9
2. KonsepBPeranBWanitaBmenurutBBudayaBdiBIndonesiaB
Indonesia memiliki banyak ragam budaya, salah satu budaya yang mayoritas adalah budaya Jawa. Budaya Jawa memiliki istilah yang
menyebutkan wanita sebagai “kanca wingking” atau teman di garis belakang, sebagai teman dalam mengelola urusan rumah tangga,
khususnya urusan anak, memasak, mencuci, dan lain-lain. Hardanti 2002 mengatakan bahwa secara tradisional, peranan wanita selalu dikaitkan
dengan rumah, dapur, dan anak. Fausia Nasyiah dalam Dewanti, 2008 membedakan peranan
wanita menjadi tiga kategori: a. Peranan produktif
Peranan produktif adalah peranan yang dikerjakan oleh wanita untuk memperoleh upah secara tunai atau menghasilkan barang-
barang yang tidak dikonsumsi sendiri. Contohnya bekerja di sektor dormal dan informal
b. Peranan reproduktif Peranan reproduktif adalah peranan yang berhubungan dengan
tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja
yang menyangkut kelangsungan keluarga. Contohnya melahirkan, memasak, mengasuh anak, mencuci, membersihkan rumah, dan
sebagainya.
10
c. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik Peranan pengelolaan masyarakat kegiatan sosial mencakup
kegiatan yang sifatnya menjalin kebersamaan, solidaritas antar masyarakat seperti arisan, upacara adat, sukarelawan, dan tanpa upah.
Sedangkan pengelolaan politik adalah peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik,
biasanya dibayar dan meningkatkan statuskekuasaan.
3. AlasanBWanitaBMelakukanBKarierB
Tidak seperti apa yang pernah menjadi kepercayaan umum, sebagian besar wanita memutuskan untuk bekerja tidak hanya karena
merasa jenuh berada di rumah atau demi memenuhi kebutuhan psikologisnya. Seperti halnya pria, wanita memiliki bermacam-macam
alasan untuk bekerja, namun yang utama adalah karena kebutuhan ekonomi Bohlander , 2004.
Hardanti 2002 menyimpulkan, secara umum ada tiga hal yang menyebabkan wanita melakukan karier, yaitu: tuntutan ekonomi, dorongan
keinginan membentuk karier, serta pembangunan memerlukan tenaga kerja dan wanita sebagai sumber daya pembangunan Saljo, 1983; Suratiyah
dkk., 1996
11
4. HambatanBWanitaBMelakukanBKarierB
Yuwana 1984 dalam Aminatun, 2008 mengatakan rendahnya tingkat partisipasi wanita dalam bidang pekerjaan disebabkan motivasi
kerja wanita sering diwarnai oleh faktor-faktor sosial budaya yang akan membentuk sikap tertentu dalam bekerja, misalnya masih adanya
anggapan bahwa wanita lebih baik melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga saja, serta kurangnya kesediaan masyarakat mengakui dan
menghargai kemampuan wanita dalam pekerjaannya. Aminatun 2008 menambahkan, wanita mengalami berbagai
faktor penghambat dalam meniti jenjang karier yang lebih tinggi. Berbagai faktor penghambat tersebut diantaranya:
a. Masih adanya persepsi anggapan di kalangan masyarakat bahwa wanita yang meniti karier sering menjadi biang keladi dari setiap
keretakan keluarga dan ketidakharmonisan suami dan anak b. Tidak semua wanita karier mampu melakukan pembagian waktu antara
keluarga dan karier. Berdasarkan seluruh keterangan di atas, wanita karier bisa didefinisikan
sebagai manusia perempuan yang memiliki pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju dan berkemungkinan untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi.
Dalam melaksanakan pekerjaannya wanita tersebut telah melalui seluruh hambatan yang muncul persepsi masyarakat ataupun pembagian waktu antara
kerja dan keluarga, dan dengan alasan apapun ekonomi, keinginan pribadi, atau
12
tuntutan pembangunan menjalani pekerjaannya dengan pemahaman bahwa pekerjaannya itu adalah jalan untuk mengembangkan kemampuan dirinya.
B. EmansipasiBWanitaB 1. PengertianBEmansipasiBWanitaB
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan KBBI Daring, 2008, emansipasi memiliki dua pengertian. Pertama adalah
pembebasan dari perbudakan; kedua, persamaan hak di berbagai aspek
kehidupan masyarakat.B
KBBI Daring 2008 kemudian menjelaskan emansipasi wanita sebagai proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi
yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.
