Limbah Industri Kertas Definisi Limbah B3

9 Pembakaran adalah pembakaran sludge dengan suhu tinggi 900°C. Dalam proses pembakaran limbah padat ini harus digunakan peralatan yang khusus seperti insenerator karena dengan pembakaran pada suhu tersebut dapat sempurna dan tidak dihasilkan hasil samping yang akan membahayakan lingkungan. Trisnawati, A. Fitria, 2008 Sumber: Trisnawati, A. Fitria, 2008

II.2. Limbah Industri Kertas

Menurut KepMen LH No.51 tahun 19951999, Limbah industri adalah sisa hasil buangan yang berasal dari industri sebagai akibat proses produksi. Limbah industri merupakan materi atau energi yang tidak berguna lagi dalam proses atau 10 teknologi yang dipilih, seperti limbah pada umumnya maka limbah industri dapat terwujud. Limbah yang dihasilkan oleh industri pulp dan kertas pada umumnya berbentuk cair, padat dan gas. Limbah industri tersebut diolah pada unit pengolahan limbah dan akan menghasilkan effluent cair dan lumpur Sludge. Limbah padat industri kertas dibedakan atas limbah serat dan non serat, berasal dari beberapa unit proses umumnya merupakan hasil akhir proses dan tidak berguna yang berbentuk seperti lumpur sludge. Menurut Soe, 2005; Yusup etall 2002, Karakteristik limbah padat industri kertas sangat bervariasi tergantung pada bahan baku, produk yang dihasilkan serta tingkat pengolahan pendahuluan yang telah dilakukan. Pengelompokan jenis limbah padat harus memberikan gambaran tentang karakteristiknya seperti jenis limbah, jumlah limbah perton produk, kandungan organik, kadar air, kadar abu, nilai kalor, unsur mikro, logam berat dan element spesifik lainya. Komposisi kimia limbah padat banyak dipengaruhi oleh komponen- komponen kimia yang terkandung dalam sumber limbah tersebut berasal. Limbah padat berserat yang dihasilkan dari produk kertas mempunyai kandungan senyawa organik dengan komponen utamanya adalah serat selulosa sebanyak ±60 dan sisanya adalah senyawa organik. Menurut Bambang S.,Etall 2004, Pemanfaatan limbah padat ini menjadi bahan untuk pembuatan papan partisi ditentukan oleh jumlah dan kualitas serat yang terkandung didalamnya. Bila fraksi serat masih cukup tinggi maka mutu papan partisi sebagai salah satu komponen bahan bangunan akan terpenuhi. Haroen, W.K., dkk,2006 11

II.3. Definisi Limbah B3

Limbah B3 adalah bahan yang tidak diinginkan atau sisa dari suatu proses produksi, atau yang dibuang dari pemukiman penduduk atau komunitas hewan. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya danatau beracun karena sifat danatau konsentrasinya danatau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak langsung dapat merusak danatau mencemarkan lingkungan hidup danatau dapat membahayakan kesehatan manusia.

II.3.1. Identifikasi Limbah Berdasarkan Karakteristik

Identifikasi limbah B3 berdasarkan karakteristiknya dapat dibagi seperti dijelaskan sebagai berikut. Penentuan yang lebih spesifik terhadap kandungan bahan organik dan anorganik yang diklasifikasikan sebagai komponen aktif B3, ditentukan dengan metode Toxicity Characteristic Leaching Procedure TCLP. 1. Mudah Meledak explosive Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu tekanan dan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. 2. Mudah Terbakar Limbah mudah terbakar adalah limbah yang apabila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan apabila telah nyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama. 12 3. Limbah Reaktif Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi. 4. Limbah Beracun Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menyebabkan kematian dan sakit serius. Apabila masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, kulit, atau mulut. Prosedur ekstraksi untuk menentukan senyawa organik dan anorganik TCLP dapat digunakan untuk identifikasi limbah ini. Limbah yang menunjukkan karakteristik beracun yaitu jika diekstraksi dari sampel yang mewakili mengandung kontaminan lebih besar. 5. Korosif corrosive Limbah yang bersifat korosi, yaitu limbah yang menyebabkan iritasi terbakar pada kulit atau mengkorosi baja. Limbah ini mempunyai pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa. 6. Limbah Infeksi Limbah yang menyebabkan infeksi, yaitu bagian tubuh yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lain yang terkena infeksi kuman penyakit yang menular. 13 7. Uji Toksilogi Pengujian toksilogi yang dimaksud adalah dengan metode Lethal Dose Fify LD-50 yaitu perhitungan dosis gram pencemar per kilogram berat badan yang dapat menyebabkan kematian 50 populasi makhluk hidup yang dijadikan percobaan. Apabila LD-50 lebih besar dari 15 gram per kilogram maka limbah tersebut bukan limbah B3.

II.3.2. Pengelolaan Limbah B3

Menurut, PP No.18 Tahun 1999 Pasal 1, Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencangkup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaataan, pengolahan dan penimbunan B3. Pengolahaan ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang telah tercemar.

II.3.3. Pendekatan Kimia Fisik dalam Penelitian Limbah B3

Pendekatan kimia fisik bertujuan mengetahui sifat-sifat limbah dan komposisi kimia limbah. Pada dasarnya penentuan sifat fisik dan kimia suatu limbah adalah sifat intrinsik yang dimiliki limbah tersebut. Pendekatan yang lebih komplek namun masih di kategorikan pendekataan kimia fisik adalah pemodelaan transport, transformasi dan simulasi kondisi tertentu. Contoh pemodelaan yang banyak dilakukaan dalam kaitaannya dengan potensi migrasi suatu pencemar adalah pemodelan transport melalui air tanah. Contoh simulasi pada laboratorium adalah uji TCLP, yang menstimulasi skenario terburuk yang mungkin terjadi pada limbah. 14

II.3.4. Pendekatan Komprehensif dalam Penelitian Limbah B3

Penggabungan kimia fisik dan biologi, menghasilkan suatu pendekatan yang komprehensif yang diwujudkan lewat penelitian analisis resiko risk assesment, tujuaan risk assessment adalah untuk menyediakan suatu dasar yang terkuantitatif dalam pengambilan keputusaan, bagaimana suatu limbah itu harus dikelola. Ada pun langkah-langkah penting dalam melakukaan risk assessment adalah: 1. Hazard identification: menjawab apakah saja zat pencemar berbahaya yang ada dilapangan atau fasilitas, serta bagaimanaa karakteristiknya, langkah ini juga disebut Source Analysis. 2. Exposure assessment: meneliti potensial migrasi pencemaar ke reseptor dan tingkat intake ini juga disebut Pathway Analisis. 3. Toxicity assessment: mementukan indek-indek toksisitas yang diterima reseptor, langkah ini disebut juga Receptor Analisis. 4. Risk Characterisation: menentukan besar nya risk yang diterima oleh reseptor, seperti satu diantara satu juta 1 X 10 6 − .

II.4. Logam Berat