebagai salah satu pendiri Malala Fund.

Dalam membuat film ini, Davis Guggenheim mengamati cara Malala, ayahnya dan keluarganya berkomitmen untuk memperjuangkan pendidikan untuk anak-anak perempuan di dunia. Film ini memberikan gambaran kehidupan Malala mulai dari kedekatan dengan ayahnya, pidato emosionalnya di PBB hingga canda tawanya di rumah dengan kedua orang tuanya serta adiknya.10

Hal yang menarik dari film ini adalah ketika Malala dengan ajaibnya dapat sembuh dari luka tembakan yang dideritanya dan melanjutkan perjuangannya bagi hak-hak perempuan dan pendidikan anak-anak di seluruh dunia. Klimaks pada film ini adalah ketika Malala meraih penghargaan Nobel Perdamaian yang diberikan oleh Komite Nobel Norwegia pada tahun 2014 lalu.11 Uniknya, Malala meraih penghargaan tersebut diusianya yang masih sangat

10

Muvila, “He Named Me Malala Kisahkan Hidup Aktivis Dari Pakistan.” Artikel Diakses Pada 03 Oktober 2016 pukul 19:49 WIB dari http://www.muvila.com/tv/artikel/he-named-me-malala-kisahkan-hidup-aktivis-dari-pakistan-1603095.html.

11

VOA Indonesia, “Malala Satyarthi Raih Nobel Perdamaian 2014.”Artikel diakses pada Pada 03 Oktober 2016 pukul 20:38 WIB.dari http://www.voaindonesia.com/a/malala-satyarthi-raih-nobel-perdamaian-2014/2479174.html.


(17)

muda yaitu tujuh belas tahun. Malala menjadi peraih penghargaan Nobel termuda sepanjang sejarah. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul “Analisis Semiotik Makna Emansipasi Wanita Dalam Islam Pada Film DokumenterHE NAMED ME MALALA”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan masalah

Agar penelitian ini terfokus pada satu permasalahan, maka penulis membatasi penelitian ini pada adegan dan dialog yang menggambarkan makna emansipasi wanita dalam Islam.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol emansipasi wanita dalam Islam pada film dokumenterHe Named Me Malala?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui makna ikon, indeks dan simbol apa saja yang digunakan dalam menggambarkan emansipasi wanita dalam Islam pada film dokumenter He Named Me Malala.


(18)

D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Akademis

penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu komunikasi. Secara khusus penelitian ini diharapkan mampu memperkaya literatur-literatur kajian semiotik terutama kajian semiotik dalam film yang mengunakan model Charles S. Peirce.

2) Manfaat Praktis

penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi praktisi perfilman, praktisi komunikasi, terutama mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam agar dapat mengetahui bagaimana makna ikon, indeks dan simbol terbentuk dalam sebuah filmHe Named Me Malala.

E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.12

12


(19)

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yang berfokus pada penelitian yang bersifat non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.13

Secara harfiah, penelitian kualitatif tidak diperoleh dari proses kuantifikasi, penghitungan statistik ataupun cara-cara lain yang menggunakan ukuran angka.14 Penelitian kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan kualitas, nilai atau makna yang terdapat dalam fakta, nilai, kualitas atau makna yang hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa atau kata-kata.

Penelitian ini menggunakan teori semiotik milik Charles S. Peirce yang membagi tanda atas ikon, indeks dan simbol. Penulis memilih visual dari film He Named Me Malala, kemudian diteliti dan dijelaskan secara rinci berdasarkan ikon, indeks dan simbol.

2. Objek dan Unit Analisis

Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah film He Named Me Malala, sedangkan unit analisis pada penelitian ini adalah potongan-potongan gambar atau visual dan teks yang terdapat dalam filmHe Named Me Malalayang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

13

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik(Jakarta: PT. Bina

Aksara, 1989), h. 194. 14

Imam Gunawan,Metodologi Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi


(20)

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2016. Sedangkan tempat penelitian ini dilakukan di kediaman penulis, tepatnya di Kota Tangerang.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer, berupa sebuah video softcopyfilm He Named Me Malala dengansubtitlebahasa Indonesia.

b. Data Sekunder, berupa dokumen tertulis yang diperoleh dari literatur-literatur yang mendukung data primer seperti buku-buku, kamus, Koran, majalah, ataupun internet yang berhubungan dengan penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan bebas terhadap objek penelitian dan unit analisis.15 Hal ini dilakukan dengan cara menonton dan mengamati adegan-adegan dan dialog yang ada pada film He Named Me Malala. Kemudian peneliti memilih dan menganalisis sesuai dengan pertanyaan penelitian.

15

Mega Nur Fitriana, Analisis Narasi film “My Name Is Khan” Dalam Perspektif

Komunikasi Antaragama dan Budaya, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,


(21)

b. Dokumentasi, yaitu dengan mencari data-data dari berbagai bentuk dokumen seperti tulisan, gambar atau karya-karya dari seseorang yang ada kaitannya dengan penelitian ini.16

5. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dari data primer dan sekunder kemudian diklasifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang sudah ditentukan.Setelah data terklasifikasi, kemudian data dianalisis dengan menggunakan model analisis semiotik Charles Sanders Peirce.

Charles Sander Peirce adalah salah satu peletak dasar-dasar kajian semiotika.Teori dari Peirce seringkali disebut sebagai “grand theory”

dalam semiotik. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan.Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.17

Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Peirce memiliki kekhasan tersendiri meski tidak bisa dibilang sederhana, Peirce membagi tipe-tipe tanda menjadi ikon, indeks dan simbol yang didasarkan atas relasi antara representamen dan objeknya.18

16

Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif, h. 82.

17

Alex Sobur, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotik

dan Analisis Framing,h. 97. 18

Indiawan Setyo Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi


(22)

Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan rupa sehingga tanda itu dapat dengan mudah dikenali oleh para pemakainya.Di dalam ikon hubungan antara representamen dengan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas.

Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan antara representamen dengan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara representamen dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui cara yang sekuensial atau kausal.

Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional sesuai kesepakatan sejumlah orang atau masyarakat.Tanda-tanda dari kebahasaan umumnya adalah simbol-simbol.

Tabel 1.1 : Tabel Semiotik Charles Sanders Peirce.

Jenis tanda Ditandai Dengan Contoh Proses Kerja

Ikon - Persamaan

(Kesamaan) -Kemiripan

Gambar, Foto, Patung

-Dilihat

Indeks -Hubungan

Sebab Akibat -Keterkaitan

-Asap----Api -Gejala----Penyakit

-Diperkirakan

Simbol -Konvensi atau

-Kesepakatan Sosial

-Kata-kata -Isyarat

-Dipelajari

G. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini, penulis juga menggunakan skripsi-skripsi terdahulu yang memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian ini, sebagai rujukan dan referensi bagi penulis dalam merumuskan permasalahan, sekaligus sebagai


(23)

referensi tambahan selain buku, artikel maupun internet. Adapun beberapa judul skripsi yang penulis temukan adalah sebagai berikut:

1) “Makna Toleransi agama dalam film Bajrangi Bhaijaan” oleh Devi Feria

Artika tahun 2016 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan dengan skripsi ini sama-sama menggunakan objek film pada penelitiannya. Sedangkan perbedaannya yaitu pada analisis yang digunakan. Pada skripsi sebelumnya menggunakan analisis semiotik Roland Barthes.

2) “Analisis Semiotik Kecantikan Wanita Muslimah Pada Iklan Shampo

Sunsilk Clean And Fresh Versi Laudya Cintya Bella” oleh Rezania

Meidiati tahun 2016 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini sama-sama menggunakan analisis semiotic Charles Sanders Peirce. Sedangkan perbedaannya yaitu pada objek penelitiannya, skripsi sebelumnya menggunakan objek Iklan pada penelitiannya.

