Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan Data a. Membaca foto dengan metode fenomenologi sinis Barthes.

19 Tubuh-tubuh hamil pun ditampilka n dengan cukup „vulgar‟. Vulgar artinya, perut yang membuncit dengan garis-garis perut yang terbentuk secara natural, benar-benar diekspos oleh Diah. Foto-foto yang diambil dengan teknik studio ini memperlihatkan bagaimana Diah secara terang-terangan mengatur pose, tata cahaya, busana, serta segi artistik dari foto ini. Dari foto yang terkesan tidak natural ini, dapat dilihat bagaimana sebenarnya si pembidik membaca tubuh perempuan yang hamil, lalu mengartikulasikannya dalam sebuah karya foto. Dari studi atas karya foto Nine Months ini, saya berharap, bisa melihat gambaran umum tentang bagaimana tubuh perempuan diartikulasikan dalam ranah fotografi. Sebuah ranah yang sedang berkembang pesat di Indonesia, serta cukup bertanggungjawab terhadap konstruksi akan citra perempuan beserta tubuhnya. Selain data primer, penelitian ini juga membutuhkan data sekunder berupa kajian-kajian pustaka yang dapat digunakan sebagai rujukan serta berbagai data literatur yang dapat menggambarkan tentang realitas fotografi dunia, khususnya Indonesia.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data primer didapat dari katalog pameran serta mengunduh dari dunia maya. Untuk data sekunder, didapat dari perpustakaan, dunia maya, serta media massa baik cetak ataupun online .

3. Teknik Pengolahan Data a. Membaca foto dengan metode fenomenologi sinis Barthes.

Untuk melakukan pembacaan terhadap foto dengan teori Barthesian ini ada tiga konsep yang penting untuk diketahui, yaitu studium , punctum , serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 satori . Studium adalah saat meraba-raba, mengeksplorasi unsur-unsur yang ada dalam foto. Fase ini adalah saat kita menyesuaikan indera serta pengetahuan kultural dengan objek yang ada dalam foto. Punctum adalah saat kita mulai bergerak dan berhenti pada suatu titik karena titik itu mengesankan kita. Mengesankan artinya titik pada foto itu mampu menimbulkan mourning atau desire yang mendalam pada diri kita. Sedangkan satori adalah saat kita secara personal telah melihat sesuatu yang ada pada foto itu that has been menjadi that has there . Saat satori adalah saat dimana kita telah benar- benar „mengalami‟ foto secara personal. Seperti ada sebuah pandangan look yang memancar dari foto. Studium selalu memiliki kode, sementara punctum tidak. Melihat foto adalah sebuah perjalanan dari studium ke punctum untuk memulihkan foto yang mengancam kita. Menurut Barthes, ketika mencapai momen satori , kita telah mencapai sebuah kegilaan foto.

b. Menganalisa dengan teori milik Susan Sontag serta teori milik Naomi Wolf.

Setelah meminjam metode fenomenologi sinis milik Barthes, foto yang menimbulkan titik luka itu dianalisa dengan teori foto Sontag yang amat signifikan membeberkan bagaimana fotografi bisa menjadi media pencipta realita. Selanjutnya, agar pembacaan terhadap foto-foto ini tidak lepas dari konten, maka perlu diramu dengan teori tentang perempuan bahwa tubuh perempuan dikonstruksi serta diartikulasi oleh ideologi patriarkal. Sehingga perempuan terperangkap dalam mitos-mitos kecantikan yang diibaratkan seperti sebuah Iron Maiden . PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21

c. Meramu hasil pembacaan dan analisa dengan gambaran dunia fotografi di Indonesia.

