Analisis Narasi Tentang Konsep Gender Pada Film Hijab Dalam Perspektif Islam

(1)

ANALISIS NARASI TENTANG KONSEP GENDER

PADA FILM HIJAB DALAM PERSPEKTIF ISLAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Faqih Aulia Rizqi

1112051000002

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Analisis Narasi Tentang Konsep Gender pada Film Hijab dalam Perspektif Islam

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.I)

Oleh Faqih Aulia Rizqi NIM: 1112051000002

Pembimbing:

Dr. Armawati Arbi, M.Si NIP: 196502071991032002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437H/2016M


(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah penulis skripsi yang berjudul

“Analisis Narasi Tentang Konsep Gender pada Film Hijab dalam Perspektif Islam” , dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang dijadikan untuk memenuhi salah satu persyatan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dalam bentuk referensi, baik footnote maupun daftar pustaka sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau

merupakan hasil duplikasi dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian lembar pernyataan ini dibuat, sehingga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Terimakasih.

Jakarta, 9 September 2016 Penulis


(5)

i

ABSTRAK Faqih Aulia Rizqi (1112051000002)

Analisis Narasi Tentang Konsep Gender pada Film Hijab dalam Perspektif Islam

Konsep gender merupakan persoalan yang sering diperdebatkan oleh berbagai kalangan. Laki-laki yang sering diuntungkan dengan kedudukan yang lebih tinggi dibanding perempuan membuat perempuan menuntut adanya kesetaraan. Salah satunya adalah keinginan perempuan untuk bekerja di luar rumah, sama seperti laki-laki. Film Hijab menjadi film yang membahas persoalan tersebut. Sejak rilis pada 15 Januari 2015, banyak kontroversi yang terjadi terhadap film Hijab. Terdapat pro dan kontra di sosial media sehingga film ini menjadi perbincangan hangat saat itu.

Berdasarkan latar belakang di atas, munculah beberapa pertanyaan dalam penelitian ini: Bagaimana konsep gender menurut teori naratif Todorov? Kemudian bagaimana perspektif Islam dalam memandang konsep gender di film

Hijab?

Pertama, kondisi seimbang saat Tata, Bia dan Sari masih bersedia mengerjakan tugas mereka untuk mengurus rumah. Kedua, adanya gangguan saat mereka mulai tidak nyaman dengan hanya menjadi ibu rumah tangga saja dan memutuskan membuka usaha secara diam-diam. Ketiga, kesadaran terjadinya gangguan saat suami mereka mulai menyadari perubahan yang terjadi pada masing-masing istrinya. Keempat, upaya memperbaiki gangguan yang dilakukan para suami yang kembali pulang setelah meninggalkan rumah. Kelima, tahap kembali seimbang saat para suami justru membantu usaha yang mereka jalankan kecuali Gamal yang tetap pada pendiriannya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model narasi Todorov. Peneliti mengklasifikasikan konsep gender di film Hijab dengan memilih adegan-adegan di film Hijab yang berkaitan dengan konsep gender. Setelah itu, peneliti mengaitkan konsep gender yang sudah peneliti klasifikan dengan menggunakan teori narasi Todorov dengan perspektif Islam.

Perspektif Islam dari kelima konsep gender yang ada di film Hijab yaitu tidak ada larangan perempuan untuk bekerja selama mendapat izin dari suaminya dan tidak melalaikan hak suami yang harus dia penuhi. Selain itu, masing-masing antara suami dan istri memiliki hak yang harus saling dipenuhi agar tercipta hubungan keluarga yang harmonis.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat berupa nikmat iman, nikmat Islam, serta sehat wal „afiatkepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan para sahabatnya yang sudah sangat berjasa mewariskan kita berbagai ilmu untuk kita pelajari, sehingga kita semua terhindar dari yang namanya kebodohan. Banyak hambatan dan kesulitan yang penulis temui, baik dalam mencari sumber pustaka maupun mengolah sumber data. Tetapi, dari kesulitan itulah penulis banyak belajar sehingga pada akhirnya skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Alhamdulillah hal tersebut bisa penulis lewati berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Arief Subhan,M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto,Ph.D sebagai Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Dr.Roudhonah,M.A sebagai Wakil Dekan 2 Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi,M.Si sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan.

2. Drs. Masran,M.A sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah,M.Si sebagai Sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah banyak membantu melancarkan berbagai urusan penulis yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.


(7)

iii

karena telah memberikan bimbingan serta pengarahan yang sangat berharga kepada penulis hingga skripsi ini bisa selesai.

4. Prof. Yunan Yusuf,M.A, Penasehat Akademik KPI A 2012 yang memberikan banyak masukan serta arahan mulai sejak kuliah hingga saat menyusun proposal skripsi.

5. Semua Dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

6. Pimpinan beserta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, karena sudah memberikan kemudahan pada penulis untuk meminjam buku sebagai referensi skripsi yang penulis teliti.

7. Kak Haikal Kamil yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa melakukan wawancara di tengah-tengah kesibukannya. Kak Esty dari Dapur Film yang selalu bersedia membantu keperluan penulis dalam hal pengambilan data pada skripsi ini.

8. Kedua orangtua yang penulis sayangi dan penulis banggakan, Bapak Tholib B.H. Ilyas dan Ibu Kartini yang sudah mendidik penulis hingga detik ini dan tidak pernah lelah memberikan do‟a dan semangat kepada penulis hingga akhirnya menjadi motivasi bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Kedua Saudara penulis, yaitu Ari Fachrurozy Al Khaidir sebagai kakak

dan Navillah Qurrota A‟yun sebagai adik yang telah memberikan motivasi


(8)

iv

10.Indriana Rara Subadra, sebagai partner yang selalu ada dan bersedia membantu penulis baik dalam hal bimbingan maupun mencari referensi buku, partner berdiskusi dan berbagi cerita yang baik, pemberi motivasi, saran serta semangat yang luar biasa sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

11.Hany Sabrina Mumtaz Aziz, Ricca Junia Ilprima, Rizki Hakiki, Fajar

Hardian Azhar, Yoga Alif Prasetyo, Dani Perdana Sya‟bani sebagai sahabat-sahabat dekat penulis selama melaksanakan perkuliahan yang sudah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, baik berupa saran, kritik, maupun berupa semangat dan do‟a. Kemudian ada Muhammad Nur juga yang telah bersedia meminjamkan buku referensi yang sangat berguna mulai dari penulis ingin seminar proposal sampai penulis sidang skripsi, untuk menguatkan pernyataan-pernyataan yang terdapat pada skripsi ini.

12.Aldi Muhammad Alamsyah, Bayu Andar Moyo Serayu, Andika Selamet Prihatin, Septian Eka Wijaya, Amin Hayyu Al Bakky, Irvan Kurniawan, Paras Ayunita, Puji Larassati, Ghea Nurrohmah, Emira Devira, sebagai sahabat-sahabat dekat penulis dari Madrasah Tsanawiyah sampai

sekarang, yang telah memberikan dukungan dan doa‟a untuk

menyelesaikan skripsi ini.

13.Keluarga besar KPI A angkatan 2012, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu di sini, sebagai teman-teman kuliah penulis dari semester 1 hingga semester 7 yang sudah memberikan semangat serta memberikan


(9)

v

ilmu dan pengalaman kepada penulis dalam diskusi-diskusi ketika dalam perkuliahan.

14.Keluarga besar KKN OASE, sebagai teman-teman seperjuangan selama melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang sudah memberikan banyak pelajaran yang baik untuk penulis dalam berbagai hal.

15.Semua guru beserta mentor penulis yang sudah banyak memberikan do‟a untuk kesuksesan penulis dalam dunia akademik dan juga telah banyak memberikan masukan dalam penyusunan skripsi.

Jakarta, 9 September 2016

Faqih Aulia Rizqi


(10)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... LEMBAR PERNYATAAN ... BSTRAK I ...