Munthe 2003 menyatakan, di Indonesia gerakan emansipasi dilakukan oleh organisasi-organisasi wanita berlandaskan pada gagasan
Kartini. Kartini menuntut pendidikan bagi kaum wanita, berarti orientasinya lebih ditekankan pada tingkatan kecerdasan secara individual.
Sasaran yang lebih jauh ingin dicapai adalah mengangkat martabat kaumnya, sehingga sejajar dengan martabat kaum pria. Dengan demikian,
maka gerakan emansipasi yang dilakukan oleh kaum wanita Indonesia dapat diartikan sebagai gerakan pembebasan kaum wanita dari
ketergantungan pada orang lain, terutama pada kaum laki-laki. Tujuan gerakan itu adalah agar wanita dapat hidup mandiri, menggunakan hak-
13
haknya seperti halnya yang berlaku pada kaum laki-laki, sehingga mereka tidak lagi menyandang sebutan “warga negara kelas dua”.
Emansipasi wanita pada intinya adalah upaya yang dilakukan kaum perempuan untuk mengejar ketertinggalannya dari kaum laki-laki,
termasuk di dalamnya upaya untuk memperoleh kesamaan hak, peran, dan fungsi dalam berbagai aspek kehidupan Murfitriati dan Sopari, 2009.
B 2. SejarahBEmansipasiBWanitaB
Kesadaran kaum wanita atas kondisi sosial yang semakin tidak memihak kaum wanita memunculkan perjuangan wanita. Kaum wanita
menyadari bahwa ketertinggalannya dari kaum laki-laki sangat merugikan diri mereka, dan kondisi tersebut tidak terjadi dengan sendirinya. PBB
kemudian menanggapi isu ini dengan memasukkan konsep emansipasi sebagai bagian dari Hak-hak Azasi Manusia HAM, yang kemudian
dideklarasikan pada tahun 1948 Murfitriati dan Sopari, 2009. Dalam modul Isu Global Gender Pusat Pelatihan Gender dan
Peningkatan Kualitas Perempuan, BKKBN yang diterbitkan pada tahun 2009 diceritakan secara singkat sejarah emansipasi wanita. Perjuangan
yang dimulai sejak deklarasi HAM ini berlanjut pada 12 Juli 1963, dengan munculnya gerakan global yang dipelopori oleh gerakan kaum wanita.
Gerakan ini berhasil mendeklarasikan suatu resolusi melalui Badan Ekonomi dan Sosial PBB ECOSOK nomor 861 F. resolusi ini
diakomodasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1968, dengan
14
dibentuknya Komite Nasional kedudukan Wanita Indonesia SK Menteri Negara Kesra No. 34KPTSKesra1968.
Untuk menjalankan konsep emansipasi tersebut dikembangkan berbagai program pemberdayaan perempuan Women Empowerment
Programs. Pada tahun 1975 di Mexico City, PBB menyelenggarakan World Conference International Year of Women. Selanjutnya pada tahun
1980 di Kopenhagen, diselenggarakan World Conference UN Decade of Women. Konferensi ini mengesahkan konvensi tentang peniadaan seluruh
bentuk diskriminasi terhadap perempuan Convention on the Elimination of all Form of Discrimination Against Women, CEDAW. Dalam
konferensi ini, Indonesia hadir diwakili oleh Menteri Urusan Peranan Wanita. Pada tahun 1984, pemerintah Indonesia meratifikasi hasil
konvensi tersebut. Dalam ICPD Kairo tahun 1994 dilakukan penyamaan konsep,
yakni bahwa pemberdayaan perempuan merupakan kondisi dasar untuk stabilisasi kependudukan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Kesepakatan ICPD ini memberikan kontribusi penting dalam banyak konferensi yang diadakan selanjutnya, seperti Konferensi Puncak Sedunia
tentang Pembangunan Sosial dan Konferensi Wanita Sedunia keempat di Beijing. FWCW di Beijing pada tahun 1995 menyatakan harus adanya
komitmen pemerintah untuk meningkatkan status perempuan. Pada tahun 2000 wakil dari 187 negara berkumpul atas prakarsa
PBB. Kegiatan ini menghasilkan Deklarasi PBB yang kemudian dikenal
15
dengan Millenium Development Goals MDG’s. MDG’s adalah kesepakatan bersama untuk mengubah kehidupan masyarakat dunia,
termasuk mengurangi separuh dari jumlah masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kesepakatan ini kemudian menjadi acuan dalam
pelaksanaan pembangunan di seluruh negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, kesepakatan ini dikenal dengan nama delapan
tujuan pembangunan millenium, antara lain: a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
b. Memenuhi standar pendidikan dasar c. Meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan d. Mengurangi angka kematian bayi
e. Meningkatkan kesehatan ibu f. Memerangi HIV dan AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
g. Mengelola lingkungan hidup secara berkelanjutan h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Dari paparan di atas alur perkembangan konsep dan program gender dapat disimpulkan melalui bagan berikut.
