Sikap wanita karier di Indonesia terhadap emansipasi wanita.
SIKAP WANITA KARIER DI INDONESIA TERHADAP
EMANSIPASI WANITA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Felicia Citra Wibawa
NIM : 079114114
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
iv
For The Greater Good
(5)
v
Skripsi ini ku persembahkan
untuk Papa dan Mama
(6)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan dadtar pustaka, sebagaimana sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta,
Penulis,
(7)
vii
SIKAP WANITA KARIER DI INDONESIA TERHADAP EMANSIPASI WANITA
Felicia Citra Wibawa ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap wanita karier di Indonesia terhadap emansipasi wanita. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita karier dengan rentang usia antara 22 – 55 tahun yang berjumlah 70 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Keseluruhan aitem berjumlah 40 aitem. Skala yang digunakan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Estimasi reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik
Alpha Cronbach menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,940. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum, nilai minimum, mean empirik, mean teoritik, dan standar deviasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa wanita karier di Indonesia memiliki sikap positif yang signifikan terhadap emansipasi wanita. Hal ini didukung dengan adanya data bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik (136,09 > 100) dengan p=0,000 (p<0,05). Lebih lanjut, hasil analisis menurut aspek sikap memperlihatkan hasil bahwa wanita karier memiliki aspek perilaku yang negatif terhadap emansipasi wanita, sedangkan aspek kognitif dan afektifnya adalah positif.
(8)
viii
THE ATTITUDE OF CAREER WOMEN IN INDONESIA TOWARDS THE EMANCIPATION OF WOMEN
Felicia Citra Wibawa ABSTRACT
The purpose of this study was to determined the attitude of career women in Indonesia towards the emancipation of women. The research method used in this study was descriptive quantitative. Subjects in this study are career women with age ranged between 22-55 years, amounting to 70 people. The instrument used in this study was a scale compiled by researcher. All items were 40 items. Scale that used have been tested for validity and reliability. Reliability estimation was done using Cronbach Alpha technique produces reliability coefficient of 0.940. Data analysis methods used in this research was descriptive statistical method which includes the presentation of data through tables, calculating the maximum value, minimum value, mean empirical, theoretical mean and standard deviation. Results of data analysis showed that career women in Indonesia have significant positive attitude towards the emancipation of women. This result supported by the comparison result expressing the empirical mean that is greater than the theoretical mean (136.09> 100) with p = 0.000 (p <0,05). Furthermore, according to the analysis on the attitude aspects, its showed that career women have negative behavioral aspects of attitude towards the emancipation of women, while the cognitive and affective aspects of attitude towards the emancipation of women were positive.
(9)
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Felicia Citra Wibawa
Nomor Mahasiswa : 079114114
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Sikap Wanita Karier di Indonesia Terhadap Emansipasi Wanita
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 22 Agustus 2013
Yang menyatakan,
( Felicia Citra Wibawa )
(10)
x
KATA PENGANTAR
Tidak ada kata yang lebih tepat kecuali hatur sembah nuhun kepada Sang Hyang
Widhi Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, peneliti menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan skripsi, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan
tugas akhir ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dengan saran dan pendapat yang
sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Terimakasih atas bimbingan, kesabaran dan
diskusi yang mengantarkan pemikiran dan penalaran dalam mengembangkan pola
pikir.
2.
Bapak Agung Santoso, M.A. yang telah membantu menjelaskan kembali metode
SPSS kepada peneliti,
thank you very much, sir. It means a lot.
3.
Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah
mendidik dan mengajar peneliti selama proses perkuliahan.
4.
Segenap staf kesekretariatan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Mas
Gandung, Bu Nanik dan Pak Gie yang membantu peneliti dalam pengurusan
berkas-berkas dan pengarsipan data selama perkuliahan.
(11)
xi
5.
Papa dan mama yang selalu memberikan dukungan moral dan telah sabar
mendampingi peneliti selama proses penulisan skripsi.
6.
Ko Brian yang sudah sangat membantu proses pengumpulan data.
7.
Tiok6strings.
It’s been a long way and a ridiculously complex road. But in the
end I got here. Thanx for the discussion and bearing with me.
8.
Mas Gendel, mas Bruno, mas Ndaru, mas Catax, mas Beni. Terimakasih atas
diskusi-diskusi filosofisnya.
9.
Ray yang setia mengantarkan peneliti kemana saja.
10.
Nyowo, Jumpes, Sukun, Lia “D-FIN”,
you guys are wonderfull friends, thanx for
all the cheering me up.
11.
Semua subjek yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi skala
peneliti, baik pada proses
try-out
maupun proses penelitian.
12.
Semua pihak yang senantiasa memberikan dukungan dan doa untuk keberhasilan
peneliti dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sebagai mahasiswa, yang
tidak dapat disebutkan satu persatu dalam tulisan ini.
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maya Esa berkenan membalas segala
kebaikan dan kemurahan hati semua pihak yang telah memberi bantuan, dukungan
dan doanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki keterbatasan dan
kekurangan. Oleh karena itu, saran, tanggapan dan kritik dari para pembaca sangat
diharapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini
(12)
xii
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
Psikologi.
Yogyakarta, Juni 2013
(13)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.
Latar Belakang Masalah ... 1
B.
Rumusan Masalah ... 6
C.
Tujuan Penelitian ... 7
D.
Manfaat Penelitian ... 7
(14)
xiv
2.
Manfaat Praktis ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A.
Wanita Karier ... 8
1.
Pengertian Wanita Karier ... 8
2.
Konsep Peran Wanita menurut Budaya di Indonesia ... 9
3.
Alasan Wanita Melakukan Karier ... 10
4.
Hambatan Wanita Melakukan Karier... 11
B.
Emansipasi Wanita ... 12
1.
Pengertian Emansipasi Wanita ... 12
2.
Sejarah Emansipasi Wanita ... 13
3.
Indikator Emansipasi Wanita ... 16
C.
Sikap (Attitude) ... 18
1.
Pengertian Sikap... 18
2.
Komponen Sikap ... 19
3.
Pembentukan Sikap ... 19
4.
Fungsi Sikap ... 21
D.
Sikap Wanita Karier di Indonesia terhadap Emansipasi Wanita ... 23
BAB III METODE PENELITIAN... 28
A.
Desain Penelitian ... 28
(15)
xv
C.
Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28
D.
Subjek Penelitian ... 29
E.
Alat Ukur ... 30
F.
Uji Coba Penelitian ... 31
G.
Validitas dan Reliabilitas ... 32
1.
Validitas ... 32
2.
Seleksi Aitem ... 32
3.
Reliabilitas ... 34
H.
Metode Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A.
Persiapan Penelitian ... 36
B.
Pelaksanaan Penelitian ... 36
C.
Hasil Penelitian ... 38
1.
Karakteristik Subjek Penelitian ... 38
2.
Uji Normalitas ... 40
3.
Deskripsi Data Penelitian ... 40
4.
Uji t ... 41
D.
Analisis Khusus ... 42
1.
Aspek Sikap... 42
2.
Indikator Emansipasi Wanita ... 44
(16)
xvi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
A.
Kesimpulan ... 51
B.
Saran ... 52
1.
Bagi wanita karier di Indonesia... 52
2.
Bagi Peneliti Selanjutnya ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
(17)
xvii
DAFTAR TATEL
Tabel 1: Blue-print Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia
terhadap Emansipasi Wanita ... 31
Tabel 2: Distribusi Aitem Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia
terhadap Emansipasi Wanita ... 34
Tabel 3: Koefisien Reliabilitas Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia
terhadap Emansipasi Wanita ... 34
Tabel 4: Usia Subjek ... 38
Tabel 5: Pendidikan Terakhir Subjek ... 38
Tabel 6: Agama Subjek ... 39
Tabel 7: Status Pernikahan Subjek ... 39
Tabel 8: Pekerjaan Subjek ... 39
Tabel 9: Uji Normalitas ... 40
Tabel 10: Deskripsi Data Penelitian ... 41
Tabel 11: Uji t ... 42
Tabel 12: Statistik Aspek Sikap ... 42
(18)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A: Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia
terhadapEmansipasi Wanita (Try Out) ... 55
LAMPIRAN B: Data Try Out ... 69
LAMPIRAN C: Uji Reliabilitas Try Out ... 82
LAMPIRAN D: Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia
terhadap Emansipasi Wanita ... 87
LAMPIRAN E: Data Penelitian ... 99
LAMPIRAN F: Statistik Penelitian ... 106
(19)
1 BABBIB PENDAHULUANB
B A. LatarBBelakangBMasalahB
Bekerja pada masa sekarang ini adalah sebuah aktifitas atau kegiatan yang tidak asing lagi bagi manusia. Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa manusia perlu bekerja demi kelangsungan hidupnya. Kegiatan bekerja sebenarnya selalu menyertai perkembangan hidup manusia. Pada jaman purbakala, manusia sudah harus bekerja agar bisa makan, yaitu dengan berburu. Lalu jaman berkembang, dan manusia mulai mencoba bercocok tanam untuk bisa makan. Kegiatan bekerja terus berkembang sehingga menjadi suatu kegiatan yang vital bagi tiap manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerja berarti sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Ada banyak jenis pekerjaan yang bisa dijalani seseorang, baik dalam hal jasa seperti dokter, guru, konselor, dan lain-lain, serta ada juga pekerjaan dalam bidang produksi, seperti petani, penulis, musisi, dan lain-lain. Tiap orang disarankan untuk memilih pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Pada masa sekarang, kegiatan bekerja tidak lagi terbatas hanya pada pria. Tidak jarang kita menemukan wanita yang bekerja, bahkan pekerjaan yang mereka lakukan juga tidak kalah beratnya dengan pria.