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR GAMBAR ...vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

E. Tinjauan Pustaka ...9

F. Kerangka Teori...12

G. Metode Penelitian...14

1. Teknik Pengumpulan Data ...15

2. Teknik Pengolahan Data ...16

3. Teknik Analisis Data ...17

F. Sistematika Penulisan ...18

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Naratif Todorov ...19

B. Konsep Gender ...24

C. Pandangan Islam Tehadap Wanita Karier ...33

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sinopsis Film Hijab ...54

B. Profil Serta Peran Para Pemain Hijab ...57

C. Profil Dapur Film ...61


(11)

vii

BAB IV ANALISIS DATA

A. Konsep Gender pada Film Hijab ...67 B. Perspektif Islam dalam Menilai Konsep Gender pada

Film Hijab ...90 C. Interprestasi ...102

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...105 B. Saran ...107 Daftar Pustaka ...108 LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Larangan Gamal Kepada Sari ... 70

Gambar 2 Tata yang sedang Berdebat dengan Dosen ... 71

Gambar 3 Respon Tata Terhadap Ucapan Gamal ... 74

Gambar 4 Tata, Bia, Sari dan Anin sedang Berdiskusi ... 76

Gambar 5 Bia, Sari, Tata dan Anin yang sedang Bermain Gadget ... 78

Gambar 6 Debat Antara Chaky dan Gamal ... 81

Gambar 7 Penjelasan Tata kepada Ujul ... 83

Gambar 8 Penjelasan Bia Kepada Mat Nur ... 84

Gambar 9 Kemarahan Gamal Kepada Sari... 85

Gambar 10 Sari yang Ingin Keluar dari Meccanism ... 87

Gambar 11 Perkataan Tukang Parkir yang Menyadarkan Mat Nur ... 88

Gambar 12 Mat Nur, Ujul dan Chaky yang Siap Membantu Meccanism ... 89

Gambar 13 Keinginan Gamal yang Ingin Tetap Bersilaturahmi ... 90

Gambar 14 Kekhawatiran Para Istri Jika Jujur Pada Suami Mereka Tentang Bisnis yang Sedang Mereka Jalankan ... 93

Gambar 15 Kepulangan Gamal yang Disambut Pihak Keluarga ... 94

Gambar 16 Pernyataan Gamal Tentang Istri yang Ingin Bekerja ... 96


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menceritakan suatu kejadian atau peristiwa sehingga seolah-olah kita bisa melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan.1

Film merupakan salah satu media narasi. Dikatakan sebagai media narasi karena di dalam sebuah film terdapat rangkaian cerita yang saling terhubung dan saling berkaitan sehingga cerita tersebut bisa dipahami. Dalam sebuah film juga terdapat makna yang terkandung sehingga untuk mengetahuinya dapat dilakukan penelitian yang mendalam. Dalam hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan analisis narasi.

Misalnya saja film yang membahas mengenai persoalan gender antara laki-laki dan perempuan. Sebelumnya, konsep penting yang perlu dipahami dalam rangka membahas hubungan kaum kaum perempuan dan laki-laki adalah membedakan antara konsep sex (jenis kelamin) dan konsep gender. Pemahaman dan pebedaan antara kedua konsep tersebut sangat diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender (gender inequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara luas. Pemahaman

1


(14)

atas konsep gender sangatlah diperlukan mengingat dari konsep ini telah lahir suatu analisis gender.2

Istilah gender digunakan berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial-budaya. Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex lebih banyak berkonsentrasi pada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sementara itu, gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non-biologis lainnya.3

Perbedaan tersebut melahirkan pemisahan fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki bertugas mengurusi urusan luar rumah dan perempuan bertugas mengurusi urusan dalam rumah yang dikenal sebagai masyarakat pemburu (hunter) dan peramu (gatherer) dalam masyarakat tradisional dan sektor publik dan sektor domestik dalam masyarakat modern.4

Perbedaan gender (gender differences) pada proses berikutnya melahirkan peran gender (gender role) dan dianggap tidak menimbulkan masalah, maka tak pernah digugat. Akan tetapi yang menjadi masalah dan perlu digugat adalah struktur ketidakadilan yang ditimbulkan oleh peran gender dan perbedaan gender.5

2

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 4.

3

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 35.

4

Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur'an, h. 302-302.

5

Nur Ahmad Fadhil Lubis, Yurisprudensi Emansipatif, (Bandung: Citapustaka Media, 2003), h.47.


(15)

Pengungkapan masalah kaum perempuan dengan menggunakan analisis gender sering menghadapi perlawanan (resistance), baik dari kalangan kaum laki-laki ataupun kaum perempuan sendiri. Hal ini bisa jadi disebabkan: pertama, mempertanyakan status kaum perempuan pada dasarnya adalah mempersoalkan sistem dan struktur yang telah mapan, kedua, mendiskusikan soal gender berarti membahas hubungan kekuasaan yang sifatnya sangat pribadi, yakni menyangkut dan melibatkan individu kita masing.6

Oleh karena itu pemahaman atas konsep gender sesungguhnya merupakan isu mendasar dalam rangka menjelaskan masalah kesetaraan hubungan, kedudukan, peran dan tanggung jawab antara kaum perempuan dan laki-laki.

Salah satu film yang membahas persoalan antara laki-laki dan perempuan adalah film Hijab karyanya Hanung Bramantyo. Meskipun diberi judul Hijab, film ini sendiri bukanlah bertema religi, melainkan bergenre drama komedi. Isu yang diangkat juga bukan tentang hijab, tapi isunya adalah ketika wanita mempunyai penghasilan lebih besar dari pria dan bagaimana cara pria menyikapinya?7 Hanya saja memang hijab di film ini dijadikan sebagai perantara fashion dan gaya hidup. Film ini mengisahkan tentang kehidupan rumah tangga tiga orang perempuan yaitu Bia, Sari dan Tata ditambah dengan satu orang perempuan yang belum menikahyaitu Anin dengan sekelumit masalahnya masing-masing. Selain mengurus kehidupan rumah tangga, mereka yang tak ingin selalu bergantung pada suami akhirnya memutuskan untuk membuka bisnis hijabonline secara diam-diam tanpa sepengetahuan suami mereka.

6

Mansour Fakih, Analisis Gender..., h. 5-6.

7


(16)

Tak disangka bisnis hijab online yang mereka jalankan perlahan mulai ramai pembeli. Hanya saja, karena dari awalnya mereka tidak jujur kepada suami mereka tentang bisnis hijab online yang mereka miliki, mereka pun terjebak dalam keadaan yang sulit. Mereka harus memilih apakah tetap meneruskan bisnis hijab online mereka yang semakin ramai ataukah memilih berhenti untuk memperbaiki keadaan rumah tangga mereka yang berantakan karena bisnis hijab

online yang mereka jalankan.

Sebenarnya ini bukan kali pertama Hanung Bramantyo membuat film dengan bertemakan tentang persoalan wanita. Sebelumya pada tahun 2009, Hanung pernah membuat film yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban. Film ini menceritakan tentang latar tradisi sebuah sekolah pesantren di Jawa Timur yang cenderung mempraktekkan tradisi konservatif terhadap wanita dan kehidupan modern. Dalam pesantren Salafiah putri Al-Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan yang tunduk pada laki-laki. Sehingga Anisa, tokoh wanita di film ini, menganggap bahwa ajaran Islam hanya membela laki-laki saja dan menempatkan perempuan dalam posisi yang lemah dan tidak seimbang.8

Film Perempuan Berkalung Sorban pun menjadi perbincangan publik saat itu. Hanung dinilai gagal menyampaikan konten substansial dari novelnya. Hanung justru malah menonjolkan kekerasan dalam rumah tangga.9 Hanung juga diprotes karena dinilai mendiskreditkan kiai dan pesantren. Sementara, Abidah El Khalieqy, penulis novel aslinya, dalam sebuah wawancara bersama kru film

8

Perempuan Berkalung Sorban,

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Perempuan_Berkalung_Sorban diakses pada 19 Juni 2016.

9

Daftar Film Kontroversial Hanung Bramantyo, http://infoheboh.com/daftar-film-kontroversial-hanung-bramantyo/ diakses pada 24 Mei 2016.


(17)

mengatakan bahwa tema novel yang ditulisnya tersebut pada intinya adalah tentang pemberdayaan wanita.10

Sama halnya dengan film Perempuan Berkalung Sorban, Film Hijab pun saat itu menjadi perbincangan publik. Sejak pertama kali dirilis pada tanggal 15 Januari 2015, terdapat banyak pro dan kontra terhadap cerita dari film Hijab. Film

Hijab dinilai sebagai film yang menyudutkan Islam karena menceritakan tentang orang-orang yang memakai hijab sebagai transformasi keterpaksaan, pemaksaan kehendak suami atau sekedar fashion trend.11 Zaskia Mecca, selaku produser dari film Hijab pun menjawab berbagai kritikan tentang film Hijab dengan mengatakan bahwa film Hijab bukanlah film yang menyudutkan Islam, tetapi lebih kepada kehidupan nyata wanita-wanita berhijab yang modern dan ingin sekali berkreativitas tanpa interfensi dari sang suami. Film Hijab juga diangkat berdasarkan realitas yang nyata di kehidupan sehari-hari dan dikemas secara komedi dan drama secara berimbang.12

Konsep dari film Hijab ini sebenarnya sangat menarik untuk diteliti. Karena di film ini diceritakan tentang kehidupan rumah tangga dengan sekelumit masalahnya masing-masing. Selain itu, konsep gender yang diceritakan di film ini juga memang berkaitan tentang hak dan kewajiban masing-masing antara suami dan istri. Tidak hanya itu, konflik rumah tangga yang disebabkan karena para istri

10

Film-Film Kontroversial Hanung Bramantyo,

http://m.detik.com/hot/movie/2138149/film-film-kontroversial-hanung-bramantyo-/2#detailfoto

diakses pada 24 Mei 2016.

11

Film Hijab Dikritik Putri Amien Rais, Ini Jawaban Zaskia Mecca,

http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/01/29/film-hijab-dikritik-putri-amien-rais-ini-jawaban-zaskia-mecca diakses pada 21 April 2016.

12

Film Hijab Lecehkan Islam, Hanung Dicap JIL,

http://www.jpnn.com/read/2015/01/29/284410/Film-Hijab-Lecehkan-Islam-Hanung-Dicap-Anggota-JIL-diakses pada 21 April 2016.


(18)

mempunyai penghasilan sendiri dan bahkan penghasilannya melebihi penghasilan suami menjadi bahasan menarik pada penelitian ini.

