Kerapatan Kadar Air Pengembangan Tebal Kuat Lentur Landasan Teori

28 9,5 millimeter. Material yang dihancurkan bercampur dengan acetid acid extraction liquid, dan diaduk dalam rotary extarctor selama 18 jam pada 30 RPM dan 22 C. Setelah 18 jam, sampel disaring TCLP extract. TCLP extrac dianalisa untuk mengetahui kontaminan pencemar yang mencakup volatile dan semi- vollatile organics, metals, dan pesticides. Lisartha, N.H., 2008.

II.11. Kerapatan

Massa jenis atau kerapatan  zat merupakan karakteristik mendasar yang dimiliki zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dan volume zat itu, sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa dan volumenya. Namun, nilai kerapatan tidak bergantung pada massa zat maupun volumenya. Kerapatan zat, kecil perubahannya terhadap perubahan suhu Anonim,2009 Perhitungan kerapatan menurut SNI 1996 dapat dilakukan sebagai berikut: K = B .. V Keterangan : K = kerapatan gcm 3 B = berat contoh uji g V = volume contoh uji cm 3 29

II.12. Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Anonim, 2007. Perhitungan kadar air menurut SNI 1996 dapat dilakukan sebagai berikut: KA = B1- B2 x 100 B2 Keterangan: KA = Kadar Air B1 = Berat awal g B2 = Berat Kering Tanur g

II.13. Pengembangan Tebal

Iswanto 2005 menjelaskan sifat pengembangan tebal papan partikel merupakan salah satu sifat fisis yang akan menentukan suatu papan komposit yang digunakan untuk keperluan interior dan eksterior. Apabila pengembangan tebal suatu papan komposit tinggi berarti stabilitas dimensi produk tersebut rendah, sehingga produk tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan eksterior dan sifat mekanisnya akan menurun dalam jangka waktu yang tidak lama. Anonim, 2010. Pengembangan menurut SNI 1996 dihitung sebagai berikut: Pengembangan = T 1 – T x 100 T Keterangan : T 1 = Tebal setelah direndam T = Tebal sebelum direndam 30

II.14. Kuat Lentur

Pengujian lentur statik adalah salah satu cara pengujian yang di pakai sejak lama bagi bahan yang cocok, karena dapat di lakukan pada batang uji berbentuk sederhana. Syamsiah, 2008. Perhitungan kuat lentur menurut SNI 1996 adalah sebagai berikut: KL = 3 B P 2 L T 2 Keterangan : KL = kuat lentur kgcm2 B = beban maksimum kg P = jarak sangga cm L = lebar cm T = tebal cm 31

II.15. Landasan Teori

Teori yang melandasi penelitian ini didasari atas metode solidifikasi dengan memanfaatkan limbah padat berserat sludge sebagai papan partisi untuk membatasi atau mengurangi lepasnya kontaminan yang berbahaya kelingkungan. Limbah padat industri kertas dapat berupa padatan, lumpur sludge, dan bubur pulp yang berasal dari sisa proses pengolahan. Lumpur hasil IPAL industri kertas tersebut dikelola dengan cara membuangnya langsung pada landfill, padahal didalamnya dimungkinkan mengandung logam berat dan bahan pembantu lain. Lumpur hasil IPAL tersebut umumnya masih mengandung 60 serat selulosa pendek yang dapat dipergunakan untuk pembuatan papan partisi. Menurut Subyanto, 2004, Pada umunya sabut kelapa masih mengandung komponen kimia kayu seperti lignin 16,19, selulosa 44,14 dan hemiselulosa 19,28 yang juga dapat dimanfaatkan sebagai papan partisi. Dalam proses pembuatan papan partisi dengan memanfaatan limbah padat sludge industri kertas digunakan bahan-bahan perekat, antara lain: 1. Semen, yang mempunyai sifat hidrolis. Dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium C 2 S dan C 3 S yang bersifat hidrolis dapat mengeras dan menghasilkan padatan yang stabil dalam air. Bila bereaksi dengan air akan terjadi reaksi hidrasi yang menghasilkan senyawa hidrat yaitu kalsium silikat hidrat CSH dan kalsium hidroksida CaOH 2 yang berpengaruh pada kekuatan perekatan. 32 2. Lem Kayu, merupakan perkat yang lebih ringan dan lebih lentur karakeristiknya dibandingkan dengan perekat lain yang digunakan. Sifat lem yang mengikat, kental peka terhadap aksi tekanan, flexsiblilitasnya tinggi dan tidak bersifat asam, cocok digunakan untuk bahan perekat limbah padat yang juga akan menghasilkan sifat lentur pada papan partisi.

II.16. Hipotesa