Analisa kinerja jaringan pada internet connection sharing menggunakan virtual access point dan real access point.

(1)

i

Analisa Kinerja Jaringan pada Internet Connection

Sharing menggunakan Virtual Access Point dan Real

Access Point

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Informatika

Oleh:

SAMUEL ALEXANDER ENDARSA 085314028

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

ii

NETWORK PERFORMANCE ANALYSIS FOR INTERNET CONNECTION SHARING USING VIRTUAL ACCESS POINT AND

REAL ACCESS POINT

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of The Requirements to Obtain The Sarjana Komputer Degree in Informatics Engineering Study Program

By :

SAMUEL ALEXANDER ENDARSA NIM : 085314028

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA


(3)

iii


(4)

iv


(5)

v

MOTTO

“ When you want something, all the universe conspires in helping you

to achieve it. Paulo Coelho. ”


(6)

vi


(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS


(8)

viii

ABSTRAK

Access Point adalah sebuah perangkat jaringan yang berisi sebuah transceiver dan antenna untuk mentransmisikan data dan menerima sinyal. Jaringan ini bersifat infrastruktur, dimana jaringan ini membutuhkan perangkat lain sebagai perantara ataupun juga membantu kinerjanya. Access point berfungsi untuk melakukan internet connection sharing.

Penulis menguji perbandingan kinerja dari real access point dan virtual access point. Parameter yang diukur antara lain adalah delay, throughput, dan packet loss. Parameter delay dan throughput digunakan pada pengujian menggunakan trafik paket data TCP, sementara parameter packet loss pada paket data UDP.

Dari hasil pengujian menunjukkan kinerja virtual access point lebih baik secara angka statistiknya namun cenderung tidak stabil kinerjanya jika dibandingkan dengan kinerja real access point yang lebih kecil angka statistiknya namun cenderung lebih stabil kinerjanya. Hal tersebut bisa saja dipengaruhi beberapa faktor seperti lingkungan, perangkat yang digunakan, seberapa baik jaringan, data trafik yang digunakan dalam pengujian dan lain - lain. Namun dalam kesimpulan penulis lebih menyarankan untuk menggunakan real access point dibandingkan dengan virtual access point.

Kata kunci : Access Point, Real Access Point, Virtual Access Point, Internet Connection Sharing, delay, packet loss, dan throughput.


(9)

ix

ABSTRACT

Access Point is a network device that contains a transceiver and antenna for transmitting and receiving the data signals. These networks are infrastructure, where a network is needed as an intermediary or other device also helps performance. The access point serves to do internet connection sharing.

Authors examine the performance comparison of real and virtual access point access point. Parameters measured include delay, throughput, and packet loss. Delay and throughput parameters used in the testing of data packets using TCP traffic, while packet loss parameters on UDP data packets.

From the test results show the performance of the virtual access point better in the statistics, but tends to be unstable performance when compared to the performance of the real access point is smaller but the statistics tend to be more stable performance. It could have been influenced by several factors such as the environment, the device used, how well the network, the data traffic used in the testing and others - others. But in conclusion the authors suggest to use more real than virtual access point access point.

Keywords : Access Point, Real Access Point, Virtual Access Point, Internet Connection Sharing, delay, packet loss, dan throughput.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan anugerah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Ahkir “ Analisa Kinerja Jaringan Pada Internet Connection Sharing

Menggunakan Virtual Access Point dan Real Access Point ” ini dengan baik.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan, saran dan motivasi dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah membimbing dan menyertai penulis dan mencurahkan berkat dan anugerah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ahkir ini.

2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika.

4. Bapak Iwan Binanto M.Cs selaku dosen pembimbing tugas akhir dari penulis.

5. Orangtua, kakak, adik, dan keluarga besar dari penulis yang telah memberi dukungan doa, materi, serta semangat. Tanpa semua itu penulis tidak akan memperoleh kesempatan untuk menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi dan akhirnya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

6. Terima kasih untuk Rafela Agatha Christy yang selalu sabar mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Teman-teman dari penulis di Teknik Informatika angkatan 2008 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang sedikit – banyak telah membantu penulis.


(11)

xi

8. Untuk teman – teman PMK Apostolos yang selalu ada menemani dalam suka dan duka.

9. Teman-teman kos Krisna, Daniel Antonius, Martinus Mai, dan Johanes Nataka yang selalu menghibur sekaligus lawan bermain futsal.

Akhir kata, penulis berharap tugas ahkir ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis juga meminta maaf kepada semua pihak bila ada kesalahan atau hal-hal yang kurang berkenan. Semoga Tuhan memberkati, amin.

Yogyakarta, 4 Mei 2013 Penulis


(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1


(13)

xiii

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Batasan Masalah ... 3

1.6 Metode Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II ... 6

LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Jaringan Komputer ... 6

2.1.1 Local Area Network (LAN) ... 16

2.1.2 Wireless Fidelity (WiFi) ... 17

2.1.3 Mode Jaringan WLAN ... 18

2.1.5 Internet Connection Sharing ... 19

2.1.6 Ethernet ... 21

2.1.7 Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) ... 23

2.1.8 Network Address Translation (NAT) ... 24

2.1.9 Access Point ... 28


(14)

xiv

2.2 Linux Ubuntu 11.04 ... 34

2.3 Wireshark ... 36

BAB III... 39

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 39

3.1 Identifikasi ... 39

3.2 Spesifikasi Alat ... 39

3.2.1 Hardware ... 39

3.2.2 Software ... 43

3.3 Penentuan Desain Jaringan ... 44

BAB IV ... 52

IMPLEMENTASI DAN ANALISA ... 52

4.1 Konfigurasi Access Point ... 52

4.1.1 Konfigurasi Virtual Access Point ... 52

4.1.2 Konfigurasi Real Access Point ... 54

4.2 Analisa dan Pengujian ... 55

4.2.1 Pengujian secara acak atau random... 59


(15)

xv

4.2.3 Pengukuran untuk paket UDP ... 74

4.2.4 Pengukuran di tempat tanpa interferensi dari access point lain ... 79

4.2.5 Pengukuran untuk paket UDP di tempat tanpa interferensi dari access point lain... 83

BAB V ... 88

KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

5.1 Kesimpulan ... 88


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel B. 1: Tabel spesifikasi WiFi IEEE 802.11 ... 18

Tabel B. 2: Kebutuhan aplikasi terhadap parameter perfoma jaringan ... 33

Tabel C. 1: Spesifikasi Aspire 2930 ... 40

Tabel C. 2: Spesifikasi Linksys Router wrt320n ... 42

Tabel D. 1: Delay saat browsing ... 60

Tabel D. 2: Throughput saat browsing ... 62

Tabel D. 3: Delay saat email ... 63

Tabel D. 4: Throughput saat akses email ... 64

Tabel D. 5: Delay saat buffer ... 66

Tabel D. 6: Throughput saat buffer ... 67

Tabel D. 7: Delay download... 68

Tabel D. 8: Throughput saat download ... 69

Tabel D. 9: Delay di situs yang sama ... 71

Tabel D. 10: Throughput di situs yang sama... 72

Tabel D. 11: Delay UDP ... 74


(17)

xvii

Tabel D. 13: Packet Loss UDP ... 77

Tabel D. 14: Delay steril ... 79

Tabel D. 15: Throughput steril ... 81

Tabel D. 16: Delay UDP steril ... 83

Tabel D. 17: Throughput UDP steril ... 84


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar B. 1: 7 lapisan komunikasi data (OSI layer) dan TCP/IP ... 6

Gambar B. 2: Proses enkapsulasi data (Forouzan, 2001) ... 10

Gambar B. 3: Format IP datagram (Kurose, 2000) ... 13

Gambar B. 4: Static NAT ... 25

Gambar B. 5: Dynamic NAT... 25

Gambar B. 6: Overloading NAT ... 26

Gambar C. 1: Spesifikasi Intel WiFi Link 5100 series ... 41

Gambar C. 2: Linksys wrt320n router ... 43

Gambar C. 4: Topologi Virtual Access Point... 45

Gambar C. 5: Topologi Real Access Point ... 47

Gambar D. 1: Capture Konfigurasi Wireless Ubuntu 11.04 ... 53

Gambar D. 2: Capture Konfigurasi SSID ... 54

Gambar D. 3: Capture Konfigurasi Linksys Router ... 55

Gambar D. 4: Capture paket di wireshark ... 57

Gambar D. 5: Tampilan summary dari wireshark ... 58


(19)

xix

Gambar D. 7: Grafik delay saat browsing ... 61

Gambar D. 8: Grafik Throughput saat browsing ... 62

Gambar D. 9: Grafik delay saat email ... 63

Gambar D. 10: Throughput saat akses email ... 65

Gambar D. 11: Grafik delay buffer ... 66

Gambar D. 12: Grafik throughput saat buffer ... 67

Gambar D. 13: Grafik delay download ... 68

Gambar D. 14: grafik throughput download ... 70

Gambar D. 15: Grafik delay di situs yang sama ... 71

Gambar D. 16: Throughput di situs yang sama ... 73

Gambar D. 17: Grafik delay UDP ... 75

Gambar D. 18: Grafik Throughput UDP ... 76

Gambar D. 19: Grafik packet loss UDP ... 78

Gambar D. 20: Grafik delay steril ... 80

Gambar D. 21: Grafik throughput steril ... 81

Gambar D. 22: Grafik delay UDP steril ... 83


(20)

xx


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengguna akses internet pada masa sekarang sangat tinggi. Berdasarkan data dari Internet World Stats (Nielsen, 2012), kebutuhan internet sangat tinggi dikalangan masyarakat saat ini, digunakan untuk sekedar mencari informasi, pekerjaan, hingga sosialisasi. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan internet, maka berkembang pulalah sarana penunjangnya. Salah satunya adalah dengan adanya jaringan tanpa kabel (wireless network).

