Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan

mendorong seseorang bersedia dan rela untuk meninggalkan segala sesuatunya demi mencapai harta Kerajaan Allah. Dalam kemiskinan Injili ini yang menjadi contoh adalah para Rasul, setelah bertemu dengan Yesus dan terpikat oleh-Nya. Bahkan lebih kuat lagi, mereka dicekam, seperti yang dialami oleh Rasul Paulus. Bagi mereka tidak ada pilihan lain selain meninggalkan segalanya dan pergi mengikuti Yesus. Dijelaskan oleh Ladjar yaitu Rasul Paulus menggambarkan hal itu dengan cara yang amat mengesan ―Segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Yesus Kristus, Tuhanku, lebih mulia dari pada segalanya‖ Flp 3:8. Setelah pertemuannya dengan Kristus, seluruh hidup dan kegiatan Paulus diarahkan kepada-Nya saja dengan meninggalkan segala sesuatu. Kerelaan dan kesediaan Paulus untuk mengikuti Yesus karena iman dan percaya akan Yesus yang memanggilnya. 1 Kemiskinan Dalam Harta Benda Kemiskinan religius berada dalam rangka mengikuti Kristus, maka yang menjadi norma adalah Yesus Kristus sendiri. Kemiskinan religious menunjuk penentuan sikap terhadap dunia dan segala kekayaannya dalam hubungan dengan Kerajaan Allah yang diwartakan dan dihadirkan oleh Yesus Kristus Ladjar, 1983: 46. Kemiskinan religius selalu dilihat dalam rangka tuntutan umum untuk mengikuti Kristus. Kristus yang memanggil dan menangkap manusia untuk mengikuti- Nya adalah Kristus yang sendiri ―tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala- Nya‖ Mat 8:20. Ia tidak menganggap kesetaraannya dengan Allah ―sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia‖ Flp 2:6-7. Untuk menjadi murid Kristus kita dituntut untuk meninggalkan segala harta milik demi kerajaan Allah. Kerajaan Allah dibandingkan-Nya dengan harta yang tersembunyi di ladang dan dengan intan yang berharga. Nilainya mengatasi segala-galanya, sehingga untuk memperolehnya orang harus mempertaruhkan segalanya yang dimilikinya Mat 13:44-46. Para Rasul juga meninggalkan segala harta miliknya demi untuk menjadi murid-Nya Mrk 10: 28. Yang mau diwujudkan dalam kemiskinan oleh para Rasul adalah suatu dasar tuntutan Kerajaan Allah yang lebih dalam, Yaitu tuntutan untuk ―mencari dahulu Kerajaan Allah dan yang lain akan diberikan‖ Mat 6:24-34. Mahatma 2013:40, menjelaskan bahwa kemiskinan tidak sama dengan menolak hak milik namun menyediakan segala sesuatu yang dimiliki seperti barang, tenaga, waktu untuk orang lain. Dalam kerangka ini, barang-barang material dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mengabdi pada Tuhan dan sesama, dan bukan demi memuaskan hasrat dan hobi pribadi. Di dalam kehidupan kaum religius, Suparno 2004:37-38 mengingatkan penjabaran beberapa aturan pokok dari penghayatan kaul kemiskinan yang menyangkut harta benda antara lain: a Semua uang dan harta yang diperoleh atau diterima oleh anggota dari luar harus diserahkan kepada tarekat atau komunitas.