(20)
2
Tidak jarang ada wanita yang bekerja sebagai buruh pabrik ataupun kuli angkut barang di pasar. Dahulu wanita lebih dikenal dalam peran sebagai ibu rumah tangga (peran domestik), sehingga bila seorang wanita bekerja, maka pekerjaannya biasanya ada hubungannya dengan pekerjaan-pekerjaan di sekitar rumah tangganya. Rendahnya tingkat partisipasi wanita dalam pekerjaan disebabkan motivasi kerja wanita sering diwarnai oleh faktor-faktor sosial budaya yang akan membentuk sikap tertentu dalam bekerja, masih adanya anggapan bahwa wanita lebih baik melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga saja, serta kurangnya kesediaan masyarakat mengakui dan menghargai kemampuan wanita dalam pekerjaannya (Yuwana, 1984).
Kenyataannya pada masa kini, peran wanita telah mengalami banyak perubahan. Terjadi peningkatan luar biasa pada jumlah wanita yang bekerja. Wanita telah meningkatkan keberadaannya dalam pekerjaan yang sebelumnya didominasi oleh pria (Santrock, 1995). Para peneliti yang mempelajari wanita pada paruh kehidupan telah menemukan bahwa pekerjaan memainkan peran penting dalam banyak kesehatan psikologis wanita (Baruch & Barnett, dalam Santrock, 1995). Pernyataan ini dipertegas oleh seorang pemikir feminis Harriet Taylor, beliau berpendapat bahwa secara psikologis, bekerja itu amat penting bagi wanita. Agar wanita menjadi partner, dan bukannya budak dari sang suami (Tong, 1998).
(21)
3
Perubahan peran wanita ini tentu saja tidak terjadi secara tiba-tiba. Proses ini telah dimulai sejak abad ke-18, oleh para pemikir awal feminis. Awalnya dimulai dengan munculnya para penulis wanita, dimana pada masa itu wanita dinilai tidak pantas untuk menulis buku, berpuisi, atau bermain drama. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh para pria aristokrat. Proses ini lalu dikenal dengan sebutan emansipasi wanita, yang bertujuan kesetaraan antara pria dan wanita, baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain (Hollows, 2000). Gerakan emansipasi wanita tidak berhenti hanya sebatas untuk memberikan wanita kebebasan dalam menulis dan berpikir. Semenjak masa revolusi industri di Inggris pada tahun 1876, wanita juga diberikan kesempatan untuk bekerja, walaupun pada masa itu dengan upah yang lebih rendah daripada pria. Seiring dengan perkembangan jaman, kondisi wanita bekerja kini telah jauh berubah. Wanita yang bekerja kini memperoleh upah yang setara dengan pria dan telah adanya cuti-cuti khusus yang diberikan pada wanita, seperti cuti kehamilan dan cuti datang bulan, perkembangan yang seperti ini adalah contoh dari faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah wanita bekerja pada masa kini.
Tidak semua kegiatan kerja disebut bekerja, ada juga yang dikenal dengan istilah berkarier. Kerja karier adalah kerja yang berjenjang, orang yang bekerja memiliki kemungkinan untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi (Martaniah, 1988). Wanita karier adalah wanita yang bekerja
(22)
4
dengan menghayati serta menerima bahwa pekerjaannya itu merupakan jalan untuk mengembangkan kemampuan dirinya (Masdani, 1981).
Bertentangan dengan apa yang pernah menjadi kepercayaan umum, sebagian besar wanita bekerja tidak hanya untuk “keluar dari rumah” atau memenuhi kebutuhan psikologisnya. Seperti halnya pria, alasan wanita bekerja bermacam-macam, namun utamanya adalah karena kebutuhan ekonomi (Bohlander , 2004). Dengan berkarier (bekerja) wanita bisa menyumbangkan hasil jerih payahnya untuk meningkatkan standar kehidupan keluarganya. Meskipun wanita karier bisa mendapatkan keuntungan sosial ekonomi, wanita tersebut dituntut tetap bijaksana dalam mengurus rumah tangga. Ketidakmampuan mengurus rumah tangga bisa menyebabkan ketidakharmonisan keluarga (Aminatun, 2008).
Ada juga ibu yang berperan sebagai wanita karier bukan sekedar karena situasi ekonomi atau demi mengejar pendapatan, melainkan juga mengangkat status dirinya sebagai wanita yang mampu berprestasi di tengah-tengah kehidupan keluarga dan masyarakat (Aminatun, 2008). Motivasi wanita karier tidaklah semata-mata demi mendapatkan keuntungan materi, tetapi juga mempunyai ciri khas aspek profesional dan idealisme. Aspek yang paling penting adalah adanya ambisi untuk maju dalam pekerjaan dengan meningkatkan jenjang-jenjang yang ada, dan keinginan melakukan pekerjaan seumur hidup dengan bekerja secara full-time (Aminatun,2008). Kehadiran wanita dalam dunia kerja sebagai suatu prestasi untuk lebih meningkatkan pembangunan dirasakan sudah sangat
(23)
5
mendesak. Sebagai wanita karier, wanita cenderung memiliki wawasan yang lebih luas, terbuka, dan bijaksana menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah keluarga dan masyarakat (Yuwana, 1984).
Apabila tugas seorang wanita yang telah berkeluarga hanya dibatasi mengurus rumah tangga dan mengasuh keluarga, bisa menyebabkan seorang wanita merasakan kejenuhan akan rutinitas hidup yang dijalani, karena pada kenyataannya tidak semua wanita hidup bahagia dalam lingkungan rumah tangga (Aminatun, 2008). Walaupun Harriet Taylor berpendapat bahwa secara psikologis, bekerja itu amat penting bagi wanita, dia juga mengisyaratkan dalam bukunya yang berjudul Enfranchisement, bahwa seorang wanita harus memilih antara fungsi sebagai istri dan ibu, atau bekerja di luar rumah (Tong, 1998).
Di sisi lain, banyak juga ditemukan wanita karier yang mengalami konflik peran antara berkarier dan ibu rumah tangga. Sebagai ibu rumah tangga mereka memiliki peran domestik sebagai ibu dari anak-anaknya, sebagai istri dari suaminya, dan sebagai anggota masyarakat. Sedangkan di dunia kerja mereka harus selalu berorientasi pada kinerja yang profesional. (Aminatun, 2008). Ketidakseimbangan dalam menjalani peran sebagai wanita karier atau ibu rumah tangga dapat menyebabkan ketidakharmonisan keluarga.
Wanita karier di Indonesia selain menghadapi dilema pembagian peran, juga dihadapkan dengan tuntutan budaya. Indonesia sebagai sebuah negara yang kaya ragam suku bangsa, memiliki bermacam-macam budaya.
(24)
6
Budaya membentuk suatu pola tersendiri di masyarakat, dan wanita karier sebagai bagian dari masyarakat diharapkan untuk mengikuti pola yang ada ini.
Dengan menepis segala rintangan yang ada, baik dari sisi kepercayaan masyarakat umum maupun kemampuan individu, wanita bekerja telah menjadi hal yang lumrah di masa kini. Banyak wanita bekerja tak lagi sekedar “bekerja”, tetapi mereka telah bergerak ke arah mengejar karir, hingga wanita karir menjadi trend masa kini.
Ucapan “kan sekarang jamannya emansipasi wanita” tak jarang terdengar, diutarakan oleh para wanita bekerja. Kondisi di mana wanita mampu bekerja bahkan berkarier memang adalah hasil dari perjuangan panjang program kesetaraan gender yang dikenal dengan nama emansipasi wanita. Akan tetapi, apakah para wanita yang bekerja tersebut benar-benar memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita? Sementara emansipasi wanita itu sendiri masih menjadi pokok pembicaraan yang kontradiktif dari sudut pandang budaya dan agama. Oleh karena itu peneliti hendak melihat dengan pasti, apakah para wanita yang melakukan kerja karier itu benar-benar memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita.
B. RumusanBMasalahB
Bagaimanakah sikap wanita karir di Indonesia terhadap emansipasi wanita?
(25)
7
C. TujuanBPenelitianB
Mengetahui sikap wanita karir di Indonesia terhadap emansipasi wanita.
D. ManfaatBPenelitianB 1. ManfaatBTeoritisB
Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan dasar untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai konflik yang dialami wanita karier.
2. ManfaatBPraktisB
Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai sikap wanita karier di Indonesia terhadap emansipasi wanita. Sehingga dapat dirancang program pengarusutamaan gender yang lebih tepat sasaran sesuai dengan sikap wanita karier tersebut.
(26)
8 BABBIIB LANDASANBTEORIB B
A. WanitaBKarierB
1. PengertianBWanitaBKarierB
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan (KBBI Daring, 2008) menjabarkan wanita sebagai perempuan dewasa, sedangkan perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai alat genital vagina, dapat mestruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui.
