di situlah ada kedamaian. Oleh karena itu, kita ingin saling meneguhkan dalam harapan Konst. No.11.
Jadi hubungan Yesus dan Maria dan Yusuf dijadikan sebagai teladan dan menekankan pada semangat kekeluargaan, kesederhanaan, keterbukaan,
mengarahkan hati pada kehendak Allah Bapa dalam doa dan perutusan dan terlibat dalam gerak langkah dunia dan tanda-tanda zaman.
3. Penghayatan Persaudaraan Dalam Gereja
Persaudaraan menjadi salah satu ajaran yang diajarkan Gereja kepada setiap manusia di dunia ini. Gereja itu di dalam Kristus bagaikan sakramen, yakni
tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia LG, 1. Dengan persaudaraan antara sesama, maka akan terciptalah
perdamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan kita. Kita sebagai Gereja umat Allah sudah sepantasnya menjadi pelopor untuk menciptakan persaudaraan
dengan siapa saja, tanpa melihat agama, budaya dan status sosial seseorang. Bagi Yesus semua orang sama. Dalam persaudaraan kita perlu saling
melayani, saling membasuh kaki seperti yang telah dilakukan oleh Yesus kepada kedua belas murid-Nya Yoh 13:14:15. Hal ini akan terwujud apabila kita bisa
menghargai yang lain; melayani dalam persaudaraan, menerima kelebihan dan kekurangan sesama. Persaudaraan akan mendukung hidup bersama tugas
pelayanan, hidup doa dan hidup karya. Kaum religius yang hidup dalam suatu komunitas, dipanggil untuk
membangun komunitas persaudaraan. Perbedaan antara satu dengan yang lain,
bukan lagi menjadi penghalang dalam persaudaraan. Dasar persaudaraan kita di Tarekat adalah bahwa kita yang berbeda-beda ini sama-sama dipanggil Tuhan
Yesus yang sama Mrk 3:13-19. Suparno Rohani 2005:37 menegaskan: ―kesadaran kita masing-masing dipanggil Tuhan dan disatukan oleh Tuhan
dalam tarekat yang sama itulah menyatukan kita. jadi bukan karena kita mempunyai kesamaan bakat, sifat atau tindakan. Hubungan pribadi dengan
Yesuslah yang menjadi pemersatu persaudaraan kita. Maka bila dalam hidup bersama di tarekat kita menginginkan semua orang sama seperti
kita, atau menilai semua orang dengan ukuran kita sendiri, jelas tidak tepat
bahkan dapat salah‖.
Dengan demikian kita disatukan oleh karena panggilan Tuhan kepada kita masing-masing, selain itu kesatuan spritualitas Tarekat yang kita hayati juga
mendukung untuk terciptanya persaudaraan. Kita berbeda-beda tetapi dengan kemauan dan kesediaan kita bekerjasama untuk mengembangkan Kongregasi dan
melaksanakan tugas perutusan bersama.
4. Persaudaraan Dalam Perbedaan
Penerimaan perbedaan dan kekhasan dari masing-masing akan menciptakan persaudaraan yang lebih mendalam dan kuat dalam Kongregasi.
Dengan mau menerima perbedaan yang ada akan menjadi mudah dari pada memaksa mereka untuk bisa seperti kita. Karena kita tidak akan bisa mengubah
pribadi orang lain menjadi seperti kita. Menurut Suparno 2005:38-39, cara-cara yang lebih mudah untuk
menerima teman yang berbeda dalam Kongregasi adalah: 1 Menyadari bahwa teman-teman kita adalah ciptaan Tuhan yang unik, yang
baik dan berharga.