Wireless LAN (WLAN) adalah jaringan komputer yang menggunakan frekuensi radio dan infrared sebagai media trasmisi data. WLAN berfungsi untuk mengirim dan menerima sinyal radio dari satu point ke point lain dalam jaringan. Selain itu, kita juga dapat menggunakan teknologi WLAN ini untuk melakukan internet connection sharing. Internet connection sharing itu sendiri membutuhkan sebuah access point sebagai media perantara ke jaringan internet. Access point umumnya berupa perangkat keras yang pada makalah ini disebut dengan Real Access Point. Selain itu, ada juga perangkat yang disebut dengan Virtual Access Point (Melville, 2004). Perangkat tersebut merupakan perangkat pengganti real access point dengan menggunakan media


(22)

perantara sebuah laptop yang telah dilengkapi dengan perangkat wireless. Virtual access point ini memiliki fungsi yang sama dengan real access point, tetapi untuk virtual access point tidak memerlukan perangkat real access point. Virtual access point dapat di manfaatkan untuk kepentingan penelitian, simulasi dan edukasi. Namun sampai saat ini, sepengetahuan penulis belum ada penelitian yang membandingkan antara kinerja jaringan computer menggunakan virtual access point dengan real access point.

Kinerja jaringan komputer memiliki beberapa parameter yaitu throughput, packet loss, packet drop, delay, jitter, bandwidth dan transmission error. Delay dan throughput merupakan 2 faktor yang mempengaruhi penghitungan kinerja jaringan (Forouzan, 2007). Sementara packet loss mempengaruhi kinerja jaringan secara langsung, karena jika nilai packet loss suatu jaringan besar, dapat dikatakan kinerja jaringan tersebut buruk. Maka dari itu, penulis tertarik untuk menganalisa perbandingan kinerja dari real access point dan virtual access point dengan berdasarkan parameter delay, throughput dan packet loss.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja jaringan komputer pada internet connection sharing menggunakan virtual access point jika dibandingkan dengan


(23)

menggunakan real access point di ukur dari ketiga parameter yaitu delay, throughput dan packet loss.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah :

1. Mengetahui kinerja jaringan komputer untuk internet connection sharing dengan menggunakan virtual access point dan real access point.

2. Memberikan rekomendasi mana yang terbaik penggunaan access point untuk situasi dan kondisi tertentu.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pengembangan perangkat virtual access point selanjutnya. Hingga nantinya dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja virtual access point.

1.5 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dari topik ini, maka penulis memutuskan untuk memberikan batasan masalah, antara lain sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan sistem operasi Linux Ubuntu 11.04 2. Pengukuran dilakukan dengan perangkat wireless tipe 802.11b/g/n. 3. Tidak membahas tentang data sharing dan keamanan jaringan.


(24)

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penentuan desain jaringan yang akan di uji dan di analisa kinerjanya, dalam hal ini yaitu virtual access point (komputer dengan system operasi linux sebagai access point) dan yang kedua dengan real access point (menggunakan Linksys hardware sebagai access point). Oleh karena akan di bandingkan dari kedua skenario tersebut dari segi throughput, delay, dan packet loss yang terjadi.

2. Mengkonfigurasi topologi jaringan yang akan di uji dan di analisa. 3. Melakukan monitoring traffic internet yang terjadi pada masing – masing topologi jaringan.

4. Penghitungan parameter delay, throughput, dan packet loss yang telah didapatkan dari monitoring sebelumnya.

5. Analisa data dari hasil pengujian lalu dapat diambil kesimpulannya.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :


(25)

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah yang dihadapi, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Menjelaskan tentang dasar – dasar teori yang digunakan dalam melakukan analisis terhadap perilaku pengguna terhadap teknologi terkait penerimaan dan penggunaan teknologi tersebut

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Menjelaskan tentang rencana kerja, kebutuhan perangkat keras dan lunak serta topologi yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA

Menjelaskan tentang hasil pengujian kinerja jaringan Internet Connection Sharing dan hasil analisa dari kinerja jaringan tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan setelah melakukan analisa terhadap data yang masuk dan saran dari penulis.


(26)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Jaringan Komputer

Pada tahun 1970, ISO (International Standarts Organization) mengembangkan model komunikasi LAN (Local Area Network) dan memiliki standar yang disebut OSI (Open System Interconnect) yang membagi proses komunikasi menjadi 7 lapisan/layer (Forouzan, 2001). Sedangkan untuk protokol TCP/IP layer, presentation dan session tidak dipakai.


(27)

Pada Gambar B. 1 di atas terdapat 7 tingkatan layer yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda-beda, yaitu :

1. Physical Layer

Fungsi : bertanggung jawab untuk mengaktifkan dan mengatur physical interface jaringan komputer.

Contoh : hub dan repeater.

2. Datalink Layer

Fungsi : mengatur topologi jaringan, error notification dan flow control. Contoh : switch dan bridge.

3. Network Layer

Fungsi : meneruskan paket-paket data ke node-node berikutnya yang di tuju dalam suatu jaringan

Contoh : router.

4. Transport Layer

Fungsi : bertangung jawab atas keutuhan dari transmisi data. Lapisan ini sangat penting karena bertugas memisahkan lapisan tingkat atas dengan lapisan tingkat bawah. Pada lapisan ini data diubah menjadi segmen atau data stream.


(28)

Contoh : TCP, UDP

5. Session Layer

Fungsi : membuka, mengatur dan menutup suatu session antara aplikasi-aplikasi.

Contoh : OS dan penjadwalan suatu aplikasi

6. Presentation Layer

Fungsi : bertangung jawab untuk merepresentasi grafik, enkripsi, tipe data dan visual image.

Contoh : JPEG, GIF, ASCII, EBCDIC

7. Application Layer

Fungsi : memberikan sarana-sarana pelayanan pada jaringan komputer untuk aplikasi-aplikasi pemakai dan mengadakan komunikasi dari program ke program. Contoh : Telnet, HTTP, FTP, WWW Browser, SMTP Gateway / Mail Client (outlook).

Layer-layer dan protokol yang terdapat dalam arsitektur jaringan TCP/IP menggambarkan fungsi-fungsi dalam komunikasi antara dua buah komputer. Setiap lapisan menerima data dari lapisan di atas atau dibawahnya, kemudian memproses data tersebut sesuai fungsi protocol yang dimilikinya dan meneruskannya ke lapisan berikutnya. Ketika dua komputer


(29)

berkomunikasi, terjadi aliran data antara pengirim dan penerima melalui lapisan-lapisan di atas. Pada pengirim, aliran data adalah dari atas ke bawah. Data dari user maupun suatu aplikasi dikirimkan ke lapisan transport dalam bentuk paket-paket dengan panjang tertentu. Protokol menambahkan sejumlah bit pada setiap paket sebagai header yang berisi informasi mengenai urutan segmentasi untuk menjaga integritas data dan bit-bit pariti untuk deteksi dan koreksi kesalahan. Dari lapisan transport, data yang telah diberi header tersebut diteruskan ke lapisan Network / Internet. Pada lapisan ini terjadi penambahan header oleh protokol yang berisi informasi alamat tujuan, alamat pengirim dan informasi lain yang dibutuhkan untuk melakukan routing. Kemudian terjadi pengarahan routing data, yakni ke network dan interface yang mana data akan dikirimkan, jika terdapat lebih dari satu interface pada host. Pada lapisan ini juga dapat terjadi segmentasi data, karena panjang paket yang akan dikirimkan harus disesuaikan dengan kondisi media komunikasi pada network yang akan dilalui. Proses komunikasi data di atas dapat dijelaskan seperti pada gambar berikut ini :


(30)

Gambar B. 2: Proses enkapsulasi data (Forouzan, 2001)

Selanjutnya data menuju network access layer (data link) dimana data akan diolah menjadi frame-frame, menambahkan informasi keandalan dan address pada level link. Protokol pada lapisan ini menyiapkan data dalam bentuk yang paling sesuai untuk dikirimkan melalui media komunikasi tertentu. Terakhir data akan sampai pada physical layer yang akan mengirimkan data dalam bentuk besaran-besaran listrik/fisik seperti tegangan, arus, gelombang radio maupun cahaya, sesuai media yang digunakan.

Di bagian penerima, proses pengolahan data mirip seperti di atas hanya dalam urutan yang berlawanan (dari bawah ke atas). Sinyal yang diterima pada physical layer akan diubah dalam ke dalam data. Protokol akan


(31)

memeriksa integritasnya dan jika tidak ditemukan error, header yang ditambahkan akan dilepas. Selanjutnya data diteruskan ke lapisan network. Pada lapisan ini, address tujuan dari paket data yang diterima akan diperiksa. Jika address tujuan merupakan address host yang bersangkutan, maka header lapisan network akan dicopot dan data akan diteruskan ke lapisan yang di atasnya. Namun jika tidak, data akan diteruskan ke network tujuannya, sesuai dengan informasi routing yang dimiliki. Pada lapisan transport, kebenaran data akan diperiksa kembali, menggunakan informasi header yang dikirimkan oleh pengirim. Jika tidak ada kesalahan, paket-paket data yang diterima akan disusun kembali sesuai urutannya pada saat akan dikirim dan diteruskan ke lapisan aplikasi pada penerima.

Proses yang dilakukan tiap lapisan tersebut dikenal dengan istilah enkapsulasi data. Enkapsulasi ini sifatnya transparan. Maksudnya, suatu lapisan tidak perlu mengetahui ada berapa lapisan yang ada di atasnya maupun di bawahnya. Masing-masing hanya mengerjakan tugasnya. Pada pengirim, tugas ini adalah menerima data dari lapisan diatasnya, mengolah data tersebut sesuai dengan fungsi protokol, menambahkan header protokol dan meneruskan ke lapisan di bawahnya. Pada penerima, tugas ini adalah menerima data dari lapisan di bawahnya, mengolah data sesuai fungsi protokol, melepas header protokol tersebut dan meneruskan ke lapisan di atasnya.


(32)

Internet Protocol (IP) berfungsi menyampaikan paket data ke alamat yang tepat. Oleh karena itu internet protocol memegang peranan yang sangat penting dari jaringan TCP/IP. Karena semua aplikasi jaringan TCP/IP pasti bertumpu kepada internet protocol agar dapat berjalan dengan baik. IP merupakan protokol pada network layer yang bersifat :

1. Connectionless

Setiap paket data yang dikirim pada suatu saat akan melalui rute secara independen. Paket IP (datagram) akan melalui rute yang ditentukan oleh setiap router yang dilalui oleh datagram tersebut. Hal ini memungkinkan keseluruhan datagram tiba di tempat tujuan dalam urutan yang berbeda karena menempuh rute yang berbeda.

