29
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun dengan adanya kondisi yang
asimetri, maka agen dapat mempengaruhi angka – angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
2.4 Manajemen Laba
2.4.1 Pengertian Manajemen
Laba
Manajemen Laba adalah campur tangan manajemen proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri.
Manajemen Laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan
Manajemen Laba berhubungan dengan erat dengan tingkat perolehan labaearnings atau prestasi usaha suatu organisasi. Hal ini tidaklah aneh karena
tingkat keuntungan atau laba yang diperoleh sering dikaitkan dengan prestasi management disamping memang sesuatu hal yang lazim bahwa besar kecilnya
bonus yang akan diterima oleh manajer tergantung dengan besar kecilnya laba yang diperoleh. Oleh sebab itu manajer sering berusaha menonjolkan prestasinya
melalui tingkat keuntungan laba yang dicapai. Healy dan Wahlen 1999 mengartikan manajemen laba sebagai “earnings
management occurs when managers use judgment in financial reporting and in structuring transactions alter financial report to either mislead some stokeholder
about underlying economic performance of the company or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting numbers”
30
Definisi yang diungkapkan Healy dan Wahlen 1999 mempunyai pengertian yang luas karena didalam pengertian tersebut terdapat tiga aspek
penting. Pertama adalah nampak bahwa banyak alasan atau justifikasi yang diajukan oleh manajer untuk mempengaruhi berbagai alas an untuk mengestimasi
berbagai kejadian masa depan, misalnya umur mesin, nilai sisa salvage value asset jangka panjang, penundaan pajak atau kerugian sebagai akibat dari adanya
baddebt. Manajer juga dituntut untuk memilih metode penyusutan, menentukan kebijakan tentang manajemen modal kerja, memutuskan, mengakui, atau menunda
pendapatan dan biaya, dan dituntuk untuk menetapkan apakah perlakuan – perlakuan khusus harus digunakan dalam kaitannya dalam strukturasi transaksi –
transaksi besar perusahaan corporate transaction. Misalnya dalam kasus penggabungan usaha merger dan kontrak lease penggunaan. Poin kedua adalah
manajemen laba digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak sebenarnya kepada pemegang saham to mislead stock holder atau beberapa tingkatan
pemegang saham tetnang kinerja ekonomi sebenarnya. Hal ini dapat terjadi manakala sebagai pemegang saham tidak memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan atau sebagian tidak perduli dengan praktek manajemen laba. Poin ketiga adalah justifikasi yang dilakukan oleh manajer untuk menggunakan
manajemen laba tidak saja berimplikasi pada manfaat tapi juga biaya. Artinya manajemen laba memiliki dua implikasi langsung, yaitu manfaat dan biaya cost
and benefit.
31
2.4.2 Faktor – Faktor pendorong Manajemen laba
Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatar belakangi terjadinya manajemen laba Watts dan Zimmerman, 1986, yaitu :
1. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasmya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus
besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. Dalam suatu perusahaan yang memiliki
rencana pemberian bonus, maka seorang manajer perusahaan akan melakukan penaikan laba saat ini yakni dengan memilih metode akuntansi yang mampu
menggeser laba dari masa depan ke masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey tingkat laba
terendah untuk mendapatkan bonus dan cap tingkat laba tertinggi. Jika laba berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan
memperoleh bonus lebih besar di periode berikutnya, begitu pula sebaliknya. Jadi manajer hanya akan menaikkan laba bersih perusahaan hanya jika laba bersih
berda diantara bogey dan cap. 2.
Debt Covenant Hypothesis Manajer perusahaan yang melakukan perjanjian kredit cenderung memilih
metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
Dalam perusahaan yang memiliki rasio debt to equity yang tinggi, maka akan mendorong manajer perusahaan untuk cenderung menggunakan metode
32
akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan berakibat menimbulkan kesulitan dalam
memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor dan bahkan perusahaan dapat terancam melanggar perjanjian hutang.
3. Political cost hypothesis
Dalam suatu perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, akan mendorong manajer untuk memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba
yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Adanya biaya politik dikarenakan
profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen. Agency theory terdapat asumsi bahwa setiap individu semata – mata
termotivasi oleh kepentingan diri sendiri sehingga akan dapat menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Sedangkan pemegang saham
sebagai pihak principal tentu akan mengadakan kontrak dengan tujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya sendiri yakni supaya profitabilitas yang
selalu meningkat. Seorang manajer dalam perusahaan bertindak sebagai agent dan cenderung
akan termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya sendiri yang antara lain seperti dalam hal memperoleh investasi,
pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Munculnya masalah keagenan ini sebenarnya lebih dikarenakan perilaku oportunistik dari agent, yaitu perilaku
manajemen untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang tentu sangat berlawanan sekali dengan kepentingan principal. Sebagai pengelola perusahaan,
33
manajer memiliki dorongan dan mempunyai kemampuan memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dinilai dapat memperlihatkan kinerjanya yang
baik sehingga tujuannya mendapatkan
2.5 Corporate Governance