3) “Analisis Semiotika Tentang Kesetiaan Seorang Istri Terhadap Suami Dalam Film Habibie dan Ainun” oleh Rizky Maulana tahun 2016 jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan pada skripsi ini yaitu sama-sama menggunakan Objek film dan analisis semiotik Charles Sanders Peirce. Sedangkan perbedaannya yaitu pada subjek penelitian, skripsi sebelumnya memfokuskan pada makna kesetiaan istri terhadap suami.


(24)

Dari beberapa skripsi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/I yang meneliti tentang Analisis Semiotik Makna Emansipasi Wanita dalam Islam pada Film Dokumenter He Named Me Malala. Oleh karena itu penulis menggunakan analisis semiotik untuk film He Named Me Malalaini.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika pada penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, pada masing-masing bab dibagi ke dalam sub-bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN, memuat latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS, bab ini memuat tinjauan umum tentang semiotik yang meliputi pengertian semiotik dan model semiotik Charles S. Peirce. Pengertian umum film yang meliputi definisi, unsur, jenis-jenis, film sebagai media komunikasi massa dan pengertian film dokumenter. Tinjauan tentang emansipasi wanita, pengertian dan emansipasi wanita dalam Islam.

BAB III : GAMBARAN UMUM FILM DOKUMENTER HE NAMED ME

MALALA, bab ini menggambarkan sekilas tentang film He Named Me Malala, sinopsis film He Named Me Malala, profil Davis Guggenheim sebagai Sutradara filmHe Named Me Malala, tokoh-tokoh dalam filmHe Named Me Malala.


(25)

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi analisis ikon, indeks dan simbol emansipasi wanita dalam Islam pada film He Named Me Malala.

BAB V : PENUTUP, bab ini menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran dari peneliti atas permasalahan yang diteliti.


(26)

14

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum Tentang Semiotik

1. Pengertian Umum Semiotik

Semiotik di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia.1Istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeicon

yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain atas dasar konvensi sosial.2

Dalam pengertiannya sebagai fakta historis, seorang pendiri ilmu kedokteran modern bernama Hippocrates (460-377 SM) yang mengusulkan istilah ‘semiotika’ dan mendefinisikannya sebagai cabang ilmu kedokteran untuk mempelajari gejala-gejala.3Gejala sebagai semeion berarti ‘ciri atau tanda’ yang menunjukkan sesuatu di luar dirinya.Hippocrates mengklaim bahwa tugas utama seorang dokter adalah menyingkapkan hal-hal yang ditunjukkan oleh gejala-gejala ini dalam kaitannya dengan tubuh manusia.

Umberto Eco mendefinisikan semiotika sebagai disiplin ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang bisa dipakai untuk berbohong, karena

1

http://kbbi.web.id/semiotik, Diakses pada 03 Agustus 2016 pukul 12:11 WIB 2

Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, (Malang:

UIN Malang Press, 2007), h. 9. 3

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media,(Yogyaakarta: Jalasutra Cet


(27)

Jika sesuatu tidak bisa dipakai untuk berbohong, sebaliknya itu tidak bisa dipakai untuk berkata jujur; dan pada kenyataannya tidak bisa dipakai untuk apapun juga.4

Menurut Preminger semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda.Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda.Konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.5

Ferdinand de Saussure berpendapat tentang teori tanda dalam konteks semiotik. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified (petanda).6 Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis dan dibaca.Signifiedadalah gambaran mental dari bahasa.

Sementara Peirce berpendapat bahwa dasar semiotika konsep tentang tanda tidak hanya tentang bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda saja. Melainkan seluruh dunia itu sendiri pun terdiri atas tanda-tanda selama hal itu terkait dengan pemikiran manusia.7 Dengan begitu, manusia bisa saling menjalin hubungannya dengan realitas.

4

Marcel Danesi,Pengantar Memahami Semiotika Media,(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 33.

5

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotik, dan Analisis Framing,h. 96.

6

Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, (Yogyakarta: MedPress, 2009), h. 103

7

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi,cet ke-5, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 13.


(28)

Mengacu pada beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa semiotik merupakan suatu ilmu atau metode analisis yang mengkaji tentang tanda-tanda, tanda tanda tersebut dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan yang digunakan oleh manusia sebagai alat untuk berbagai tujuan. Salah satunya adalah untuk berinteraksi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan disekitarnya.

2. Model Semiotik Charles Sanders Pierce

Peirce dilahirkan di Cambridge, Massachusetts, tahun 1839, Ia lahir dari keluarga intelektual. Ayahnya, Benyamin adalah seorang profesor matematika di Universitas Harvard. Ia menjalani pendidikan di Universitas Harvard, pada tahun 1859 dia menerima gelar BA, kemudian pada tahun 1862 dan 1863 secara berturut-turut dia menerima gelar M.A dan B.Sc dari Universitas Harvard.8

Peirce memberi kuliah mengenai logika dan filsafat di Universitas John Hopkins dan Harvard.Ia melakukan percobaan untuk menentukan kepadatan dan bentuk bumi, serta mengembangkan sistem logika yang diciptakan oleh ahli matematika Inggris George Boole (1815-1864).9 Namun, peirce paling dikenal melalui sistem filsafatnya yang kemudian dinamakanpragmatisme.

8

Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi

Penelitian dan Skripsi Komunikasi,(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 17.

9

Marcel Danesi,Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan


(29)

Dalam teorinya, Peirce menyebut “sesuatu” yang pertama yang “konkret” adalah suatu perwakilan yang disebut dengan representamen,

dalam hal ini adalah tanda.10 Sedangkan benda, gagasan, konsep dan seterusnya adalah sesuatu yang ada di dalam kognisi, Peirce menyebutnya sebagai object. Proses hubungan dari representamen ke objek disebut dengan semiosis. Dalam pemaknaan suatu tanda, semiosis ini belum lengkap karena kemudian ada satu proses lanjutan lagi yang disebut dengan interpretant (proses penafsiran). Jadi, secara garis besar, pemaknaan suatu tanda terjadi dalam bentuksemiosisdari yang konkret ke dalam kognisi manusia yang hidup bermasyarakat. Yakni dengan mengaitkan tiga segi antara representamen, objek dan interpretan.

Representamen(X)

Objek(Y) Interpretan(X = Y)

Gambar 2.1: Tanda Peircean.

Bagi Peirce tanda adalah sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, Peirce menyebutnya dengan ground. Sebagai konsekuensinya, tanda selalu terdapat dalam hubungan triadik yakni ground, object dan

10

Benny H. Hoed,Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya,(Depok: Komunitas Bambu, 2008), h. 16


(30)

interpretant. Peirce membagi ground ke dalam tiga bagian yakni

qualisign, sinsigndanlegisign.11

1) Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut dan merdu.

2) Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruhyang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai.

3) Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh masyarakat.

Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicent sign atau

dicisigndanargument.

1) Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya bisa saja menandakan bahwa orang itu baru saja menangis, atau mempunyai penyakit mata, atau baru bangun tidur, atau yang lainnya.

2) Dicent Sign atau Dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan tersebut dipasang rambu lalu lintas yang menandakan bahwa jalan tersebut sering terjadi kecelakaan.

11


(31)

3) Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.

Sedangkan berdasarkan objeknya, Peirce juga membaginya ke dalam tiga bagian, yakniikon, indeks,dansimbol.12

1) Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto dan peta.

2) Indeks adalah hubungan langsung antara tanda dan objeknya. Ia merupakan tanda yang hubungan eksistensionalnya langsung dengan objeknya. Misalnya, asap adalah indeks api dan bersin adalah indeks flu.

3) Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan kata-kata pada umumnya. Misalnya palang merah adalah simbol dan angka adalah simbol.

Ketiga tipe tanda ini(ikon, indeks, simbol)dapat dimodelkan ke dalam sebuah segitiga sebagai berikut:

12

Marcel Danesi,Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan


(32)

Ikon

Indeks Simbol

Gambar 2.2: Model Semiotik Peirce.

Ikonadalah tanda yang mirip dengan referennya dengan cara tertentu. Misalnya foto wajah adalah ikon visual yang menunjukkan wajah seseorang yang sebenarnya. Kata-kata onomatopoetik seperti ‘gug-gug’ adalah ikon

vokal yang dibuat untuk menirukan suara seekor anjing, selain itu suara

seperti ‘tok’, ‘dor’, ‘dug’ merupakan ikon-ikon vokal yang juga dibuat untuk menirukan suara yang dihasilkan ketika terjadi suatu gerakan atau tindakan.

Contoh lainnya seperti parfum yang merupakan ikon penciuman yang menirukan bau-bauan alam, kayu yang diukir menjadi huruf alfabet juga merupakan ikon perabaan yang dapat dicerap melalui sentuhan.

Indeks adalah ikon yang menggantikan atau menunjuk ke sesuatu dalam hubungannya dengan sesuatu yang lain. Berbeda dengan ikon. Indeks tidak sama dengan yang ditunjuknya, indeks hanya mengidentifikasikan sesuatu atau menunjukkan dimana sesuatu itu berada. Manifestasi paling tipikal dari kegiatan menunjuk adalah dengan mengarahkan jari telunjuk (indeks) yang secara naluriah dipakai oleh manusia untuk menunjuk dan


(33)

memastikan kedudukan suatu benda, seseorang, lokasi, ataupun peristiwa.selain itu, beberapa kata yang juga merupakan manifestasi bentuk

implisit dari indeksikalitas seperti kata ‘di sini’, ‘di sana’, ‘di atas’, ‘di bawah’.untuk menujukkan suatu lokasi tertentu ketika seseorang

membicarakannya.

Contoh lainnya seperti asap yang merupakan indeks dari api, atau ketika seorang mahasiswa yang membuat janji dengan dosen untuk bimbingan skripsi, kemudian dosen tersebut memberitahukan kepada mahasiswanya bahwa ia dapat mengenali si dosen dari pakaiannya yang menggunakan jas hitam, menggunakan kacamata, dan membawa tas berwarna coklat. Maka, jas hitam, kacamata dan tas coklat merupakan indeks dari dosen tersebut.

Simbol adalah tanda yang mewakili sesuatu yang proses penentuan simbol itu tidak mengikuti aturan tertentu. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa makna-makna simbolik dibentuk melalui konvensi sosial atau berdasarkan kesepakatan tertentu, sehingga tidak bisa langsung digambarkan. Misalnya tanda V yang dibentuk menggunakan jari telunjuk dan jari tengah

merupakan simbol ‘perdamaian’, warna putih yang mewakili simbol

‘kesucian’. Bendera kuning dikalangan masyarakat Indonesia mewakili


(34)

B. Tinjauan Umum Tentang Film

1. Pengertian Umum Film

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, film diartikan dalam dua pengertian. Pertama film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Kedua, film diartikan juga sebagai lakon (cerita) gambar hidup.13 Dalam bahasa inggris film dikenal denganmovieyang mengandung arti gambar hidup dan bioskop.14

Menurut UU 8/1992, sebagaimana dikutip oleh Taufan Saputra dalam

jurnalnya yang berjudul “Representasi Analisis Semiotik Pesan Moral

Dalam Film 2012 Karya Roland Emmrich”, definisi film adalah sebagai

berikut.

“film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media

komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan/atau lainnya.”15

Film sebagai penanda berarti teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan timbulnya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata. Sedangkan sebagai petanda, film merupakan cermin bagi

13

http://kbbi.web.id/film, Diakses pada 20 Juli 2016 pukul 15:45

14

John M. Echols dan Hassan Shadily,Kamus Inggris-Indonesia,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 387.

15

Taufan Saputra, “Representasi Analisis Semiotik Pesan Moral Dalam Film 2012 Karya Roland Emmrich,” ejournal. Ilkom.fisip-unmul.ac.id, 2 Februari 2014, h. 277.


(35)

kehidupan metaforis.16 Di dalam genre film terdapat sistem signifikasi yang dapat di tanggapi oleh setiap orang. Hal ini jelas bahwa topik dalam film menjadi sangat pokok dalam kajian semiotika media dan melalui film, setiap orang mencari inspirasi, wawasan, rekreasi dan informasi.

2. Film Sebagai Media Massa

Pada awal kemunculannya di akhir abad ke-19, film menjelma menjadi sebuah alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang menawarkan cerita, panggung, musik, drama, humor dan trik teknis bagi konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang dalam artiannya bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat.

Terdapat tiga elemen penting dalam sejarah film sebagai bisnis pertunjukkan.Pertama, penggunaan film untuk propaganda sangat signifikan, terutama jika diterapkan untuk tujuan nasional dan kebangsaan, berdasarkan jangkauannya yang luas, sifatnya yang riil, dampak emosional, dan popularitas.17 Dua elemen lain dalam sejarah film adalah munculnya beberapa sekolah seni film dan munculnya gerakan film dokumenter.

Sejarah film mengalami perubahan besar yang disebut dengan

‘Amerikanisasi’.Perubahan ini terjadi setelah perang dunia I dengan 16

Marcel Danesi,Pengantar Memahami Semiotika Media,(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 134.

17

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa. Penerjemah Putri Iva Izzati, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 35


(36)

munculnya televisi dan pemisahan film dari bioskop.18Televisi mengambil sebagian besar khalayak film, terutama khalayak keluarga dan sedikit dari khalayak kalangan anak muda. Televisi juga mengambil atau mengalihkan dokumenter sosial dari perkembangan film dan memberikannya kepada program yang biasanya bersifat jurnalistik atau laporan khusus. Bagaimanapun program tersebut tidak memiliki efek yang sama pada seni film atau nilai estetika film.

Pemisahan antara film dengan bioskop merujuk kepada banyaknya cara untuk menonton film. Dari mulai pertunjukkan awal di bioskop, televise penyiaran, penyiaran kabel, rekaman video, penjualan atau penyewaan DVD, televisi satelit dan saat ini internet digital.19 Perkembangan-perkembangan ini memiliki dampak tertentu, yakni membuat film tidak lagi sebagai pengalaman publik bersama dan lebih kepada pengalaman pribadi.

Meskipun media film telah dinomorduakan oleh media televisi, film justru lebih menyatu dengan media lain, terutama penerbitan buku, musik dan televisi. Film telah berperan besar, walaupun berkurang khalayaknya, film justru menjadi sumber kebudayaan yang darinya menghasilkan buku, kartun strip, lagu dan bintang televisi serta serial.20 Oleh karena itu, film merupakan pencipta budaya massa yang dapat dijangkau oleh televisi, rekaman digital, kabel dan saluran satelit.