2. Unreliable

Protokol internet tidak menjamin datagram yang dikirim pasti sampai ke tempat tujuan. Protokol internet hanya akan melakukan best effort delivery yakni melakukan usaha sebaik-baiknya agar paket yang dikirim tersebut sampai ke tujuan. Setiap protokol memiliki bit-bit ekstra diluar informasi/data yang dibawanya. Selain informasi, bit-bit ini juga berfungsi sebagai alat kontrol. Dari sisi efisiensi, semakin besar jumlah bit ekstra ini, maka semakin kecil efisiensi komunikasi yang berjalan. Sebaliknya semakin kecil jumlah bit ekstra ini, semakin tinggi efisiensi komunikasi yang berjalan. Disinilah dilakukan trade-off antara keandalan datagram dan efisiensi. Sebagai contoh, agar datagram IP dapat menemukan tujuannya, diperlukan


(33)

informasi tambahan yang harus dicantumkan pada header. Struktur datagram protokol IP dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar B. 3: Format IP datagram (Kurose, 2000)

Setiap paket IP membawa data yang terdiri atas :

Version, yaitu versi dari protokol IP yang dipakai.

 Header Length, berisi panjang dari header paket IP dalam hitungan 32 bit word.

Type of Service, berisi kualitas service yang dapat mempengaruhi cara penanganan paket IP.


(34)

Identifier. Identifier diperlukan untuk mengizinkan host tujuan menentukan datagram pemilik fragment yang baru datang. Semua fragment suatu datagram berisi nilai identification yang sama.

Flags diperlukan untuk menjaga agar fragment datagram tetap utuh (tidak terpotong-potong) dan memberikan tanda bahwa fragment datagram telah tiba.

Fragmentation Offset. Untuk memberitahukan diantara datagram mana yang ada pada saat itu yang memiliki fragment yang bersangkutan. Seluruh fragment kecuali yang terakhir di dalam datagram harus merupakan perkalian 8 byte, yaitu satuan fragment elementer. Karena tersedia 13 bit, maka terdapat nilai maksimum fragment per datagram, yang menghasilkan panjang datagram maksimum 65.536 byte dimana lebih besar dari panjang datagram IP.

Time to Live, berisi jumlah router/hop maksimal yang dilewati paket IP (datagram). Nilai maksimum field ini adalah 255. Setiap kali paket IP lewat satu router, isi dari field ini dikurangi satu. Jika TTL telah habis dan paket tetap belum sampai ke tujuan, paket ini akan dibuang dan router terakhir akan mengirimkan paket ICMP time exceeded. Hal ini dilakukan untuk mencegah paket IP terus menerus berada dalam network.

Protocol, mengandung angka yang mengidentifikasikan protocol layer atas pengguna isi data dari paket IP ini.


(35)

Header Checksum, berisi nilai checksum yang dihitung dari jumlah seluruh field dari header paket IP. Sebelum dikirimkan, protocol IP terlebih dahulu menghitung checksum dari header paket IP tersebut untuk nantinya dihitung kembali di sisi penerima. Jika terjadi perbedaan, maka paket ini dianggap rusak dan dibuang.

Source Address dan Destination Address, isi dari masing-masing field ini yakni alamat pengirim dan alamat penerima dari datagram. Masing-masing field terdiri dari 32 bit, sesuai panjang IP address yang digunakan dalam internet. Destination address merupakan field yang akan dibaca oleh setiap router untuk menentukan kemana paket IP tersebut akan diteruskan untuk mencapai destination address tersebut.

Options. Header datagram IP mempunyai panjang yang tetap yakni 20 byte. Sedangkan panjang header yang variabel adalah 40 byte. Oleh sebab itu header datagram IP berkisar antara 20 hingga 60 byte. Panjang header variabel ini adalah options. Yang digunakan untuk kepentingan pengetesan dan debugging. Options mempunyai panjang yang dapat diubah-ubah. Masing-masing diawali dengan kode-kode bit yang mengindentifikasikan options. Sebagian options diikuti oleh field options yang panjangnya 1 byte, kemudian oleh satu atau lebih byte-byte data.


(36)

2.1.1 Local Area Network (LAN)

Local Area Network biasa disingkat LAN adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup wilayah kecil seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam rumah, sekolah atau yang lebih kecil. Saat ini, kebanyakan LAN berbasis pada teknologi IEEE 802.3 Ethernet menggunakan perangkat switch, yang mempunyai kecepatan transfer data 10, 100, atau 1000 Mbit/s. Selain teknologi Ethernet, saat ini teknologi 802.11b (atau biasa disebut Wi-fi) juga sering digunakan untuk membentuk LAN. Tempat-tempat yang menyediakan koneksi LAN dengan teknologi Wi-fi biasa disebut hotspot.

Pada sebuah LAN, setiap node atau komputer mempunyai daya komputasi sendiri, berbeda dengan konsep dump terminal. Setiap komputer juga dapat mengakses sumber daya yang ada di LAN sesuai dengan hak akses yang telah diatur. Sumber daya tersebut dapat berupa data atau perangkat seperti printer. Pada LAN, seorang pengguna juga dapat berkomunikasi dengan pengguna yang lain dengan menggunakan aplikasi yang sesuai.

Berbeda dengan Jaringan Area Luas atau Wide Area Network (WAN), maka LAN mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. mempunyai pesat data yang lebih tinggi 2. meliputi daerah geografi yang lebih sempit


(37)

3. tidak membutuhkan jalur komunikasi yang disewa oleh operator telekomunikasi

Biasanya salah satu komputer di antara jaringan komputer itu akan digunakan menjadi server yang mengatur semua sistem di dalam jaringan tersebut.

2.1.2 Wireless Fidelity (WiFi)

Wi-Fi merupakan singkatan dari Wireless Fidelity merupakan teknologi wireless yang populer untuk saling menghubungkan antar komputer, PDA, laptop dan perangkat lainnya, menghubungkan komputer dan device lain ke internet (misalnya di Café kita sering melihat tulisan Wi-Fi Hotspot) atau ke jaringan kabel (ethernet) LAN (Astuty, Dani, Rosmiati. 2011). Wi-Fi merupakan sebuah wireless LAN brand dan trademark dari Wi-Fi Alliance yang beralamat di www.wi-fi.org, sebuah asosiasi yang beranggotakan Cisco, Microsoft, Apple, Dell dan masih banyak lagi yang lainnnya. Organisasi Wi-Fi ini bertugas untuk memastikan semua peralatan yang mempunyai label Wi-Fi bisa bekerja sama.dengan.baik.

Jaringan kabel LAN yang biasa digunakan menggunakan teknologi IEEE 802.3 atau yang dikenal dengan ethernet, maka jaringan Wi-Fi menggunakan teknologi gelombang radio berdasarkan standard IEEE 802.11 yang mengikuti standard Wireless LAN (WLAN).


(38)

IEEE adalah singkatan dari Electrical and Electronics Engineer yang merupakan sebuah organisasi non profit yang mendedikasikan kerjamkerasnyawdemi.kemajuan.teknologi.

Saat ini terdapat empat standar dari IEEE 802.11 yaitu 802.11a, 802.11b, 802.11g dan yang paling baru 802.11n (S’to, 2007). Yang membedakan dari keempat standard teknologi tersebut diantaranya adalah frekuensi yang digunakan dan bandwidth atau maksimum data rate yang dapat dicapai. Berikut tabel perbedaan dari keempat standar teknologi wireless LAN tersebut:

Tabel B. 1: Tabel spesifikasi WiFi IEEE 802.11

2.1.3 Mode Jaringan WLAN

Ad-Hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat sederhana, karena pada ad-hoc ini tidak memerlukan access point agar host dapat saling berinteraksi (Kurose, 2000). Setiap host cukup memiliki transmitter


(39)

dan receiver wireless untuk berkomunikasi secara langsung satu sama lain. Kekurangan dari mode ini adalah komputer tidak bisa berkomunikasi dengan computer pada jaringan yang menggunakan kabel. Selain itu, daerah jangkauan pada mode ini terbatas pada jarak antara kedua komputer tersebut.

Pada mode infrastruktur access point berfungsi untuk melayani komunikasi utama pada jaringan wireless. Access point mentransmisikan data pada komputer dengan jangkauan tertentu pada suatu daerah. Penambahan dan pengaturan letak access point dapat memperluas jangkauan dari WLAN.

2.1.5 Internet Connection Sharing

Internet Connection Sharing (ICS) adalah penggunaan perangkat dengan akses internet seperti layanan seluler 3G, broadband melalui Ethernet, atau gateway internet lainnya sebagai jalur akses untuk perangkat lainnya (Astuty, Dani, Rosmiati. 2011). Hal ini dilaksanakan oleh Microsoft sebagai fitur dari sistem operasi Windows (seperti Windows 98 Second Edition dan selanjutnya) untuk berbagi koneksi internet tunggal pada satu komputer antara komputer lain pada jaringan area lokal yang sama. Itu membuat penggunaan DHCP dan Network Address Translation (NAT). ICS menawarkan konfigurasi untuk layanan standar lainnya dan beberapa konfigurasi NAT.


(40)

ICS memetakan alamat IP individu komputer lokal untuk nomor port yang tidak terpakai di TCP/IP . Karena sifat NAT, alamat IP pada komputer lokal tidak terlihat di Internet. Semua paket meninggalkan atau memasuki LAN dikirim dari atau ke alamat IP dari adaptor eksternal pada komputer host ICS.

