Delay Throughput Pengukuran di tempat tanpa interferensi dari access point lain

Jika dilihat dari hasil analisa dan grafik dari ketiga parameter, yaitu delay, throughput, packet loss pada pengukuran data UDP kedua access point cukup baik kinerja jaringannya. Hanya saja kondisi lingkungan dan jumlah client sangat berpengaruh nantinnya kepada jumlah throughput yang didapatkan guna membuat kinerja jaringan lebih optimal.

4.2.4 Pengukuran di tempat tanpa interferensi dari access point lain

Skenario terakhir berikut ini adalah skenario pembanding. Dimana di dalam penelitian ini berfokus pada tempat dengan banyak interferensi, maka skenario terakhir ini sebagai gambaran pengukuran jika dilakukan di tempat yang tanpa ada interferensi dari access point lain, sehingga dapat dibandingkan seberapa besar interferensi jaringan wireless dapat mempengaruhi kehandalan dari kinerja jaringan itu sendiri.

4.2.4.1 Delay

Tabel D. 14: Delay steril Delay ms REAL ACCESS POINT VIRTUAL ACCESS POINT Pengujian1 4.09 4.85 Pengujian2 4.63 2.33 Pengujian3 3.87 6.4 Pengujian4 3.9 3.02 Pengujian5 4.4 5.51 Gambar D. 20: Grafik delay steril Skenario berikut pengukuran yang dilakukan di tempat tanpa interferensi. Untuk skenario pertama dilakukan pengukuran delay dari sisi client, dimana masing – masing access point memiliki 10 client yang melakukan traffic TCP dan aktifitas lainnya seperti browsing, email, buffer dan download bersamaan secara random. Yang nantinya akan di capture untuk dihitung jumlah delay yang terjadi pada masing – masing access point. Dari grafik delay diatas, terlihat jumlah delay yang terjadi di kedua access point relative kecil dan selisih antara Real Access Point dan Virtual Access Point pun terpaut tidak terlalu jauh. Untuk pengukuran pertama selisih antara Real Access Point dan Virtual Access Point hanya 0.76ms, pengukuran kedua selisih 2.3ms, pengukuran ketiga selisih 2.53ms, pengukuran keempat 0.88ms, dan pada pengukuran kelima selisihnya 1.11ms. Dimana dari kelima D e la y m s pengukuran kedua access point memiliki rata – rata jumlah delay dibawah 7ms, yang itu berarti delay yang terjadi sangat kecil dan sangat baik untuk kinerja jaringan lebih optimal.

4.2.4.2 Throughput

Tabel D. 15: Throughput steril Throughput bytes REAL ACCESS POINT VIRTUAL ACCESS POINT Pengujian1 163,287.19 148,512.09 Pengujian2 159,733.02 211,873.40 Pengujian3 171,669.47 117,201.80 Pengujian4 168,354.12 180,761.46 Pengujian5 155,926.80 152,991.50 Gambar D. 21: Grafik throughput steril T hr oughput b y te s Berbanding terbalik dengan jumlah delay yang kecil, maka jumlah throughput yang didapat sudah pasti akan menjadi lebih besar. Dari lima kali pengukuran, kelimanya rata – rata memiliki jumlah throughput yang berada diatas 100,000bytes untuk kedua access point. Untuk Real Access Point sendiri jumlah throughput yang didapat lebih stabil. Jumlah throughput yang paling rendah adalah 155,926bytes, sementara yang tertinggi 171,669bytes. Untuk Virtual Access Point terjadi jumlah throughput yang tidak stabil setiap kali dilakukan pengukuran. Dengan jumlah throughput terendah pada pengukuran ketiga yaitu 117,201bytes dan tertinggi yang didapat adalah 211,873bytes. Dimana semakin besar throughput yang didapat maka semakin baik juga kinerja jaringan yang dihasilkan. Dengan demikian, dari skenario ini dapat disimpulkan bahwa kinerja jaringan untuk kedua access point di tempat tanpa interferensi ini sangat baik, karena dari hasil pengukuran,delay yang terjadi sangat kecil dan juga throughput yang didapat cukup besar.

4.2.5 Pengukuran untuk paket UDP di tempat tanpa interferensi dari access point lain