Setelah melakukan pembacaan foto, dan menganalisanya dengan teori milik Sontag dan Naomi Wolf, perlu dilakukan analisa lanjutan agar foto yang dibaca tidak lepas dari konteks. Analisa ini bertujuan membuktikan asumsi dasar dari seluruh penelitian ini, bahwa dunia fotografi Indonesia yang maskulin mempengaruhi bagaimana tubuh perempuan diartikulasikan dalam sebuah karya foto. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan berbagai gambaran dunia fotografi di dunia serta Indonesia pada khususnya. I. SKEMA PENULISAN Hasil penelitian ini akan disusun dalam lima bab. Bab pertama adalah Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tema penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitan, pentingnya peneltian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis serta metode penelitian. Bab kedua adalah Gambaran Umum atau konteks dari objek penelitian ini. Dalam penelitian dengan objek foto perempuan hamil sembilan bulan ini, maka konteks yang digambarkan adalah tentang sejarah fotografi secara umum, serta Indonesia pada khususnya. Selain itu, dalam bab ini juga akan digambarkan tentang bagaimana tubuh perempuan dicitrakan serta dikonstruk untuk menjadi „cantik yang sempurna‟ dalam dunia fotografi di Indonesia. Bab ketiga adalah bagian yang berisi data-data pokok dalam penelitian ini. Bab ini akan mengupas habis imaji tubuh perempuan dalam seri foto Nine Months 22 karya Diah Kusumawardani. Singkatnya, bab ini akan berbicara mengenai studium dari seri Nine Months . Bab keempat adalah jawaban dari rumusan masalah yang telah saya paparkan di atas. Bab ini akan menjabarkan tentang bagaimana fotografi menjadi medium pembentuk realitas yang maskulin serta tentang bagaimana fotografi menjadi medium yang mengartikulasikan tubuh perempuan. Penjabaran tersebut akan dilakukan melalui titik-titik yang telah mulukai saya punctum dalam seri Nine Months itu. Dalam bab ini juga akan berisi satu titik refleksi penulis yang melihat bahwa sekarang ini gambar-gambar fotografis telah menjadi semacam sampah visual, yang ironisnya –malah- dirayakan bersama-sama. Bab kelima adalah Penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh penelitian ini. 23 BAB II GAMBARAN DUNIA FOTOGRAFI DI INDONESIA Bab II akan membahas konteks dari tulisan ini, yaitu dunia fotografi di Indonesia. Berbagai hal yang memberi gambaran tentang konteks dari penelitian ini akan dijabarkan dalam sejumlah sub bab. Pada sub bab pertama akan dibahas secara singkat tentang bagaimana fotografi mulai ditemukan, sub bab kedua akan membahas tentang bagaimana medium ini masuk dan berkembang di Indonesia. Sub bab ketiga akan membahas tentang imaji tubuh perempuan –baik yang dikonstruk cantik ataupun tidak sempurna- dalam dunia fotografi di Indonesia. A. DARI LUKISAN CAHAYA HINGGA KODAK Menurut Focal Encyclopedia of Photography , secara literal istilah fotografi diambil dari kata photos dan graphos yang berarti lukisan cahaya. Kamera obscura adalah prinsip dasar dan paling awal dari fotografi yang berhubungan dengan elemen cahaya ini. 32 Kemudian menurut Encyclopedia of Twentieth-Century Photography , kamera obscura, hadir jauh sebelum fotografi benar-benar ada. Tanpa keberadaannya tidak mungkin ada fotografi. 32 Michael R. Peres Editor in Chief, Focal Encyclopedia of Photography, hal 27. 24 Gambar 1. Kamera obscura dari tahun 1817. 33 Kamera obscura berarti “kamar gelap”. Ia berfungsi untuk memerangkap cahaya yang masuk ke dalam. Prinsip kerjanya amat sederhana, cahaya yang masuk ke ruang gelap lewat sebuah lubang kecil akan memproyeksikan gambar terbalik. Gambar terbalik itu adalah realitas yang ada di luar kamera obscura. Hasil rekam gambar kamera obscura baru tercapai pada tahun 1826 ketika Joseph Nicephore Niepce, seorang bangsawan Prancis, melakukan berbagai percobaan kimia dan memproduksi “heliograf” tulisan matahari. Citra pertama dari lukisan cahaya yang permanen itu terkenal dengan sebutan Le Grass . Le Grass adalah nama apartemen Niepce, tempat ia membekukan plat heliografnya yang menghasilkan citra lanskap dari jendela apartemennya. 