B B
B B
B B
B B
B
16
BaganB1B Bagan Perkembangan Konsep dan Program Gender
Modul Isu Kesetaraan Gender, 2009
3. IndikatorBEmansipasiBWanitaB
Pada awal milenium, istilah emansipasi wanita sudah jarang digunakan, isu-isu emansipasi wanita berubah menjadi isu kesetaraan
gender Daulay, 2007. Dalam buku Parameter Kesetaraan Gender dalam Pembentukan Peraturan Perundangan 2011, indikator kesetaraan gender
diuraikan menjadi: a. Akses
Adanya kesempatan yang setara antara pria dan wanita untuk memilikimemperoleh sumber daya dalam segala bidang
misalnya pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain. b. Partisipasi
Adanya kesempatan yang setara antara pria dan wanita untuk ikut andil dalam melaksanakan hak dan kewajibannya pada
setiap kebijakan dan program pembangunan.
Peningkatan Peranan
Perempuan WID
Pemberdaya an
Perempuan WAD
Kesetaraan dan
Keadilan Gender
GAD
PerubahanB LingkunganB
strategisB ………...B
ICPD Cairo
1994
FWCW 1995
MDG’s
2000
Peningkatan aktivitas
publik = beban ganda
Peningkatan kualitas
perempuan sama dengan
pria
Menciptakan iklim dan
peluang yang sama
17
c. Kontrol Adanya relasi kekuasaan yang setara antara pria dan wanita.
d. Manfaat Adanya kesetaraan manfaat yang diterima baik oleh pria
maupun wanita dalam semua aspek kehidupan. Berdasarkan empat indikator diatas, terdapat kemiripan antara
indikator akses dan indikator partisipasi, sehingga kedua indikator ini dapat digabungkan. Kemiripan tersebut dapat dilihat dari penjabaran
indikator akses, dimana pria dan wanita memiliki kesempatan yang setara untuk memiliki memperoleh sumber daya dalam segala bidang.
Penjabaran ini sudah mencakup penjabaran indikator partisipasi dimana pria dan wanita memiliki kesempatan yang setara untuk melaksanakan
haknya. Oleh karena aspek sumber daya juga merupakan bagian dari indikator partisipasi, maka kedua indikator ini dapat diukur dengan
menggunakan aitem yang sama. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa emansipasi wanita adalah
sebuah proses perjuangan panjang yang dilakukan tidak hanya oleh para wanita, bertujuan mencapai kesetaraan antara pria dan wanita dalam berbagai aspek
kehidupan. Kemudian istilah ini mengalami perubahan istilah menjadi kesetaraan gender dengan indikator: partisipasi dan akses, kontrol, dan manfaat.
18
C. SikapBAttitudeB 1. PengertianBSikapB
Ostrom dalam Roeckelein, 1998 mengatakan ada lebih dari 30 perumusan teoritis yang berbeda yang dijelaskan dalam buku-buku teks
mengenai teori sikap. Secara sederhana, sikap adalah kecenderungan untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu Hewstone, Fincham, Foster.
2005. Lebih lanjut lagi, Rokeach dalam Gross, 2005 mendefinisikan sikap sebagai orientasi atau kecenderungan yang dipelajari, terhadap suatu
objek atau situasi, yang menyediakan sebuah kecenderungan untuk merespon objek atau situasi tersebut secara positif favourably atau
negatif unfavourably. Definisi lainnya menyebutkan sikap sebagai sebuah kecenderungan
yang dipelajari untuk merespon objek tertentu secara kognitif, afektif dan perilaku Huffman, Vernoy, Vernoy, 2000. Wolman dalam
Roeckelein, 1998 mendefinisikan sikap sebagai sebuah kecenderungan yang dipelajari untuk mengevaluasi atau bereaksi secara konsisten dengan
cara tertentu, baik secara positif ataupun negatif, terhadap orang, tempat, konsep, atau benda tertentu.