Di dalam Al-Qur‟an secara umum sebenarnya banyak ayat yang isinya membicarakan tentang gender, baik itu kedudukan antara laki-laki dan perempuan, hubungan antara laki-laki dan perempuan, maupun hak dan kewajiban mereka dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan rumah tangga dengan konsep yang rapi, indah dan bersifat adil. Seperti apa yang disebutkan di dalam Q.S. An-Nisa ayat 124 yang berbunyi :

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” (Q.S. An-Nisa : 124).13

Dari ayat di atas jelas bahwa Islam tidak membeda-bedakan kedudukan antara laki-laki dan perempuan. Semua mempunyai ganjaran yang sama berupa surga bagi mereka yang senantiasa mengerjakan amal-amal saleh.

Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Hanya saja memang derajat laki-laki lebih tinggi satu tingkat di atas perempuan. Itu disebabkan karena laki-laki telah memberikan mahar perkawinan dan memberikan nafkah kepada

13


(19)

keluarganya.14 Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti film Hijab karena film tersebut membahas mengenai persoalan rumah tangga antara suami dan istri, baik itu dari segi kehidupan sehari-hari maupun dari konflik yang terjadi saat para istri mempunyai penghasilan sendiri dan para suami merasa terancam dengan keadaan tersebut. Selain membahas tentang konsep gender pada film Hijab, peneliti juga akan mengaitkan konsep gender yang terdapat di film Hijab dalam perspektif Islam guna memperkuat analisis yang akan peneliti lakukan.

Berdasarkan latar belakang di atas, judul dari penelitian ini yaitu “Analisis

Narasi Tentang Konsep Gender pada Film Hijabdalam Perspektif Islam”. B. Batasan dan Rumusan Masalah

Peneliti ingin membatasi masalah yang akan dibahas pada penelitian ini supaya lebih fokus dan tidak meluas ke arah yang tidak ada kaitannya dengan permasalahan. Oleh karena itu, batasan masalah penelitian ini adalah hanya membahas tentang konsep gender yang ada pada film Hijab, kemudian konsep gender pada film Hijab itu dikaitkan dalam perspektif Islam.

Adapun rumusan masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah :

a. Bagaimana konsep gender pada film Hijab dalam teori narasi Todorov? b. Bagaimana perspektif Islam tentang konsep gender pada film Hijab?

14

Syekh Muhammad bin Umar Nawawi Al-Bantany, Uqudul Jain (Indonesia: Darul Ihya), h.3.


(20)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui konsep gender pada film Hijab dalam teori naratif Todorov.

b. Untuk mengetahui perspektif Islam tentang konsep gender pada film

Hijab.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat Praktis

Penulis berharap skripsi ini dapat menambah wawasan mengenai narasi pesan dalam sebuah film bagi para mahasiswa di bidang penyiaran. Penulis juga berharap skripsi ini bisa menjadi bahan referensi untuk memperkuat penelitian tentang film selanjutnya dan berharap dapat menambah ilmu tentang cara penarasian film bagi para mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, khususnya, serta mahasiswa lainnya yang mempunyai minat di bidang penyiaran dan film pada umumnya.

b. Manfaat Akademis

Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya bidang studi ilmu komunikasi berkaitan dengan pembelajaran mengenai analisis narasi


(21)

dalam sebuah film, khususnya mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan terhadap analisis narasi pesan yang terkandung dalam sebuah film kepada pembaca mengenai konsep gender pada film Hijab dalam perspektif Islam.

E. Tinjauan Pustaka

Nurlaela menemukan konteks ceramah yang disampaikan Hj. Dedeh Rosyadah saat berdakwah di salah satu acara televisi cenderung lebih berpihak kepada kaum perempuan. Nurlaela juga menyebut bahwa Hj. Dedeh Rosyadah ini sebagai ustadzah yang feminis karena materi-materi dakwah yang beliau sampaikan selalu isinya tentang persoalan perempuan yang tidak boleh kalah dengan laki-laki dan laki-laki pun tidak boleh berbuat semena-mena dengan perempuan. Isi skripsi ini difokuskan pada sensitivitas gender pada materi dakwah Hj. Dedeh Rosyadah yang memang jika membicarakan gender sangat semangat sekali. Persamaan dengan penelitian ini terdapat pada persoalan gender yang dibahas. Namun, karya Nurlaela ini juga memiliki perbedaan yaitu pada metode analisisnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis narasi, sedangkan Nurlaela menggunakan metode deskriptif.15

Heryanto dalam jurnalnya membahas tentang persoalan gender dalam konstruksi media, dimana pada jurnal ini dikatakan persoalan gender ini dibentuk oleh media, bukan karena ada sendiri. Selain itu, Heryanto juga menemukan

15

Nurlela,Sensitivitas Gender Ustadzah Dedeh Rosyidah pada Materi Dakwahnya


(22)

bahwa media cenderung lebih diskriminatif pada perempuan dalam setiap berita yang ditampilkan di media. Persamaan dengan penelitian ini terdapat pada persoalan gender yang dibahas. Sedangkan perbedaannya yakni pada metode analisis yang digunakan. Penelitian ini menggunakan analisis narasi sedangkan karya Heryanto menggunakan metode deskriptif.16

Atik Sukriati Rahmah menemukan bahwa di dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa terdapat pesan-pesan berupa penggambaran Islam di wilayah Eropa di tengah wajah minusnya mesti tampil sebagai agen yang damai, agen yang penuh senyum, saling membantu untuk sesama dan yang berbeda keyakinan. Persamaannya yakni terletak pada pendekatan dan metode penelitian analisis naratif serta model naratif Tzvetan Todorov. Perbedaannya terletak pada judul film. Kalau yang penulis teliti merupakan film Hijab sedangkan Atik meneliti film

99 Cahaya di Langit Eropa.17

Dwita Apriliani menemukan pesan dan himbauan yang terdapat di buku

“Udah, Putusin Aja”, karya Felix Yanwar Siauw, di mana pada buku tersebut

terdapat banyak pembahasan mengenai sisi negatif dari menjalin hubungan pacaran. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis yang sama yaitu analisis naratif. Sebaliknya perbedaan dari penelitian ini adalah

pada objek penelitiannya. Dwita Apriliani membahas buku “Udah, Putusin Aja” karya Felix Yanwar Siauw. Sedangkan, penulis membahas film “Hijab” mengenai

16

Heryanto, Gender dalam Konstruksi Media, Komunika Volume 3 no.3 (April 2009), h. 43-49.

17

Atik Sukriati Rahmah, Analisis Narasi Film 99 Cahaya di Langit Eropa (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).


(23)

konsep gender.18

Sarifa Suhra membahas tentang Islam yang menjunjung tinggi nilai keadilan dan persamaan yang mengandung prinsip-prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Persamaan dengan penelitian ini terdapat pada konsep gender yang dibahas yang dikaitkan dalam perspektif Islam. Sedangkan perbedaannya terdapat pada metode analisisnya. Karya Sarifa ini menggunakan analisis deskriptif, sedangkan penelitian ini menggunakan analisis naratif.19

18

Dwita Apriliani, Analisis Naratif Larangan Pacaran Dalam Agama Islam Pada Buku Udah Putusin Aja, Karya Felix Yanwar Siauw (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014).

19

Sarifa Suhra, Kesetaraan Gender dalam Perspektif AL-Qur’a da I plikasi ya Terhadap Hukum Islam, Al-Um Volume 13 no.2 (Desember 2013), h. 373-394 .


(24)

F. Kerangka Teori

Konsep

Konsep gender yang dibahas pada film Hijab yaitu mengenai persoalan rumah tangga antara suami dan istri, di mana pada film ini isu yang diangkat adalah tentang istri yang bekerja di luar rumah dan mempunyai penghasilan sendiri. Kemudian cara dari istri yang bisa dibilang bekerja secara diam-diam tanpa sepengetahuan suami menjadi bahasan yang menarik karena terjadinya konflik bermula dari situ. Para suami yang mengetahui bahwa istrinya bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri merasa terancam dengan keadaan tersebut. Mereka tidak ingin penghasilan istri mereka lebih besar dari penghasilan mereka.

P E R S P E K T I F I S L A M Konsep Keseimbangan Adanya Gangguan

Konsep

Gender

pada Film

Hijab

Sadar Adanya Gangguan Upaya Memperbaiki Gangguan Kondisi Kembali Seimbang


(25)

Untuk mengetahui konsep gender pada film Hijab, peneliti menggunakan teori narasi Todorov di mana terdapat lima konsep yaitu yang pertama konsep keseimbangan. Konsep ini membahas tentang situasi di rumah tangga dari masing-masing keluarga seperti keluarga Sari-Gamal, Tata-Ujul dan Bia-Mat Nur masih harmonis karena masing-masing mereka menjalankan perannya secara baik di keluarga. Yang kedua yaitu mulai terjadinya gangguan. Pada tahap ini para istri mulai merasa bosan dan jenuh dengan keadaan mereka yang selalu di rumah dan tidak mempunyai penghasilan sendiri, akhirnya mereka memutuskan untuk membuka usaha tapi tanpa sepengetahuan suami mereka. Akhirnya mereka pun menjadi istri yang menjalankan dua peran, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita karier.