34 Lalu dalam artikel Fotografi dan Budaya Visual, 35 Alexander Supartono menyebutkan bahwa Louis Jacques Mande Daguerre lah yang melakuan terobosoan yang akhirnya tercatat dalam sejarah fotografi. Setelah mengontak Niepche, Daguerre berhasil membuat fotografi menjadi lebih praktis. Dalam Focal Encyclopedia of P hotography disebutkan bahwa pada 1826, Louis Jacques 33 Diunduh dari http:brightbytes.comcositewhat.html . 34 Michael R. Peres, Focal Encyclopedia of Photography, hal 28 35 Alexander Supartono, Fotografi dan Budaya Visual, Jurnal Kalam, Edisi 23, 2007. 25 Mande Daguerre mengontak Niepche untuk bersama-sama mengembangkan penemuan mereka. Lalu baru tiga tahun sesudahnya, Niepche dan Daguerre berpartner untuk mencipta sebuah alat yang bisa merekam realitas. Akhirnya pada 1839, daguerreotype dipatenkan dan diumumkan secara besar-besaran ke dunia sebagai kamera pertama. Gambar 2. Alat dan sejumlah elemen untuk membuat daguerreotype dari sebuah iklan thn 1843. 36 Kemudian setelah daguerreotype, serta penemuan negatif film oleh Talbot, perkembangan dunia fotografi tak terbendung. Berbagai cara dilakukan agar teknologinya dapat lebih praktis serta terjangkau oleh berbagai kalangan. Sebuah tuntutan dunia industri yang sangat masuk akal. George Eastman adalah salah satu pebisnis yang berhasil membuat teknologi fotografi menjadi lebih praktis. Lewat Eastman Dry Plate Company pada pertengahan 1880-an, Eastman memperkenalkan strip film. Strip film itu dibuat dengan mengaplikasikan senyawa kimia emulsi silver bromide gelatin pada kertas yang sudah dilapisi oleh lapisan tipis soluble gelatin . Lalu pada 1888, Estman Dry Plate and Film Company memperkenalkan kamera Kodak dengan rol film transparan di dalamnya. 37 36 Diunduh dari http:www.photohistory-sussex.co.ukdagprocess.htm 37 Michael R. Peres, Focal Encyclopedia of Photography, hal 34-35. 26 Inilah kemudian salah satu titik yang merevolusi dunia fotografi. Dari yang hanya mampu diraih oleh kalangan tertentu, menjadi medium yang terjangkau dan massal. Dengan tagline „ You press the button, we do the rest ’, fotografi menjadi medium yang tidak hanya bisa dijangkau oleh para profesional, tetapi juga publik dari berbagai kalangan. Gambar 3. Kamera Kodak yang pertama. 38 Sesudah penemuan Kodak, perkembangan teknologi fotografi seperti tidak terbendung lagi. Tahun 1925, Leica –Jerman, mengeluarkan kamera 35 mm pertama, yang menjadi kamera standar saat ini. Tidak mau kalah, Kodak kembali menyusul dengan memperkenalkan film berwarna pada tahun 1935. Kemudian foto langsung jadi, Polaroid, pun diluncurkan tahun 1947. Akhirnya pada tahun 1957, era digital mulai pelan-pelan memasuki dunia fotografi. Ketika itu citra digital pertama yang dibuat dengan komputer diciptakan oleh Russel Kirsch di U.S National Bureau of Standards sekarang bernama National Institute of 38 Diunduh dari http:inventors.about.comodestartinventorsssGeorge_Eastman.htm 27 Standards and Technology , NIST. Dan akhirnya pada tahun 1996, kamera digital mulai dijual ke pasaran. 39 Setelah era digital datang, fotografi seperti menjadi tidak terbatas. Setiap saat, teknologi fotografi rasanya selalu berkembang. Fitur-fitur yang 10 tahun lalu tidak terbayangkan, saat ini menjadi begitu riil. Begitu juga berbagai narasi, wacana, maupun perdebatan, berkelindan di seputar konsep, simbol serta teknologi fotografi itu sendiri. B. GAMBARAN DUNIA FOTOGRAFI DI INDONESIA Dalam sub-bab ini akan dibahas gambaran dunia fotografi di Indonesia secara umum. Mulai dari masuknya medium fotografi ke Nusantara hingga perkembangan selanjutnya. Data-data yang tertera dalam sub-bab ini dikumpulkan dari berbagai sumber, baik tertulis maupun online .

1. Kedatangan Fotografi