Kedatangan Fotografi Mengartikulasi tubuh perempuan dalam foto studi pada Seri Foto Nine Months Karya Diah Kusumawardani Wijayanti

27 Standards and Technology , NIST. Dan akhirnya pada tahun 1996, kamera digital mulai dijual ke pasaran. 39 Setelah era digital datang, fotografi seperti menjadi tidak terbatas. Setiap saat, teknologi fotografi rasanya selalu berkembang. Fitur-fitur yang 10 tahun lalu tidak terbayangkan, saat ini menjadi begitu riil. Begitu juga berbagai narasi, wacana, maupun perdebatan, berkelindan di seputar konsep, simbol serta teknologi fotografi itu sendiri. B. GAMBARAN DUNIA FOTOGRAFI DI INDONESIA Dalam sub-bab ini akan dibahas gambaran dunia fotografi di Indonesia secara umum. Mulai dari masuknya medium fotografi ke Nusantara hingga perkembangan selanjutnya. Data-data yang tertera dalam sub-bab ini dikumpulkan dari berbagai sumber, baik tertulis maupun online .

1. Kedatangan Fotografi

Sejumlah peneliti dan penulis telah mencatat bagaimana medium fotografi ini datang dan akhirnya diterima di bumi Indonesia. Diantaranya adalah Karren Strassler dalam bukunya berjudul Refracted Visions . 40 Dalam bukunya yang berkisah tentang modernitas yang masuk ke tanah Jawa lewat fotografi, ditulis secara singkat tentang bagaimana fotografi pertama kali masuk ke Indonesia. Strassler menulis bahwa pada tahun 1840 pihak administratur VOC membentuk sebuah komisi fotografi yang bertujuan menguji alat foto yang baru setahun sebelumnya, 1839, diumumkan ke publik. Teknologi baru itu diuji ketahanan serta kekuatannya di daerah tropis. Lalu setahun kemudian, 1841, pihak 39 Alexander Supartono, Fotografi dan Budaya Visual, Jurnal Kalam no 23, 2007. 40 Karen Strassler, Refracted Visions: Popular Photography and National Modernity in Java , Duke University Press, London: 2008. 28 kolonial membentuk kembali sebuah komisi fotografi, untuk melakukan survey serta mengumpulkan data di Hindia-Belanda. Dengan alat foto itu, komisi ini mengumpulkan data gambar berupa kekayaan alam, budaya serta berbagai hal yang dianggap menarik serta bisa mendatangkan keuntungan. Menurut Strassler, pada masa kolonial, fotografi memang digunakan sebagai alat oleh penguasa untuk mensurvei berbagai potensi yang dimiliki daerah jajahan. Hasil survei ini kemudian akan dirangkai dalam sebuah katalog sehingga kekayaan yang dimiliki oleh daerah jajahan dapat dipetakan dan dipromosikan kepada warga mereka sendiri. Semasa kolonial itu pun, fotografi komersial mulai berkembang di bumi Nusantara. Para Noni Belanda serta Tuan Belanda banyak yang mengabadikan dirinya dalam sebuah potret. Mereka mencitrakan diri sebagai bagian dari golongan Borjuis Eropa yang begitu menikmati kehidupan kolonial saat itu. Para bangsawan serta golongan elit Jawa pun seringkali membuat potret diri yang menegaskan kebangsawanan mereka. Perkembangan fotografi komersial itu, akhirnya membuat dunia fotografi makin digemari serta bisnis fotografi makin maju. Lalu pada akhir 1800-an, fotografi pun makin populer diantara sejumlah kalangan elit di daerah jajahan Hindia-Belanda. Namun, fotografi masih dimonopoli oleh kalangan elit Belanda, etnis Cina golongan menengah, serta kalangan bangsawan lokal, khususnya para kaum laki-laki. 41 Yudhi Soerjoatmodjo dalam esai The Chalenge of Space: Photography in Indonesia 1841-1999 mencatat sejumlah orang atau sekelompok orang yang 41 Karren Strassler, Refracted Visions, hal 6-8. 29 sempat menorehkan karya fotografinya di awal-awal kedatangan medium ini ke bumi Nusantara. Salah satu studio yang tercatat paling penting di Nusantara ketika itu adalah studio Woodbury Page yang didirikan oleh sepasang warga negara Inggris bernama sama dengan studio mereka. Kedua orang Inggris ini sebelumnya merantau ke Australia untuk mencari emas yang tidak menguntungkan mereka sama sekali. Lalu pada 1857 mereka memutuskan untuk pindah ke Hinda-Belanda dan berusaha dalam bidang fotografi. Usaha studio mereka berlangsung hingga awal 1900-an. Gambar 4. Dua buah foto hasil karya Woodbury and Page. 42 Di tengah kesukseskan sejumlah fotografer Eropa itu, seorang Jawa kelahiran Yogyakarta berhasil berkiprah menggunakan medium fotografi. Dalam esainya The Chalenge of Space , Yudhi Soerjoatmodjo menyebut bahwa sejarah mencatat Kassian Cephas 1845-1912 adalah fotografer lokal pertama di Indonesia. Pada 1870-an Cephas juga pernah mengabdi pada Keraton Yogyakarta Hadiningrat. 42 Diunduh dari http:photographyindonesia.wordpress.com20110909woodbury-and-page 30 Hasil karya Kassian Cephas banyak digunakan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda, karena ia juga bekerja pada komisi fotografi di pemerintahan kolonial. Cephas banyak memotret lokalitas tempatnya tinggal, seperti reruntuhan candi-candi Hindu-Budha Borobudur-Prambanan, berbagai tarian sakral Kraton Yogyakarta, upacara-upacara tradisional di daerah Kesultanan Yogyakarta, juga berbagai motif batik yang merupakan karya khas Yogyakarta. 43 Lewat Cephas, Indonesia khususnya Jawa direpresentasikan dengan wajah lokal. Ia bisa dikatakan sebagai salah satu titik penting, awal dimana fotografi benar-benar mulai menyentuh Indonesia yang sebenar-benarnya mata lokal dengan representasi lokal. Gambar 5. Kassian Cephas 1905. 44

2. Perkembangan Dunia Fotografi di Indonesia