Yang ketiga yaitu sadar terjadinya gangguan. Pada tahap ini para suami sudah mulai menyadari perubahan yang terjadi pada istrinya. Kemudian yang keempat upaya memperbaiki gangguan. Pada tahap ini, masing-masing diantara mereka sudah mulai menyadari kesalahannya masing-masing dan akhirnya mereka ingin menyelesaikan masalah mereka masing-masing. Hingga akhirnya pada tahap terakhir yaitu kondisi kembali seimbang. Pada tahap ini masing-masing diantara mereka sudah mulai menerima perubahan yang terjadi pada pasangannya masing-masing. Para suami pun sudah menerima kalau istrinya mempunyai usaha sendiri, kecuali Gamal yang tetap pada pendiriannya yang tidak membolehkan Sari bekerja dan hanya memperbolehkan Sari bermain ke tempat usah daei teman-temannya.


(26)

Islam, adegan-adegan yang terjadi pasti mengandung sebuah pesan yang tersirat. Oleh karena itu, dari kelima konsep di atas peneliti mengaitkannya dengan perspektif Islam. Bagaimanakah Islam menilai konsep gender yang terdapat pada film Hijab.

G. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriprif kualitatif naratif. Menurut Bogdan dan Tylor sebagaimana yang dikutip oleh Lexi Moleong menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan data melalui bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.20

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif naratif,dikarenakan ada beberapa pertimbangan di antaranya adalah: penelitian inibersifat menggambarkan, menguraikan suatu hal dengan apa adanya, maksudnya adalah data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata atau penalaran, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan kualitatif, penyajian data dilakukan secara langsung hakikat hubungan peneliti dengan responden, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan.

Suatu rencana prosedur kualitatif harus menghasilkan bagian tentang naratif yang muncul dari analisa data. Naratif dalam penelitian kulitatif menyajikan informasi dalam bentuk naskah atau gambar. Penulis dapat memasukkan pembahasan

20

Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3.


(27)

tentanng kesepakatan naratif seperti: menggunakan kutipan panjang, pendek dan kutipan yang ada dalam naskah secara bervariasi, menyusun naskah percakapan, memasukkan kutipan dan penafsiran (pembuat film) secara bergantian menggunakan indeks untuk menandai kutipan-kutipan informan, menggunakan kata ganti orang pertama saya atau kata ganti kolektif kita dalam bentuk naratif.

a. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan peneliti diantaranya diambil dari rekaman video original film Hijab, dari resensi film Hijab baik dari surat kabar, wawancara-wawancara yang dilakukan sutradara serta para pemain Hijab di majalah, televisi, radio serta artikel-artikel di internet dan terbitan lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini data-data untuk penelitian dikumpulkan melalui observasi, yaitu mengamati langsung data-data yang sesuai dengan pertanyaan peneliti. Dalam hal ini peneliti membaginya menjadi 2 macam, yaitu :

a. Data Primer, data yang diperoleh dari rekaman video original film Hijab. Kemudian dipilih beberapa scene yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini. Analisis data pada penelitian ini dimulai dengan mengklasifikasikan adegan-adegan di film Hijab yang sesuai dengan rumusan masalah.

b. Data Sekunder, data yang bersumber dari berbagai dokumen tertulis seperti buku, resensi film Hijab baik dari surat kabar, wawancara-wawancara yang dilakukan sutradara serta para pemain Hijab di majalah,


(28)

televisi, radio serta artikel-artikel di internet dan terbitan lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Selain itu untuk memperkuat data yang diperoleh, peneliti juga melakukan wawancara dengan seorang informan.Informan merupakan orang yang terlibat secara langsung dalam aktivitas yang menjadi objek perhatian peneliti. Untuk itu, peneliti memperoleh data yang akurat dari informan. Penentuan informan di sini dilakukan secara purposive. Orang yang akan menjadi informan sengaja diambil oleh penulis, berdasarkan kriteria dan pertimbangan (apa) yang dibutuhkan dalam penelitian.Karena sutradara dari film Hijab yaitu Hanung Bramantyo sedang sibuk dengan film terbarunya, oleh karena itu dari pihak Dapur Film sendiri merekomendasika informan dalam penelitian ini yaitu Haikal Kamil selaku produser dari film Hijab.

Penggunaan wawancara mendalam (in-dept interviews) dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data primer dari subjek penelitian dengan cara wawancara mendalam yang tidak berstruktur, dengan pertimbangan supaya dapat berkembang sesuai dengan kepentingan penelitian.

b. Teknik Pengolahan Data

Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) di Jakarta tahun 2007.


(29)

c. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian analisis narasi, data-data yang sudah terkumpul akan disesuaikan dengan metode yang digunakan Tzvetan Todorov yaitu meneliti dari struktur narasinya. Data tersebut merupakan data yang terdapat dalam film Hijab. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Jadi, narasi dapat dibatasi sebagai bentuk wacana yang sasaran utamanya tingkah laku yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu waktu.21 Alasan peneliti menggunakan analisis narasi karena penelitian ini tidak hanya menganalisis teks semata, tetapi juga menganalisis karakter perilaku dan alur ceritanya.

21


(30)

G. Sistematika Pembahasan

Dalam membahas suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah – langkah pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Yaitu pendahuluan, pada bab ini terdiri atas enam sub bab antar

lain latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan psutaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : Yaitu kajian teori, pada bab ini terdiri dari naratif Todorov, konsep gender dan pandangan Islam terhadap konsep gender di film Hijab.

BAB III : Yaitu gambaran umum pada bab ini terdiri dari sinopsis film Hijab,

profil serta peran pemain film Hijab dan Profil Dapur Film.

BAB IV : Yaitu penyajian data, yang terdiri dari konsep gender pada film

Hijab dan perspektif Islam dalam menilai konsep gender pada film

Hijab.

BAB V : Yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan yang ditutup dengan saran.


(31)

19

BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Teori Narasi Todorov

Narasi berasal dari kata Latin narre, yang artinya “membuat tahu”.

Dengan begitu, narasi berhubungan dengan usaha untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa.22 Sesuatu atau peristiwa yang dimaksud di sini adalah peristiwa yang mempunyai rangkaian atau urutan peristiwa. Jadi, jika memberitahu sesuatu atau peristiwa yang tidak terdapat rangkaian atau urutannya, seperti papan penunjuk jalan, jadwal siaran televisi di koran atau lowongan pekerjaan di sosial media, itu semua tidak bisa disebut sebagai narasi.

“Narasi juga bisa berarti cerita. Cerita itu didasarkan pada urut-urutan sesuatu (atau serangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian itu ada tokoh (atau beberapa) tokoh, dan tokoh ini mengalami atau menghadapi suatu (atau serangkaian) konflik atau tikaian. Kejadian, tokoh dan konflik ini merupakan unsur pokok sebuah narasi, dan ketiganya secara kesatuan biasa disebut plot atau alur. Dengan demikian, narasi

adalah cerita berdasarkan alur”.23

Narasi juga harus dibedakan dengan deskripsi. Jika deskripsi merupakan sebuah bentuk wacana yang menggambarkan objek dengan sedetail-detailnya sehingga seolah-olah objek tersebut seperti berada di hadapan kita, maka narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menceritakan suatu kejadian atau peristiwa sehingga seolah-olah kita bisa melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur

22

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Jakarta Prenada Media Group, 2013), h.1.

23


(32)

perbuatan atau tindakan.24

Selain itu, untuk membedakan antara narasi dengan deskripsi, bisa juga dengan memperhitungkan unsur lain yaitu unsur waktu. Karena jika hanya menyampaikan suatu kejadian atau peristiwa, deskripsi pun bisa kita gunakan. Oleh karena itu, unsur yang membedakan narasi dengan deskripsi terdapat dua unsur, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.25

Kemudian unsur lain dari narasi adalah plot, karakter dan latar. Plot adalah

basicdari semua unsur yang terdapat dalam narasi karena menggambarkan dari jalannya sebuah cerita. Karakter merupakan pemeran atau tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita. Mereka bisa berupa “the hero, the coward, the lover, the

friend and so on”. Sedangkan latar berupa lokasinya di mana, kapan waktunya dan alur cerita yang diambil.26

Salah satu tokoh asal Bulgaria, Tzvetan Todorov, mengatakan bahwa semua cerita dimulai dengan “keseimbangan” di mana beberapa potensi

pertentangan berusaha “diseimbangkan”- pada suatu waktu. Teorinya mungkin terdengar seperti klise bahwa cerita punya awal, pertengahan dan sebuah akhir.

24

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), h.135-136.

25Keraf,

Argumentasi dan Narasi , h.136.

26

Marcel Danesi, Messages, Signs, and Meanings: A Basic Textbook in Semiotics and Comunication Theory Toronto: Canadian Scholar’s Press Inc, 4 , h. 4 .