Dalam KBBI Daring (2008) disebutkan bahwa karier adalah perkembangan dan kemajuan di kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya. Selain itu karier juga dapat diartikan sebagai pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Martaniah (1998 dalam Aminatun, 2008) menambahkan bahwa kerja karier adalah kerja yang berjenjang, orang yang bekerja memiliki kemungkinan untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi.B
Masdani (dalam Aminatun, 2008) menyebutkan wanita karier adalah wanita yang bekerja pada pekerjaan yang berjenjang sehingga memiliki kemungkinan mencapai jenjang yang lebih tinggi dan menghayati serta menerima bahwa pekerjaannya itu merupakan jalan untuk mengembangkan kemampuan dirinya
B B
(27)
9
2. KonsepBPeranBWanitaBmenurutBBudayaBdiBIndonesiaB
Indonesia memiliki banyak ragam budaya, salah satu budaya yang mayoritas adalah budaya Jawa. Budaya Jawa memiliki istilah yang menyebutkan wanita sebagai “kanca wingking” atau teman di garis belakang, sebagai teman dalam mengelola urusan rumah tangga, khususnya urusan anak, memasak, mencuci, dan lain-lain. Hardanti (2002) mengatakan bahwa secara tradisional, peranan wanita selalu dikaitkan dengan rumah, dapur, dan anak.
Fausia & Nasyiah (dalam Dewanti, 2008) membedakan peranan wanita menjadi tiga kategori:
a. Peranan produktif
Peranan produktif adalah peranan yang dikerjakan oleh wanita untuk memperoleh upah secara tunai atau menghasilkan barang-barang yang tidak dikonsumsi sendiri. Contohnya bekerja di sektor dormal dan informal
b. Peranan reproduktif
Peranan reproduktif adalah peranan yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan keluarga. Contohnya melahirkan, memasak, mengasuh anak, mencuci, membersihkan rumah, dan sebagainya.
(28)
10
c. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik
Peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial) mencakup kegiatan yang sifatnya menjalin kebersamaan, solidaritas antar masyarakat seperti arisan, upacara adat, sukarelawan, dan tanpa upah. Sedangkan pengelolaan politik adalah peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik, biasanya dibayar dan meningkatkan status/kekuasaan.
3. AlasanBWanitaBMelakukanBKarierB
Tidak seperti apa yang pernah menjadi kepercayaan umum, sebagian besar wanita memutuskan untuk bekerja tidak hanya karena merasa jenuh berada di rumah atau demi memenuhi kebutuhan psikologisnya. Seperti halnya pria, wanita memiliki bermacam-macam alasan untuk bekerja, namun yang utama adalah karena kebutuhan ekonomi (Bohlander , 2004).
Hardanti (2002) menyimpulkan, secara umum ada tiga hal yang menyebabkan wanita melakukan karier, yaitu: tuntutan ekonomi, dorongan keinginan membentuk karier, serta pembangunan memerlukan tenaga kerja dan wanita sebagai sumber daya pembangunan (Saljo, 1983; Suratiyah dkk., 1996)
(29)
11
4. HambatanBWanitaBMelakukanBKarierB
Yuwana (1984 dalam Aminatun, 2008) mengatakan rendahnya tingkat partisipasi wanita dalam bidang pekerjaan disebabkan motivasi kerja wanita sering diwarnai oleh faktor-faktor sosial budaya yang akan membentuk sikap tertentu dalam bekerja, misalnya masih adanya anggapan bahwa wanita lebih baik melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga saja, serta kurangnya kesediaan masyarakat mengakui dan menghargai kemampuan wanita dalam pekerjaannya.
Aminatun (2008) menambahkan, wanita mengalami berbagai faktor penghambat dalam meniti jenjang karier yang lebih tinggi. Berbagai faktor penghambat tersebut diantaranya:
a. Masih adanya persepsi/ anggapan di kalangan masyarakat bahwa wanita yang meniti karier sering menjadi biang keladi dari setiap keretakan keluarga dan ketidakharmonisan suami dan anak
b. Tidak semua wanita karier mampu melakukan pembagian waktu antara keluarga dan karier.
Berdasarkan seluruh keterangan di atas, wanita karier bisa didefinisikan sebagai manusia perempuan yang memiliki pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju dan berkemungkinan untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi. Dalam melaksanakan pekerjaannya wanita tersebut telah melalui seluruh hambatan yang muncul (persepsi masyarakat ataupun pembagian waktu antara kerja dan keluarga), dan dengan alasan apapun (ekonomi, keinginan pribadi, atau
(30)
12
tuntutan pembangunan) menjalani pekerjaannya dengan pemahaman bahwa pekerjaannya itu adalah jalan untuk mengembangkan kemampuan dirinya.
B. EmansipasiBWanitaB
1. PengertianBEmansipasiBWanitaB
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan (KBBI Daring, 2008), emansipasi memiliki dua pengertian. Pertama adalah pembebasan dari perbudakan; kedua, persamaan hak di berbagai aspek kehidupan masyarakat.B
KBBI Daring (2008) kemudian menjelaskan emansipasi wanita sebagai proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.
Munthe (2003) menyatakan, di Indonesia gerakan emansipasi dilakukan oleh organisasi-organisasi wanita berlandaskan pada gagasan Kartini. Kartini menuntut pendidikan bagi kaum wanita, berarti orientasinya lebih ditekankan pada tingkatan kecerdasan secara individual. Sasaran yang lebih jauh ingin dicapai adalah mengangkat martabat kaumnya, sehingga sejajar dengan martabat kaum pria. Dengan demikian, maka gerakan emansipasi yang dilakukan oleh kaum wanita Indonesia dapat diartikan sebagai gerakan pembebasan kaum wanita dari ketergantungan pada orang lain, terutama pada kaum laki-laki. Tujuan gerakan itu adalah agar wanita dapat hidup mandiri, menggunakan
(31)
hak-13
haknya seperti halnya yang berlaku pada kaum laki-laki, sehingga mereka tidak lagi menyandang sebutan “warga negara kelas dua”.
Emansipasi wanita pada intinya adalah upaya yang dilakukan kaum perempuan untuk mengejar ketertinggalannya dari kaum laki-laki, termasuk di dalamnya upaya untuk memperoleh kesamaan hak, peran, dan fungsi dalam berbagai aspek kehidupan (Murfitriati dan Sopari, 2009). B
2. SejarahBEmansipasiBWanitaB
Kesadaran kaum wanita atas kondisi sosial yang semakin tidak memihak kaum wanita memunculkan perjuangan wanita. Kaum wanita menyadari bahwa ketertinggalannya dari kaum laki-laki sangat merugikan diri mereka, dan kondisi tersebut tidak terjadi dengan sendirinya. PBB kemudian menanggapi isu ini dengan memasukkan konsep emansipasi sebagai bagian dari Hak-hak Azasi Manusia (HAM), yang kemudian dideklarasikan pada tahun 1948 (Murfitriati dan Sopari, 2009).
Dalam modul Isu Global Gender Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan, BKKBN yang diterbitkan pada tahun 2009 diceritakan secara singkat sejarah emansipasi wanita. Perjuangan yang dimulai sejak deklarasi HAM ini berlanjut pada 12 Juli 1963, dengan munculnya gerakan global yang dipelopori oleh gerakan kaum wanita. Gerakan ini berhasil mendeklarasikan suatu resolusi melalui Badan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOK) nomor 861 F. resolusi ini diakomodasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1968, dengan
(32)
14
dibentuknya Komite Nasional kedudukan Wanita Indonesia (SK Menteri Negara Kesra No. 34/KPTS/Kesra/1968).
Untuk menjalankan konsep emansipasi tersebut dikembangkan berbagai program pemberdayaan perempuan (Women Empowerment Programs). Pada tahun 1975 di Mexico City, PBB menyelenggarakan World Conference International Year of Women. Selanjutnya pada tahun 1980 di Kopenhagen, diselenggarakan World Conference UN Decade of Women. Konferensi ini mengesahkan konvensi tentang peniadaan seluruh bentuk diskriminasi terhadap perempuan (Convention on the Elimination of all Form of Discrimination Against Women, CEDAW). Dalam konferensi ini, Indonesia hadir diwakili oleh Menteri Urusan Peranan Wanita. Pada tahun 1984, pemerintah Indonesia meratifikasi hasil konvensi tersebut.
Dalam ICPD Kairo tahun 1994 dilakukan penyamaan konsep, yakni bahwa pemberdayaan perempuan merupakan kondisi dasar untuk stabilisasi kependudukan dan pembangunan yang berkelanjutan. Kesepakatan ICPD ini memberikan kontribusi penting dalam banyak konferensi yang diadakan selanjutnya, seperti Konferensi Puncak Sedunia tentang Pembangunan Sosial dan Konferensi Wanita Sedunia keempat di Beijing. FWCW di Beijing pada tahun 1995 menyatakan harus adanya komitmen pemerintah untuk meningkatkan status perempuan.
Pada tahun 2000 wakil dari 187 negara berkumpul atas prakarsa PBB. Kegiatan ini menghasilkan Deklarasi PBB yang kemudian dikenal
(33)
15
dengan Millenium Development Goals (MDG’s). MDG’s adalah kesepakatan bersama untuk mengubah kehidupan masyarakat dunia, termasuk mengurangi separuh dari jumlah masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kesepakatan ini kemudian menjadi acuan dalam pelaksanaan pembangunan di seluruh negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, kesepakatan ini dikenal dengan nama delapan tujuan pembangunan millenium, antara lain:
a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan b. Memenuhi standar pendidikan dasar
c. Meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
d. Mengurangi angka kematian bayi e. Meningkatkan kesehatan ibu
f. Memerangi HIV dan AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya g. Mengelola lingkungan hidup secara berkelanjutan
h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Dari paparan di atas alur perkembangan konsep dan program gender dapat disimpulkan melalui bagan berikut.