18

Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa, h. 36. 19

Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa, h. 36. 20


(37)

3. Unsur-Unsur Pembentukan Film

Menurut Himawan Pratista, secara umum film dibagi menjadi dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur sinematik.21 Kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya dalam membentuk sebuah film. Baik unsur naratif ataupun sinematik tidak akan dapat berdiri sendiri dalam membentuk sebuah film. Unsur naratif bisa berupa bahan atau materi yang akan diolah, sedangkan sinematik bisa dikatakan sebagai cara atau gaya untuk mengolah bahan tersebut.

a) Unsur Naratif

Unsur naratif berhubungan dengan cerita film atau tema film yang akan digarap, setiap film cerita selalu memiliki unsur naratif dan tidak terlepas dari unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, waktu, lokasi dan lain-lainnya. Tokoh memiliki peran dan karakteristik tertentu dalam pembentukan film, selain itu permasalahan yang muncul juga menjadi unsur lain yang membentuk film sehingga permasalahan yang muncul akan melahirkan konflik diantara para tokoh ataupun hal lainnya. Hal ini tentu berkaitan pula dengan lokasi dan waktu kejadian. Elemen-elemen inilah yang membentuk keseluruhan unsur naratif.Aspek kausalitas antara elemen-elemen tersebut menjadi pokok pembentuk unsur narasi.

21


(38)

b) Unsur Sinematik

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam pembentukan sebuah film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok, yakni:mise-en-scene, sinematografi, editingdan suara.22Mise-en-scene

adalah segala hal yang berada di depan kamera. Mise-en-scene

memiliki empat elemen pokok, yakni: setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make up, sertaactingdan pergerakan pemain.

Sinematografi adalah hubungan esensial tentang perlakuan terhadap kamera dan bahan baku yang digunakan serta kamera digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengan objek yang akan direkam. Editing secara teknis adalah aktivitas dari proses pemilihan, penyambungan gambar-gambar atau shot yang sudah diambil. Sedangkan suara dalam film adalah seluruh unsur bunyi yang berhubungan dengan gambar.Elemen-elemen dari suara bisa berupa dialog, musik ataupuneffect.

4. Jenis-jenis Film

Menurut Heru Effendy, jenis-jenis film terbagi atas film dokumenter, film cerita panjang dan film cerita pendek:23

22

Himawan Pratista,Memahami Film, h. 1-2.

23

Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 3-4


(39)

a. Film Dokumenter

Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata

‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John Grierson untuk film Maana (1926) karya Robert Flaherty. Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas.

Sekalipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Pada intinya, film dokumenter tetap berpijak kepada hal-hal yang nyata.

b. Film Cerita Pendek(Short Films)

Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit.Di negara-negara maju seperti Jerman, Amerika Serikat, Kanada dan Australia, film cerita pendek dijadikan sebagai laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan dari karya-karya para mahasiswa/I jurusan film atau orang/kelompok yang


(40)

menyukai dunia perfilman dan ingin berlatih membuat film dengan baik.

Sekalipun demikian, ada pula orang/kelompok yang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek. Umumnya hasil-hasil film pendek ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.

c. Film Cerita Panjang(Feature Length Films)

Film cerita panjang ini berdurasi lebih dari 60 menit, biasanya durasi untuk film cerita panjang antara 90 sampai 100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini, bahkan film-film bioskop terkadang mencapai durasi lebih dari 100 menit, misalnya saja film Dances With Wolves yang berdurasi lebih dari 120 menit. Film-film produksi India yang cukup banyak beredar di Indonesia, rata-rata berdurasi hingga 180 menit.

5. Teknik Pengambilan Gambar

Untuk mengetahui dan membedakan antara satu shot dengan shot

yang lainnya, maka teknik pengambilan gambar ini dibedakan menjadi empat kategori, yaitu sudut pengambilan gambar, ukuranshot,kamera dan gerakan objek.24

24

Askurifai Baskin, Membuat Film Indie Itu Gampang, Cet ke-1, (Bandung: Katarsis, 2003), h. 32.


(41)

1) Sudut Pengambilan Gambar(Camera Angle)

Seorang juru kamera yang akan melakukan pengambilan gambar terhadap suatu objek, bisa menggunakan lima cara, yakni bird eye view, high angle, low angle, eye leveldanfrog eye:25

Bird Eye View

Teknik ini dilakukan dengan ketinggian kamera di atas ketinggian objek yang direkam. Hasil perekaman teknik ini memperlihatkan lingkungan yang demikian luas dengan benda-benda lain yang tampak kecil tanpa mempunyai makna.

High Angle

Sudut pengambilan gambar dari atas objek sehingga terkesan objek jadi mengecil, selain itu teknik pengambilan gambar ini mempunyai kesan dramatis, yakni nilai “kerdil”.

Low Angle

Artinya, sudut pengambilan gambar dari arah bawah objek sehingga kesan objek jadi membesar, sama seperti high angle, low angle juga memberikan kesan dramatis yakni kesan prominence

(keagungan).

25


(42)

Eye Level

Sudut pengambilan gambar diambil sejajar dengan objeknya.

Eye level ini tidak memberikan kesan dramatis karena dalam kondisi shot yang biasa-biasa saja. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri atau pandangan mata seseorang yang mempunyai ketinggian tubuh tepat tingginya sama dengan objeknya.

Frog Eye

Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan objek atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari kedudukan objek. Teknik ini menghasilkan satu pandangan objek yang sangat besar, mengerikan dan penuh misteri.

2) Ukuran Gambar

Menurut Naratama, ukuran gambar terbagi menjadi Sembilan bagian. Diantaranya extreme long shot, very long shot, long shot, medium long shot, medium shot, middle close up, close up, big close updanextreme close up:26

26

Naratama,Menjadi Sutradara Televisi: Dengan Single dan Multi Kamera,(Jakarta: PT. Grasindo, 2004), h. 73-78.


(43)

Extreme Long Shot(ELS)

Shot ini digunakan ketika ingin mengambil gambar yang sangat-sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar. Misalnya opening sceneuntuk sebuah adegan di sebuah rumah kecil di padang pasir.

• Very long Shot(VLS)

Kunci pertama dalam pengambilan gambar ini adalah one location. Teknik VLS ini biasanya digunakan untuk pengambilan gambar yang panjang, jauh dan luas, namun masih lebih kecil dari

extreme long shot. Misalnya adegan perang di pegunungan di mana penonton perlu divisualkan untuk menggambarkan adegan dengan banyak objek.

Long Shot(LS)

Ukuran long shot digunakan untuk menggambarkan objek secara utuh, misalnya gambar manusia seutuhnya dari ujung rambut hingga ujung sepatu. Long shot dikenal sebagai landscape Format

yang mengantarkan mata penonton kepada keluasan suatu suasana dan objek.

• Medium Long Shot(MLS)

Angle ini seringkali digunakan untuk memperkaya keindahan gambar. Terutama pada saat transisi gambar yang disambungkan dengan komposisi gambar yang lain.


(44)

Medium Shot(MS)

Biasanya digunakan sebagai komposisi gambar terbaik untuk syuting wawancara. Dengan memperlihatkan subjek orang dari tangan hingga ke atas kepala, maka penonton akan dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi dari wawancara yang sedang berlangsung.

Middle Close Up(MCU)

Teknik ini digunakan untuk memperdalam gambar dengan lebih menunjukkan profil dari objek yang direkam, misalnya seorang narasumber yang sedang berbicara kemudian teknik ini hanya fokus kepada narasumber saja yang menampilkan profil, bahasa tubuh dan emosi narasumber yang bisa terlihat dengan jelas.

Close Up(CU)

Teknik ini adalah komposisi gambar yang paling popular. CU merekam gambar penuh dengan menampilkan leher hingga ke ujung batas kepala. CU digunakan sebagai komposisi gambar yang paling baik untuk menggambarkan reaksi atau emosi seseorang dari sebuah adegan.

Big Close Up(BCU)

Teknik ini lebih tajam dari Close up. Misalnya pada film drama horor yang menggunakan efek cahaya memantul pada sudut mata


(45)

objek. Maka kedalaman pandangan mata, kebencian raut muka, kehinaan emosi hingga keharuan yang tiada bertepi adalah ungkapan-ungkapan yang terwujud dalam komposisi gambar ini.