Objek dari kecenderungan-kecenderungan ini sering disebut objek sikap attitude object. Sikap secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi perilaku dalam hampir tiap interaksi sosial Hewstone, Fincham, Foster. 2005.
19
2. KomponenBSikapB
Para psikolog sosial secara umum sepakat, ada tiga komponen sikap Huffman, Vernoy, Vernoy, 2000, yaitu:
a. Komponen Kognitif Komponen kognitif terdiri dari pikiran-pikiran dan
kepercayaan-kepercayaan individu mengenai objek sikap. b. Komponen Afektif
Komponen afektif meliputi perasaan dan emosi yang dirasakan individu mengenai objek sikap.
c. Komponen Perilaku Behavioural Komponen perilaku terdiri dari kecenderungan untuk bertindak
dengan cara-cara tertentu terhadap sebuah objek sikap.
3. PembentukanBSikapB
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar 2011 adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman pribadi Apa yang dialami individu akan membentuk dan
mempengaruhi penghayatan individu terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk
memiliki tanggapan dan penghayatan, seseorang harus memiliki pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apabila seorang
individu tidak memiliki pengalaman sama sekali terkait suatu objek
20
psikologis, individu tersebut akan cenderung membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut Middlebrook dalam Azwar, 2011.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar individu merupakan salah satu diantara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap individu. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya,
seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi individu; akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap
individu terhadap sesuatu. c. Pengaruh budaya
Budaya dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa disadari budaya
telah menanamkan garis pengaruh sikap individu terhadap berbagai masalah. Budaya telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena
budayalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.
d. Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
memiliki pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa membawa pesan-pesan berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu
hal memberikan landasan kognitif baru dalam pembentukan sikap
21
terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif
dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. f. Pengaruh faktor emosional
Terkadang suatu bentuk sikap adalah pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyalur frustasi atau
pengalihan untuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah
hilang.
4. FungsiBSikapB
Hogg Vaughan dalam Gross, 2005 mengatakan bahwa tanpa konsep sikap, individu akan mengalami kesulitan dalam menjelaskan dan
bereaksi terhadap kejadian-kejadian tertentu, membuat keputusan, dan melakukan interaksi sosial. Gross 2005 menyimpulkan bahwa sikap
menyediakan reaksi siap-pakai, dan interpretasi dari kejadian-kejadian bagi individu, seperti halnya aspek-aspek kognitif lainnya dalam diri
individu.
22
Smith et al dalam Haddock Maio, 2004 menyatakan bahwa sikap dapat berfungsi sebagai penilai-objek object-appraisal,
penyesuaian sosial social-adjustment, danatau eksternalisasi externalization. Fungsi sebagai penilai objek meliputi kemampuan sikap
untuk menyimpulkan katakter positif dan negatif dari objek-objek yang ada di lingkungan individu. Fungsi penyesuaian sosial adalah fungsi sikap
yang membantu individu untuk mengenali individu lain yang dinilai baik dan menjauhkan diri dari individu lain yang tidak disukai. Fungsi
eksternalisasi adalah fungsi sikap yang melindungi diri individu dari konflik internal.
Katz dalam Gross, 2005 membagi fungsi sikap dalam empat kategori utama:
a. Fungsi Pengetahuan Knowledge Fuction Sikap memberikan makna dan arahan pada pengalaman,
menyediakan kerangka referensi untuk menilai kejadian, objek, dan orang.
b. Fungsi Penyesuaian Adjustive Function Individu menerima respon positif dari individu lain dengan
menunjukkan sikap yang diterima secara sosial, sehingga individu tersebut mendapatkan ganjaran reward penting, misalnya penerimaan
dan persetujuan dari individu lain.
23
c. Fungsi Menyatakan-nilai Value-expressive Function Ganjaran reward yang diterima individu mungkin bukan
berupa persetujuan sosial, tetapi konfirmasi terhadap aspek positif dari konsep diri individu, terutama integritas personalnya.
d. Fungsi Pertahanan-ego Ego-defensive Function Sikap membantu melindungi individu dari mengakui
kekurangan personalnya. Pertahanan-ego sering berarti penghindaran dan penyangkalan pengetahuan diri self-knowledge.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah sebuah kecenderungan yang dipelajari, terbentuk dari gabungan antara
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain dan budaya, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosional. Sikap terdiri dari 3
komponen, yaitu komponen kognitif, afektif, dan prilaku. Sikap digunakan untuk mengevaluasi atau bereaksi secara konsisten dengan cara tertentu
terhadap objek sikap, baik secara positif ataupun negatif.