B B B B B B B B B
(34)
16
BaganB1B
Bagan Perkembangan Konsep dan Program Gender
(Modul Isu Kesetaraan Gender, 2009)
3. IndikatorBEmansipasiBWanitaB
Pada awal milenium, istilah emansipasi wanita sudah jarang digunakan, isu-isu emansipasi wanita berubah menjadi isu kesetaraan gender (Daulay, 2007). Dalam buku Parameter Kesetaraan Gender dalam Pembentukan Peraturan Perundangan (2011), indikator kesetaraan gender diuraikan menjadi:
a. Akses
Adanya kesempatan yang setara antara pria dan wanita untuk memiliki/memperoleh sumber daya dalam segala bidang (misalnya pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain).
b. Partisipasi
Adanya kesempatan yang setara antara pria dan wanita untuk ikut andil dalam melaksanakan hak dan kewajibannya pada setiap kebijakan dan program pembangunan.
Peningkatan Peranan Perempuan (WID) Pemberdaya an Perempuan (WAD) Kesetaraan dan Keadilan Gender (GAD) PerubahanB LingkunganB strategisB ………...B ICPD Cairo
1994
FWCW
1995
MDG’s 2000 Peningkatan aktivitas publik = beban ganda Peningkatan kualitas perempuan (sama dengan pria) Menciptakan iklim dan peluang yang sama
(35)
17
c. Kontrol
Adanya relasi kekuasaan yang setara antara pria dan wanita. d. Manfaat
Adanya kesetaraan manfaat yang diterima baik oleh pria maupun wanita dalam semua aspek kehidupan.
Berdasarkan empat indikator diatas, terdapat kemiripan antara indikator akses dan indikator partisipasi, sehingga kedua indikator ini dapat digabungkan. Kemiripan tersebut dapat dilihat dari penjabaran indikator akses, dimana pria dan wanita memiliki kesempatan yang setara untuk memiliki/ memperoleh sumber daya dalam segala bidang. Penjabaran ini sudah mencakup penjabaran indikator partisipasi dimana pria dan wanita memiliki kesempatan yang setara untuk melaksanakan haknya. Oleh karena aspek sumber daya juga merupakan bagian dari indikator partisipasi, maka kedua indikator ini dapat diukur dengan menggunakan aitem yang sama.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa emansipasi wanita adalah sebuah proses perjuangan panjang yang dilakukan tidak hanya oleh para wanita, bertujuan mencapai kesetaraan antara pria dan wanita dalam berbagai aspek kehidupan. Kemudian istilah ini mengalami perubahan istilah menjadi kesetaraan gender dengan indikator: partisipasi dan akses, kontrol, dan manfaat.
(36)
18
C. SikapB(Attitude)B
1. PengertianBSikapB
Ostrom (dalam Roeckelein, 1998) mengatakan ada lebih dari 30 perumusan teoritis yang berbeda yang dijelaskan dalam buku-buku teks mengenai teori sikap. Secara sederhana, sikap adalah kecenderungan untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu (Hewstone, Fincham, & Foster. 2005). Lebih lanjut lagi, Rokeach (dalam Gross, 2005) mendefinisikan sikap sebagai orientasi atau kecenderungan yang dipelajari, terhadap suatu objek atau situasi, yang menyediakan sebuah kecenderungan untuk merespon objek atau situasi tersebut secara positif (favourably) atau negatif (unfavourably).
Definisi lainnya menyebutkan sikap sebagai sebuah kecenderungan yang dipelajari untuk merespon objek tertentu secara kognitif, afektif dan perilaku (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 2000). Wolman (dalam Roeckelein, 1998) mendefinisikan sikap sebagai sebuah kecenderungan yang dipelajari untuk mengevaluasi atau bereaksi secara konsisten dengan cara tertentu, baik secara positif ataupun negatif, terhadap orang, tempat, konsep, atau benda tertentu.
Objek dari kecenderungan-kecenderungan ini sering disebut objek sikap (attitude object). Sikap secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perilaku dalam hampir tiap interaksi sosial (Hewstone, Fincham, & Foster. 2005).
(37)
19
2. KomponenBSikapB
Para psikolog sosial secara umum sepakat, ada tiga komponen sikap (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 2000), yaitu:
a. Komponen Kognitif
Komponen kognitif terdiri dari pikiran-pikiran dan kepercayaan-kepercayaan individu mengenai objek sikap.
b. Komponen Afektif
Komponen afektif meliputi perasaan dan emosi yang dirasakan individu mengenai objek sikap.
c. Komponen Perilaku (Behavioural)
Komponen perilaku terdiri dari kecenderungan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap sebuah objek sikap.
3. PembentukanBSikapB
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2011) adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman pribadi
Apa yang dialami individu akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan individu terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk memiliki tanggapan dan penghayatan, seseorang harus memiliki pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apabila seorang individu tidak memiliki pengalaman sama sekali terkait suatu objek
(38)
20
psikologis, individu tersebut akan cenderung membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut (Middlebrook dalam Azwar, 2011).
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar individu merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap individu. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi individu; akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap individu terhadap sesuatu.
c. Pengaruh budaya
Budaya dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa disadari budaya telah menanamkan garis pengaruh sikap individu terhadap berbagai masalah. Budaya telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena budayalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.
d. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa memiliki pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru dalam pembentukan sikap
(39)
21
terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. f. Pengaruh faktor emosional
Terkadang suatu bentuk sikap adalah pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyalur frustasi atau pengalihan untuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang.
4. FungsiBSikapB
Hogg & Vaughan (dalam Gross, 2005) mengatakan bahwa tanpa konsep sikap, individu akan mengalami kesulitan dalam menjelaskan dan bereaksi terhadap kejadian-kejadian tertentu, membuat keputusan, dan melakukan interaksi sosial. Gross (2005) menyimpulkan bahwa sikap menyediakan reaksi siap-pakai, dan interpretasi dari kejadian-kejadian bagi individu, seperti halnya aspek-aspek kognitif lainnya dalam diri individu.
(40)
22
Smith et al (dalam Haddock & Maio, 2004) menyatakan bahwa sikap dapat berfungsi sebagai penilai-objek (object-appraisal), penyesuaian sosial (social-adjustment), dan/atau eksternalisasi (externalization). Fungsi sebagai penilai objek meliputi kemampuan sikap untuk menyimpulkan katakter positif dan negatif dari objek-objek yang ada di lingkungan individu. Fungsi penyesuaian sosial adalah fungsi sikap yang membantu individu untuk mengenali individu lain yang dinilai baik dan menjauhkan diri dari individu lain yang tidak disukai. Fungsi eksternalisasi adalah fungsi sikap yang melindungi diri individu dari konflik internal.
Katz (dalam Gross, 2005) membagi fungsi sikap dalam empat kategori utama:
a. Fungsi Pengetahuan (Knowledge Fuction)
Sikap memberikan makna dan arahan pada pengalaman, menyediakan kerangka referensi untuk menilai kejadian, objek, dan orang.
b. Fungsi Penyesuaian (Adjustive Function)
Individu menerima respon positif dari individu lain dengan menunjukkan sikap yang diterima secara sosial, sehingga individu tersebut mendapatkan ganjaran (reward) penting, misalnya penerimaan dan persetujuan dari individu lain.
(41)
23
c. Fungsi Menyatakan-nilai (Value-expressive Function)
Ganjaran (reward) yang diterima individu mungkin bukan berupa persetujuan sosial, tetapi konfirmasi terhadap aspek positif dari konsep diri individu, terutama integritas personalnya.
d. Fungsi Pertahanan-ego (Ego-defensive Function)
Sikap membantu melindungi individu dari mengakui kekurangan personalnya. Pertahanan-ego sering berarti penghindaran dan penyangkalan pengetahuan diri (self-knowledge).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah sebuah kecenderungan yang dipelajari, terbentuk dari gabungan antara pengalaman pribadi, pengaruh orang lain dan budaya, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosional. Sikap terdiri dari 3 komponen, yaitu komponen kognitif, afektif, dan prilaku. Sikap digunakan untuk mengevaluasi atau bereaksi secara konsisten dengan cara tertentu terhadap objek sikap, baik secara positif ataupun negatif.
D. SikapBWanitaBKarierBdiBIndonesiaBterhadapBEmansipasiBWanitaB
Setelah melalui perjuangan panjang, wanita akhirnya mendapatkan persamaan hak dengan kaum pria dalam hampir segala bidang. Perkembangan yang paling menonjol akhir-akhir ini adalah meningkatnya jumlah wanita yang meniti karir. Kesetaraan yang dinikmati oleh kaum wanita saat ini merupakan hasil dari sebuah perjuangan yang berawal dengan nama emansipasi wanita (Hollows, 2000).
(42)
24
Wanita pada masa kini lebih bebas untuk bekerja, akan tetapi mereka tetap bersalah bila “meninggalkan” keluarga dan rumah tangganya. Hal ini dikarenakan masih kuatnya pengaruh peran budaya mengenai peran tradisional wanita, dimana secara tradisional wanita selalu dikaitkan dengan rumah, dapur, dan anak (Hardanti, 2002). Pada kenyataannya, masih banyak wanita Indonesia yang mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari perspektif tradisional ini.
