Kadar Abu TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur 17 panili, mentega dan sari buah. Karl Fischer pada tahun 1935 menggunakan cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari bahan basah dengan larutan iodine, sulfur dioksida dan piridina dalam methanol. Perubahan menunjukkan titik akhir titrasi. Sudarmadji, 1984

2.8 Kadar Abu

Penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-600 C dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggi setelah proses pembakaran tersebut. Sampel yang akan diabukan ditimbang sejumlah tertentu tergantung macam bahannya. Bahan yang mempunyai kadar tinggi sebelum pengabuan harus dikeringkan lebih dahulu. Bahan yang mempunyai kandungan zat yang mudah menguap dan berlemak banyak pengabuan dilakukan dengan suhu mula-mula rendah sampai asam hilang, baru kemudian dinaikkan suhunya sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan untuk bahan yang membentuk buih waktu yang dipanaskan harus dikeringkan dahulu dalam oven dan ditambahkan zat anti buih misalnya olive atau paraffin. Bahan yang akan diabukan dalam wadah khusus yang disebut krus yang dapat terbuat dari porselin, silica, quartz, nikel, atau platina dengan berbagai kapasitas. Pemilihan wadah ini disesuaikan dengan bahan yang akan diabukan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tinjauan Pustaka Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur 18 Bahan yang bersifat asam misalnya buah-buahan yang disarankan krus porselin yang bagian dalamnya dilapisi silica, sebab bila tidak dilapisi akan terjadi pengikisan oleh zat asam tersebut. Penggunaan krus porselin sangat luas karena, dapat mencapai berat konstan yang cepat dan murah tetapi mempunyai kelemahan sebab mudah pecah pada perubahan suhu yang mendadak. Temperatur pengabuan harus diperhatikan sungguh-sungguh karena banyak elemen abu yang dapat menguap pada suhu yang tinggi misalnya unsur K, Na, S, Ca, Cl, P. Penentuan abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan yaitu antara lain: 1. Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan 2. Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan 3. Penentuan abu total sangat berguna sebagai parameter nilai gizi bahan makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya oasir atau kotoran yang lain. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Metodologi Penelitian Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama empat bulan yaitu Agustus sampai November 2007. Tempat pelaksanaannya dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan Kimia Dasar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang.

3.2 Instrumen Penelitian

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: − Gelas kimia − Gelas ukur − Erlenmeyer biasa − Erlenmeyer asah − Labu takar − Labu Kjeldahl − Labu semprot − Buret − Pengaduk − Spatula − Corong − Kertas saring Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.