Lem Kayu Papan Partisi

20 bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips gypsum dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantongzak. Hidayat,S., 2009

II.8. Lem Kayu

Lem kayu yang digunakan berupa lem putih atau disebut juga Polivinil asetat PVAc merupakan salah satu produk jenis polimer emulsi. Polimerisasi emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan di dalam air dengan perubahan surfaktan untuk membentuk suatu produk polimer emulsi yang bisa disebut lateks. Lateks didefinisikan sebagai dispersi koloidal dari partikel polimer dalam medium air. Bahan utama di dalam polimerisasi emulsi selain dari monomer dan air adalah surfaktan , inisiator dan zat pengalih rantai. Produk-produk polimer emulsi ini merupakan bahan yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai jenis sektor industri. Dalam industri tekstil sebagai macam emulsi digunakan dalam proses pengkanjian sizing, pencapan printing, dan penyempurnaan finishing. Dalam industri cat tembok berbagai macam polimer emulsi digunakan sebagai pengikat dan pengental. Menurut Hamzah, 2004, Polimer emulsi digunakan sebagai perekat dalam industri kayu lapis dan pengerjaan furniture selain itu sifat khusus dari beberapa kopolimer emulsi yang lengket terhadap aksi tekanan merupakan suatu sarana bagi penggunaan material tersebut sebagai lem striker dan lem celorape yang dikenal dengan lem peka tekanan. 21 Polivinil asetat adalah suatu polimer karet sintesis. Polivinil asetat dibuat dari monomernya, vinil asetat vinyl acetate monomer, VAM. Hidrolis sempurna atau sebagian dari senyawa ini akan menghasilkan polivinil alkohol PVOH. Rasio hasil hidrolis ini berkisar antara 87 - 99. PVA dijual dalam bentuk emulsi di air, sebagai bahan perekat untuk bahan-bahan berpori khususnya kayu. Lisartha, N.H., 2008.