Wanita karier adalah wanita yang bekerja dengan pemahaman dan harapan bahwa pekerjaannya itu merupakan jalan untuk mengembangkan kemampuan dirinya (Masdani, 1981 dalam Aminatun, 2008). Mereka tentu memiliki sikap tertentu terhadap emansipasi wanita. Istilah emansipasi wanita sendiri saat ini telah berubah menjadi kesetaraan gender (Daulay, 2007). Indikator dari kesetaraan gender adalah partisipasi dan akses, kontrol, dan manfaat.
Sikap (attitude) adalah sebuah kecenderungan yang dipelajari untuk mengevaluasi atau bereaksi secara konsisten dengan cara tertentu, baik secara positif ataupun negatif, terhadap orang, tempat, konsep, atau benda tertentu (Wolman, 1973 dalam Roeckelein, 1998). Secara umum telah disepakati bahwa sikap memiliki komponen kognitif, afektif dan perilaku (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 2000). Ketiga komponen ini mempengaruhi bagaimana sikap seseorang terhadap sesuatu. Komponen kognitif terdiri dari pikiran dan kepercayaan individu mengenai objek sikap. Komponen afektif meliputi perasaan dan emosi yang dirasakan individu mengenai objek sikap.
(43)
25
Komponen perilaku terdiri dari kecenderungan individu untuk bertindak terhadap objek sikap. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain dan budaya, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosional.
Sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan positif atau negatif wanita karier terhadap emansipasi wanita. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan indikator sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita (kesetaraan gender) adalah:
1. Komponen Kognitif
a. Meyakini bahwa pria dan wanita memiliki hak dan kewajiban yang setara untuk terlibat/ berpartisipasi dalam melaksanakan hak dan kewajiban mereka.
b. Adanya keyakinan bahwa pria ataupun wanita memiliki relasi kekuasaan yang setara.
c. Memiliki keyakinan bahwa baik pria maupun wanita harus memperoleh manfaat yang sama dari segala aspek kehidupan.
2. Komponen Afektif
a. Sebagai wanita, merasa bahwa dirinya memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan pria, untuk berpartisipasi melaksanakan hak dan kewajibannya.
b. Sebagai wanita, tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah kekuasaan pria, ataupun lebih berkuasa daripada pria.
(44)
26
c. Merasa bahwa adanya manfaat yang setara bagi pria dan wanita dalam setiap aspek kehidupan adalah hal yang wajar.
3. Komponen perilaku (behavioural)
a. Baik pria maupun wanita melaksanakan hak dan kewajibannya tanpa ada halangan dari salah satu pihak.
b. Tidak bertindak semena-mena terhadap lawan jenis dan tidak merendahkan diri di hadapan lawan jenis.
(45)
27
SkemaBII.B1B
Skema Sikap Wanita Karier di Indonesia terhadap Emansipasi Wanita
Sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita Pengalaman pribadi
Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pengaruh budaya Media massa
Lembaga pendidikan dan lembaga agama Pengaruh faktor
emosional
Wanita Karier Emansipasi Wanita
Partisipasi dan Akses Kontrol Manfaat
(46)
28
BABBIIIB
METODEBPENELITIANB
A.
DesainBPenelitian
Penelitian ini adalah penelitian klantitatif deskriptif. Penelitian
klantitatif deskriptif adalah penelitian non-eksperimen yang hertljlan lntlk
menggamharkan slatl fenomena dengan angka-angka. (Kerlinger, 2006).
B.
VariabelBPenelitian
Variahel dalam penelitan ini adalah sikap wanita karier terhadap
emansipasi wanita.
C.
DefinisiBOperasionalBVariabelBPenelitian
Sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita adalah hentlk evallasi
atal reaksi perasaan positif atal negatif wanita karier terhadap emansipasi
wanita.
Secara operasional variahel ini dilngkapkan melalli skala sikap
wanita karier terhadap emansipasi wanita yang dislsln oleh peneliti. Semakin
tinggi nilai yang diperoleh dari tiap aspek menlnjlkkan sikap yang semakin
positif dari wanita karier terhadap emansipasi wanita (kesetaraan gender).
Aspek sikap yang diglnakan lntlk menylsln skala ini adalah:
(47)
29
1.
Aspek Kognitif : pikiran-pikiran dan kepercayaan-kepercayaan wanita
karier mengenai emansipasi wanita.
2.
Aspek afektif : perasaan dan emosi yang dirasakan wanita karier
mengenai emansipasi wanita.
3.
Aspek perilakl : kecenderlngan wanita karier lntlk hertindak dengan
cara-cara tertentl terhadap emansipasi wanita.
Emansipasi wanita adalah lpaya yang dilaklkan kalm peremplan
lntlk mengejar ketertinggalannya dari kalm laki-laki, termaslk di dalamnya
lpaya lntlk memperoleh kesamaan hak, peran, dan flngsi dalam herhagai
aspek kehidlpan (Mlrfitriati dan Sopari, 2009). Istilah emansipasi wanita
sendiri saat ini telah herlhah menjadi kesetaraan gender (Dallay, 2007).
Indikator dari kesetaraan gender adalah:
1.
Partisipasi dan Akses : adanya kesempatan yang setara antara pria dan
wanita lntlk mendapatkan hak dan melaksanakan kewajihannya dalam
setiap aspek kehijakan dan program pemhanglnan pemerintah.
2.
Kontrol : adanya relasi keklasaan yang setara antara pria dan wanita.
3.
Manfaat : adanya kesetaraan manfaat yang diterima haik oleh pria malpln
wanita dalam semla aspek kehidlpan.
D.
SubjekBPenelitian
Slhjek dari penelitian ini adalah wanita karier, yaitl wanita yang
hekerja dimana pekerjaannya itl adalah pekerjaan yang memherikan harapan
(48)
30
lntlk majl dan herkemlngkinan lntlk mencapai jenjang yang lehih tinggi.
Slhejek dalam penelitian ini herjlmlah 70 orang dengan hatasan lsia 22-55
tahln, yaitl lsia prodlktif wanita. Pemilihan lsia prodlktif wanita karena
dimaksldkan hahwa wanita lsia prodlktif adalah wanita yang masih mampl
hekerja secara aktif. Tekhnik pengamhilan sampel yang diglnakan pada
penelitian ini adalah
randomn sampling
. Dengan mengglnakan tekhnik ini
setiap individl dalam popllasi memiliki kemlngkinan yang sama lntlk
dipilih (Creswell, 2010).
E.
AlatBUkur
Penelitian ini mengglnakan satl alat lklr yaitl skala sikap wanita
karier terhadap emansipasi wanita. Skala ini dislsln oleh peneliti herdasarkan
3 indikator kesetaraan gender yang dilraikan lagi herdasarkan 3 komponen
sikap, hingga akhirnya dihasilkan 9 indikator sikap wanita karier terhadap
emansipasi wanita. Berdasarkan masing-masing indikator sikap wanita karier
terhadap emansipasi wanita dislsln 3 aitem
favorablen
dan 3 aitem
unfavorable
. Sehingga skala ini herisi 54 aitem yang terdiri dari 27 aitem
favorable
dan 27 aitem
unfavorable.
Aitem
favorable
adalah pernyataan yang
isi kalimatnya mendlklng atal menlnjlkkan sikap positif terhadap
emansipasi wanita (kesetaraan gender), sedangkan aitem
unfavorable
adalah
pernyataan yang isi kalimatnya tidak mendlklng atal menlnjlkkan sikap
negatif terhadap emansipasi wanita (kesetaraan gender).
(49)
31
Skala ini hertljlan lntlk mengetahli sikap wanita karier terhadap
emansipasi wanita. Metode pengisiannya mengglnakan model skala Likert
dengan alternatif jawahan ”sangat tidak setljl (STS)” , ”tidak setljl (TS)”,
”setljl (S)”, dan ”sangat setljl (SS)”. Dengan pemherian skor 1 (lntlk STS)
– 4 (lntlk SS) pada aitem
favorable
, dan skor 1 (lntlk SS) – 4 (lntlk STS)
pada aitem
unfavorable
.
TabelB1B
Blue-print Skala Sikap Wanita Karier di Indonesia
tertadap Emansipasi Wanita
B
Komponen
Ohjek
Sikap
Komponen Sikap
Total
Afektif
Kognitif
(Behavioural)
Perilakl
Favo-rahle
Unfav
orahle
Favo-
rahle
Unfav
orahle
Favo-
rahle
Unfav
orahle
Partisipasi
dan Akses
3
3
3
3
3
3
18
Kontrol
3
3
3
3
3
3
18
Manfaat
3
3
3
3
3
3
18
Total
9
9
9
9
9
9
54
F.
UjiBCobaBPenelitian
Uji coha penelitian dilaklkan mllai tanggal 10 Jlni 2012 hingga
tanggal 15 Jlli 2012 dengan cara menyeharkan skala di sitls-sitls jejaring
sosial. Slhjek adalah wanita karir yang herlsia 22 – 50 tahln. Jlmlah slhjek
yang diglnakan dalam lji coha adalah 50 orang.
(50)
32
G.
ValiditasBdanBReliabilitasB
1.
ValiditasB
Validitas lntlk alat lklr mengglnakan validitas isi. Validitasi isi
merlpakan validitas yang diestimasikan lewat pengljlan terhadap isi tes
dengan analisis rasional dan penilaian dari individl yang dianggap pakar
dalam hidangnya (
professionaln judgement
) (Azwar, 2008). Dalam hal ini
adalah dosen pemhimhing, sehingga aitem – aitem dalam alat lklr dinilai
telah mencaklp sellrlh ohjek penelitian yang hendak dilklr.