Pada komputer host koneksi bersama dibuat tersedia untuk komputer lain dengan mengaktifkan ICS di Network Connections, dan komputer lain yang akan terhubung ke dan menggunakan sambungan bersama. Oleh karena itu, ICS membutuhkan setidaknya dua koneksi jaringan. Biasanya ICS digunakan ketika ada kartu antarmuka jaringan yang terpasang pada beberapa host. Dalam kasus-kasus khusus, hanya satu kartu jaringan antarmuka diperlukan dan koneksi lainnya mungkin logis. Misalnya, tuan rumah dapat terhubung ke internet dengan menggunakan modem / router dikonfigurasi dalam modus jembatan dan berbagi koneksi PPPoE dengan ICS.

Internet Connection Sharing juga mencakup resolver DNS lokal di Windows untuk menyediakan resolusi nama untuk semua klien jaringan pada jaringan rumah, termasuk non-Windows berbasis perangkat jaringan. ICS juga lokasi-sadar, yaitu, ketika terhubung ke domain, komputer dapat memiliki Group Policy untuk membatasi penggunaan ICS tetapi ketika di rumah, ICS dapat.diaktifkan.


(41)

Namun, sementara ICS memanfaatkan DHCP, tidak ada cara untuk meninjau DHCP sewa menggunakan ICS. Layanan ini juga tidak disesuaikan dalam hal alamat yang digunakan untuk subnet internal, dan tidak mengandung ketentuan untuk membatasi bandwidth atau fitur lainnya. ICS juga dirancang untuk menghubungkan hanya untuk komputer Windows OS. Komputer pada sistem operasi lain akan membutuhkan langkah-langkah yang berbeda.untuk.dapat.memanfaatkan.ICS.

Server biasanya akan memiliki alamat IP 192.168.0.1 (berubah dari registri atau melalui pengaturan IP) dan akan menyediakan layanan NAT untuk subnet 192.168.0.x keseluruhan, bahkan jika alamat pada klien ditetapkan secara manual, bukan oleh DHCP server. Windows 7 menggunakan.192.168.137.x.subnet.secara.default.

Selain memastikan bahwa pengaturan firewall yang benar, untuk host Windows XP dengan lebih dari satu kartu antarmuka Ethernet dan koneksi WAN nirkabel, menjembatani kartu antarmuka Ethernet dapat membantu menghilangkan beberapa masalah ICS.

2.1.6 Ethernet

Ethernet adalah sistem jaringan yang dibuat dan dipatenkan perusahaan Xerox. Ethernet adalah implementasi metoda CSMA/CD (Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection) yang dikembangkan tahun 1960 pada proyek wireless ALOHA di Hawaii University diatas kabel coaxial. Standarisasi sistem ethernet dilakukan


(42)

sejak tahun 1978 oleh IEEE. Kecepatan transmisi data di ethernet sampai saat ini adalah 10 sampai 100 Mbps. Saat in yang umum ada dipasaran adalah ethernet berkecepatan 10 Mbps yang biasa disebut seri 10Base. Ada bermacam-macam jenis 10Base diantaranya adalah: 10Base5, 10Base2, 10BaseT, dan 10BaseF yang akan diterangkan lebih lanjut kemudian (Comer, 1991).

Pada metoda CSMA/CD, sebuah host komputer yang akan mengirim data ke jaringan pertama-tama memastikan bahwa jaringan sedang tidak dipakai untuk transfer dari dan oleh host komputer lainnya. Jika pada tahap pengecekan ditemukan transmisi data lain dan terjadi tabrakan (collision), maka host komputer tersebut diharuskan mengulang permohonan (request) pengiriman pada selang waktu berikutnya yang dilakukan secara acak (random). Dengan demikian maka jaringan efektif bisa digunakan secara bergantian.

Untuk menentukan pada posisi mana sebuah host komputer berada, maka tiap-tiap perangkat ethernet diberikan alamat (address) sepanjang 48 bit yang unik (hanya satu di dunia). Informasi alamat disimpan dalam chip yang biasanya nampak pada saat komputer di start dalam urutan angka berbasis 16.

48 bit angka agar mudah dimengerti dikelompokkan masing-masing 8 bit untuk menyetakan bilangan berbasis 16 seperti contoh di atas (00 40 05 61 20 e6), 3 angka didepan adalah kode perusahaan pembuat


(43)

chip tersebut. Dengan berdasarkan address ethernet, maka setiap protokol komunikasi (TCP/IP, IPX, AppleTalk, dll.) berusaha memanfaatkan untuk informasi masing-masing host komputer di jaringan.

2.1.7 Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP)

DHCP digunakan agar komputer-komputer yang terdapat pada suatu jaringan komputer bisa mengambil konfigurasi (baik itu IP address, DNS address dan lain sebagainya) bagi mereka dari suatu server DHCP. Intinya dengan adanya DHCP maka akan mampu mengurangi pekerjaan dalam mengadministrasi suatu jaringan komputer berbasis IP yang besar (Forouzan, 2001).

Istilah-istilah yang berkaitan dengan DHCP:

* IP Address/Protokol: Alamat yang digunakan untuk anggota jaringan, yang meliputi LAN Card, Access point, dan Website.

* Scope: jangkauan IP Address yang akan dibagikan kepada anggota jaringan, nilai scope harus memiliki Network Identifications (NID) yang sama dengan IP Server/gateway dan Host Identifications (HID) beda dengan gateway.


(44)

* Gateway: IP Address/anggota jaringan yang bertugas membagi IP Address, terkadang IP gateway menjadi IP server.

* Exclussion: istilah ini hanya muncul pada Sistem Operasi Server, yaitu jangkauan IP address dalam scope yant tidak akan didistribusikan karena akan digunakan untuk keperluan khusus.

2.1.8 Network Address Translation (NAT)

Network Address Translation adalah suatu metode untuk menghubungkan lebih dari satu komputer ke jaringan internet dengan menggunakan satu alamat IP. Banyaknya penggunaan metode ini disebabkan karena ketersediaan alamat IP yang terbatas, kebutuhan akan keamanan, dan kemudahan serta fleksibilitas dalam administrasi jaringan. Dikembangkan oleh Cisco, Network Address Translation digunakan oleh perangkat (firewall, router atau komputer yang berada di antara jaringan internal dan seluruh dunia NAT memiliki banyak bentuk dan dapat bekerja dalam beberapa cara:

Static NAT - Pemetaan alamat IP terdaftar ke alamat IP yang terdaftar atas dasar satu-ke-satu. Terutama berguna ketika perangkat harus diakses dari luar jaringan.


(45)

Gambar B. 4: Static NAT

Dynamic NAT - Memetakan alamat IP yang tidak terdaftar ke alamat IP yang telah terdaftar dari sekumpulan alamat IP yang terdaftar.

Gambar B. 5: Dynamic NAT

Overloading - Sebuah bentuk dari NAT dinamis yang memetakan beberapa alamat IP yang tidak terdaftar menjadi sebuah alamat IP terdaftar dengan cara menggunakan port yang berbeda. Cara ini juga dapat disebut PAT (Port Address Translation), sebuah alamat NAT atau NAT yang menggunakan beberapa port.


(46)

Gambar B. 6: Overloading NAT Berikut adalah cara dynamic NAT bekerja:

Sebuah jaringan internal (domain rintisan) telah dibentuk dengan alamat IP yang tidak secara khusus dialokasikan kepada perusahaan yang oleh IANA (Internet Assigned Numbers Authority), otoritas global yang tangan keluar alamat IP. Alamat ini harus dianggap non-routable karena mereka tidak unik. Perusahaan menetapkan sebuah router NAT-enabled. Router memiliki kisaran alamat IP yang unik yang diberikan kepada perusahaan oleh IANA. Sebuah komputer pada domain rintisan mencoba untuk terhubung ke komputer di luar jaringan, seperti server Web. Router menerima paket dari komputer pada domain rintisan. Router menyimpan non-routable alamat IP komputer ke sebuah meja terjemahan alamat. Router menggantikan non-routable alamat IP komputer pengirim dengan alamat IP pertama yang tersedia keluar dari kisaran alamat IP yang unik. Tabel terjemahan sekarang memiliki pemetaan non-routable alamat IP komputer cocok dengan salah satu alamat IP yang unik. Ketika sebuah paket datang kembali dari komputer tujuan, router memeriksa alamat tujuan pada paket. Kemudian terlihat dalam tabel address translation untuk


(47)

melihat komputer pada domain rintisan paket milik. Ini perubahan alamat tujuan dengan yang disimpan dalam tabel terjemahan alamat dan mengirimkannya ke komputer itu. Jika tidak menemukan kecocokan dalam tabel, tetes paket. Komputer menerima paket dari router. Mengulangi proses selama komputer dapat berkomunikasi dengan sistem eksternal.

Berikut adalah cara overloading bekerja:

Sebuah jaringan internal (domain rintisan) telah dibentuk dengan non-routable alamat IP yang tidak secara khusus dialokasikan kepada perusahaan itu oleh IANA. Perusahaan menetapkan sebuah router NAT-enabled. Router memiliki alamat IP yang unik yang diberikan kepada perusahaan oleh IANA. Sebuah komputer pada domain rintisan mencoba untuk terhubung ke komputer di luar jaringan, seperti server Web. Router menerima paket dari komputer pada domain rintisan. Router menyimpan non-routable IP komputer alamat dan nomor port ke sebuah meja terjemahan alamat. Router menggantikan non-routable alamat IP komputer pengirim dengan alamat IP router. Router menggantikan port sumber komputer pengirim dengan nomor port yang cocok di mana router disimpan informasi alamat komputer pengirim dalam tabel terjemahan alamat. Tabel terjemahan sekarang memiliki pemetaan non-routable alamat IP komputer dan nomor port bersama dengan alamat IP router. Ketika sebuah paket datang kembali dari komputer tujuan, router


(48)

memeriksa port tujuan pada paket. Kemudian terlihat dalam tabel address translation untuk melihat komputer pada domain rintisan paket milik. Ini mengubah alamat tujuan dan port tujuan dengan yang disimpan dalam tabel terjemahan alamat dan mengirimkannya ke komputer itu. Komputer menerima paket dari router. Mengulangi proses selama komputer dapat berkomunikasi dengan sistem eksternal. Karena router NAT sekarang memiliki alamat sumber komputer dan sumber port disimpan ke tabel terjemahan alamat, akan terus menggunakan nomor port yang sama selama koneksi. Sebuah timer-reset setiap kali router mengakses sebuah entri dalam tabel. Jika entri tersebut tidak diakses lagi sebelum timer berakhir, entri akan dihapus dari tabel.