(33)

Namun, keseimbangan menandai sebuah keadaan, dalam sebuah cara-cara.27

Narasi diawali dari sebuah keteraturan, dimana kondisi para pemain di film tersebut masih tertib dan belum menemukan konflik. Kemudian keteraturan tersebut berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seorang tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya kepada kondisi keteraturan. Dalam banyak cerita fiksi misalnya ditandai dengan musuh yang berhasil dikalahkan, pahlawan yang hidup bahagia, masyarakat yang bisa dibebaskan sehingga menjadi makmur dan bahagia selamanya.28

Sejumlah ahli memodifikasi struktur narasi Todorov, seperti Nick Lacey yang memodifikasi struktur narasi menjadi lima bagian. Modifikasi terutama dibuat untuk tahapan antara gangguan ke ekuilibrium. Tahapan yang ditambahkan misalnya gangguan yang makin meningkat, kesadaran akan terjadinya gangguan dan klimaks (gangguan memuncak). Bagian penting yang ditambahkan adalah adanya upaya memperbaiki gangguan.29

27

Gill Braston dan Roy Stafford, The Media Stude t’s Book (London dan New York: Routledge), h.36.

28

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media (Jakarta: Jakarta Prenada Media Group, 2013), h.46.

29

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media, h.46-47.


(34)

Sehingga jika dibentuk dalam tabel akan terlihat seperti ini30 :

No. Todorov Nick Lacey

1. Ekuilibrium (Keseimbangan) Kondisi Keseimbangan dan Keteraturan

2. Gangguan (Kekacauan) Gangguan Terhadap Keseimbangan

3. Kesadaran Terjadinya Gangguan

4. Upaya Memperbaiki Gangguan

5. Ekuilibrium (Keseimbangan) Pemulihan Menuju Keseimbangan

1. Kondisi Keseimbangan dan Keteraturan

Narasi umumnya diawali dari situasi normal, ketertiban dan keseimbangan. Dalam narasi tentang superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota yang damai, kerajaan yang makmur dan seterusnya. Atau narasi tentang sebuah keluarga, diawali dengan kondisi keluarga yang harmonis dan bahagia.

2. Gangguan Terhadap Keseimbangan

Bagian atau struktur kedua dari narasi adalah adanya gangguan terhadap keseimbangan. Ini bisa berupa tindakan atau adanya tokoh yang merusak keharmoniasan, keseimbangan atau keteraturan. Kehidupan yang normal dan tertib, setelah adanya tokoh yang membuat gangguan berubah menjadi tidak tertib dan tidak teratur. Gangguan ini juga bisa berupa tindakan tertentu dari aktor yang

30

Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-Dasar dan penerapannya dalam Analisis Teks Berita Media, h.47-48 .


(35)

mengubah ketertiban. Suatu keluarga yang harmonis, berubah menjadi kacau ketika sang Ayah melakukan selingkuh atau mengkonsumsi narkoba. Tindakan itu mengubah keluarga menjadi tidak harmonis, hubungan baik menjadi buruk dan seterusnya.

3. Kesadaran Terjadinya Gangguan

Pada tahap ketiga, gangguan makin besar dan dampaknya makin dirasakan. Pada tahap ini, gangguan umumnya mencapai titik puncak (klimaks). Dalam cerita mengenai sebuah keluarga, pada tahap ini kekacauan mengalami titik puncak. Perselingkuhan yang dilakukan Ayah misalnya membuat konflik di keluarga semakin besar dan keluarga di ambang perceraian.

4. Upaya Memperbaiki Gangguan

Pada tahap ini, narasi biasanya berisi tentang hadirnya sosok pahlawan yang berupaya mempebaiki gangguan. Pada tahap ini, sudah ada upaya untuk menciptakan keteraturan kembali, meskipun upaya digambarkan mengalami kegagalan. Dalam narasi superhero misalnya, di tahap ini sudah muncul perlawanan terhadap musuh. Tetapi karena musuh terlalu kuat, umumnya pahlawan digambarkan kalah terlebih dahulu.

5. Pemulihan Menuju Keseimbangan

Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul di tahap dua, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa dipulihkan kembali. Penduduk bisa bekerja dengan aman, keluarga menjadi harmonis kembali dan seterusnya.


(36)

B. Konsep Gender

Istilah gender sudah tidak asing lagi di telinga kita, tetapi masih banyak di antara kita yang belum memahami dengan benar istilah tersebut. Gender sering diidentikkan dengan jenis kelamin (sex), padahal gender berbeda dengan jenis kelamin. Gender sering juga dipahami sebagai pemberian dari Tuhan atau kodrat Ilahi, padahal gender tidak semata-mata demikian.

Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata

sex atau jenis kelamin. Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis laki-laki adalah jenis manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar berikut ini:Laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakun, dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti Rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina dan mempunyai alat untuk menyusui. Artinya secara biologis dan secara permanen alat-alat tersebut tidak bisa berubah dan dipertukarkan karena itu merupakan ketentuan tuhan atau kodrat.31

Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan. Yang dikonstruksi secara sosial, maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan,

31

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, (Cet. V; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 7-8.


(37)

perkasa. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan atau dalam hal lain ada laki-laki yang lemah lembut, emosional dan keibuan, sementara ada juga perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa konsep gender antara sifat perempuan dan laki-laki bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas ke kelas lainnya. Oleh karena itu, terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial atau kultural melalui ajaran keagaman atau Negara. Sehingga, hal tersebut dianggap menjadi ketentuan tuhan yang seolah-olah tidak dapat diubah lagi dan perbedaan-perbedaan gender tersebut dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan kodrat perempuan.32

Dalam pandangan lain, gender merupakan sebuah konsep yang terkait dengan peranan dan hubunganantara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis,namun ditentukan oleh lingkungan sosial, politik dan ekonomi. Gender merupakan suatu kategori sosial yang menunjukkan adanya peningkatan status perempuan sehingga melahirkan kesetaraan dengan laki-laki. Gender tidak hanya terbatas pada persoalan kesetaraan peran saja tetapi juga terkait dengan kesadaran dan komitmen. Oleh sebab itu, gender tidak menitikberatkan pada kepentingan perempuan semata tetapi keseimbangan antara perempuan dan laki-laki. Artinya pembangunan yang tertuju kepada perempuan dan laki-laki.33

32

Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, h. 7-8.

33

Aida Vitalaya S. Hubeis, Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa (Bogor: IPB Press, 2010), h. 90, 99.


(38)

Dalam menjernihkan perbedaan antara seks dan gender, yang menjadi masalah adalah kerancuan dan pemutarbalikkan makna tentang apa yang disebut dengan seks dan gender. Pemahaman masyarakat tentang gender saat ini telah mereka anggap sebagai sebuah bentuk kodrat Tuhan yang berarti tidak bisa diubah lagi. Hal ini karena proses sosialisasi dan konstruksi mengenai persoalan gender telah berlangsung mapan, lama dan terpola. Misalnya seperti mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan rumah tangga atau urusan domestik sering dianggap sebagai kodrat wanita. Padahal, laki-laki pun bisa melakukan pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, selama jenis pekerjaan tersebut masih bisa dipertukarkan dan tidak bersifat universal, seperti dalam kasus mendidik anak dan mengatur kebersihan rumah tangga, itu disebut sebagai gender.34

Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi suatu masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalitaties). Namun, yang menjadi persoalan ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan. Menurut Mansour Fakih, ada lima ketidakadilan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan, yaitu35 :

a. Gender dan Marginalisasi Perempuan

Proses marginalisasi, yang mengakibatkan kemiskinan, sesungguhnya banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan negara yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh berbagai hal seperti penggusuran, bencana

34

Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, h.10-11.

35


(39)

alam atau proses eksploitasi. Ada beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta mekanisme proses pemiskinan perempuan karena adanya perbedaan gender tersebut. Namun, ada salah satu bentuk pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu, yaitu perempuan, yang disebabkan oleh gender. Dari segi sumbernya bisa dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi, kebiasaan, bahkan juga asumsi ilmu pengetahuan. Hal ini juga tidak terjadi hanya ditempat kerja, tetapi bisa juga terjadi dalam rumah tangga.

b. Gender dan Subordinasi

Bentuk ketidakadilan ini antara lain berupa penempatan perempuan hanya pada posisi yang kurang penting, posisi yang tidak punya wewenang untuk mempengaruhi proses pembentukan keputusan bahkan keputusan-keputusan yang mempengaruhi masa depannya seperti kebijakan kependudukan dan reproduksi, hak kerja dan lain-lain.Karya tidak mendapat hak yang sepadan, diskriminasi perempuan dalam skala gaji, jadwal kenaikan pangkat, keselamatan jiwa di tempat kerja dan praktek-praktek pinjam meminjam merupakan subordinasi.

c. Gender dan Stereotipe

Stereotipe dalam kaitannya dengan gender adalah pelabelan negatif terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempan. Misalnya penandaan yang berawal dari asumsi bahwa tugas utama perempuan adalah melayani suami. Diantara akibat stereotype ini adalah dinomorduakannya pendidikan

perempuan.”Apalah wanita sekolah tinggi-tinggi, nanti juga akan kembali

kepekerjaan rumah yaitu mencuci dan memasak” atau contoh yang lain, misalnya,


(40)

pekerjaan yang dilakukan perempuan hanya dianggap sebagai tambahan. Oleh karenanya, boleh dibayar lebih rendah. Pakerjaan supir dianggap pekerjaan laki-laki, sering dibayar lebih tinggi daripada pekerjaan seorang perempuan sebagai pembantu rumah tangga, meskipun tidak ada yang menjamin bahwasannya pekerjaan supir lebih sulit dan lebih berat dari mencuci dan memasak.

d. Gender dan Kekerasan

Kekerasan (violence) terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan, yang disebabkan perbedaan gender. Kekerasan mulai dari kekerasan fisik (pemerkosaan, maupun pembunuhan) sampai pada kekerasaan yang lebih halus (pelecehan seksual dan penciptaan ketergantungan).

e. Gender dan Beban Kerja

Karena peran perempuan adalah mengelola rumah tangga, maka perempuan banyak menanggung beban domestik yang lebih banyak dan lama

(double burden). Perempuan bertugas menjaga dan memelihara kerapian dan pemeliharaan dalam rumah tangga. Sosialisasi peran gender tersebut menyebabkan rasa bersalah bagi perempuan jika tidak melaksanakan. Sedangkan bagi kaum laki-laki, tidak merasa bukan saja tanggung jawabnya, bahkan banyak tradisi yang melarangnya untuk berpartisipasi. Beban kerja tersebut menjadi dua kali lipat, terlebih bagi kaum perempuan yang bekerja di luar rumah. Mereka selain bekerja di luar juga masih dituntut bertanggung jawab terhadap keseluruhan pekerjaan domestik. Semua perwujudan ketidakadilan tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi.