2.
SeleksiBAitemB
Seleksi aitem dilaklkan sehellm skala diglnakan lntlk
memperoleh aitem – aitem yang herklalitas dan seslai dengan flngsi
skala. Aitem yang haik adalah aitem yang memiliki daya heda tinggi. Yang
dimaksld dengan memiliki daya heda tinggi adalah aitem tersehlt
memiliki kemamplan lntlk memherikan indikasi apakah seseorang
memiliki sikap positif atal tidak. Tekhnik yang diglnakan lntlk
memyeleksi aitem dalam penelitian ini adalah dengan mengglnakan
koefisien korelasi, dengan mengkorelasikan skor aitem dengan skor aitem
total. Pengkorelasian antara skor aitem dengan skor aitem total
akan menghasilkan koefisien korelasi item total (rix). Koefisien
korelasi yang haik adalah ≥ 0,30 karena memiliki daya pemheda
yang memlaskan. Sedangkan item dengan nilai rix dihawah 0,30
(51)
33
dianggap hlrlk karena dapat diinterpretasikan sehagai item yang
memiliki daya diskriminasi rendah sehingga tidak dimaslkkan dalam
item yang diglnakan dalam penelitian atal dinyatakan glglr
(Nlrgiyantoro, dkk, 2002). Penyeleksian aitem dilaklkan dengan
komplter mengglnakan program
SPSSnnnfornwindowsn17
.
Hasil lji seleksi aitem pada skala sikap wanita karir terhadap
emansipasi wanita menlnjlkkan hahwa 14 aitem herada di hawah hatas
0,30 sehingga dinyatakan glglr. Aitem – aitem tersehlt adalah aitem
nomor 11 yang merlpakan aspek afektif dari ohjek sikap partisipasi dan
akses, aitem nomor 23 dan 24 yang merlpakan aspek kognitif dari ohjek
sikap kontrol, aitem nomor 25, 28, dan 30 yang merlpakan aspek afektif
dari ohjek sikap kontrol, aitem nomor 33 yang merlpakan aspek perilakl
dari ohjek sikap kontrol, aitem nomor 41 dan 42 yang merlpakan aspek
kognitif dari ohjek sikap manfaat, aitem nomor 43, 46, dan 47 yang
merlpakan aspek afektif dari ohjek sikap manfaat, serta aitem nomor 49
dan 53 yang merlpakan aspek perilakl dari ohjek sikap manfaat.
B
B
B
B
B
B
(52)
34
TabelB2B
Distribusi Aitem Skala Sikap Wanita Karir di Indonesia
tertadap Emansipasi Wanita
Komponen Ohjek Sikap Aitem Jlmlah Total Kognitif Afektif Perilakl
Favor
Ahle Jml Unfavor Ahle Jml Favor Ahle Jml Unfavor ahle Jml Favor Ahle Jml Unfavor ahle Jml Partisipasi
dan Akses 1, 2, 3 3 4, 5, 6 3 7, 8, 9 3 10, 12 2 14, 15 3 13, 16, 17, 18 3 17 Kontrol 19, 20, 21 3 22 1 26, 27 2 29 1 31, 32 2 34, 35, 36 3 12 Manfaat 37, 38, 39 3 40 1 44, 45 2 48 1 50, 51 2 52, 54 2 11
Jlmlah
Total 9 5 7 4 7 8 40
B
3.
ReliabilitasB
Reliahilitas dalam penelitian ini dilklr dengan mengglnakan
pendekatan konsistensi, yaitl pengljian akan konsistensi antar hagian atal
konsistensi antar aitem tes. Slatl tes dinyatakan reliahel jika memiliki
konsistensi yang tinggi di antara komponen – komponen yang memhentlk
tes secara kesellrlhan (Azwar, 2008). Skala yang memiliki nilai di atas
0,500 dianggap memiliki reliahilitas yang memlaskan (Azwar, 2012).
Penglklran koefisien reliahilitas dalam penelitian ini dilaklkan dengan
mengglnakan teknik
Alphan Cronbach
program
SPSSn forn windowsn 17
,
reliahilitas skala yang diperoleh sehesar 0,941 sehingga diketahli hahwa
reliahilitas memlaskan.B
TabelB3B
Koefisien Reliabilitas Skala Sikap Wanita Karier
di Indonesia tertadap Emansipasi Wanita
B
KoefisienBAlphaBCronbachB
NBItemB
NBSubjekB
(53)
35
H.
MetodeBAnalisisBDataB
Metode analisis data yang diglnakan dalam penelitian ini adalah
metode statistik deskriptif yang meliplti penyajian data melalli tahel,
perhitlnhan nilai maksimlm, nilai minimlm, mean teoritis, mean empiris,
dan standar deviasi.
Sikap positif atal negatif kelompok slhjek ditentlkan dengan cara
melaklkan lji perhandingan mean antara mean empirik dengan mean teoritik,
apahila mean empirik lehih hesar daripada mean teoritik, maka sikap slhjek
positif, sehaliknya jika mean empirik lehih kecil dari mean teoritik maka sikap
slhjek adalah negatif.
(54)
36
BABBIVB
HASILBDANBPEMBAHASANB
A. PersiapanBPenelitian
Proses penelitian dimulai dengan penyebaran skala dalam situs-situs jejaring sosial sebagai uji coba penelitian. Uji coba penelitian dilakukan pada tanggal 10 Juni 2012 hingga 15 Juli 2012. Subjek penelitian adalah wanita karier yang berusia 22-55 tahun. Jumlah subjek yang digunakan dalam uji coba penelitian berjumlah 50 orang. Uji coba penelitian memerlukan waktu yang lama untuk memenuhi kuota jumlah subjek penelitian. Jumlah aitem skala pada skala uji coba berjumlah 54 aitem, yang terdiri dari 27 aitem favorable dan 27 aitem unfavorable.
B. PelaksanaanBPenelitian
Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 20 September 2012 hingga tanggal 10 November 2012. Skala penelitian terdiri dari 40 aitem dengan distribusi 23 aitem favorable dan 17 aitem unfavorable. Subjek penelitian adalah wanita karier yang berusia 22-50 tahun. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 70 orang.
Penyebaran skala dilakukan secara online dengan menggunakan fasilitas form dari Google Docs. Fasilitas ini tersedia gratis secara online dan dapat diakses melalui alamat www.docs.google.com. Peneliti memilih menggunakan fasilitas Google Docs, karena Google Docs memiliki
(55)
37 beberapa keunggulan dibandingkan dengan situs penyedian layanan survey online lainnya. Google Docs memberikan layanan tanpa batas secara gratis, sementara beberapa situs memberikan batasan jumlah aitem skala dan/atau jumlah subjek penelitian. Google Docs juga mudah untuk disusun dan disebarkan. Google Docs menampilkan hasil skala secara lengkap dalam format Microsoft Excel, sehingga memudahkan peneliti pada saat proses akhir pengumpulan data.
Penyusunan skala pada Google Docs sederhana dan mudah karena
Google Docs memberikan pilihan lengkap tentang bagaimana aitem skala hendak disajikan. Pilihan tersebut berupa multiple choices, pada pilihan ini berarti aitem skala hanya dapat dijawab dengan menggunakan satu jawaban. Pilihan selanjutnya adalah checkboxes, pilihan ini berarti aitem skala dapat dijawab dengan lebih dari satu jawaban. Selain itu juga ada pilihan text, pada pilihan ini subjek dapat mengisi sendiri jawaban mereka terhadap aitem skala.
Setiap aitem skala yang disusun Google Docs memberikan pilihan pada penyusun skala apakah aitem tersebut wajib diisi atau tidak, sehingga saat subjek melewatkan satu aitem yang wajib diisi Google Docs secara otomatis akan mengingatkan subjek dengan memberikan peringatan dan mewarnai merah kotak yang berisi aitem yang terlewatkan. Kelemahan penggunaan Google Docs adalah penyusunan aitem memakan waktu yang lama. Ketika menulis aitem baru penyusun skala harus mengatur pilihan tipe jawaban dari awal, maksudnya tipe jawaban aitem tidak meneruskan
(56)
38 dari aitem sebelumnya. Apabila penyusun menggunakan pilihan copy-paste, maka pada saat penampilan data dalam format Microsoft Excel
aitem skala akan tampil secara acak.
