Singkatan Dokumen Resmi Gereja
bagaimana dia mampu menjalin relasi dengan orang-orang yang berada di sekitarnya dalam arti bahwa kemiskinan harus nampak dalam semangat
pelayanan. Dan kaul kemiskinan berarti orang menyanggupi diri untuk bekerja agar dapat hidup secara wajar, namun dalam kelebihan maupun dalam kekurangan
yang dialami dia sanggup untuk terlibat pada hidup orang lain secara pribadi lewat harta benda yang ada padanya.
Kemiskinan bukan merupakan tujuan, tetapi merupakan sarana untuk menangkap hadirat Allah dan menyampaikan hadirat Allah itu kepada sesama.
Dengan kata lain kemiskinan mengajak untuk memahami bahwa apapun yang dimiliki dan dapat dicapai, itu merupakan ungkapan panggilan Tuhan. Maka
diharapkan untuk menggunakan menurut kepentingan dan kebutuhan masing- masing orang guna mencapai Allah, sekaligus untuk menyampaikan hadirat Allah
kepada orang lain. Dalam pedoman hidup suster Misi dan Adorasi dari Santa Familia dikatakan bahwa cara hidup kita harus jelas bahwa yang terutama
mengarahkan perhatian kepada kerajaan Allah, sebagai peziarah kita menaruh harapan pada-Nya dalam perjalanan menuju kepada Dia dan tidak mengandalkan
harta milik manapun juga Konst. 27. Hidup miskin atau sederhana tidak berarti menolak barang-barang duniawi
atau bersikap acuh tak acuh terhadap harta benda dan uang. Dengan hidup miskin atau sederhana, orang tetap memberi tempat kepada barang-barang duniawi,
namun tidak mengikat diri pada barang-barang duniawi tersebut. Dengan bersikap lepas bebas terhadap harta benda dan uang, orang menyatakan nilai relatif dari
harta benda dan uang, yang sering menghalangi orang untuk mengabdi Allah
dengan sepenuh hati Mat 6:19-24. Terhadap barang-barang duniawi, para religius harus bersikap lepas bebas. Mereka harus senantiasa mawas diri, supaya
tidak terjerat dan terikat oleh kenikmatan barang-barang duniawi. Sejauh diperlukan untuk hidup dan karya, barang-barang duniawi boleh saja
dimanfaatkan oleh para religius. Tetapi barang-barang duniawi yang merupakan ―kebutuhan‖ hidup atau ―keperluan‖ karya ini tidak boleh lantas menjadi
―keharusan‖ yang dituntut oleh mereka. Jika sudah tersedia, jangan dituntut. Dalam hal ini, para religius harus berprinsip sama seperti rasul Paulus, yaitu:
―asal ada makanan dan pakain, cukuplah‖1 Tim 6:8. Dari pengalaman yang ada maka penulis sebagai anggota Kongregasi
merasa prihatin terhadap situasi yang ada sehingga tergerak untuk menyumbangkan gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi Kongregasi untuk
mampu menghayati hidup dalam persaudaraan, oleh sebab itu penulis tertarik untuk menulis judul sebagai berikut: PENGARUH PENGHAYATAN KAUL
KEMISKINAN TERHADAP PERSAUDARAAN SUSTER-SUSTER MISI DAN ADORASI DARI SANTA FAMILIA DI INDONESIA.