2 Berusaha selalu mencoba melihat segi positif dari teman-teman kita dan mencoba menghentikan mencari yang negatif.
3 Bayangkan seandainya di Kongregasi semua orang persis sama seperti kita. Kita akan mudah bosan karena dimana-mana ketemu orang yang sama seperti
kita. 4 Perlu belajar menyadari bahwa diri kita tidak selalu sempurna. Bahkan kita
dapat menyadari bahwa kita banyak tidak sempurna. 5 Perlu sering merefleksikan hidup kita bersama bahwa kita tidak dapat hidup
sendiri. Berdasarkan beberapa cara mengenai penerimaan teman yang berbeda
dalam Kongregasi dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa penerimaan teman yang berbeda adalah sebuah proses yang terus menerus disadari dan selalu
diusahakan dalam kehidupan kita setiap saat sebagai anggota Kongregasi itu sendiri. Kita adalah makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa
orang lain. Perbedaan yang ada bukan menjadi sesuatu yang menghambat kita dalam
hidup bersama dengan teman, melainkan menjadi suatu kesempatan yang baik untuk banyak belajar satu sama lain. Perbedaan memberi kekayaan untuk semakin
menghargai dan menghormati sesama. Komunitas religius sebenarnya sebuah persaudaran dalam Kristus.
Persaudaraan itu mewujudkan diri dalam kasih kristiani. Kasih itu pada pokoknya searah, sejurusan saja dan tidak timbal balik. Kepentingan saudara dalam Kristus
selalu diutamakan, entah ada balasan atau tidak. Kalau persaudaraan itu berhasil
dihayati, maka semua anggota dapat mengatasi dan melampaui segala ikatan wajar dan alamiah yang barangkali menghalangi persaudaraan dalam Yesus
Kristus Groenen, 1982: 296-2970
C. Kemiskinan Demi Dan Dalam Persaudaraan
1. Harta Milik Allah
Harta yang dimiliki oleh kaum religius diharapkan menjadi dasar untuk lebih memuliakan Tuhan, dengan kesediaannya untuk masuk dalam Kongregasi
yang telah dipilihnya tentunya memiliki ketentuan-ketentuan dalam hal penggunaan harta yang diperolehnya. Sesuai dengan aturan-aturan dalam
Kongregasi bahwa apa yang dimiliki oleh anggota Kongregasi akan mutlak menjadi milik Kongregasi, sebagaimana yang telah dibuat dalam surat wasiat
masing-masing anggota. Menyadari bahwa harta miliki Allah maka kaum religius dengan iklas hati
untuk memilih dan memutuskan lepas dari harta benda, dan harta benda tersebut diserahkan kepada Kongregasi sebagai bentuk solidaritas dengan semua orang,
seperti yang tertulis dalam konstitusi MASF berikut ini sebagai kongregasi Misi, kita mempunyai tugas lebih dari yang lain, yakni menjadi lebih solider dengan
semua orang di dunia, dengan mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan. Oleh karena itu, kita harus hidup sederhana serta membatasi
keinginan-keinginan k ita‖. Konst. 2008:112.
Solider dengan semua orang di dunia, terlebih mereka yang miskin sebagai bentuk nyata dari pelayanan kaum religius, mereka perlu diperhatikan karena
mereka sungguh-sungguh membutuhkan bantuan dari kita. Membantu orang
miskin berarti kita telah mengambil bagian dari tugas Yesus yakni meringankan beban sesama yang menderita.
Menurut Darminta 2012:04, dalam hal harta benda dan kebutuhan hidup, Gereja selalu membatasi diri pada menunjukkan secara umum prinsip dasar yang
harus dianut, dan perlunya setiap orang atau kelompok mengadakan penegasan dan pilihan sendiri sesuai dengan makna, tempat dan peran. Oleh sebab itu kaum
religius menjadi pribadi yang tegas dan tahu dalam penggunaan harta benda yang ada, artinya bahwa harta benda sebagai suatu sarana yang mendukung dalam tugas
pelayanan.