2.1.9 Access Point

Access Point adalah sebuah perangkat jaringan yang berisi sebuah transceiver dan antena untuk transmisi dan menerima sinyal ke dan dari clients remote. Dengan access points (AP) clients wireless bisa dengan cepat dan mudah untuk terhubung kepada jaringan LAN kabel secara wireless.

Wireless Access Point (WAP/AP) adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan alat-alat dalam suatu jaringan, dari dan ke jaringan Wireless.

Router dan acces point adalah dua fungsi peralatan jaringan yang bekerja bahu - membahu membentuk unit pemancar signal wifi. Acces Point


(49)

membentuk hotspot, sedangkan Router mengatur lalu lintas data. Alat ini digunakan untuk access internet secara wifi.

2.1.9 Kinerja Jaringan

Kinerja jaringan adalah tingkat pencapaian yang terukur mengenai seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari suatu layanan. Kinerja jaringan dapat diukur dengan mengetahui Quality of Service (QoS). Quality of Service (QoS) didefinisikan sebagai suatu pengukuran tentang seberapa baik suatu jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karaktristik dan sifat dari suatu layanan (ITU-T, 2001). QoS mengacu pada kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan tertentu dengan teknologi yang berbeda-beda. Tujuan dari QoS adalah untuk memenuhi layanan yang berbeda yang menggunakan infrastruktur yang sama.

Kinerja jaringan dapat bervariasi akibat dari beberapa masalah, seperti halnya masalah bandwidth, delay, jitter, througput, dan packet loss yang dapat membuat efek yang cukup besar bagi beberapa aplikasi. Sebagai contoh, komunikasi suara atau video streaming dapat membuat pengguna mengeluh ketika paket data yang dialirkan di atas bandwidth yang tidak cukup baik dengan delay yang tidak dapat diprediksi atau jitter yang


(50)

berlebihan. Fitur QoS bisa digunakan untuk memprediksi bandwidth, jitter, dan delay dapat diprediksi.

Beberapa alasan yang menyebabkan perfoma jaringan penting adalah :

• Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis

• Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan

• Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitif terhadap delay,

seperti voice dan video.

• Merespon perubahan aliran trafik yang ada di jaringan.

Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika ditransmisikan dari asal ke tujuan, yang mengakibatkan masalah-masalah dilihat dari sudut pandang pengirim atau penerima, dan sering disebut dengan parameter-parameter perfoma jaringan.

1. Throughput

Yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dengan satuan bps (bit per second). Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sampai ke tujuan selama interval tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Ada juga yang disebut dengan goodput. Goodput merupakan kecepatan transfer yang berada antara aplikasi di pengirim ke aplikasi di penerima.


(51)

2. Packet Loss

Parameter yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang pada saat transmisi. Packet loss diukur dalam persen (%). Paket dapat hilang karena disebabkan oleh collision dan congestion pada jaringan. Hal ini berpengaruh pada semua aplikasi, karena retransmisi akan mengurangi efisiensi jaringan secara keseluruhan, meskipun bandwidth yang disediakan mencukupi. Bandwidth adalah lebar jalur yang dipakai untuk transmisi data atau kecepatan jaringan. Aplikasi yang berbeda membutuhkan bandwidth yang berbeda juga. Secara umum perangkat jaringan memiliki buffer (tampungan sementara) untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi congestion yang cukup lama, maka buffer akan penuh dan tidak bisa menampung data baru yang akan diterima, sehingga mengakibatkan paket selanjutnya hilang.

Secara sistematis packet loss dapat dihitung dengan cara :

.…(2.2)

3. Packet Drop

Packet drop berkaitan dengan antrian pada link. Jika ada paket datang pada suatu antrian yang sudah penuh, maka paket akan didrop/dibuang sesuai dengan jenis antrian yang dipakai.


(52)

4. Delay (Latency)

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal sampai ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, congestion atau juga waktu proses yang lama. Selain itu adanya antrian atau mengambil rute lain untuk menghindari kemacetan juga dapat mempengaruhi delay, oleh karena itu mekanisme antrian dan routing juga berperan. Rumus delay :

…………(2.3)

5. Jitter

Jitter didefinisikan sebagai variasi delay dari sebuah paket yang berasal dari aliran data yang sama. Jitter yang tinggi artinya perbedaan waktu delay-nya besar, sedangkan jitter yang rendah artinya perbedaan waktu delay-nya kecil. Jitter dapat diakibatkan oleh variasi-variasi panjang antrian, waktu pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang (reasembly) paket-paket di akhir perjalanan.

6. Reliability

Realibility adalah karakteristik kehandalan sebuah aliran data dalam jaringan internet. Masing-masing program aplikasi memiliki kebutuhan realibility yang berbeda. Untuk proses pengiriman data, e-mail, dan


(53)

pengaksesan internet jaringan internet harus dapat diandalkan dibandingkan dengan konferensi audio atau saluran telepon.

7. Bandwidth

Bandwith adalah lebar jalur yang dipakai untuk transmisi data atau kecepatan jaringan. Aplikasi yang berbeda membutuhkan bandwith yang berbeda. Dalam beberapa aplikasi, kebutuhan akan parameter kinerja jaringan di atas berbeda-beda. Adapun tabel untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan ini adalah :

Tabel B. 2: Kebutuhan aplikasi terhadap parameter perfoma jaringan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan untuk e-mail sangat tinggi terhadap reliability, begitu juga dengan file transfer (FTP), namun rendah atau tidak sensitif terhadap delay, jitter dan bandwidth. Tetapi untuk aplikasi semacam audio/video, telephony dan videoconferencing sangat sensitif terhadap jitter sehingga tidak menjamin reliability data yang ditransmisikan.


(54)

2.2 Linux Ubuntu 11.04

Linux adalah nama yang diberikan kepada sistem operasi komputer bertipe Unix. Linux merupakan salah satu contoh hasil pengembangan perangkat lunak bebas dan sumber terbuka utama. Seperti perangkat lunak bebas dan sumber terbuka lainnya pada umumnya, kode sumber Linux dapat dimodifikasi, digunakan dan didistribusikan kembali secara bebas oleh siapa saja.

Nama "Linux" berasal dari nama pembuatnya, yang diperkenalkan tahun 1991 oleh Linus Torvalds. Sistemnya, peralatan sistem dan pustakanya umumnya berasal dari sistem operasi GNU, yang diumumkan tahun 1983 oleh Richard Stallman. Kontribusi GNU adalah dasar dari munculnya nama alternatif GNU/Linux.

Linux telah lama dikenal untuk penggunaannya di server, dan didukung oleh perusahaan-perusahaan komputer ternama seperti Intel, Dell, Hewlett-Packard, IBM, Novell, Oracle Corporation, Red Hat, dan Sun Microsystems. Linux digunakan sebagai sistem operasi di berbagai macam jenis perangkat keras komputer, termasuk komputer desktop, superkomputer, dan sistem benam seperti pembaca buku elektronik, sistem permainan video (PlayStation 2, PlayStation 3 dan XBox), telepon genggam dan router. Para pengamat teknologi informatika beranggapan


(55)

kesuksesan Linux dikarenakan Linux tidak bergantung kepada vendor (vendor independence), biaya operasional yang rendah, dan kompatibilitas yang tinggi dibandingkan versi UNIX tak bebas, serta faktor keamanan dan kestabilannya yang tinggi dibandingkan dengan sistem operasi lainnya seperti Microsoft Windows. Ciri-ciri ini juga menjadi bukti atas keunggulan model pengembangan perangkat lunak sumber terbuka (opensource software).

Sistem operasi Linux yang dikenal dengan istilah distribusi Linux (Linux distribution) atau distro Linux umumnya sudah termasuk perangkat-perangkat lunak pendukung seperti server web, bahasa pemrograman, basisdata, tampilan desktop (desktop environment) seperti GNOME,KDE dan Xfce juga memiliki paket aplikasi perkantoran (office suite) seperti OpenOffice.org, KOffice, Abiword, Gnumeric dan LibreOffice.

Kelebihan ubuntu :

- bebas virus : untuk saat ini virus lebih senang menyerang OS dari MS yg berextensi.exe

- 3D Interface : efek 3D kita sering jumpai di OS tetannga seperti aero memerlukan spek komputer yg tinggi tetapi ubuntu dengan spek komputer yg tidak terlalu tinggi sudah bisa 3D

- kompatibilitas : ubuntu kompatibel dengan hampir semua perangkat keras terbaru, mulai dari usb modem, wifi, dan perangkat lainnya


(56)

Kekurangan ubuntu :

- Koneksi Internet : untuk update dan install ubuntu memerlukan koneksi internet

- terbatasnya pengetahuan tentang linux baik dari formal atau non formal : karena indonesia kurikulum pendidikan masih lebih banyak OS dari MS, biasanya kita belajar dari internet atau dari forum untuk mengetahui apa sih linux itu.

2.3 Wireshark

Wireshark merupakan salah satu dari sekian banyak tool Network Analyzer yang banyak digunakan oleh Network administrator untuk menganalisa kinerja jaringannya terrmasuk protokol didalamnya. Wireshark banyak disukai karena interfacenya yang menggunakan Graphical User Interface (GUI) atau tampilan grafis. Wireshark mampu menangkap paket-paket data atau informasi yang berseliweran dalam jaringan. Semua jenis paket informasi dalam berbagai format protokol pun akan dengan mudah ditangkap dan dianalisa. Karenanya tak jarang tool ini juga dapat dipakai untuk sniffing (memperoleh informasi penting spt password email atau account lain) dengan menangkap paket-paket yang berseliweran di dalam jaringan dan menganalisanya. Wireshark


(57)

mampu menangkap paket-paket data atau informasi yang berjalan dalam jaringan yang terlihat dan semua jenis informasi ini dapat dengan mudah dianalisa yaitu dengan memakai sniffing , dengan sniffing diperoleh informasi penting seperti password email account lain. Wireshark merupakan software untuk melakukan analisa lalu-lintas jaringan komputer, yang memiliki fungsi-fungsi yang amat berguna bagi profesional jaringan, administrator jaringan, peneliti, hingga pengembang piranti lunak jaringan.

