Remaja dan Perilaku Merokok

19 yang harus dipilihnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengambilan keputusan decision making merupakan salah satu bentuk aktivitas berpikir dan hasil dari aktivitas itu disebut keputusan Desmita, 2007. Merokok merupakan salah satu bentuk keputusan yang merupakan hasil dari proses pengambilan keputusan. 2. Proses Pengambilan Keputusan Janis dan Mann 1977; Imelda, 2014 mengemukakan tahap pengambilan keputusan yaitu, sebagai berikut: 1 Tahap menilai informasi atau masalah appraising the challenge Ketika individu menerima informasi yang tidak atau informasi yang menurutnya jauh dari harapan, maka ia akan mempertahankan sikap mengenai tindakan yang ingin ia lakukan. Adanya informasi yang belum jelas membuat individu cenderung mengalami konflik sementara personal temporary crisis dan mulai ragu dengan apa yang dipercayai selama ini. Jika individu menyadari adanya konsekuensi negatif yang akan ia terima, maka biasanya individu merasa kehilangan harga diri dimata teman-teman dan kerabat akibat dari kebodohan yang ia lakukan selama ini. Individu juga akan merasa sangat kaku apabila menolak untuk mengubah perilakunya sesuai kebutuhan. 2 Mencari alternatif surveying alternative Setelah kepercayaan individu diguncang oleh informasi baru yang dirasa memiliki konsekuensi, maka individu mulai memfokuskan pada satu alternatif atau lebih. Individu haus akan informasi sehingga mulai 20 mencari berbagai alternatif dan meminta saran atau informasi dari oranglain untuk menghadapi konflik yang dialaminya. 3 Menimbang alternatif weighting alternative Individu pada tahap ini menuju pada analisis dan evaluasi yang lebih dalam pada keuntungan dan kerugian pada tiap alternatif yang tersedia. Hal tersebut dilakukan hingga individu tersebut merasa yakin terhadap satu alternatif yang sesuai dengan tujuannya. Ketika individu menyadari kemungkinan adanya penyesalan dimasa depan, pembuat keputusan menjadi sangat berhati-hati dalam menilai alternatif. Tindakan yang saat ini individu lakukan biasanya berfungsi sebagai dasar untuk membandingkan setiap alternatif baru. Individu terkadang merasa tidak puas terhadap setiap alternatif setelah melalui berbagai pertimbangan. Individu dapat kembali menuju tahap 2 untuk menemukan alternatif baru yang mungkin lebih baik dari pada alternatif yang ada selama ini. Secara umum, pada tahap 3 individu cenderung merasa ragu terhadap tindakan terdahulu. Individu juga belum dapat berkomitmen dengan alternatif baru, meskipun individu memiliki pilihan yang terbaik yang bisa diambil. Individu akan semakin responsif terhadap informasi baru yang membuatnya mempertimbangkan pilihannya kembali. 4 Menyatakan komitmen deliberating about commitment Setelah secara internal memutuskan, maka individu mulai membicarakan niat dan penerapan keputusannya terhadap oranglain secara hati-hati. Sebagai pembuat keputusan yang waspada, ia menjadi lebih 21 khawatir terhadap kemungkinan penolakan dari orang lain yang sebelumnya tidak ia pikirkan. Individu cenderung memikirkan banyak cara untuk menghindari penolakan dari oranglain sebelum memberitahukan pilihan yang akan diambilnya. Pengambil keputusan mungkin membicarakan pilihannya pada orang yang dianggap mampu menerima dan menahan informasi untuk sementara dari siapapun yang diduga akan tidak setuju terhadap pilihannya. 5 Bertahan dari feedback negatif Banyak individu yang merasa senang dan nyaman dengan keputusan baru yang diambil. Namun, seringkali keadaan tersebut terganggu oleh munculnya feedback negatif dari pihak lain. Kemudian, tahap 5 akan setara dengan tahap 1 dalam artian bahwa munculnya peristiwa yang tidak menguntungkan atau munculnya feedback negatif merupakan untuk mengadopsi kebijakan baru. Namun, tahap 5 berbeda dengan tahap 1, ketika tantangan muncul, pembuat keputusan hanya terguncang sementara dan mengambil keputusan sementara meskipun sebenarnya ia lebih suka untuk tetap pada keputusan aslinya. Tahap 5 akan tetap berlangsung sepanjang semua tantangan diabaikan, dibantah, ditiadakan, yang memungkinkan pengambil keputusan untuk tetap menjalani tindakan yang dipilih. Pengambil keputusan akan tetap pada tahap 5 tanpa batas waktu tertentu, hingga pengambil keputusan menemukan tantangan bersifat kuat yang mampu membuat pengambil keputusan tidakpuas terhadap tindakannya selama ini. 22 Janis dan Mann dalam Schvandelt, 1983 percaya bahwa semakin adekuat seseorang menggunakan setiap langkah-langkah maka semakin teliti dan efisien proses pengambilan keputusannya. 3. Faktor-faktor dalam Pengambilan Keputusan Faktor-faktor yang berpengaruh dari pengambilan keputusan individual dapat dibedakan menjadi dua faktor utama yaitu faktor internal, yang berasal dari dalam individu dan faktor eksternal, yang berasal dari luar individu Moordiningsih, 2005. Faktor internal meliputi kreativitas individu, persepsi, nilai-nilai yang dimiliki individu, motivasi dan kemampuan analisis permasalahan. Faktor eksternal meliputi rentang waktu dalam membuat keputusan, informasi dan komunitas individu saat mengambil keputusan, peran pengaruh sosial maupun peran kelompok.

4. Pengambilan Keputusan Remaja

Konteks sosial berperan penting dalam pengambilan keputusan remaja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Steinberg dalam Santrock, 2011 mengungkapkan bahwa kehadiran rekan sebaya dalam situasi berisiko meningkatkan kecenderungan remaja dalam mengambil keputusan berisiko. Salah satu usulan yang menjelaskan mengenai pengambilan keputusan remaja adalah model proses-ganda dual-process model. Model proses-ganda ini menekankan bahwa sistem pengalamanlah yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan remaja, bukan sistem analitis Santrock, 2011. Selain itu, dalam pengambilan keputusan sehari-hari, remaja kerap kali tidak berpikir