D. SikapBWanitaBKarierBdiBIndonesiaBterhadapBEmansipasiBWanitaB
Setelah melalui perjuangan panjang, wanita akhirnya mendapatkan persamaan hak dengan kaum pria dalam hampir segala bidang.
Perkembangan yang paling menonjol akhir-akhir ini adalah meningkatnya jumlah wanita yang meniti karir. Kesetaraan yang dinikmati oleh kaum
wanita saat ini merupakan hasil dari sebuah perjuangan yang berawal dengan nama emansipasi wanita Hollows, 2000.
24
Wanita pada masa kini lebih bebas untuk bekerja, akan tetapi mereka tetap bersalah bila “meninggalkan” keluarga dan rumah tangganya. Hal ini
dikarenakan masih kuatnya pengaruh peran budaya mengenai peran tradisional wanita, dimana secara tradisional wanita selalu dikaitkan dengan
rumah, dapur, dan anak Hardanti, 2002. Pada kenyataannya, masih banyak wanita Indonesia yang mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari
perspektif tradisional ini. Wanita karier adalah wanita yang bekerja dengan pemahaman dan
harapan bahwa pekerjaannya itu merupakan jalan untuk mengembangkan kemampuan dirinya Masdani, 1981 dalam Aminatun, 2008. Mereka tentu
memiliki sikap tertentu terhadap emansipasi wanita. Istilah emansipasi wanita sendiri saat ini telah berubah menjadi kesetaraan gender Daulay, 2007.
Indikator dari kesetaraan gender adalah partisipasi dan akses, kontrol, dan manfaat.
Sikap attitude adalah sebuah kecenderungan yang dipelajari untuk mengevaluasi atau bereaksi secara konsisten dengan cara tertentu, baik secara
positif ataupun negatif, terhadap orang, tempat, konsep, atau benda tertentu Wolman, 1973 dalam Roeckelein, 1998. Secara umum telah disepakati
bahwa sikap memiliki komponen kognitif, afektif dan perilaku Huffman, Vernoy, Vernoy, 2000. Ketiga komponen ini mempengaruhi bagaimana
sikap seseorang terhadap sesuatu. Komponen kognitif terdiri dari pikiran dan kepercayaan individu mengenai objek sikap. Komponen afektif meliputi
perasaan dan emosi yang dirasakan individu mengenai objek sikap.
25
Komponen perilaku terdiri dari kecenderungan individu untuk bertindak terhadap objek sikap. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman
pribadi, pengaruh orang lain dan budaya, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosional.
Sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan positif atau negatif wanita karier terhadap
emansipasi wanita. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan indikator sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita kesetaraan gender adalah:
1. Komponen Kognitif a. Meyakini bahwa pria dan wanita memiliki hak dan kewajiban yang
setara untuk terlibat berpartisipasi dalam melaksanakan hak dan kewajiban mereka.
b. Adanya keyakinan bahwa pria ataupun wanita memiliki relasi kekuasaan yang setara.
c. Memiliki keyakinan bahwa baik pria maupun wanita harus memperoleh manfaat yang sama dari segala aspek kehidupan.
2. Komponen Afektif a. Sebagai wanita, merasa bahwa dirinya memiliki hak dan kewajiban
yang setara dengan pria, untuk berpartisipasi melaksanakan hak dan kewajibannya.
b. Sebagai wanita, tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah kekuasaan pria, ataupun lebih berkuasa daripada pria.
26
c. Merasa bahwa adanya manfaat yang setara bagi pria dan wanita dalam setiap aspek kehidupan adalah hal yang wajar.
3. Komponen perilaku behavioural a. Baik pria maupun wanita melaksanakan hak dan kewajibannya tanpa
ada halangan dari salah satu pihak. b. Tidak bertindak semena-mena terhadap lawan jenis dan tidak
merendahkan diri di hadapan lawan jenis. c. Memberikan manfaat yang setara bagi pria dan wanita.