1. Sniffer adalah tools yang berkemampuan menangkap paket data dalam jaringan Wireshark mampu mendecode paket data dalam banyak jenis protokol.

2. Tools selain wireshark yang dapat digunakan untuk menganalisa jaringan yaitu :

 Nessus--wRemotewNetworkwSecuritywAuditor

Nessus adalah scanner untuk mengetahui celah keamanan komputer, baik komputer anda atau komputer siapapun. Kemampuannya yang lengkap sebagai Vulnerability Scanner sangat bisa diandalkan karena didukung dengan fitur high speed discovery, configuration auditing, asset profiling, sensitive data discovery, dan vulnerability analysis of our security posture.


(58)

 NMAPw–wThewNetworkwMapper

NMAP adalah tools pemetaan jaringan (network) terbaik yang pernah ada saat ini.


(59)

39

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Identifikasi

Identifikasi masalah merupakan langkah awal yang digunakan penulis untuk mempermudah penentuan solusi yang akan diambil. Dalam penelitian ini masalah yang ditemukan adalah analisa perbandingan kinerja virtual access point dan real access point di ukur dari ketiga parameter yaitu, throughput, delay, dan packet loss via wireless LAN pada Linux Ubuntu 11.04.

3.2 Spesifikasi Alat

Dalam tugas akhir ini akan dilakukan pengujian terhadap beberapa skenario untuk mengetahui kinerja jaringan wireless. Pengujian dilakukan dengan menggunakan perangkat sebagai berikut:

3.2.1 Hardware

3.2.1.1 Acer Aspire 2930

Perangkat notebook ini akan digunakan sebagai perangkat access point sebagai pengganti perangkat router. Dengan spesifikasi sebagai berikut.


(60)

Tabel C. 1: Spesifikasi Aspire 2930

Feature Description

Processor / Speed

Intel® Core™2 Duo

processor T9400/P9500 (6 MB L2 cache, 2.53 GHz, 1066 MHz FSB, 35 W/25 W), T9600 (6 MB L2 cache, 2.80 GHz, 1066 MHz FSB, 35 W) or higher, or P8400/P8600 (3 MB L2 cache, 2.26/2.40 GHz, 1066 MHz FSB, 25 W), supporting Intel® 64 architecture.

System Bus Speed 1066 MHz.

RAM Up to 2 GB of DDR2

667 MHz memory

Wireless

Intel® Wireless WiFi Link 5100/5300 (dual-band quad-mode 802.11a/b/g/Draft-N) Wi-Fi CERTIFIED® network connection, featuring MIMO technology, supporting

Acer SignalUp™ with Nplify™ wireless

technology.

WiMAX™ (single -band

802.16e/2.5G) WiMAX Forum Certified® WAN (Wide Area Network) connection, featuring

Mobile WiMAX and MIMO technology, supporting Acer


(61)

Nplify™ technology.

Ethernet

Gigabit Ethernet, Wake-on-LAN ready. (varies by model)

Operating System Genuine Windows7 ®

Home Basic

3.2.1.2 Intel WiFi Link 5100 Series

Merupakan WiFi adapter dari laptop yang nantinya akan menjadi perangkat virtual access point. Memiliki standar IEEE 802.11a/b/g.


(62)

3.2.1.3 Linksys wrt320n dual-band wireless-n gigabit router

Merupakan perangkat keras router yang akan menjadi access point untuk real access point. Perangkat ini dibuat oleh perusahaan ternama di bidang jaringan computer yaitu, CISCO. Adapun spesifikasinya adalah:

Tabel C. 2: Spesifikasi Linksys Router wrt320n

Device Type Wireless router - 4-port switch (integrated)

Enclosure Type Desktop

Compatible Slots None

Connectivity Technology Wireless, Wired

Data Link Protocol Ethernet,

Gigabit Ethernet, IEEE 802.11b, IEEE 802.11g,

IEEE 802.11n (draft 2.0), Fast Ethernet

Remote Management Protocol HTTP

Encryption Algorithm WPA2, WPA,

128-bit WEP, 64-bit WEP

Features MIMO technology , Firewall protection ,

Wi-Fi Protected Setup (WPS) , Auto-uplink (auto MDI/MDI-X) , Stateful Packet Inspection (SPI)

Compliant Standards IEEE 802.11g , IEEE 802.3ab ,

Wi-Fi Protected Setup , IEEE 802.11n (draft 2.0) , IEEE 802.11b ,


(63)

UPnP , IEEE 802.3u , IEEE 802.3

Interfaces LAN : 4 x Ethernet 10Base-T/100Base-TX/1000Base-T - RJ-45,

WAN : 1 x Ethernet 10Base-T/100Base-TX/1000Base-T - RJ-45

Networking type Wireless router

Antenna Internal integrated

Antenna Qty 3

Gambar C. 2: Linksys wrt320n router

3.2.2 Software

Software atau perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Linux Ubuntu 11.04 sebagai router dan access point untuk virtual access point


(64)

3. Wireshark sebagai network tools yang berguna untuk melakukan capture data traffic di jaringan

3.3 Penentuan Desain Jaringan

Pada penelitian ini menggunakan dua topologi jaringan untuk internet connection sharing, yaitu virtual access point dan real access point. Untuk topologi yang pertama yaitu virtual access point, menggunakan sebuah notebook yang difungsikan sebagai access point. Untuk operating system yang digunakan untuk virtual access point ini sendiri menggunakan Linux Ubuntu 11.04. Sedangkan pada real access point menggunakan Linksys Router sebagai access point. Kemudian dari kedua topologi tersebut akan dibandingkan kinerja kedua tipe jaringan tersebut dan dapat diperoleh hasil analisis, yang mana dari kedua topologi tersebut yang lebih efektif dan efisien. Dalam hal ini dilihat dari ketiga parameter yaitu throughput, delay dan packet loss yang terjadi pada kedua konfigurasi tersebut. Sedangkan untuk jaringan internet, kedua access point ini mengakses ke jaringan yang sama yaitu jaringan internet dari laboratorium jaringan komputer Universitas Sanata Dharma.


(65)

1. Topologi Pertama

Gambar C. 3: Topologi Virtual Access Point

Keterangan:

Topologi pertama melakukan analisa terhadap kinerja virtual access point. Menggunakan 10 notebook yang akan dijadikan


(66)

sebagai windows client dan 1 notebook sebagai access point pengganti router. Kelima notebook yang berfungsi sebagai windows client terhubung pada satu notebook yang berfungsi sebagai virtual access point yang kemudian akan di monitoring traffic internet yang terjadi pada windows client menggunakan tools Wireshark. Pengambilan data atau sniffing data hanya dilakukan pada salah satu client, karena telah dilakukan pra penelitian seperti yang telah dicantumkan di dalam lampiran, bahwa jumlah delay, throughput maupun packet loss dari satu client jika dibandingkan dengan 10 client yang di rata – rata hasilnya hanya terdapat selisih kurang dari 10% dari jumlah rata – rata 10 client. Maka untuk mempermudah dan menghemat waktu, penelitian dilakukan dengan sniffing dari salah satu client sudah cukup. Setelah di dapatkan informasi paket-paket serta parameter yang diinginkan,lalu dilakukan pengukuran analisa data.


(67)

2. Topologi Kedua

Gambar C. 4: Topologi Real Access Point

Keterangan :

Topologi kedua, analisa kinerja real access point. Menggunakan konfigurasi jaringan infrastruktur dengan Linksys WRT320 sebagai


(68)

router untuk kesepuluh windows client. Kemudian dari windows client akan dilakukan pengukuran ketiga parameter yang telah disebutkan di atas menggunakan tools Wireshark. Pengambilan data atau sniffing data hanya dilakukan pada salah satu client, karena telah dilakukan pra penelitian seperti yang telah dicantumkan di dalam lampiran, bahwa jumlah delay, throughput maupun packet loss dari satu client jika dibandingkan dengan 10 client yang di rata – rata hasilnya hanya terdapat selisih kurang dari 10% dari jumlah rata – rata 10 client. Maka untuk mempermudah dan menghemat waktu, penelitian dilakukan dengan sniffing dari salah satu client sudah cukup. Lalu kemudian dilakukan analisa serta pengukuran.

3. Skenario Ketiga

Membandingkan hasil analisis kinerja dari kedua topologi diatas. Kemudian diambil kesimpulan berdasarkan data-data analisis kinerja virtual access point dan real access point dengan parameter throughput, delay, dan packet loss.


(69)

52

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN ANALISA

4.1 Konfigurasi Access Point

Sebelum memulai mengimplementasi skenario-skenario yang telah di uraikan di bab

sebelumnya, terlebih dahulu dilakukan konfigurasi untuk Real Access Point dan Virtual Access

Point.

4.1.1 Konfigurasi Virtual Access Point

Linux yang merupakan system operasi berbasis open source ini memiliki bebeReal

Access Pointa keunggulan salah satunya dalam kemudahan untuk konfigurasi jaringan. Dalam

penelitian ini yang menggunakan Linux Ubuntu 11.04 sebagai access point buatan atau Virtual

Access Point cukup mudah dalam melakukan konfigurasinya. Awalnya pastikan notebook

terkoneksi dengan jaringan internet via Ethernet. Kemudian buat koneksi wireless baru


(70)

Gambar D. 1: Capture Konfigurasi Wireless Ubuntu 11.04

Lalu, lakukan pengaturan nama SSID, mode Ad-Hoc, band dan channel. Setelah itu lakukan


(71)

Gambar D. 2: Capture Konfigurasi SSID

4.1.2 Konfigurasi Real Access Point

Access point yang akan digunakan adalah Linksys WRT320N. IP address default untuk pengaturan access point ini adalah 192.168.1.1, maka harus diatur terlebih dahulu ip dari PC desktop yang akan terhubung dengan access point ini juga harus diatur dengan ip satu network yang sama dengan access point. Setelah dilakukan ketika pembangunan jaringan ad-hoc tadi, selanjutnya ketik pada address bar browser, ip default dari access point yaitu 192.168.1.1. Maka akan muncul halaman login. Dalam hal ini username dan password default untuk masing-masing vendor berbeda-beda. Untuk access point Linksys


(72)

“admin”. Selanjutnya setelah login berhasil, lakukan pengaturan nama jaringan

dan nama SSID.