II.9. Papan Partisi

Menurut Dirjen IKAH, 2001, Papan partisi adalah dinding yang berbentuk lembaran atau lempeng dengan ukuran tertentu yang digunakan sebagai komponen pemisah atau dinding penyekat . Lembaran partisi merupakan alternatif murah dari papan kayu atau tembok. Papan partisi umumnya dibuat dari semen atau gipsum dan diperkuat oleh serat dan perekat. Bahan perekat yang bisa digunakan misalnya lem kayu. Sifat utama yang diperlukan adalah tebal, kadar air, daya serap air dan kekuatan lentur. Partisi yang ideal dikehendaki ketebalannya serendah mungkin tetapi kekuatannya terpenuhi. Kadar air partisi harus serendah mungkin agar struktur bangunan tidak lembab sehingga terhindar dari gangguan jamur. Daya serap air partisi juga diinginkan serendah mungkin sehingga bisa memberikan efek perlindungan yang maksimal. Sementara itu kekuatan lentur dikehendaki setinggi mungkin karena fungsinya sebagai komponen struktur bangunan. Haroen,W.K.,dkk, 2006 Papan partisi merupakan pasta ringan dengan campuran limbah padat dan perekat sebagai bahan yang pasif atau bahan pengisi. Menurut Kasmudjo, 1986, Hal-hal yang harus dipenuhi oleh papan partisi adalah : 22 1. Lembaran harus mempunyai tepi potongan yang lurus, rata dan tidak berkerut, sama tebalnya pada seluruh panjang lembaran. Bila diketuk ringan dengan benda yang keras, berbunyi nyaring yang menandakan bahwa lembaran tidak pecah atau retak. 2. Permukaan lembaran harus tidak menunjukkan retak-retak, kerutan-kerutan atau cacat-cacat lain yang merugikan sifat pemakaiannya. Permukaan lembaran yang sengaja dibuat tidak rata diperbolehkan. 3. Penampang potongan lembaran harus menunjukkan campuran yang merata, tidak berlubang atau terbelah. 4. Lembaran harus mudah dipotong, digergaji, dibor dan dipaku tanpa mengakibatkan retak-retak atau cacat lainnya yang merugikan. 5. Berdasarkan standar Jerman DIN-1101, kekuatan lentur minimum rata-rata 17 Kgcm 2 dengan ketebalan 15 mm. Di sisi lain papan partisi yang ada di pasaran kebanyakan orang memilih papan gypsum, karena kelebihan dari gypsum lebih fleksibel untuk dibentuk sesuai dengan keinginan perancang, selain itu juga memiliki daya tahan dan tingkat stabilitas tinggi. Penggunaan interior gypsum sangat cocok untuk memperindah tampilan awal dari interior bangunan. Menurut Anonim, 2007, Dilihat dari komposisi materialnya, gypsum terbuat dari batu putih yang terbentuk karena pengendapan air laut. Proses pembuatannya melalui pemanasan dalam temperatur 175 derajat sehingga membentuk material bernama stucco. Stucco dicampur air, zat aditif, dan diolah 23 menjadi papan gypsum dengan dilapisi kertas khusus di permukaannya. Syamsiyah, 2008. 1 Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Papan Paritisi menurut Sutigno,P., 2009 antara lain;  Berat jenis kayu Perbandingan antara kerapatan atau berat jenis papan partisi dengan berat jenis kayu harus lebih dari satu, yaitu sekitar 1,3 agar mutu papan partisinya baik. Pada keadaan tersebut proses pengempaan berjalan optimal sehingga kontak antar partikel baik.  Zat ekstraktif kayu Kayu yang berminyak akan menghasilkan papan partisi yang kurang baik dibandingkan dengan papan partisi dari kayu yang tidak berminyak. Zat ekstraktif semacam itu akan mengganggu proses perekatan.  Jenis kayu Jenis kayu misalnya Meranti kuning yang kalau dibuat papan partisi emisi formaldehidanya lebih tinggi dari jenis lain misalnya meranti merah. Masih diperdebatkan apakah karena pengaruh warna atau pengaruh zat ekstraktif atau pengaruh keduanya.  Campuran jenis kayu Keteguhan lentur papan partisi dari campuran jenis kayu ada diantara keteguhan lentur papan partisi dari jenis tunggalnya, karena itu 24 papan partisi structural lebih baik dibuat dari satu jenis kayu daripada dari campuran jenis kayu.  Ukuran partikel Papan partisi yang dibuat dari tatal akan lebih baik dari pada yang dibuat dari serbuk karena ukuran tatal lebih besar dari pada serbuk. Karena itu, papan partisi struktural dibuat dari partikel yang relatif panjang dan relatif lebar.  Kulit kayu Makin banyak kulit kayu dalam partikel kayu sifat papan partisinya makin kurang baik karena kulit kayu akan mengganggu proses perekatan antar partikel. Banyaknya kulit kayu maksimum sekitar 10.  Perekat Macam partikel yang dipakai mempengaruhi sifat papan partisi. Penggunaan perekat eksterior akan menghasilkan papan partisi eksterior sedangkan pemakaian perekat interior akan menghasilkan papan partisi interior. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan, misalnya karena ada perbedaan dalam komposisi perekat dan terdapat banyak sifat papan partisi. Sebagai contoh, penggunaan perekat urea formaldehida yang kadar formaldehidanya tinggi akan menghasilkan papan partisi yang keteguhan lentur dan keteguhan rekat internalnya lebih baik tetapi emisi formaldehidanya lebih jelek. 25  Pengolahan Proses produksi papan partisi berlangsung secara otomatis. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan yang dapat mengurangi mutu papan partisi. Sebagai contoh, kadar air hamparan campuran partikel dengan perekat yang optimum adalah 10-14, bila terlalu tinggi keteguhan lentur dan keteguhan rekat internal papan partisi akan menurun. 2 Mutu Papan partisi Mutu papan partisi meliputi cacat, ukuran, sifat fisis, sifat mekanis, dan sifat kimia. Dalam standar papan partisi yang dikeluarkan oleh beberapa negara masih mungkin terjadi perbedaan dalam hal kriteria, cara pengujian, dan persyaratannya. Walaupun demikian, secara garis besarnya sama.  Cacat Pada Standar Indonesia Tahun 1983 tidak ada pembagian mutu papan partisi berdasarkan cacat, tetapi pada standar tahun 1996 ada 4 mutu penampilan papan partisi menurut cacat, yaitu :A, B, C, dan D. Cacat yang dinilai adalah partikel kasar di permukaan, noda serbuk, noda minyak, goresan, noda perekat, rusak tepi dan keropos.  Ukuran Penilaian panjang, lebar, tebal dan siku terdapat pada semua standar papan partisi. Dalam hal ini, dikenal adanya toleransi yang tidak selalu sama pada setiap standar. Dalam hal toleransi telah, dibedakan 26 untuk papan partisi yang dihaluskan kedua permukaannya, dihaluskan satu permukaannya dan tidak dihaluskan permukaannya.  Sifat Fisis Kadar air papan partisi ditetapkan dengan cara yang sama pada semua standar, yaitu metode oven metode pengurangan berat. Walaupun persyaratan kadar air tidak selalu sama pada setiap standar, perbedaannya tidak besar kurang dari 5.  Sifat Mekanis Keteguhan kuat lentur umumnya diuji pada keadaan kering meliputi modulus patah dan modulus elastisitas. Pada Standar Indonesia Tahun 1983 hanya modulus patah saja, sedangkan pada Standar Indonesia Tahun 1996 meliputi modulus patah dan modulus elastisitas. Sutigno, P., 2009.

II.10. Toxicity Characteristic Leaching Procedure TCLP