27
SkemaBII.B1B Skema Sikap Wanita Karier di Indonesia terhadap Emansipasi Wanita
Sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita Pengalaman pribadi
Pengaruh orang lain yang dianggap
penting Pengaruh budaya
Media massa Lembaga pendidikan
dan lembaga agama Pengaruh faktor
emosional Wanita Karier
Emansipasi Wanita
Partisipasi dan Akses
Kontrol Manfaat
28
BABBIIIB METODEBPENELITIANB
A. DesainBPenelitian
Penelitian ini adalah penelitian klantitatif deskriptif. Penelitian klantitatif deskriptif adalah penelitian non-eksperimen yang hertljlan lntlk
menggamharkan slatl fenomena dengan angka-angka. Kerlinger, 2006.
B. VariabelBPenelitian
Variahel dalam penelitan ini adalah sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita.
C. DefinisiBOperasionalBVariabelBPenelitian
Sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita adalah hentlk evallasi atal reaksi perasaan positif atal negatif wanita karier terhadap emansipasi
wanita. Secara operasional variahel ini dilngkapkan melalli skala sikap
wanita karier terhadap emansipasi wanita yang dislsln oleh peneliti. Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari tiap aspek menlnjlkkan sikap yang semakin
positif dari wanita karier terhadap emansipasi wanita kesetaraan gender. Aspek sikap yang diglnakan lntlk menylsln skala ini adalah:
29
1. Aspek Kognitif : pikiran-pikiran dan kepercayaan-kepercayaan wanita karier mengenai emansipasi wanita.
2. Aspek afektif : perasaan dan emosi yang dirasakan wanita karier mengenai emansipasi wanita.
3. Aspek perilakl : kecenderlngan wanita karier lntlk hertindak dengan cara-cara tertentl terhadap emansipasi wanita.
Emansipasi wanita adalah lpaya yang dilaklkan kalm peremplan lntlk mengejar ketertinggalannya dari kalm laki-laki, termaslk di dalamnya
lpaya lntlk memperoleh kesamaan hak, peran, dan flngsi dalam herhagai aspek kehidlpan Mlrfitriati dan Sopari, 2009. Istilah emansipasi wanita
sendiri saat ini telah herlhah menjadi kesetaraan gender Dallay, 2007. Indikator dari kesetaraan gender adalah:
1. Partisipasi dan Akses : adanya kesempatan yang setara antara pria dan wanita lntlk mendapatkan hak dan melaksanakan kewajihannya dalam
setiap aspek kehijakan dan program pemhanglnan pemerintah. 2. Kontrol : adanya relasi keklasaan yang setara antara pria dan wanita.
3. Manfaat : adanya kesetaraan manfaat yang diterima haik oleh pria malpln wanita dalam semla aspek kehidlpan.
D. SubjekBPenelitian
Slhjek dari penelitian ini adalah wanita karier, yaitl wanita yang hekerja dimana pekerjaannya itl adalah pekerjaan yang memherikan harapan
30
lntlk majl dan herkemlngkinan lntlk mencapai jenjang yang lehih tinggi. Slhejek dalam penelitian ini herjlmlah 70 orang dengan hatasan lsia 22-55
tahln, yaitl lsia prodlktif wanita. Pemilihan lsia prodlktif wanita karena dimaksldkan hahwa wanita lsia prodlktif adalah wanita yang masih mampl
hekerja secara aktif. Tekhnik pengamhilan sampel yang diglnakan pada penelitian ini adalah randomn sampling. Dengan mengglnakan tekhnik ini
setiap individl dalam popllasi memiliki kemlngkinan yang sama lntlk dipilih Creswell, 2010.
E. AlatBUkur
Penelitian ini mengglnakan satl alat lklr yaitl skala sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita. Skala ini dislsln oleh peneliti herdasarkan
3 indikator kesetaraan gender yang dilraikan lagi herdasarkan 3 komponen sikap, hingga akhirnya dihasilkan 9 indikator sikap wanita karier terhadap
emansipasi wanita. Berdasarkan masing-masing indikator sikap wanita karier terhadap emansipasi wanita dislsln 3 aitem favorablen dan 3 aitem
unfavorable. Sehingga skala ini herisi 54 aitem yang terdiri dari 27 aitem favorable dan 27 aitem unfavorable. Aitem favorable adalah pernyataan yang
isi kalimatnya mendlklng atal menlnjlkkan sikap positif terhadap emansipasi wanita kesetaraan gender, sedangkan aitem unfavorable adalah
pernyataan yang isi kalimatnya tidak mendlklng atal menlnjlkkan sikap negatif terhadap emansipasi wanita kesetaraan gender.