(41)

Ketidakadilan itu tersosialisasi kepada kaum laki-laki maupun kaum perempuan secara mantap yang lambat laun akhirnya maupun laki-laki ataupun perempuan menjadi terbiasa dan percaya bahwa seolah-olah peran-peran tersebut menjadi kodrat. Itulah sebabnya adalah wajar jika ada yang berpendapat bahwa relasi antara laki-laki dan perempuan tersebut sebagai hal yang dianggap adil dan tidak bertentangan dengan Islam. Padahal sebenarnya hal tersebut hanyalah konstruksi sosial seiring dengan perjalanan sejarah kehidupan manusia.

Gender dalam perspektif Islam, menurut Nasaruddin Umar, bahwa Islam memang mengakui adanya perbedaan (distincion) antara laki-laki dan perempuan, tetapi bukan pembedaan (discrimination). Perbedaan tersebut didasarkan atas kondisi fisik-biologis perempuan yang ditakdirkan berbeda dengan laki-laki, namun perbedaan tersebut tidak dimaksudkan untuk memuliakan yang satu dan merendahkan yang lainnya.36

Al-Qur‟an juga sebagai rujukan utama masyarakat Islam pada dasarnya mengakui bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah sama. Keduanya diciptakan dari satu nafs (living entity), di mana yang satu tidak memiliki keunggulan terhadap yang lain. Bahkan Al-Qur‟an tidak menjelaskan secara tegas bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam sehingga kedudukan dan statusnya lebih rendah. Atas dasar itu, prinsip Al-Qur‟an terhadap kaum laki-laki dan perempuan adalah sama, di mana hak istri diakui sederajat dengan hak suami. Dengan kata lain, laki-laki memiliki hak dan kewajiban terhadap perempuan dan

36

Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Islam (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Gender, 1999), h.23.


(42)

begitu pula sebaliknya.37

Bahkan, menurut Nasruddin Umar, di dalam Al-Qur‟an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang konsep kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Masing-masing mendapatkan ganjaran berupa pahala atas perbuatan yang mereka lakukan. Ketaatan beribadah, amal sholeh dan ketaqwaan mereka lah yang membedakan diantara keduanya. Konsep kesetaraan gender tersebut antara lain sebagai berikut38 :

a. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba

Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya sama-sama berpotensi untuk menjadi hamba Allah yang ideal atau di dalam Al-Qur‟an disebut muttaqun. Seperti pada Q.S. Al-Hujurat : 13 yang berbunyi :

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S. Al-Hujurat : 13).

37

Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, h.129-130.

38

Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif Al-Qur‟an (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 247-265.


(43)

b. Laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah di bumi

Maksud dan tujuan manusia diciptakan di bumi ini selain untuk beribadah kepada Allah, juga untuk menjadi khalifah di bumi. Hal itu dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah : 30 :

Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (Q.S. Al-Baqarah : 30).

Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya ditugaskan untuk menjadi khalifah di bumi. Masing-masing mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang harus mereka lakukan.

c. Laki-Laki dan perempuan sama-sama berpotensi meraih prestasi

Laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai potensi meraih prestasi. Seperti yang dijelaskan pada dua ayat Al-Qur‟an berikut ini :


(44)

Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Q.S. An-Nahl : 97).

Artinya : Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab (Q.S. Ghofir : 40).

Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan tentang konsep kesetaraan yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun karir profesional, tidak mesti dimonopoli oleh satu jenis kelamin saja.


(45)

C. Pandangan Islam Terhadap Wanita Karier

Allah SWT berfirman :

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada keluarganya dengan cara ma‟ruf”(Al-Baqarah : 233).

Maksud ayat di atas yaitu tentang kewajiban ayah dalam menafkahi keluarga serta pakaian yang dipakai oleh keluarganya. Oleh karena itu, dalam ayat tersebut dikatakan bahwa sebenarnya dalam urusan mencari dan memberi nafkah itu merupakan kewajiban dan tanggung jawab dari seorang ayah.39

Sebuah hadits shahih menjelaskan tentang ganjaran yang didapat bagi seorang Muslim, yang berarti dalam hal ini seorang Ayah, yaitu berupa pahala seperti orang yang bersedekah. Jadi, seorang Ayah yang berniat mencari nafkah untuk keluarganya dengan niat yang ikhlas dan hanya mengharap ridho Allah semata, maka Allah menganggap itu sebagai bentuk sedekah darinya. Hadits tersebut berbunyi :

ق ث ْ ّ ع ْ ع ْعش ث ي ي أ ْ آ ث

ْقف ّ

ْأْ عْ ي أ ْ ع ّ

ْأْ ي ي ْ ْع ْع

ْي ع ى ص ي ْ ع قف ي ْ ع

ْ ْ قفْأ ق

ق ص ْ ك

ْ ي

ْ أ ى ع قف

(

ّ

ي ص

)

39

Imam Nawawi, Riyadus Shalihin dan Penjelasannya. Penerjemah Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak (Jakarta: Ulumul Qura, 2014), h. 239.


(46)

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Adi bin Tsabit ia berkata: Aku mendengar Abdullah bin Yazid Al Anshari dari Abu Mas'ud Al Anshari maka aku berkata: Dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika seorang muslim memberi nafkah pada keluarganya dengan niat mengharap pahala, maka baginya hal itu adalah sedekah” (H.R. Bukhari).40

Islam juga tidak membeda-bedakan dalam urusan memberi nafkah. Walaupun telah dijelaskan bahwa kewajiban memberi nafkah merupakan tanggung jawab suami, tetapi perempuan juga akan mendapatkan ganjaran yang sama jika dia telah menafkahi keluarganya. Seperti pada kasus Ummu Salamah berikut ini :

ث

أ

ْي ك

ْ

ء عْ

ث

أ

أ

ث

ْ ع

ي أ

ْ ع

ْي

ْ

ي أ

ْ ع

أ

ْ ق

:

ْق

ي

ْ

ي

ْجأ

يف

ي

ي أ

قفْأ

ْ ْي ع

ْ

ْ ك

ْ

ي

قف

ْ ع

ك

ْ يف

ْجأ

ْقفْأ

ْ ْي ع

.

(

ي ص

)

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Ala` Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah Telah menceritakan kepada kami Hisyam dari bapaknya dari Zainab binti Abu Salamah dari Ummu Salamah ia berkata; Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, mungkinkah aku mendapatkan pahala

40


(47)

atas nafkah yang kuberikan untuk mengasuh anak-anak Abu Salamah (anak tiri bagi Ummu Salamah) sehingga mereka tidak tersia-sia, dimana mereka kuanggap seperti anak-anakku sendiri?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Ya, kamu dapat pahala atas nafkah yang kamu keluarkan untuk biaya mengasuh mereka"(H.R. Muslim).41

Dari keterangan hadits di atas dapat dikatakan bahwa siapa pun yang memberi nafkah untuk keluarganya, baik itu laki-laki maupun perempuan, maka akan mendapatkan pahala atas nafkah yang telah dikeluarkannya.42

Kemudian, yang menjadi persoalan adalah jika nafkah dari suami yang belum bisa mencukupi kebutuhan dari keluarganya. Keadaan dilema akan terjadi pada seorang istri. Di satu sisi, dia tidak bisa begitu saja bekerja karena pekerjaan di rumah dan mengurus anak yang tidak bisa ia tinggal. Di sisi lain, banyaknya keperluan dan kebutuhan yang harus dipenuhi juga membuatnya mau tidak mau harus mencari pekerjaan untuk membantu meringankan beban suami.

Tetapi, keberhasilan seorang perempuan pada wilayah publik seringkali diukur dan dilabelkan negatif karena dianggap keluar dari tugas utama mereka, yaitu mengurus urusan rumah tangga. Hal inilah yang membuat perempuan mempunyai peran ganda yang harus diselesaikan secara sepihak, misalnya seperti perempuan yang aktif di sektor publik tetap harus melaksanakan tugasnya dalam mengurus urusan rumah tangga yang dianggap sebagai kewajiban perempuan.43

41

H.R. Muslim.