Gambar D. 3: Capture Konfigurasi Linksys Router

4.2 Analisa dan Pengujian

Pengukuran data akan dilakukan dengan beberapa skenario dan kondisi. Karena kehandalan kinerja jaringan salah satu faktornya bisa dipengaruhi beberapa hal seperti adanya interferensi, lingkungan tempat pengujian, waktu pengujian, besar bandwidth, dan perangkat keras yang digunakan.

Dalam penelitian ini, setiap pengambilan data dilakukan selama durasi 1 jam, dengan menggunakan lingkungan dan waktu yang bersamaan kecuali untuk skenario pengukuran pembanding yaitu di tempat yang steril atau tanpa interferensi dari jaringan wireless lain. Untuk konfigurasi channel sendiri agar


(73)

tidak terjadi interferensi maka Real Access Point menggunakan channel 1 (2412 MHz) sementara Virtual Access Point berada di channel 7(2442 MHz). Untuk masing-masing access point akan memiliki 10 client yang akan terhubung langsung via wireless.

Lalu dari salah satu client akan dilakukan capture paket menggunakan aplikasi wireshark. Kemudian dari capture paket tersebut dapat dilihat summarynya. Di dalam summary tersebut terdapat jumlah paket yang diterima, total delay paket, jumlah paket dalam bentuk biner, dan waktu capture. Dari data – data tersebut yang akan dipergunakan untuk menghitung delay, throughput dan packet loss. Berikut cara menghitung dan menganalisa parameter delay, throughput dan packet loss yang terjadi di jaringan menggunakan wireshark.


(74)

(75)

Gambar D. 5: Tampilan summary dari wireshark

Delay =


(76)

Gambar D. 6: Capture paket loss di wireshark

4.2.1 Pengujian secara acak atau random.

Pengujian pertama dilakukan dengan skenario melakukan capture data traffic dari Real Access Point dan Virtual Access Point yang dimana client pada masing-masing access point akan mengakses internet secara acak atau random. Seperti browsing, melakukan aktifitas emailing, buffer dan streaming data, serta download data dari berbagai macam situs secara random. Secara random berarti situs yang diakses berbagai macam bukan hanya dari satu alamat saja. Lalu dari beberapa aktifitas tersebut akan terlihat jumlah delay, throughput dan packet loss dari pengujian.


(77)

4.2.1.1 Delay yang terjadi pada saat browsing

Tabel D. 1: Delay saat browsing

Delay (ms) REAL ACCESS

POINT

VIRTUAL ACCESS

POINT

Pengujian1 42.3 28.25

Pengujian2 46.31 35.03

Pengujian3 44.12 32.66

Pengujian4 44.6 23.02

Pengujian5 45.82 30.43

Dari table diatas dapat terlihat selisih delay yang cukup signifikan antara Real Access Point dan Virtual Access Point. Dimana Virtual Access Point lebih memiliki rata-rata jumlah delay yang lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata jumlah delay dari Real Access Point. Seperti pada percobaan ke-4, selisih delay antara Real Access Point dengan Virtual Access Point mencapai angka 21.58ms. Sesuai dengan standar ITU-T [7], jika delay masih di bawah 50ms maka jumlah delay tersebut masih bisa dikatakan baik ataupun dapat diterima. Jadi delay browsing untuk kedua access point ini baik.


(78)

Gambar D. 7: Grafik delay saat browsing

Jika dilihat dari tabel hasil pengujian diatas, terlihat Real Access Point memiliki jumlah rata-rata delay lebih besar dibandingkan dengan Virtual Access Point, namun Real Access Point relative lebih stabil dalam jumlah rata-rata delay dibandingkan dengan Virtual Access Point yang lebih fluktuatif dalam jumlah rata-rata delay dalam setiap pengujian.

4.2.1.2 Throughput yang terjadi pada saat browsing

Jumlah rata-rata throughput berbanding terbalik dengan jumlah rata-rata delay. Jika jumlah delay semakin kecil maka jumlah throughput akan bertambah lebih besar. Jadi untuk dapat menentukan kehandalan kinerja suatu jaringan, maka kedua parameter ini sangat penting untuk diukur.

D

e

la

y

(m


(79)

Tabel D. 2: Throughput saat browsing Throughput (bytes) REAL ACCESS POINT VIRTUAL ACCESS POINT Pengujian1 7,250.96 15,640.50 Pengujian2 10,430.63 9,868.74 Pengujian3 10,132.80 12,612.40 Pengujian4 10,771.43 19,432.23 Pengujian5 10,119.05 11,757.11

Gambar D. 8: Grafik Throughput saat browsing

Dari hasil pengukuran diatas, terlihat jumlah throughput dari kedua access point cukup kecil, yaitu dibawah angka 20,000 kbps. Jumlah tersebut terbilang kecil jika dilihat dari jumlah bandwidth yang tersedia yaitu sekitar 3.5 Mbps. Hal ini bisa disebabkan karena dalam waktu yang bersamaan terdapat banyak client yang juga sedang melakukan traffic di jaringan yang sama.

T hr oughput (k b ps )


(80)

4.2.1.3 Delay pada saat mengakses email

Tabel D. 3: Delay saat email

Delay (ms) REAL ACCESS

POINT

VIRTUAL ACCESS

POINT

Pengujian1 13.63 22.39

Pengujian2 14.07 32.54

Pengujian3 12.45 28.1

Pengujian4 11.87 17.44

Pengujian5 12.09 25.22

Gambar D. 9: Grafik delay saat email

Dari pengukuran jumlah rata-rata delay untuk email diatas, terlihat jelas perbedaan besar jumlah delay antara Real Access Point dan Virtual Access Point. Selisih terbesar dapat dilihat pada percobaan ke-2 yaitu 18.47 ms. Untuk

D

e

la

y

(m


(81)

Real Access Point sendiri, jumlah delay selain lebih kecil dibanding Virtual Access Point, delay yang terjadi cukup stabil diantara 10ms – 15ms sementara Virtual Access Point jumlah delay terjadi fluktuasi naik-turun diantara 15ms – 35ms. Jika melihat pada tabel B.2, maka kebutuhan aplikasi email terhadap delay cukup kecil, jadi pada skenario untuk email ini kedua access point sangat baik delaynya.

4.2.1.4 Throughput pada saat mengakses email

Tabel D. 4: Throughput saat akses email

Throughput (bytes)

REAL ACCESS

POINT

VIRTUAL ACCESS

POINT Pengujian1 50,912.63 7,122.48

Pengujian2 49,165 5,408.40

Pengujian3 45,891 4,231.94

Pengujian4 46,401.37 10,559 Pengujian5 46,512.88 12,921.30


(82)

Gambar D. 10: Throughput saat akses email

Dari grafik diatas, terlihat jelas perbedaan besar jumlah throughput antara Real Access Point dan Virtual Access Point. Throughput pada Real Access Point jauh lebih besar dan stabil dibandingkan dengan Virtual Access Point. Hal ini salah satu faktornya adalah karena Real Access Point adalah dedicated router, sehingga untuk melakukan ip addressing dan routing lebih maksimal dibandingkan dengan Virtual Access Point yang menggunakan notebook sebagai router dan access point. Namun begitu, seperti pada tabel B.2 besaran throughput sedikit pengaruhnya pada saat mengakses email.

T

hr

oughput

(

b

y

te


(83)

4.2.1.5 Delay pada saat buffering

Tabel D. 5: Delay saat buffer

Delay (ms) REAL ACCESS

POINT

VIRTUAL ACCESS

POINT

Pengujian1 20.13 14.99

Pengujian2 19.8 25.82

Pengujian3 16.21 20.42

Pengujian4 15.78 22.92

Pengujian5 15.54 12.1

Gambar D. 11: Grafik delay buffer

Delay yang terjadi pada saat melakukan buffering cukup relative kecil yaitu, kurang dari 30ms. Dan menurut teori [7], jika jumlah delay kurang dari 50ms masih tergolong bagus untuk kinerja jaringan, dimana hal itu berarti tidak mempengaruhi kinerja jaringan.

D

e

la

y

(m


(84)

4.2.1.6 Throughput pada saat buffering

Tabel D. 6: Throughput saat buffer

Throughput (bytes) REAL ACCESS POINT VIRTUAL ACCESS POINT Pengujian1 20,129.00 37,645.49 Pengujian2 29,871 18,282.40 Pengujian3 25,522 16,743.10 Pengujian4 31,190.57 30,021.55 Pengujian5 31,720.39 18,497.72

Gambar D. 12: Grafik throughput saat buffer

Jumlah throughput yang terjadi pada saat pengukuran untuk buffering seperti yang terlihat pada table dan grafik di atas sangat bervariatif dan cenderung tidak stabil untuk kedua access point. Hal ini tentu saja sangat

T hr oughput ( b y te s)


(85)

berpengaruh pada kehandalan dari kinerja jaringan. Karena lebih baik bila throughput yang terjadi di jaringan kecil namun stabil daripada throughput yang di dapat besar namun fluktuatif dan tidak stabil.

4.2.1.7 Delay pada saat download

Tabel D. 7: Delay download

Delay (ms) REAL ACCESS

POINT

VIRTUAL ACCESS

POINT

Pengujian1 8.87 5.99

Pengujian2 8.94 12.26

Pengujian3 7.3 9.68

Pengujian4 6.88 11.27

Pengujian5 7.16 6.1

Gambar D. 13: Grafik delay download

D

e

la

y

(m


(86)

Dari pengukuran jumlah rata-rata delay pada Real Access Point dan Virtual Access Point pada saat melakukan proses download sangat kecil. Terlihat dari kedua access point, jumlah delay tertinggi hanya sekitar kurang lebih 12 ms, dimana angka tersebut terbilang sangat baik untuk standar delay pada sebuah jaringan. Dengan begitu, pada saat melakukan download paket dapat lebih cepat sampai karena jumlah delay yang kecil yang berpengaruh pada kecepatan download data tersebut.