Extreme Close Up(ECU)

Kekuatan ECU ini terletak pada kedekatan dan ketajaman yang hanya fokus pada satu objek. Misalnya ECU digunakan untuk mengambil gambar hidung atau mata saja. Teknik ini sering digunakan dalam video musik untuk transisi gambar menuju shot

berikutnya.

3) Gerakan Kamera

Untuk membuat suatu tampilan gambar yang menarik, perlu adanya teknik menggerakkan kamera. Di bawah ini ada beberapa gerakan kamera yang menghasilkan gambar yang berbeda,27 sebagai berikut:

Zoom In/Zoom Out (Kamera Tidak Bergerak, tetapi menekan tombolzooming)

Pada kamera video terdapat lensa zoom yang berguna untuk mendekatkan atau menjauhkan gambar/objek tanpa mendekati atau menjauhi objek tersebut. Biasanya tombol berbentuk pipih dan jika

27


(46)

ditekan ke bagian depan, efeknya zoom inatau mendekatkan dan jika ditekan ke belakang, efeknyazoom outatau menjauhkan.

Panning (kamera tidak bergerak, tetapi tripod penyangga kaki tiga yang digerakkan ke kanan dank ke kiri)

Untuk menampilkan gambar mendatar secara berurutan dan halus. Kamera dapat digerakkan secara panning dengan kamera tetap berada di tempat. Jika kamera digerakkan ke kiri disebut dengan pan left, jika kamera digerakkan ke kanan disebut pan right. Untuk bisa menggunakan teknik ini kamera harus berada di atas tripod. Alat ini memiliki tongkat yang bisa digerakkanke kanan dan ke kiri.

Tilting

Teknik ini adalah untuk memperlihatkan gambar dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas dengan menggerakkan kamera. Gerakan kamera dari atas ke bawah disebut Tilt Down, sedangkan gerakan kamera dari bawah ke atas disebut Tilt Up. Sama seperti

Panning, untuk bisa mendapatkan hasil gambar yang halus, kamera lebih baik diletakkan di atas tripod.

Dolly

Dolly adalah kedudukan kamera di tripod dan di atas landasan roda (dolly) sehingga kamera bisa digerakkan ke arah mana saja. Jika tripod di atas dollytersebut digerakkan ke depan, maka gerakan


(47)

seperti itu disebut Dolly in. sebaliknya, jika kamera dan tripod di atas dolly digerakkan ke belakang, maka gerakan tersebut disebut

Dolly out.

Follow

Follow adalah gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak secara searah.

Crane Shot

Crane Shot adalah gerakan kamera yang dipasang di atas mesin beroda (crane) dan bergerak sendiri bersama juru kamera, baik mendekat maupun menjauhi objek.

Fading

Fading adalah pergantian gambar secara perlahan-lahan. Jika gambar baru muncul secara perlahan dan menggantikan gambar yang ada pada layar disebut Fade in. sebaliknya, jika gambar yang ada pada layar perlahan-lahan menghilang dan digantikan oleh gambar baru maka disebutFade out.

Framing

Framingadalah objek memasukiframing shot. Jika objek ke luar bingkai (frame)shot, disebut Frame out. Sebaliknya, jika objek masuk ke dalam bingkaishot,disebut denganFrame in.


(48)

4) Gerakan Objek

Ada juga gerakan objek tanpa harus menggerakkan kamera. Ada tiga macam gerakan objek,28diantaranya:

• Objek bisa bergerak sejajar dengan kamera, baik ke kiri maupun ke kanan.

• Objek juga bisa bergerak mendekati kamera yang disebut dengan

Walk-in.

• Objek juga bisa bergerak menjauhi kamera yang disebut dengan

Walk-away.

6. Pengertian Film Dokumenter

Pendapat Marcel Danesi mengenai Film dokumenter menarik untuk dikutip, di dalam bukunya Ia berpendapat:

“Film Dokumenter merupakan film nonfiksi yang menggambarkan

situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaannya dan pengalamannya dalam situasi yang apa adanya, tanpa persiapan, langsung pada kamera atau pewawancara. Dokumenter seringkali diambil tanpa skrip dan jarang sekali ditampilkan di gedung bioskop yang menampilkan film-film fitur. Dokumenter dapat diambil pada lokasi pengambilan yang apa adanya, atau disusun secara

sederhana dari bahan yang sudah diarsipkan.”29

Film dokumenter tidak menciptakan peristiwa, melainkan merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi.30 Struktur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar para penontonnya dapat

28

Askurifai Baskin,Membuat Film Indie Itu Gampang, Cet ke-1, h. 46.

29

Marcel Danesi,Pengantar Memahami Semiotika Media,h. 134. 30


(49)

memahami dan mempercayai fakta-fakta yang terkandung di dalamnya. Film dokumenter bertujuan untuk beberapa hal, diantaranya seperti: informasi atau berita, biografi, pendidikan, sosial, pengetahuan, ekonomi, politik dan sebagainya.

dalam film terdapat banyak jenis-jenis yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, seperti film komedi, film horor, ataupun film drama. Sama seperti film pada umumnya, film dokumenter juga memiliki jenis-jenisnya sendiri. Kusen Dony Hermansyah, seorang dosen di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta mengutip pendapat Gerzon R. Ayawaila dalam bukunya Dari Ide Sampai Produksi. Menurutnya, genre

film dokumenter terbagi menjadi dua belas jenis,31diantaranya:

• Laporan Perjalanan.

Film jenis ini mulanya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog dan etnografi, namun seiring perkembangan zaman banyak membahas hal yang paling penting hingga yang remeh-remeh. Istilah lain yang sering digunakan dalam film jenis ini adalah travel film, travel documentarydanadventures film.

• Sejarah.

Dalam film dokumenter, sejarah menjadi salah satu yang sangat kental denganreferential meaning(makna yang sangat bergantung pada

31

Kusen Dony Hermansyah, “jenis-jenis (genre) film dokumenter,” artikel diakses pada 17 Agustus 2016 pukul 14:47 dari http://kusendony.wordpress.com/


(50)

referensi peristiwa) karena keakuratan data harus sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik dari pemaparan datanya maupun penafsirannya.

• Biografi

Film ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Sosok menjadi tema utama yang diangkat dalam film ini biasanya sosok yang dikenal oleh dunia atau masyarakat tertentu atau orang biasa yang memiliki kehebatan, keunikan atau aspek lain yang menarik.

• Nostalgia.

Yakni film yang cukup dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya lebih mengedepankan napak tilas atau kilas balik kejadian-kejadian yang dialami seseorang atau kelompok tertentu.

• Rekonstruksi.

Yakni jenis dokumenter yang mencoba memberi gambaran ulang secara utuh mengenai suatu kejadian atau peristiwa. Biasanya jenis film ini diperlukan ketika mengalami kesulitan dalam mempresentasikan kejadian kepada penonton. Biasanya peristiwa yang memungkinkan menggunakan film jenis ini adalah peristiwa kriminal dan kecelakaan.


(51)

• Investigasi.

Yakni jenis film dokumenter yang merupakan kepanjangan dari investigasi jurnalistik, biasanya aspek visual lebih ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui secara lebih mendalam. Misalnya seperti korupsi dalam penanganan negara, jaringan narkoba di sebuah negara dan lain sebagainya.

• Perbandingan dan kontradiksi.

Yakni film dokumenter yang mengedepankan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu.

• Ilmu pengetahuan.

Film dokumenter yang mengedepankan aspek pendidikan dan pengetahuan.

• Buku harian ataudiary.

Film jenis ini harus mengacu pada catatan perjalanan hidup seseorang yang diceritakan kepada orang lain.

• Musik.