C. HasilBPenelitianB
1. KarakteristikBSubjekBPenelitianB
Berdasarkan data identitas pada skala penelitian yang diperoleh, maka dibuat rangkuman gambaran subjek penelitian.
a. Usia Subjek
TabelB4B
Usia Subjek
B
UsiaB JumlahB PresentaseB
22 – 30 37 53%
30 – 40 21 30%
> 40 12 17% b. Pendidikan Terakhir Subjek
TabelBiB
Pendidikan Terakhir Subjek
B
PendidikanBTerakhirB JumlahB PresentaseB
SMA 4 6%
D3 15 21%
S1 44 63%
(57)
39 c. Agama Subjek
TabelB6
Agama Subjek
B
AgamaB JumlahB PresentaseB
Islam 28 40%
Katolik 25 36% Kristen 14 20%
Buddha 3 4%
d. Status Pernikahan Subjek
TabelB7B
Status Pernikahan Subjek
B
StatusBPernikahanB JumlahB PresentaseB
Sudah menikah 33 47% Belum menikah 37 53% e. Pekerjaan Subjek
TabelB8
Pekerjaan Subjek
B
JenisBPekerjaanBSubjekB JumlahB PresentaseB
Staff 38 54% Manager 9 13% Kepala Bagian dan Supervisor 6 9%
HRD 5 7%
Administrasi dan Resepsionis 4 6% Asisten Manager dan sekretaris 3 4%
Pimpinan Proyek dan
Coorperate Affair 3 4%
Lektor Kepala 1 1%
Sales 1 1%
B B B B
(58)
40
2. UjiBNormalitasB
TabelB9B
Uji Normalitas
B
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SkorTotal
N 70
Normal Parametersa,,b Mean 136.09 Std. Deviation 11.579 Most Extreme Differences Absolute .091 Positive .091 Negative -.089 Kolmogorov-Smirnov Z .760 Asymp. Sig. (2-tailed) .611 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji normalitas dilakukan dengan mnggunakan tekhnik
Kolmogorov-Smirnov yang menyatakan bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (P > 0,05) maka sebaran data adalah normal. Berdasarkan analisis tekhnik Kolmogorov-Smirnov menggunakan program SPSS for windows 17 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,611. Nilai ini menunjukkan bahwa sampel yang diambil berasal dari sebuah distribusi normal.
3. DeskripsiBDataBPenelitianB
Berdasarkan analisis statistic descriptive dengan menggunakan program SPSS for windows 17, didapatkan hasil bahwa mean empirik lebih besar dari pada mean teoritik 136,09 > 100. Berdasarkan
(59)
41 perbedaan mean, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita adalah positif.
TabelB10B
Deskripsi Data Penelitian
B
KeteranganB TeoritikB EmpirikB
NB 70
MinimumB 40 109
MaksimumB 160 158
MeanB 100 136,09
SDB 20 11,579
MedianB 134,50 ModusB 131 RangeB 49 VariansB 134,080 B 4. UjiBtB
Untuk lebih memperkuat hasil dari perbedaan mean, maka dilakukan uji t. Uji t atau uji perbedaan dilakukan untuk melihat signifikansi pernedaan antara mean empirik dan mean teoritik. Jika p ≥ 0,05 maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara mean empirik dan mean teoritik. Sebaliknya, jika p < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empirik dan mean teoritik.
B B B B B B B B B B B B B
(60)
42
TabelB11B
Uji t
One-Sample Test
Test Value = 100 T df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper SkorTotal 26.074 69 .000 36.086 33.32 38.85
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji t yang diperoleh adalah sebesar 98,329 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara mean empirik dan mean teoritik. Artinya sikap wanita karier positif secara signifikan terhadap emansipasi wanita.
D. AnalisisBKhususB 1. AspekBSikapB
TabelB12B
Statistik Aspek Sikap
B
N Mean Empirik Mean Teoritik ST_Kognitif 70 57.81 35 ST_Afektif 70 41.46 27.5 ST_Perilaku 70 36.81 37.5
Jumlah aitem aspek kognitif dalam skala adalah 14 aitem (35%), skor minimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari aspek kognitif adalah 14, dan skor maksimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari aspek kognitif adalah 56. Mean
(61)
43 teoritik aspek kognitif adalah (56+14)/2=35. Mean empirik aspek kognitif adalah 36,63. Berdasarkan perbandingan mean diketahui bahwa aspek kognitif sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita adalah positif.
Jumlah aitem aspek afektif dalam skala adalah 11 aitem (27,5%), skor minimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari aspek afektif adalah 11, dan skor maksimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari aspek afektif adalah 44. Mean teoritik aspek afektif adalah (44+11)/2=27,5. Mean empirik aspek afektif adalah 41,46. Berdasarkan perbandingan mean diketahui bahwa aspek afektif sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita adalah positif.
Jumlah aitem aspek perilaku dalam skala adalah 15 aitem (37,5%), skor minimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari aspek perilaku adalah 15, dan skor maksimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari aspek perilaku adalah 60. Mean teoritik aspek perilaku adalah (60+15)/2=37,5. Mean empirik aspek perilaku adalah 36,81. Berdasarkan perbandingan mean diketahui bahwa aspek perilaku sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita adalah negatif.
(62)
44
2. IndikatorBEmansipasiBWanitaB
TabelB13B
Statistik Indikator Emansipasi Wanita
N Mean Empirik Mean Teoritik ST_PA 70 49.13 42.5 ST_K 70 36.63 30 ST_M 70 50.33 27.5
Jumlah aitem indikator partisipasi dan akses dalam skala adalah 17 aitem (42,5%), skor minimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari indikator partisipasi dan akses adalah 17, dan skor maksimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari indikator partisipasi dan akses adalah 68. Mean teoritik indikator partisipasi dan akses adalah (68+17)/2=42,5. Mean empirik indikator partisipasi dan akses adalah 49,13. Berdasarkan perbandingan mean diketahui bahwa sikap wanita karier positif terhadap indikator partisipasi dan akses emansipasi wanita.
Jumlah aitem indikator kontrol dalam skala adalah 12 aitem (30%), skor minimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari indikator kontrol adalah 12, dan skor maksimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari indikator kontrol adalah 48. Mean teoritik indikator kontrol adalah (48+12)/2=30. Mean empirik indikator kontrol adalah 36,63. Berdasarkan perbandingan mean diketahui bahwa sikap wanita karier positif terhadap indikator kontrol emansipasi wanita.
(63)
45 Jumlah aitem indikator manfaat dalam skala adalah 11 aitem (27,5%), skor minimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari indikator manfaat adalah 11, dan skor maksimum teoritik yang mungkin diperoleh subjek dari indikator manfaat adalah 44. Mean teoritik indikator manfaat adalah (44+11)/2=27,5. Mean empirik indikator manfaat adalah 50,33. Berdasarkan perbandingan mean diketahui bahwa sikap wanita karier positif terhadap indikator manfaat emansipasi wanita.
E. PembahasanB
Berdasarkan uji perbandingan mean dan melalui uji-t, maka dapat diketahui bahwa wanita karier di Indonesia secara signifikan memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita. Sikap positif berarti, wanita karier di Indonesia merasa setuju dan mendukung tehadap emansipasi wanita (kesetaraan gender).
Faktor-faktor yang mempengaruhi subjek memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita antara lain adalah usia, pendidikan terakhir, agama, dan status pernikahan. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita karier dengan rentang usia 22 – 55 tahun, berdasarkan hasil analisis data, subjek memiliki sikap yang positif terhadap emansipasi wanita. Hal ini mungkin disebabkan oleh usia yang semakin matang, sehingga subjek telah mendapatkan informasi-informasi dari berbagai media tentang pentingnya emansipasi wanita. Selain itu, subjek dalam rentang usia ini
(64)
46 juga telah memiliki pengalaman meniti karier sehingga telah lebih memahami mengenai emansipasi wanita. Sehingga melalui informasi dan pengalaman yang telah mereka dapatkan mereka mampu membentuk sikap positif terhadap emansipasi wanita. Faktor pendidikan terakhir juga mempengaruhi subjek dalam menentukan sikapnya terhadap emansipasi wanita. Di dalam lembaga pendidikan juga ditekankan betapa pentingnya wanita untuk menjadi lebih proaktif dalam kehidupannya, sehingga wanita yang meniti karier mampu bersikap positif terhadap emansipasi wanita yang memungkinkan mereka untuk melakukan hal tersebut. Faktor status pernikahan juga membentuk sikap positif wanita karier terhadap emansipasi wanita, karena melalui berkarier, wanita bisa menyumbangkan hasil jerih payahnya untuk meningkatkan standar kehidupan keluarga (Aminatun, 2008). Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara subjek yang sudah menikan dengan subjek yang belum menikah.
Sikap positif yang dimiliki subjek terbentuk dari tiga aspek yang saling berhubungan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan perilaku. Hasil analisis terhadap aspek kognitif menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoritik (36,63 > 35), yang artinya wanita karier memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita, pada konsep pemikirannya dan apa yang mereka percayai serta yakini, mereka setuju terhadap emansipasi wanita.
(65)
47 Aspek kognitif berarti bahwa wanita karier telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang emansipasi wanita. Subjek mendapatkan informasi dari berbagai media yang menjelaskan mengenai emansipasi wanita dan dampaknya, sehingga subjek mampu membentuk sikap yang positif.
Aspek selanjutnya dari sikap adalah aspek afektif. Aspek ini mengungkap dimensi emosional dari sikap (Azwar, 2011). Hasil uji perbandingan mean menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik (41,46 > 27,5), artinya wanita karier memiliki perasaan positif terhadap emansipasi wanita.
Aspek afektif menandakan bahwa subjek memiliki hubungan emosi yang kuat terhadap emansipasi wanita shingga mereka membentuk sikap yang positif. Setelah mendapatkan informasi-informasi mengenai emansipasi wanita, dan juga nilai moral yang telah tertanam dalam diri subjek, subjek memiliki hubungan emosi yang kuat terhadap emansipasi wanita, sehingga mereka merasakan bahwa emansipasi wanita merupakan hal yang penting dan dibutuhkan terlebih untuk pengembangan diri mereka masing-masing.