42

Nawawi, Riyadus Shalihin dan Penjelasannya. Penerjemah Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak, h. 239.

43

Nasaruddin Umar, Ketika Fikih Membela Perempuan (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), h. 174.


(48)

Di lain pihak, tugas-tugas kerumahtanggaan dan reproduksi cenderung tidak dihargai secara ekonomi tetapi hanya dihargai sebagai prestasi kemanusiaan. Para ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui bayinya tidak dianggap sebagai profesi ekonomi yang memerlukan hitungan jam kerja, meskipun keadaan ini cukup melelahkan.44

Mengenai hal ini, para ahli fiqih mengatakan bahwa pekerjaan seorang istri di rumah suaminya bukanlah merupakan suatu kewajiban, akan tetapi sunah dan shodaqoh kepada suami dan anak-anaknya. Adapun yang wajib adalah tidak menolak ajakan suami apabila membutuhkannya kecuali dengan beberapa halangan yang jelas seperti sedang haidh, nifas dan sakit yang membuat dirinya tidak memungkinkan untuk melakukan ajakan suaminya itu ataupun karena puasa yang telah diizinkan oleh suaminya, kemudian tidak ada orang lain yang meniduri tempat tidur suaminya (tidak mengkhianati dalam urusan ranjang), tidak keluar rumah tanpa izin dari suami, tidak mengizinkan orang yang tidak disukai suaminya masuk ke dalam rumahnya dan menjaga nama baik suaminya di dalam dirinya serta menjaga hartanya.45

Ada sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi :

ث

ْ

عْ ع

ث

ْعش

ْ ع

ْ

ْ

ْي ع

ْ ع

ي ْ

ْ ع

ْ أْ

ْ

ي ي

ْأ

ئ ع

يض

ْع

ك

ي

ى ص

44

Umar, Ketika Fikih Membela Perempuan, h. 174.

45

Muhammad Ali Al-Bar, Wanita Karir dalam Timbangan Islam: Kodrat Kewanitaan, Emansipasi dan Pelecehan Seksual. Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin (Jakarta: Pustaka Azzam, 1998), h. 57.


(49)

ْي ع

ع ْ ي

يف

ْي ْ

ْ ق

ك

ي

يف

ْ

ْ أ

ف

ع

أْ

ج خ

(

ّ

ي ص

)

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ar'arah Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Al Hakam bin Utbah dari Ibrahim dari Al Aswad bin Yazid ia berkata; Aku bertanya kepada Aisyah radiallahu 'anha

mengenai apa saja yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di rumah. Maka ia pun menjawab, "Beliau turut membantu pekerjaan keluarganya, dan bila beliau mendengar adzan, beliau pun keluar"(H.R. Bukhari).46

Hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah yang suka membantu pekerjaan keluarganya. Beliau tidak sungkan-sungkan untuk membantu pekerjaan rumah tangganya. Hal ini tentu patut ditiru oleh kaum laki-laki yang masih beranggapan bahwa urusan rumah tangga merupakan urusan perempuan saja. Urusan rumah tangga, jika dilakukan secara bersama, maka akan terciptanya keharmonisan dalam rumah tangga karena masing-masing bisa saling menghargai satu sama lain.

Oleh sebab itu, untuk terciptanya suasana keluarga yang harmonis maka perlu diketahui hak dan kewajiban masing-masing. Hak istri yang wajib dipenuhi suami diantaranya yaitu suami harus berbuat baik terhadap istri dan harus

46


(50)

memberikan pakaian dan makanan (nafkah) secara layak.47 Sesuai dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yang berbunyi :

ث

ْ

ْ

ي ع

ْ

ث

ْي ْ

ْ

ي ع

يفْع ْ

ْ ع

ئ

ْ ع

ي ش

ْ

قْ غ

ْ ع

ْي

ْ

ْ ع

ْ

ْ أْ

ق

ي ث

ي أ

:

أ

ش

ع ْ

ع

ى ص

ْي ع

ف

ى ْثأ

ْي ع

ك

ظع

ك ف

يف

ثي ْ

ق

قف

:

أ

صْ ْ

ء

ْيخ

ف

ع

ْ ك ْع

ْي

ْ

ْ

ْيش

ْيغ

ك

ْ أ

ي ْأي

ف

ي

ْ ف

ْعف

ْ ف

يف

عج ض ْ

ْض

ْ ض

ْيغ

ْ ف

ْ ْعطأ

ف

غْ

ْي ع

ي

أ

ْ

ى ع

ْ ئ

ًق

ْ ئ

ْ ْي ع

ًق

أف

ْ ق

ى ع

ْ ئ

ف

ْط ي

ْ ش ف

ْ

ْ

ْأي

يف

ْ ي

ْ

ْ

أ

ق

ْ ْي ع

ْ أ

ْ

ْي

يف

ْ ك

عط

(

ّ

)

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal, telah menceritakan kepada Al Husain bin Ali Al Ju'fi dari Za`idah dari Syabib bin

47

Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, Petunjuk Menuju

Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain. Penerjemah Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Islam, Pesantren Al-Mahalli (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2013), h. 10.


(51)

Gharqadah dari Sulaiman bin Amr bin Al Ahwash berkata; Telah menceritakan kepadaku Bapakku bahwa dia melaksanakan haji wada' bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau bertahmid dan memuji Allah, beliau memberi pengingatan dan nasehat. Beliau menuturkan cerita dalam haditsnya, lantas bersabda: "Ingatlah wahai kaum laki-laki, hendaklah kamu selalu memberikan wasiat yang baik kepada kaum wanita, karena mereka adalah tawanan kalian. Kalian tidak berhak atas mereka lebih dari itu, kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Jika mereka melakukannya, jauhilah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Jika kemudian mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Ketahuilah; kalian memiliki hak atas istri kalian dan istri kalian memiliki hak atas kalian. Hak kalian atas istri kalian ialah dia tidak boleh memasukkan orang yang kalian benci ke tempat tidur kalian. Tidak boleh memasukan seseorang yang kalian benci ke dalam rumah kalian. Ketahuilah; hak istri kalian atas kalian ialah kalian berbuat baik kepada mereka dalam (memberikan) pakaian dan makanan (kepada) mereka"(H.R.Tirmidzi).48

Dengan kata lain, Rasulullah SAW. telah memerintahkan kepada kaum laki-laki untuk bersikap lemah lembut kepada kaum wanita. Wasiat ini merupakan penegasan atau sifat lemah serta ketergantungan kaum wanita kepada kam laki-laki dalam memnuhi kebutuhan hidupnya, baik dalam bentuk bimbingan, perlindungan maupun yang lain. Selain itu, di dalam hadits di atas, terdapat dua

48


(52)

perintah, yaitu perintah untuk berbuat baik kepada istri dan perintah untuk berbuat kebaikan.49

Kaum laki-laki tidak berhak melakukan sesuatu apa pun kepada istri kecuali hal-hal yang baik. Mereka baru boleh melakukan sesuatu apabila istrinya melakukan perbuatan maksiat. Misalnya, kembali ke rumah orang tuanya tanpa sepengetahuan suami atau melakukan pembangkangan terhadap suami secara terang-terangan. Kemudian apabila istri melakukan nusyuz (meninggalkan rumah tanpa seizin suami), maka pisahkanlah mereka dari tempat tidur. Artinya, suami jangan tidur bersama mereka dalam jangka waktu tertentu. Hal itu untuk memberikan pelajaran kepada mereka agar tidak seperti itu lagi.50

Seperti yang dijelaskan Q.S. An_Nisa ayat 34 yang berbunyi :

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

49

Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h. 8.

50


(53)

mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (An-Nisa‟: 34).51

Sebagian ulama ada yang menegaskan bahwa batas meninggalkan istrinya dari tempat tidur (tidak digauli) adalah delapan bulan. Jika istri tetap tidak mau sadar juga akan kesalahannya, maka boleh memukulnya sepanjang tidak menyakiti dan melukai badannya atau sepanjang pukulan itu tidak sampai memecahkan tulang atau merusak anggota tubuhnya.52

Tetapi, kata wadhribu-hunna pada ayat tersebut sangat rentan dimanfaatkan oleh suami untuk bertindak kekerasan terhadap istrinya. Karena kata wadhribu-hunna menurut Departemen Agama (Depag) memang mempunyai

arti “pukullah mereka”. Tetapi, dalam kamus Lisan Al-„Arab, kamus bahasa Arab paling standar hingga saat ini, memberikan beberapa pengertian tentang kata ini. Kata dharaba diartikan bersetubuh, melerai, mencampuri, menjelaskan dan menjauhi.53

Kemudian ada pendapat lain mengenai masalah ini yaitu yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh yang berpendapat bahwa kata “memukul”

51

Q.S. An-Nisa ayat 34.

52

Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h.10.

53


(54)

di sini bukanlah pukulan secara harfiyah, tetapi cenderung berkonotasi makna metaforis, yaitu mendidik atau memberi pelajaran.54

Seorang suami diizinkan memukul istrinya, disebabkan karena beberapa hal diantaranya55 :

1. Apabila sang istri tidak mau merias diri, sedangkan sang suami menghendakinnya dan tidak bersedia diajak ketempat tidur.