Merupakan salah satu jenis dokumenter yang sangat banyak diproduksi. Salah satu awalnya muncul ketika Donn Alan Pannebaker membuat film-film yang sebenarnya hanya mendokumentasikan pertunjukkan musik saja.


(52)

Association Picture Story.

Jenis film dokumenter yang dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini menggabungkan gambar-gambar yang tidak berhubungan. Namun ketika disatukan dengan proses editing,

maka makna akan muncul dan dapat ditangkap oleh penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka.

• Dokudrama.

Jenis dokumenter yang merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk direkonstruksi.

Film dokumenter bukanlah film fiksi yang pada proses pembuatannya selalu menggunakan narasi yang jelas, perencanaan yang matang dan alur cerita yang jelas dan dapat dengan mudah dipahami oleh penontonnya. Pada film dokumenter, unsur-unsur tersebut tidak harus selalu ada, karena pada intinya, film dokumenter lebih mengedepankan fakta dengan menghadirkan narasumber, menampilkan lokasi-lokasi terjadinya kejadian dan tidak mengurangi atau melebih-lebihkan cerita yang sebenarnya terjadi. Dengan mengedepankan fakta, tentunya agar para penonton film dokumenter lebih percaya dengan kejadian yang sebenarnya.


(53)

C. Emansipasi Wanita Dalam Islam

1. Pengertian Emansipasi

Kata emansipasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris

Emancipation yang kemudian dibakukan ke dalam bahasa Indonesia

menjadi “Emansipasi” yang berarti kemerdekaan dan pembebasan,32

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, emansipasi adalah pembebasan dari perbudakan, dalam makna yang lain, emansipasi juga diartikan sebagai persamaan hak di berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria.33

Di zaman Romawi dahulu, istilah emansipasi dipakai terhadap upaya seorang anak yang belum dewasa agar lepas dari kekuasaan orang tua mereka dengan maksud untuk mengangkat derajat atau haknya. Istilah ini secara luas digunakan untuk menggambarkan berbagai upaya yang dilakukan untuk memperoleh persamaan derajat atau hak-hak politik,34 lazimnya digunakan bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara lebih umum dibahas dalam hal-hal berkaitan masalah persamaan derajat.

Dalam perkembangannya, istilah ini kemudian lebih sering dikaitkan dengan emansipasi wanita dalam rangka memperoleh persamaan hak,

32

John M. Echols dan Hassan Shadily,Kamus Inggris-Indonesia,h. 210.

33

http://kbbi.web.id/emansipasi, Diakses pada Tanggal 03 Agustus 2016 pukul 12:15 WIB.

34

Agus Saputera, “Mengupas Emansipasi Wanita,” artikel diakses pada 17 Agustus 2016 pukul 06:46 WIB dari http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=492.


(54)

derajat, dan kebebasan seperti halnya kaum lelaki. Sejak abad ke-14 M sudah ada gerakan untuk memperjuangkan persamaan bagi wanita yang sekarang orang lebih mengenalnya sebagai emansipasi wanita.35

2. Pengertian Emansipasi Wanita

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa emansipasi memiliki arti kemerdekaan dan pembebasan. Selanjutnya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui,36 sedangkan arti kata wanita adalah perempuan yang sudah dewasa.37

Merujuk pada pengertian di atas, dapat di mengerti bahwa emansipasi

wanita diartikan sebagai “…proses pelepasan diri para wanita dari

kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju…”38

Dengan demikian, emansipasi wanita adalah usaha sadar yang dilakoni kaum perempuan untuk memperoleh hak yang sama dalam menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan sebagaimana yang telah dilakoni oleh kaum pria sehingga mereka terbebas dari perlakuan tidak adil atau diskriminasi jenis kelamin.

35

Agus Saputera, “Mengupas Emansipasi Wanita,” artikel diakses pada 17 Agustus 2016 pukul 06:46 WIB dari http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=492.

36

http://kbbi.web.id/perempuan, Diakses pada 31 Agustus 2016 pukul 11:27 WIB

37

http://kbbi.web.id/wanita, Diakses pada 31 Agustus 2016 pukul 11:31 WIB

38

http://kbbi.web.id/emansipasi, Diakses pada Tanggal 03 Agustus 2016 pukul 12:17 WIB.


(55)

3. Emansipasi Wanita Dalam Pandangan Islam

Kehadiran Islam adalah untuk menjadi agama yang menebarkan rahmat bagi seluruh alam. Salah satu bentuk rahmat itu adalah pengakuan Islam terhadap keutuhan kemanusiaan baik itu perempuan maupun laki-laki. Ukuran kemuliaan seseorang dimata Tuhannya adalah melalui tingkat keimanan dan ketakwaannya dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT.

Islam sangat memuliakan wanita, al-Qur’an maupun al-Hadits memberikan perhatian yang sangat besar bagi kaum wanita. Baik itu sebagai anak, istri, ibu, saudara ataupun peran lainnya. Begitu pentingnya hal tersebut, Allah mengabadikannya dalam al-Qur’an pada surah an-Nisa yang sebagian besar ayat-ayatnya berisi tentang persoalan, perlindungan sampai hukum yang berkaitan dengan hak dan kewajiban wanita.

Musdah mulia berpendapat bahwa di dalam Islam ada empat prinsip yang menjunjung tinggi kehormatan kaum wanita. Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah:39

Pertama, prinsip hak dan kewajiban yang mengandung pengertian bahwa baik pria atau wanita memiliki kewajiban yang sama dalam menjalankan perintah-perintah agama. Begitu juga dengan hak, bahwa pria atau wanita memiliki hak yang sama dalam memperoleh pahala sesuai dengan amal ibadah atau kewajiban yang telah dilakukannya. Hal yang

39

Musdah Mulia, Menyuarakan Kesetaraan dan Keadilan Gender, Cet ke-1, (Yogyakarta: SM & Naufan Pustaka, 2014), h. 48-51.


(56)

membedakan hanya tingkat ketakwaannya saja sehingga hal tersebut menentukan banyak sedikitnya pahala maupun adzab yang diperoleh oleh mereka.

Prinsip ajaran persamaan pria dan wanita sebagai makhluk Allah yang mulia tertera di dalam al-Qur’an surah al-Hujuraat ayat 13 sebagai berikut:

                                     

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS: Al-hujuraat: 13).40

Pada ayat di atas menjelaskan bahwa pria dan wanita memiliki derajat yang sama, kemuliaan seseorang di hadapan Allah SWT bukan didasarkan pada jenis kelamin atau etnisnya, melainkan berdasarkan prestasi ibadah kepada Allah SWT dan amal yang dilakukannya. Dalam Islam disebut sebagai orang-orang yang bertakwa. Adapun perbedaan tersebut hanya bersifat fungsional saja, sesuai dengan kodratnya masing-masing.

Persamaan hak juga tertuang dalam berbagai bidang. Setiap laki-laki dan perempuan berpeluang untuk memperoleh hak-hak politik, pendidikan, waris, persaksian dan lain-lain. Dalam pendidikan misalnya,

40

Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Cahaya Quran, 2006), h. 517.


(57)

tak ada satupun ayat al-Qur’an yang secara tegas melarang atau mendiskriminasikan kaum wanita untuk memperoleh pendidikan. Dengan demikian, kaum wanita memiliki hak yang sama dengan pria dalam mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.

Kedua, prinsip kemerdekaan dan kebebasan yang mengandung pengertian bahwa kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan yang sebebas-bebasnya hingga melampaui batas dan sewenang-wenang. Kebebasan dalam Islam adalah kebabasan yang terkendali. Artinya bahwa kebebasan tersebut harus tetap menjaga kepentingan orang lain dan menghormati kedudukan orang lain. Dengan kata lain, kebebasan ini harus selaras dan sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam.