Aspek terakhir dari sikap adalah aspek perilaku. Aspek ini memberikan gambaran mengenai kecenderungan berperilaku dalam diri seseorang. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mean empirik lebih kecil daripada mean teoritik (36,81 < 37,5). Hal ini berarti bahwa wanita karier cenderung berperilaku negatif terhadap emansipasi wanita.
(66)
48 Aspek perilaku merupakan tindakan yang dilakukan oleh subjek untuk menunjukkan sikap mereka terhadap emansipasi wanita. Pada aspek ini tampak bahwa wanita memiliki sikap negatif terhadap emansipasi wanita, hal ini berarti bahwa wanita masih belum mencerminkan konsep emasipasi wanita dalam tindakannya sehari-hari. Menurut Azwar (2011) budaya mempengaruhi pembentukan sikap, dalam hal ini sikap negatif dalam aspek perilaku ini mungkin disebabkan karena adanya norma masyarakat dan kebudayaan yang scara tidak langsung telah tertanam dalam diri subjek. Wanita sekarang lebih bebas untuk bekerja, akan tetapi mereka tetap merasa bersalah bila “meninggalkan” keluarga dan rumah tangganya. Mayoritas wanita Indonesia mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari perspektif tradisional yang ada dalam masyarakat. Terkadang wanita karier tidak mendapatkan dukungan dari keluarga maupun masyarakat untuk berkembang (Hardanti, 2002).
Berdasarkan data pekerjaan subjek juga dapat dilihat bahwa data diperoleh sangat beragam, dan banyak dari jenis pekerjaan yang ditekuni subjek memiliki tuntutan berat, baik dari segi waktu maupun tenaga pikiran. Hal ini dapat menyebabkan wanita karier secara kognitif dan afektif setuju terhadap emansipasi wanita. Akan tetapi saat menghadapi situasi nyata, dimana mereka harus mengorbankan waktu untuk kehidupan pribadi mereka demi pekerjaannya, mereka merasa tidak siap dan membatasi kegiatan karier mereka.
(67)
49 Pada indikator partisipasi dan akses, dari hasil analisis diketahui bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoritik (49,13 > 42,5). Artinya wanita karier memiliki sikap positif yang signifikan. Hal ini berarti bahwa wanita karier menyetujui adanya kesempatan yang setara antara pria dan wanita untuk mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya dalam setiap aspek kebijakan dan program pembangunan pemerintah. Azwar (2011) mengemukakan bahwa lembaga pendidikan dan media massa mempengaruhi pembentukan sikap seseorang. Melalui pendidikan formal, ditanamkan bahwa wanita masa kini harus lebih aktif dalam memenuhi pengaktualisasian dirinya. Media massa juga sering kali membawa pesan-pesan yang mengandung sugesti bahwa wanita karier adalah wanita yang mandiri dan terlihat menarik.
Pada indikator kontrol, dari hasil analisis diketahui bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoritik (36,63 > 30). Artinya wanita karier memiliki sikap positif yang signifikan, hal ini berarti bahwa wanita karier setuju akan adanya relasi kekuasaan yang setara antara pria dan wanita. Penelitian yang dilkukan oleh Aminatun (2008) menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan persoalan keluarga, wanita karier selalu menyelesaikannya dengan musyawarah. Hal ini menunjukkan bahwa wanita karier memaknai bahwa pasangan memiliki derajat kekuasaan yang setara, sehingga tidak ada jenis kelamin yang memiliki kekuasaan atas jenis kelamin lainnya.
(68)
50 Pada indikator manfaat, hasil analisis menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoritik (50,33 > 27,5). Hal ini berarti bahwa wanita karier memiliki sikap positif yang signifikan. Wanita karier setuju dan mendukung adanya kesetaraan manfaat yang diterima baik oleh pria maupun wanita dalam semua aspek kehidupan. Berkaitan dengan tidak adanya jenis kelamin yang memiliki derajat lebih tinggi daripada jenis kelamin lainnya, maka dalam pembentukan kebijakan pun dilakukan sehingga wanita maupun pria dapat menikmati manfaat yang setara.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa wanita karier memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita (kesetaraan gender). Akan tetapi dalam penelitan ini juga dapat dilihat bahwa wanita karier belum mencerminkan sikap positif mereka tersebut dalam tindakannya, hal ini memperlihatkan bagaimana nilai-nilai dan kepercayaan yang ditanamkan oleh masyarakat dan budaya masih mengakar dalam diri seseorang. Niehof (1998) mengatakan bahwa wanita Indonesia saat ini memiliki kesempatan yang lebih besar dalam pendidikan dan pekerjaan, akan tetapi wanita Indonesia juga masih dituntut untuk menjalankan peran tradisionalnya. Niehof mengatakan bahwa kodrat wanita dan emansipasi terbatas yang ditimbulkannya berada di bawah tekanan global.
(69)
51
BABBVB
KESIMPULANBDANBSARANB
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analis data yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa wanita karier di Indonesia memilik sikap positif terhadap
emansipasi wanita. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh melalui perbedaan
mean, dimana mean empirik lebih besar dari mean teoritik penelitian, yang
berarti bahwa subjek memiliki sikap yang positif terhadap emansipasi wanita.
Hasil penelitian kemudian diperkuat dengan menggunakan uji t. Data yang
dihasilkan mengindikasikan bahwa secara signifikan wanita karier di
Indonesia memiliki sikap positif terhadap emansipasi wanita. Hal ini berarti
bahwa wanita karier di Indonesia setuju dan mendukung adanya emansipasi
wanita (kesetaraan gender).
Berdasarkan analisis aspek sikap, diketahui bahwa wanita karier di
Indonesia memiliki aspek perilaku yang negatif terhadap emansipasi wanita.
Hal ini tampak dari mean empirik aspek perilaku yang lebih kecil dibanding
mean teoritiknya. Sedangkan pada aspek kognitif dan afektif, wanita karier di
Indonesia memiliki sikap yang positif, hal ini terlihat dari mean empirik untuk
aspek kognitif dan afektif yang lebih besar daripada mean teoritiknya.
(1)
101
LAMPIRAN F
(2)
107
Statistik Penelitian
a.
Analisis Umum
Descriptive StatisticsN Range Minimnm Maximnm Mean Std. Deviation Variance Skewnexx Knrtoxix
Statixtic Statixtic Statixtic Statixtic Statixtic Std. Error Statixtic Statixtic Statixtic Std. Error Statixtic Std. Error SkorTotal 70 49 109 158 136.09 1.384 11.579 134.080 .001 .287 -.815 .566 Valid N
(lixtwixe) 70
i.
Uji Normalitas
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimnm Maximnm SkorTotal 70 136.09 11.579 109 158
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SkorTotal
N 70
Normal Parameterxa,,b Mean 136.09
Std. Deviation 11.579 Moxt Extreme Differencex Abxolnte .091
Poxitive .091 Negative -.089 Kolmogorov-Smirnov Z .760 Axymp. Sig. (2-tailed) .611 a. Text dixtribntion ix Normal.
(3)
ii.
Uji – t
T-Test
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean SkorTota
l 70 136.09 11.579 1.384
One-Sample Test
Text Valne = 100
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper SkorTotal 26.074 69 .000 36.086 33.32 38.85
b.
Analisis Khusus
i.
Analisis Aspek Sikap
T-Test
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean ST_Kognitif 70 57.81 5.148 .615
ST_Afektif 70 41.46 3.813 .456 ST_Perilakn 70 36.81 3.793 .453
One-Sample Test
Text Valne = 0
95% Confidence Interval of the Difference t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper ST_Kognitif 93.962 69 .000 57.814 56.59 59.04 ST_Afektif 90.958 69 .000 41.457 40.55 42.37 ST_Perilakn 81.209 69 .000 36.814 35.91 37.72
(4)
109
ii.
Analisis Indikator Emansipasi Wanita
T-Test
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean ST_PA 70 49.13 4.495 .537
ST_K 70 36.63 3.556 .425 ST_M 70 50.33 4.478 .535
One-Sample Test
Text Valne = 0
95% Confidence Interval of the Difference
t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper ST_PA 91.454 69 .000 49.129 48.06 50.20 ST_K 86.189 69 .000 36.629 35.78 37.48 ST_M 94.039 69 .000 50.329 49.26 51.40
(5)
vii
SIKAP WANITA KARIER DI INDONESIA
TERHADAP EMANSIPASI WANITA
Felicia Citra Wibawa
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap wanita karier di Indonesia terhadap
emansipasi wanita. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita karier dengan rentang usia antara 22 – 55
tahun yang berjumlah 70 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang
disusun sendiri oleh peneliti. Keseluruhan aitem berjumlah 40 aitem. Skala yang digunakan telah
diuji validitas dan reliabilitasnya. Estimasi reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik
Alpha Cronbach
menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,940. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif yang meliputi penyajian data
melalui tabel, perhitungan nilai maksimum, nilai minimum, mean empirik, mean teoritik, dan
standar deviasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa wanita karier di Indonesia memiliki sikap
positif yang signifikan terhadap emansipasi wanita. Hal ini didukung dengan adanya data bahwa
mean empirik lebih besar dari mean teoritik (136,09 > 100) dengan p=0,000 (p<0,05). Lebih
lanjut, hasil analisis menurut aspek sikap memperlihatkan hasil bahwa wanita karier memiliki
aspek perilaku yang negatif terhadap emansipasi wanita, sedangkan aspek kognitif dan afektifnya
adalah positif.
(6)