BAB II PENGHAYATAN KAUL KEMISKINAN
DALAM PERSAUDARAAN KONGREGASI MASF
Sebagai religius tentunya memiliki syarat dan peraturan yang dibuat untuk dijalani dan ditaati bersama dalam kongregasi seperti kaul-kaul kebiaraan yang
mampu menciptakan dan membangun suasana persaudaraan dalam hidup bersama. Dalam bab II ini akan diuraikan berkaitan dengan dua dimensi yang
diteliti yakni Penghayatan Kaul Kemiskinan dan Persaudaraan.
A. Kaul Kemiskinan
Penghayatan kaul kemiskinan terdiri dari dua unsur yakni penghayatan dan kaul kemiskinan yang mempunyai pengertian masing-masing. Oleh sebab itu
kedua unsur ini akan diulas secara tersendiri sehingga membantu kita untuk memahami tentang penghayatan kaul kemiskinan secara mendalam.
1. Pengertian Kaul Kemiskinan
Menurut Darminta 1981: 42, kaul kemiskinan berarti ikut ambil bagian dalam menegakkan Kerajaan Surga dengan memerangi keadaan manusia yang
tidak manusiawi. Ketika Yesus memanggil para murid, Dia menghendaki para murid untuk meninggalkan segala milik mereka, tidak supaya mereka menjadi
miskin, seolah-olah kemiskinan itu suatu yang bernilai pada dirinya, tetapi supaya
mereka mempunyai kepercayaan yang kuat dan berakar, total hanya kepada Tuhan. Mengikuti Kristus yang miskin merupakan bentuk konkret dari
kepercayaan yang absolut dan total, yang diharapkan dimiliki oleh para murid kepada Bapa di surga, dalam ikut ambil bagian misteri salib Kristus, dan dalam
kesetiaan kepada tindakan Roh Kudus. Dalam Hukum Kanonik bdk Kan 600, tentang kaul kemiskinan ini
ditegaskan beberapa hal penting yang perlu dicamkan baik-baik oleh mereka yang mengucapkannya:
1 Motivasi kaul kemiskinan adalah mau mengikuti jejak Kristus, yang meskipun kaya namun bersedia menjadi miskin demi keselamatan umat
manusia bdk 2 Kor 8:9. 2 Kaul kemiskinan mewajibkan untuk hidup miskin baik dalam kenyataan
maupun dalam semangat bdk Mat 5:3; 19:21. 3 Kaul kemiskinan mewajibkan untuk bekerja dalam kesederhanaan, dengan
menjauhkan diri dari kekayaan duniawi bdk Mat 6:19-21. 4 Kaul kemiskinan membawa serta ketergantungan dan keterbatasan dalam hal
penggunaan serta penentuan harta benda bdk Luk 12:13-21; Yak 1:19-11.
a. Kemiskinan Injili
Ladjar 1983:44 mengatakan bahwa Kemiskinan Injili yang ditawarkan oleh Yesus sulit untuk dipahami dan dimengerti makna dan nilainya. Makna dan
nilai disini dijalankan sebagai ungkapan iman terhadap Allah, karena Allah sendiri merupakan satu-satunya tempat tumpuan harapan seseorang. Iman yang dimiliki