Berdasarkan prinsip kebebasan ini, peran kaum wanita tidak lagi hanya sebatas ruang lingkup rumah tangga saja, melainkan setiap perempuan bebas menentukan nasib mereka sendiri. Dalam al-Qur’an

dijelaskan pula tentang sosok ideal wanita muslimah yang digambarkan sebagai kaum yang memiliki kemandirian dalam menentukan pilihan yang benar, sepeti ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya:

                                         

Artinya: “dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi

orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan


(58)

selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.”(At-Tahrim: 11).41

Ayat di atas menjelaskan bahwa wanita memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri, meskipun hal tersebut bertentangan dengan suaminya dan dengan catatan bahwa selama suami tersebut sudah tidak lagi taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Kebebasan ini juga dicontohkan di dalam al-Qur’an yakni figur ratu Balqis yang memiliki

kemandirian di bidang politik dengan menjadi pemimpin di kerajaan sabaiyah.                    

Artinya: “Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita (yaitu ratu

Balqis yang memerintah kerajaan Sabaiyah di zaman Nabi Sulaiman) yang memerintah mereka, dan Dia dianugerahi segala sesuatu serta

mempunyai singgasana yang besar.”(QS: an-Naml: 23).42

Selain itu, peran perempuan lain dicatatkan juga di dalam al-Qur’an

tentang seorang perempuan yang memiliki kemandirian di bidang ekonomi dengan menjadi seorang pengelola peternakan dalam kisah Nabi Musa di Madyan.                                                    Artinya: “dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan

41

Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahnya,h. 561. 42


(59)

(ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak

Kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.”(QS: al-Qashash: 23).43

Ketigaadalah prinsip persaudaraan, semangat ini muncul dari realitas sosial bahwa setiap manusia adalah bersaudara karena setiap manusia merupakan keturunan dari Nabi Adam dan Hawa.44 Prinsip ini juga yang nantinya akan melahirkan persatuan (ukhuwah islamiyah) antar sesama umat muslim sehingga dengan moral inilah akan tercipta kedamaian yang menjadi pondasi bagi laki-laki dan perempuan dalam menjalani hubungan antar sesama manusia.

Al-qur’an memerintahkan wanita untuk saling bekerjasama dengan

kaum pria dalam berbuat kebaikan dan menolak kemungkaran atau memperbaiki ketimpangan sosial di masyarakatnya, hal ini menjadi wujud persaudaraan yang dianjurkan di dalam Islam. Sehingga tidak hanya pria yang akan mendapatkan ganjaran surga, namun juga bagi kaum wanita yang taat dalam menjalankan perintah-Nya akan mendapat ganjaran surga, seperti ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya:

                                      43

Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahnya,h. 388. 44

Musdah Mulia,Indahnya Islam: Menyuarakan Kesetaraan dan Keadilan Gender, Cet Ke-1, h. 50.


(60)

                                                           

Artinya: “dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.”(QS: at-Taubah: 71-72).45

Keempat adalah prinsip keadilan. Islam sangat menentang struktur sosial yang tidak adil dan menindas suatu kaum tertentu. Mereka yang tertindas adalah golongan masyarakat lemah seperti fakir miskin, yatim piatu, janda, budak dan anak perempuan. Islam muncul untuk mengangkat harkat dan martabat mereka dari kaum-kaum yang bertindak tidak adil kepada mereka.

Prinsip keadilan ini ditegakkan sebagai moral Islam dalam semua sektor kehidupan. Begitu pentingnya konsep ini, sampai kedudukannya diletakkan sejajar di bawah taqwa. Dengan demikian, al-Qur’an

menempatkan keadilan sebagai bagian integral dari taqwa.46

45

Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahnya,h. 198. 46

Musdah Mulia,Indahnya Islam: Menyuarakan Kesetaraan dan Keadilan Gender, Cet Ke-1, h. 51.


(61)

Gambaran yang menempatkan wanita sangat mulia di dalam al-Qur’an

tidak terdapat di dalam kitab-kitab suci sebelumnya, karena adanya peluang bagi wanita untuk mengembangkan diri dan menyamai derajatnya dengan kaum pria. Namun, pada zaman keemasan Islam, banyak wanita-wanita yang memiliki kecerdasan dan kelebihan yang sama dengan kaum pria. Bahkan melebihi kaum pria.

Perempuan dalam Islam tidak dibatasi ruang geraknya hanya pada sektor domestik di rumah tangga saja, melainkan diizinkan aktif di sektor publik, termasuk bidang politik, ekonomi, sosial, iptek, ketenagakerjaan, dan HAM. Hanya saja, perlu digaris bawahi bahwa keaktifannya tersebut jangan sampai membuat ia lupa atau mengingkari kodratnya sebagai perempuan yang berhak menjalankan fungsi-fungsi reproduksinya dengan wajar seperti hamil, melahirkan dan menyusui anaknya. Hal yang lebih penting lagi adalah bahwa keaktifannya itu tidak sampai menjerumuskan dirinya ke luar batas-batas moral yang diperintahkan agama.

Kebebasan yang diberikan Islam kepada perempuan bukan kebebasan tanpa batas, namun kebebasan ini adalah kebebasan yang terkendali oleh nilai-nilai akhlak mulia. Oleh karena itu, gerakan pemberdayaan perempuan sudah sepatutnya melahirkan perempuan muslimah yang beriman, berakhlak mulia, berpendidikan, berwawasan luas, dan beramal sholeh yang antara lain terwujud dalam aktivitasnya membangun dan memberdayakan masyarakat menuju terciptanya masyarakat adil, damai, dan sejahtera.


(62)

50

GAMBARAN UMUM TENTANG FILMHE NAMED ME MALALA

A. Sekilas tentang filmHe Named Me Malala

Film He Named Me Malala ini disutradarai oleh Davis Guggenheim, sutradara yang pernah memenangkan Piala Oscar melalui filmAn Incovinient truth.1Davis Guggenheim menggarap film yang menggambarkan kisah hidup dari pemenang Nobel Perdamaian termuda, Malala Yousafzai. Hal yang menjadi daya tarik dalam film ini adalah cerita perjalanan hidup Malala yang menjadi perhatian.

Guggenheim sendiri tidak membuat ulang kisah hidup Malala dengan tujuan untuk menyentuh emosi penonton. Malala adalah sosok yang inspiratif. Saat berusia 18 tahun, dia selalu berusaha untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih layak untuk dihuni.

Dalam film ini juga diperlihatkan masa kecil Malala yang tinggal di Swat Valley, bagian utara Pakistan dimana ia diberi nama Malala Yousafzai oleh ayahnya, Ziauddin. Sebagai seorang guru, Ziauddin selalu menanamkan tentang kecintaan terhadap pendidikan kepada Malala. Ketika kelompok Taliban menutup sekolah untuk perempuan, Malala berani bersuara meskipun pada awalnya hanya bersuara secara anonim melalui media blog. Namun

1

Metro TV News, “Kisah Peraih Nobel Perdamaian Dalam Film He Named Me Malala.” Artikel diakses pada tanggal 12 Juni 2016 pukul 17:03 WIB dari m.mertotvnews.com/read/2015/11/07/188443/kisah-peraih-nobel-perdamaian-dalam-film-he-named-me-malala


(63)

kemudian, ia berani mengekspresikan pendapatnya di depan umum. Taliban merespon tindakan Malala dengan berupaya untuk membunuhnya. Malala sempat tertembak oleh pasukan Taliban, ia beruntung masih dapat bertahan hidup dan kabur bersama keluarganya ke Inggris. Ia kemudian berhasil sembuh dari luka tembakannya dan melanjutkan perjalanannya keliling dunia sambil berbicara tentang isu pendidikan dan pengungsi.