2. Harta Untuk Kesejahteraan Bersama
Dalam Kongregasi MASF, masing-masing anggota diharapkan untuk bisa membantu kehidupan anggota lain yang ada dalam Komunitas, sehingga apapun
bentuk harta yang diperoleh baik berupa barang maupun gaji akan menjadi milik bersama. Sebagai Kongregasi yang menimba semangat persaudaraan keluarga
kudus sudah menjadi suatu keharusan untuk menekankan kebersamaan dan persaudaraan dalam hidup bersama. Demikianlah semua anggota Kongregasi
sebagaimana terdapat dalam aturan hidup Konst.110 yang menegaskan: ―sebagai anggota persekutuan yang diinspirasi oleh semangat injil, kita
mau solider dalam segala hal. Titik tolak dan tolok ukur untuk itu adalah perhatian sungguh untuk semua anggota kongregasi, semua orang maupun
dengan siapa dan untuk siap kita bekerja. Oleh karena itu, kita ingin
membagi harta rohani maupun harta material dengan sesama‖.
Solider dengan sesama merupakan sikap baik yang perlu dipertahankan oleh para suster MASF, terlebih kepada mereka yang membutuhkan bantuan kita,
berusaha untuk bisa menjadi berkat bagi sesama kita di manapun dan kapanpun. Hal ini berlaku untuk semua anggota MASF tanpa kecuali.
Dalam pedoman hidup suster-suster MASF Kapitel yang berkaitan dengan pengelolaan harta milik menegaskan demi terwujudnya sikap lepas bebas,
segala pemberian atau hadiah dari orang lain, sedapat mungkin diserahkan kepada Komunitas,
kecuali yang
bersangkutan memerlukannya,
hendaknya memberitahukan kepada pemimpin Komunitas 2006:15.
Darminta 2012:04, menegaskan pelepasan hak guna dan hak milik dalam kaul berarti menyerahkan harta dan kekayaan supaya digunakan demi kebaikan
bersama dan si-pelepas menempatkan diri sebagai penerima jasa kebaikan bersama. Oleh sebab itu pentingnya kerja sama dan saling mendukung dalam
hidup bersama, khususnya dalam hal harta benda. Kerelaan dan keikhlasan sangat diperlukan dari setiap anggota. Aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam
Kongregasi juga membantu untuk secara lebih baik memahami tentang pelepasan harta benda demi kesejahteraan bersama sebagai anggota Kongregasi MASF.
3. Penghayatan Kemiskinan Melawan Keserakahan Pemborosan
Penghayatan kaul kemiskinan mengharapkan kaum religius untuk berani mengambil sikap dalam kehidupannya, dengan berpegang pada Yesus sebagai
nilai tertinggi dalam hidup, sehingga harta benda dan hal-hal lain menjadi sesuatu yang relatif. Semuanya menjadi sampah, sewaktu aku sudah mengenal Kristus
Flp 3: 8. Dalam hal ini harta benda bukan lagi menjadi prioritas kita melainkan sebagai sarana untuk membantu kita semakin bersatu dengan Kristus. Darminta
1997:61, mengatakan melepaskan diri dari perbudakan dorongan pemilikan barang dan uang sebagai tanda kualitas hidup baik dan terhormat itulah
perjuangan rohani serta moral orang zaman sekarang. Menurut Suparno 2011:106-109 beberapa cara menanggapi tawaran
zaman yang makin menarik dan enak, sehingga hidup kita tetap sederhana diantaranya adalah:
a. Kembangkan semangat ugahari. Semangat ugahari adalah semangat untuk tidak mencari pemenuhan nafsu atau keinginan kita. Kita tidak menggunakan
―aji mumpung‖ menggunakan kesempatan. Kita berusaha membatasi diri, berusaha untuk bersikap seimbang. Meskipun kita ingin makan sepuas-
puasnya, dan makanan begitu banyak, kita mengambil sebagian saja. Meskipun kita ingin tidur sepuas-puasnya, kita tetap bangun jam 5 pagi,
karena mau berdoa bersama. b. Berani bilang cukup.