2. Apabila seorang istri keluar rumah tanpa seizin suami atau karena dia memukul anaknya yang belum berakal lantaran anaknya menangis.

3. Apabila istri membuka aurat di depan laki-laki lain, berbicara dengan lelaki yang bukan muhrim, atau berbicara dengan suami agar didengar lelaki lain.

Dalam menjalin sebuah hubungan yang harmonis dengan istri, sebaiknya seorang suami melaksanakan hal-hal berikut56 :

1. Memberikan wasiat kepada istrinya. Yakni memberikan perintah, peringatan, serta ucapan yang membahagiakan sang istri.

2. Memberikan nafkah kepada istri sesuai dengan kadar kemampuan, usaha, serta kekuatan fisiknya.

3. Menahan diri dengan penuh kesabaran atas perbuatan istri yang menyakitkan hati.

54

Umar, Ketika Fikih Membela Perempuan, h. 90.

55

Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, 18.

56

Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h. 19-21.


(55)

4. Memberikan kebahagiaan kepada istri, yakni memenuhi apa yang menjadi keinginannya dengan penuh kebijakan.

5. Membimbing sang istri meniti jalan yang baik. Di dalam kitab,

Raudhatur Rahib Syekh Ar Ramli menegaskan: “seorang suami tidak diperbolehkan memukul istri karena meninggalkan

shalat”. Jadi, apabila seorang istri meninggalkan shalat, maka

sebaiknya sang suami menasehatkan agar dia mau mengerjakan shalat dengan baik.

6. Memberikan kebijakan dan pengajaran kepada istri tentang kebutuhan-kebutuhan dalam melaksanakan agama.

7. Memberikan penyidikan tentang akhlakul karimah kepada seluruh anggota keluarga. Sebab, manusia yang sangat berat siksanya di hari kiamat nati adalah orang, dimana keluarganya bodoh dalam permasalahan agama.

Selain itu, pada surat An-Nisa ayat 34 juga dibahas tentang kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Maksud kata

“pemimpin” di sini bisa berarti pendamping, pemelihara atau penanggung jawab.57 Oleh karena itu, sebagai pemimpin bagi kaum wanita, maka laki-laki harus dapat menguasai dan mengurus keperluan istrinya. Termasuk di dalamnya mendidik akhlak karimah. Allah melebihkan kaum laki-laki di

57


(56)

atas kaum perempuan karena dalam melangsungkan pernikahan kaum laki-laki memberikan maskawin dan nafkah kepada kaum perempuan.58

Kemudian Imam Ibnu Majah menjelaskan sebuah riwayat hadits lain yang berbunyi :

ث

أ

ْ

ْ

ي أ

ْيش

ث

ي ي

ْ

ْ ع

ْعش

ْ ع

ي أ

عْ ق

ْ ع

ي

ْ

ع

ي

ْ ع

ي أ

أ

ج

أ

ي

ى ص

ْي ع

ق

أْ ْ

ى ع

جْ

ق

:

ْ أ

عْطي

عط

ْ أ

ْ ي

ى ْك

ْ ْضي

ْج ْ

ْ قي

ْ ْ ي

يف

ْي ْ

(

ج

)

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun dari Syu'bah dari Abu Qaz'ah dari Hakim bin Mu'awiyah dari Bapaknya berkata, "Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Apa hak seorang wanita atas suaminya?" beliau menjawab: "Memberi makan kepadanya apabila dia makan, memberi pakaian apabila ia berpakaian, tidak memukul wajah, tidak menjelek-jelekkannya dan tidak boleh mendiamkannya kecuali di dalam rumah" (H.R. Ibnu Majah).59

Jadi, seorang suami berkewajiban memberi makan kepada istrinya apabila dia makan dan memberi pakaian apabila dia berpakaian. Kemudian apabila istri

58

Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h. 28.

59


(57)

nusyuz, maka tidak diperbolehkan memukul bagian muka dan tidak boleh mendiamkannya (tidak mengajak bicara) kecuali di dalam rumah saja. Dan tidak

boleh berkata jelek kepada istri, seperti perkataan : “Semoga Allah memberikan kejelekan kepadamu”.60

Karena bagaimanapun juga seorang suami harus tetap bersikap baik kepada istrinya seperti penjelasan hadits di atas. Karena orang mukmin yang sempurna imannya adalah mereka yang bersikap baik kepada istrinya. Seperti hadits berikut ini :

ث

أ

ْي ك

ث

ْع

ْ

ْي

ْ ع

ْ

ْ ع

ث

أ

ْ ع

ي أ

ْي

ق

:

ق

ى ص

ْي ع

ْكأ

ي ْ ْ

ي

ْ

ْ أ

ق خ

ْ ك يخ

ْ ك يخ

ْ ئ

ق خ

(

ّ

)

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami 'Abdah bin Sulaiman dari Muhammad bin 'Amr, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya" (H.R.Tirmidzi).61

Ada sebuah cerita tentang perlakuan Umar bin Khatab kepada istrinya yang patut untuk dicontoh sebagai berikut:

60

Al-Jawi, Petunjuk Menuju Keluarga Sakinah: Kajian Kitab Syarah „Uqudullijain, h. 11.

61


(1)

Film Hijab Lecehkan Islam, Hanung Dicap JIL,

http://www.jpnn.com/read/2015/01/29/284410/Film-Hijab-Lecehkan-Islam-Hanung-Dicap-Anggota-JIL-diakses pada 21 April 2016


(2)

(3)

(4)

Transkip Wawancara dengan Haikal Kamil (Produser Film Hijab)

1. Konsep awal film Hijab ini murni ide dari Kak Zaskia atau ada campuran ide dari Mas Hanung?

Jadi, ide awal film ini dari Mas Hanung ngeliat kehidupannya Kak Zaskia, ketika Kak Zaskia membuka butik yang bernama Meccanism, 3 tahun lalu, dan kehidupan ketika Kak Zaskia memiliki butik itu cukup berubah dari segi pola hidup, kebiasaan sampe ke penghasilannya berubah. Menurut Mas Hanung, kayaknya fenomena ini engga cuma dialami oleh Kak Zaskia karena sekarang lagi booming yang namanya e-commerce dan fashion hijab. Akhirnya Mas Hanung yang melontarkan ide, kenapa sih engga kita bangun film yang bertemakan cerita tentang kamu? Yaudah akhirnya kita bikin film yang ceritanya insprired by true event, dari kejadian-kejadian yang dialami Kak Zaskia dan teman-teman di butiknya.

2. Trus kalo film Hijab ini sebenernya film komedi atau film dakwah yang dikemas dengan komedi?

Jadi film Hijab ini lebih ke drama komedi si, konsepnya memang bukan film religi. Ketika ada unsur religi di dalamnya, ya itu memang unsur kehidupan yang memang ga bisa dilepaskan dari kemanusiaan. Isu yang diangkat sebenernya bukan tentang hijab, tapi isunya adalah ketika wanita mempunyai penghasilan lebih besar dari pria dan bagaimana cara pria menyikapinya? Dan kayaknya isu itu sangat relevan karena banyak banget saat ini wanita yang bekerja dan lebih sukses kariernya dari pria. Dan memang menurut kami, Dapur Film, Film itu merupakan


(5)

sebuah cerminan kehidupan. Oleh karena itu, kalo ada statement yang bermunculan, itu balik lagi ke pribadi masing-masing yang mempunyai perspektif berbeda-beda.

3. Trus di awal cerita film hijab itu kan diceritakan alasan berhijab dengan berbeda-beda, apakah memang konsepnya seperti itu atau bagaimana?

Iya si, karena memang sekarang hijab itu lagi tren, jadi ga bisa dipungkiri alesan wanita berhijab itu memang macem-macem. Tapi memang dari 4 orang itu, ada yang pertama, dia ngerasa terjebak ketika dia masuk ke seminar pemantapan iman, kan ada seorang ustadzah juga disitu. Itu cerita real sebenernya. Kak Zaskia awal mula berhijab karena itu. Awalnya dia ngerasa terjebak, tapi terjebak dalam kebaikan dan akhirnya karena memberikan dampak yang baik buat dia dan lingkungan sekitarnya, akhirnya dia terusin.

4. Soal feminisme di film hijab?

Kalo menurut saya, dulu ketika wanita bekerja itu dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Tapi sekarang realitanya memang banyak banget wanita yang bekerja dan dia menjadi tulang punggung keluarga. Dan gimana cara film Hijab menyikapi itu? Disini kita punya 4 karakter dan memang masing-masing karakter ini, suami mereka memperlakukan mereka berbeda-beda. Ada Bia, yang suaminya seorang artis sinetron yang tidak membatasi ketika dia berkarier. Tapi ketika Bia menjadi lebih sukses dari suaminya yaitu Mat Nur, maka Mat Nur pun merasa terancam. Begitu pula semua laki-laki yang ada di film ini, semua merasa terancam. Tapi memang penilaiannya berbeda dari masing-masing tokoh dan itu memang yang


(6)

ada di masyarakat. Dan memang yang kita tampilkan disini dari 4 karakter, satu karakter menolak wanita bekerja dan tiga lainnya membolehkan wanita bekerja.