Film ini juga menampilkan sisi natural Malala sebagai seorang perempuan remaja, dimana ia sering saling ejek dan bertengkar dengan saudara laki-lakinya karena ia sering diejek atas kekagumannya kepada Roger Federer. Malala juga sosok yang dekat dengan kedua orang tuanya.

Selain itu, film ini juga memperlihatkan pertemuan Malala dengan beberapa tokoh dunia seperti Barrack Obama dan Ratu Elizabeth II serta seorang jurnalis bernama Jon Stewart. Bisa dibilang bahwa Malala memiiki talenta dalam berbicara di depan umum sejak sebelum ia memasuki panggung internasional.

”Islam mengajarkan saya kemanusiaan, kesetaraan dan saling memaafkan.

Taliban bukanlah Muslim, itu sebuah kekuatan,” ujar Malala dalam film

tersebut. Guggenheim membuat film ini dengan menyelipkan beberapa video asli, wawancara dan animasi. Namun, ia mengacak urutan kronologis kejadiannya sehingga dalam film tersebut tidak akan ditemui cerita yang beraturan. Cerita film ini begitu kuat meskipun tanpa mengutak-ngatik cerita maupun efek.


(1)

Prastista, Himawan.Memahami Film.Yogyakarta : Humerian Pustaka, 2008. RI, Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Cahaya Quran,

2006.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012..

-—---,Semiotika Komunikasi.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2013. Sugiyono.Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung : Alfabeta, 2014.

Suprapto, Tommy.Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta : MedPress, 2009.

Wibowo, Indiawan Setyo Wahyu. Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi .Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013.

Jurnal dan Penelitian:

Fitriana, Mega Nur. “Analisis Narasi film “My Name Is Khan” Dalam Perspektif Komunikasi Antaragama dan Budaya.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014.

Saputra, Taufan. “Representasi Analisis Semiotik Pesan Moral Dalam Film 2012 Karya Roland Emmrich.” ejournal. Ilkom.fisip-unmul.ac.id (2 Februari 2014): h.. 277.

Sumber dari Internet:

Agus Saputera.“Mengupas Emansipasi Wanita.” Artikel diakses pada 17 Agustus

2016 pukul 06:46 WIB dari

http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=492.

Arrahmah. “Surat Komandan Taliban Untuk Malala.” Artikel diakses pada 04

Oktober pukul 06:39 WIB dari

https://www.arrahmah.com/news/2013/07/20/surat-komandan-taliban-pakistan-untuk-malala.html#sthash.LrSjQyeC.dpuf.

Arsito Hidayatullah. ”Malala Yousafzai kepada Obama: Hentikan Serangan Drone.” Artikel diakses pada 16 September 2016 pukul 10:23 WIB dari http://www.beritasatu.com/amerika/144129-malala-yousafzai-kepada-obama-hentikan-serangan-drone.html.


(2)

9 6

Detik.com.“Foto: Gaya Jilbab Wanita Timur Tengah Dari Masa Ke Masa” artikel diakses pada 03 Oktober 2016 pukul 23:20 WIB dari http://wolipop.detik.com/read/2016/06/17/093510/3235565/1632/foto-mengintip-gaya-jilbab-wanita-timur-tengah-dari-masa-ke-masa.

Film Bioskop. “Ulasan Sinopsis Pemain Film Bioskop He Named Me Malala.” Artikel diakses pada 20 April 2016 pukul 07:40 WIB dari www.filmbioskop.co.id/2015/09/ulasan-sinopsis-pemain-film-bioskop-he-named-me-malala.html?m1.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Dokumenter” artikel diakses pada 03 Oktober 2016 pukul 18:27 WIB dari http://kbbi.web.id/dokumenter.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Emansipasi” artikel diakses pada 03 Agustus 2016 pukul 12:15 WIB dari http://kbbi.web.id/emansipasi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Film.” Artikel diakses pada 20 Juli 2016 pukul 15:45 WIB dari http://kbbi.web.id/film.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Perempuan.” Artikel Daises pada 31 Agustus 2016 pukul 11:27 WIB dari http://kbbi.web.id/perempuan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Semiotik.” Artikel diakses pada 03 Agustus 2016 pukul 12:11 WIB dari http://kbbi.web.id/semiotik.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.“Wanita.” Artikel diakses pada 31 Agustus 2016 pukul 11:31 WIB dari http://kbbi.web.id/wanita.

Kusen Dony Hermansyah. “jenis-jenis (genre) film dokumenter,” artikel diakses pada 17 Agustus 2016 pukul 14:47 WIB dari http://kusendony.wordpress.com/.

Metro TV News. “Kisah Peraih Nobel Perdamaian Dalam Film He Named Me Malala.” Artikel diakses pada 12 Juni 2016 pukul 17:03 WIB dari

m.mertotvnews.com/read/2015/11/07/188443/kisah-peraih-nobel-perdamaian-dalam-film-he-named-me-malala.

Muvila. “He Named Me Malala Kisahkan Hidup Aktivis Dari Pakistan.” Artikel Diakses Pada 03 Oktober 2016 pukul 19:03 WIB dari http://www.muvila.com/tv/artikel/he-named-me-malala-kisahkan-hidup-aktivis-dari-pakistan-1603095.html.

National Geographic Indonesia. “Seruan Malala Kepada Boko Haram: Bebaskan Saudara-saudara Saya.” Artikel diakses pada 16 September 2016 pukul 14:17 WIB dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/07/seruan-malala-kepada-boko-haram.


(3)

Pidato.Net.“Pidato Malala: New York.” Artikel diakses pada 18 September 2016 pukul 11:15 dari http://pidato.net/5959_malala-new-york.

Provoke Online. “He Named Me Malala Akan Ditayangkan Perdana.” Artikel diakses pada 20 April 2016 pukul 07:53 dari www.provoke-online.com/index.php/film/movienews/5454-he-named-me-malala akan-ditayangkan-perdana.

Shobariyah Jamilah. “Pentingnya Pendidikan Bagi Muslimah.” Artikel diakses pada 16 September 2016 pukul 19:21 WIB dari

http://www.mirajnews.com/id/pentingnya-pendidikan-bagi-muslimah/66198.

Tempo.co. “Dapat Nobel, Malala Dicibir Warga Pakistan.” Artikel diakses pada

04 Oktober 2016 pukul 07:04 WIB dari

https://dunia.tempo.co/read/news/2014/10/16/118614712/dapat-nobel-malala-dicibir-warga-pakistan.

The Global Journal. “Pidato Malala Yousafzai di PBB: Pejuang Pendidikan Global.” Artikel diakses pada 04 Oktober 2016 pukul 07:58 WIB dari http://theglobejournal.com/pendidikan/isi-pidato-malala-yousafzai-di-pbb-pejuang-pendidikan-global/index.php.

VOA Indonesia.“Malala Satyarthi Raih Nobel Perdamaian 2014.”Artikel diakses pada Pada 03 Oktober 2016 pukul 20:38 WIB.dari


(4)

9 8

http://www.voaindonesia.com/a/malala-satyarthi-raih-nobel-perdamaian-2014/2479174.html.

Wikipedia. “Davis Guggenheim.”Artikel diakses pada 25 Juli 2016 pukul 12:34 WIB dari https://en.wikipedia.org/wiki/Davis_Guggenheim.

Wikipedia. “Malala Yousafzai.” Artikel diakses pada 23 Juli 2016 pukul 12:14 WIB dari https://id.wikipedia.org/wiki/Malala_Yousafzai.

Wikipedia. “Ziauddin Yousafzai.” Artikel diakses pada 25 Juli 2016 pukul 12:54 WIB dari https://en.wikipedia.org/wiki/Ziauddin_Yousafzai.


(5)

(6)