Kita belajar untuk bilang ―cukup‖ dengan diri kita. Kita berusaha untuk tidak menambah macam-macam hal bagi hidup kita, tetapi
berani bilang sudah cukup. Meskipun ditawari makanan yang enak dan banyak, hanya mengambil seperlunya, secukupnya saja; sehingga tidak sakit
perut. Meskipun ditawari barang mewah, tetapi berani bilang cukup dan tidak menerima barang itu,
c. Lepas bebas. Dengan lepas bebas, kita belajar untuk tidak terikat pada suatu barang atau hal dalam hidup kita ini. Semua barang dan hal-hal lain adalah
sarana saja dalam hidup kita, maka kita gunakan sejauh membantu tujuan hidup kita yaitu hidup dalam biara, menyerahkan diri kepada Yesus.
d. Sering merenungkan hidup Yesus. Kita dapat menjadi tetap sederhana dalam tawaran zaman ini, kalau kita mau terus belajar dari Yesus yang sederhana
dalam hidup-Nya. Semakin kita menyatukan diri dengan semangat dan cara hidup-Nya, kita akan dibantu untuk dengan gembira hidup sederhana.
e. Solidaritas dengan orang miskin. Dan lingkungan kecil. Dengan lebih sering memperhatikan hidup orang miskin dan kelompok sederhana., kita akan
terbantu untuk mengembangkan semangat sederhana. Maka kepekaan terhadap orang kecil dan miskin perlu dikembangkan sehingga kita minimal
dapat ditarik untuk lebih sederhana. f.
Memisahkan antara tujuan dan sarana. Kita perlu lebih dulu menentukan tujuan dan baru menentukan sarana yang dibutuhkan. Dengan lebih ketat
dalam menentukan tujuan dan sarana, kita akan mengurangi pemborosan entah tenaga, energi, uang, dan juga pribadi.
g. Tidak memboroskan harta, uang, energi. Hidup sederhana juga dapat diungkapkan dengan semangat tidak memboroskan harta, barang, uang atau
milik Kongregasi. Kita menggunakan semua barang itu secara bertanggung jawab.
h. Kebiasaan kerja keras seperti orang miskin. Orang miskin kalau ingin makan harus bekerja giat. Maka, sederhana perlu kita wujudkan dengan sikap rela
bekerja keras seperti orang miskin. Tidak membuang-buang waktu tanpa hasil.
Berdasarkan beberapa cara menanggapi tawaran untuk membuat hidup tetap sederhana, dapat ditarik kesimpulan bahwa tawaran-tawaran menarik zaman
sekarang akan mampu kita kendalikan sejauh kita berani mengatakan cukup terhadap diri kita, belajar untuk lepas bebas, mau solider dengan orang miskin
dan yang tidak kalah pentingnya adalah selalu merenungkan hidup Yesus. Dengan demikian kita akan tetap gembira dalam mengikuti panggilan Tuhan dalam hidup
membiara.
4. Gaya Hidup Komunitas Persaudaraan
Gaya hidup bersama dalam rumah religius tentunya berbeda dari masing- masing Kongregasi. Gaya hidup religius sudah memiliki ketentuan dan peraturan
yang dibuat berdasarkan kesepakatan bersama sebagai anggota dalam sebuah Kongregasi. Rumah religius juga memiliki patokan yang berbeda-beda menurut
keadaan dan kebutuhan dari macam-macam Kongregasi. Sebagai para suster MASF yang yang terinspirasi dari keluarga kudus maka sangat diharapkan untuk
saling menghargai dalam kebinekaan, seperti diuraikan berikut ini: ―untuk memajukan persatuan, kita menghargai kemacamragaman kita.
demikian untuk Kongregasi yang kecil dapat diterapkan apa yang dikatakan tentang Gereja, dengan berpegang teguh pada kebenaran di
dalam kasih kita bertumbuh dalam segalanya ke arah Dia, Kristus yang adalah kepala, dari pada-Nyalah seluruh tubuh rapi tersusun dan diikat
menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan
tiap anggota
menerima pertumbuhan
dirinya dalam
kasih‖Konst.2008:38.
Penting untuk menghargai kemacamragaman yang ada diantara kita sebagai kaum religius. Kita juga diharapkan untuk saling membantu dan
menguatkan. Pengalaman hidup jemaat perdana, yang saling membantu satu sama