4.2.1.8 Throughput pada saat download

Tabel D. 8: Throughput saat download

Throughput (bytes)

REAL ACCESS

POINT

VIRTUAL ACCESS

POINT Pengujian1 80,309.01 133,489.48 Pengujian2 79,534.24 43,530.82 Pengujian3 77,190.10 52,604.30 Pengujian4 75,221.48 80,112.49 Pengujian5 74,367.66 118,432.05


(87)

Gambar D. 14: grafik throughput download

Semakin kecil jumlah delay pada sebuah jaringan, maka semakin besar throughput yang di dapatkan pada jaringan tersebut. Hal itu lah yang terjadi pada saat pengukuran pada proses download. Throughput yang didapatkan untuk kedua access point cukup besar dimana hal itu berpengaruh baik pada proses download yang dilakukan.

4.2.2 Pengambilan data pada situs yang sama.

Skenario berikutnya adalah pengukuran delay dan throughput jika semua client mengakses situs yang sama di waktu yang bersamaan dan dalam durasi yang sama. Setelah di skenario sebelumnya pengukuran dilakukan secara acak, untuk skenario kali ini semua client mengakses situs yang sama, sehingga bisa

T

hr

oughput

(

b

y

te


(88)

di dapat data yang lebih akurat, karena kedua access point sama-sama mengakses ke web server yang sama.

4.2.2.1 Delay

Tabel D. 9: Delay di situs yang sama

Delay (ms) REAL ACCESS

POINT

VIRTUAL ACCESS

POINT

Pengujian1 14.82 21.37

Pengujian2 18.18 15.66

Pengujian3 27.05 15.76

Pengujian4 25.3 28.11

Pengujian5 22.79 20.5

Gambar D. 15: Grafik delay di situs yang sama

Pada pengukuran pertama, delay yang terjadi pada saat melakukan browsing di situs yang sama memperlihatkan perbedaan jumlah delay sebesar

D

e

la

y

(m


(89)

6.55 ms antara Real Access Point dan Virtual Access Point. Sementara di pengukuran kedua, Virtual Access Point memiliki jumlah delay yang lebih kecil, yaitu berbanding 2.52 ms dengan Real Access Point. Di percobaan ketiga terjadi selisih delay yang mencolok. Real Access Point memiliki jumlah delay 27.05 ms, 11.29 ms lebih lambat jika dibandingkan dengan Virtual Access Point yang jumlah delaynya hanya 15.76 ms. Lalu selanjutnya, Virtual Access Point memiliki jumlah delay lebih besar daripada Real Access Point di pengukuran sebelumnya,yaitu 28.11 ms. Namun begitu, jumlah delay Virtual Access Point di pengukuran keempat ini hanya selisih sedikit dengan Real Access Point yang memiliki jumlah delay 25.3 ms. Di pengukuran kelima, jumlah delay Real Access Point dan Virtual Access Point sama-sama mengalami penurunan dari pengukuran sebelumnya. Namun jumlah delay keduanya tetap di atas angka 20 ms.

4.2.2.2 Throughput

Tabel D. 10: Throughput di situs yang sama

Throughput (bytes) REAL ACCESS POINT VIRTUAL ACCESS POINT Pengujian1 18,914.70 12,847.98 Pengujian2 19,316.51 31,564.12 Pengujian3 11,357.02 30,174.33

Pengujian4 13,567 8,723


(1)

88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengukuran dan analisa kinerja jaringan pada Internet Connection Sharing menggunakan Real Access Point dan Virtual Access Point, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Secara umum, kinerja jaringan untuk internet connection sharing menggunakan Virtual Access Point lebih baik dibandingkan dengan Real Access Point, tetapi kinerja jaringan di Real Access Point lebih stabil dibandingkan dengan Virtual Access Point.

2. Tidak ada packet loss yang terjadi pada setiap skenario pengukuran paket UDP. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja kedua access point ini bila diukur dari parameter packet loss dapat dikategorikan sangat baik.

3. Walaupun dalam beberapa skenario kinerja Virtual Access Point yang diukur menggunakan tiga parameter tersebut lebih baik dibandingkan dengan Real Access Point, namun penulis lebih menyarankan untuk menggunakan Real Access Point dibandingkan Virtual Access Point. Karena kinerja jaringan akan lebih baik bila kinerja setiap parameter stabil.


(2)

5.2 Saran

Terdapat beberapa saran dari penulis agar peneliti selanjutnya dapat memperhatikan hal – hal di bawah ini, guna perbaikan kearah yang lebih baik. Adapun saran tersebut adalah :

1. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat, pengambilan data perlu dilakukan sesuai dengan standar ilmu statistika.

2. Jika ingin melakukan penelitian tentang access point, lebih baik di tempat tanpa interferensi karena kinerja jaringan wireless lebih optimal dibandingkan dengan tempat dengan banyak interferensi.

3. Untuk menggunakan perangkat lain sebagai access point buatan, pastikan spesifikasi dari perangkat tersebut harus sangat baik.

4. Dapat dilakukan penelitian mengenai access point ini dengan salah satu acuan pendukungnya adalah jarak antar client dengan access point.


(3)

90

Daftar Pustaka

Astuty, Mirna Naisya, dkk. 2011. “Implementasi dan Analisis Jaringan Intranet Dengan Menggunakan Konfigurasi Notebook Sebagai Access

Point”.

Comer, D.E. 1991. Internetworking With TCP/IP Volume I; Principles, Protocols, And Architectured: second edition. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

Dwi Agustia, Richi. 2011. “Rancang Bangun Media Informasi Kesenian Daerah Berbasis Web Dalam Bentuk Layanan Video On Demand

(VoD) Dengan Menggunakan Metode Pseudo HTTP Streaming”.

Informatika. Unikom. Bandung.

Dwi Hantoro, Gunadi. 2009. “Wifi Jaringan Komputer Tanpa Kabel”. Informatika. Bandung.

Forouzan, B.A. 2001. “Data Communications and Networking 2nd

Edition”. Mac Graw Hill.

Forouzan, B.A. 2007. “Data Communications and Networking 4th

Edition”. Mac Graw Hill.

Hariono, Ali. 2010. Wireless Ad-Hoc vs Infrastucture. http://www.sysneta.com/wireless-ad-hoc-vs-infrastructure diakses tanggal 20 September 2012, jam 09.15.


(4)

http://computer.howstuffworks.com/nat.htm di akses tanggal 24 Februari 2013, jam 13.15.

http://technet.microsoft.com/en-us/network/bb530836.aspx di akses tanggal 20 September 2012, jam 11.07.

http://www.internetworldstats.com/emarketing.htm di akses tanggal 24 Oktober 2012, jam 21.31.

Husni. 2004. “Implementasi Jaringan Komputer dengan Linux Redhat 9”. Andi Offset, Yogyakarta.

ITU-T Reccomendation G-1010. 2001. “End-User Multimedia QoS

Categories”.

Jeff Tyson. 2011. “How Network Address Translation Works”.

Koruse, J & Ross, Keith. 2000. “Computer Networking: A Top Down

Approach Featuring the Internet”. Addison Wesley.

Melville, Graham. 2004. “IEEE P802.11 Virtual Access Point Definition”.

Symbol Technologies Inc.

Nielsen Company. 2012. “History and Growth of the Internet from 1995 till Today”.

S’to. 2007. “Wireless Kung Fu : Networking & Hacking”. Jasakom.

Tanenbaum, Andrew. S. 2003. “Computer Networks, Fourth Edition”. Prentice Hall International, Inc.


(5)

viii

ABSTRAK

Access Point adalah sebuah perangkat jaringan yang berisi sebuah transceiver dan antenna untuk mentransmisikan data dan menerima sinyal. Jaringan ini bersifat infrastruktur, dimana jaringan ini membutuhkan perangkat lain sebagai perantara ataupun juga membantu kinerjanya. Access point berfungsi untuk melakukan internet connection sharing.

Penulis menguji perbandingan kinerja dari real access point dan virtual access point. Parameter yang diukur antara lain adalah delay, throughput, dan

packet loss. Parameter delay dan throughput digunakan pada pengujian

menggunakan trafik paket data TCP, sementara parameter packet loss pada paket data UDP.

Dari hasil pengujian menunjukkan kinerja virtual access point lebih baik secara angka statistiknya namun cenderung tidak stabil kinerjanya jika dibandingkan dengan kinerja real access point yang lebih kecil angka statistiknya namun cenderung lebih stabil kinerjanya. Hal tersebut bisa saja dipengaruhi beberapa faktor seperti lingkungan, perangkat yang digunakan, seberapa baik jaringan, data trafik yang digunakan dalam pengujian dan lain - lain. Namun dalam kesimpulan penulis lebih menyarankan untuk menggunakan real access point dibandingkan dengan virtual access point.

Kata kunci : Access Point, Real Access Point, Virtual Access Point, Internet Connection Sharing, delay, packet loss, dan throughput.


(6)

ix

ABSTRACT

Access Point is a network device that contains a transceiver and antenna for transmitting and receiving the data signals. These networks are infrastructure, where a network is needed as an intermediary or other device also helps performance. The access point serves to do internet connection sharing.

Authors examine the performance comparison of real and virtual access point access point. Parameters measured include delay, throughput, and packet loss. Delay and throughput parameters used in the testing of data packets using TCP traffic, while packet loss parameters on UDP data packets.

From the test results show the performance of the virtual access point better in the statistics, but tends to be unstable performance when compared to the performance of the real access point is smaller but the statistics tend to be more stable performance. It could have been influenced by several factors such as the environment, the device used, how well the network, the data traffic used in the testing and others - others. But in conclusion the authors suggest to use more real than virtual access point access point.

Keywords : Access Point, Real Access Point, Virtual Access Point, Internet Connection Sharing, delay, packet loss, dan throughput.