51
3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder yaitu laporan keuangan yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia
BEI tahun 2006 – 2008. Laporan keuangan tahunan yang diterbitkan perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI
3.3.2 Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia BEI yaitu berupa data ICMD Indonesian Capital Market Directory
mulai tahun 2006 sampai dengan 2008.
3.3.3 Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi. Metode
dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek penelitian.
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam mencari pemecahan atas
permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah melakukan analisis regresi linier berganda.
52
Teknik analisis ini digunakan untuk mencari pemecahan masalah penelitian secara individu atau parsial dan secara bersama-sama atau simultan.
Penggunaan tekinik analisis ini dilakukan dengan alasan karena penelitian ini berusaha untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara beberapa variabel bebas
dengan variabel terikatnya, karena secara teoritis keduanya mempunyai hubungan fungsional atau memiliki pengaruh.
Model hubungan yang diduga atau diperkirakan akan terbentuk pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gujarati , 1995 Dimana:
Y =
Manajemen laba diproksi dengan akrual abnormal DA Β
1,2,3,4
= Koefisien
regresi dari variabel bebas
X
1
= Kepemilikan Institusional X
2
= Kepemilikan Manajerial X
3
= Komisaris Independen X
4
= Komite Audit ei
= Variabel Penggangu
Berdasarkan model yang terbentuk akan dapat diketahui apakah semua variabel bebas secara individu dan bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan atau tidak terhadap manajemen laba, sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak Gujarati,1995.
53
3.4.2 Uji Hipotesis
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah dan menganalisis data dengan teknik analisis regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut:
1. Uji t-hitung
Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap pengaruh masing- masing variabel bebas yang terdapat dalam model mempunyai pengaruh
yang signifikan atau tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang kedua dapat
diterima atau ditolak. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji t-hitung adalah :
a. Memformulasikan hipotesis
Formulasi hipotesis yang akan dibuktikan adalah : Ho : bi = 0 i = 1,2,3,4,5,6, artinya tidak ada pengaruh yang nyata dari
variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y Ho : bi
≠ 0 i = 1,2,3,4,5,6, artinya terdapat pengaruh yang nyata dari variabel bebas Xi terhadap variabel terikat Y
b. Menetapkan tingkat signifikansi atau tingkat kepercayaan
α yaitu sebesar 5
c. Menentukan rumus distribusi t-hitung Gujarati, 1995 : 78.
t
hitung
= bi sebi
bi = koefisien arah regresi
54
se = simpangan baku d.
Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho dalam bentuk grafik
e. Menetapkan kriteria hipotesis signifikan atau tidak signifikan
1. Jika nilai signifikan S 0.05 artinya diduga variabel bebas
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan atau berpengaruh negatif terhadap variabel terikat.
2. Jika nilai signifikan S 0.05 artinya diduga variabel bebas
mempunyai pengaruh yang signifikan atau berpengaruh positif terhadap variabel terikat.
f. Mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria pengujian diatas.
3.4.3 Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorof- Smirnov dengan mengunakan program SPSS, dimana apabila nilai signifikansi
probabilitas yang diperoleh lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan dalam penelitian 5 maka data tersebut terdistribusi normal.Santoso
:97 Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah :
Jika nilai signifikansi nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5 maka distribusi adalah tidak normal.
55
Jika nilai signifikansi nilai probabilitasnya lebih besar dari 5 maka
distribusi adalah tidak normal
3.4.4 Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator, artinya pengambilan keputusan melalui uji t dan uji F tidak
boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar
dalam regresi linier berganda yaitu : tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi multikolinieritas, tidak terjadi heteroskedastisitas.
a. Autokorelasi
Dapat didefinisikan sebagai korelasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau antara space
untuk data cross section. Keberadaan autokorelasi dapat di tes dengan menghitung nilai Durbin Watson d tes dengan rumus sebagai berikut
Gujarati, 1995 : 215
Keterangan : d = nilai Durbin Watson
el = residual pada waktu ke t – 1 satu periode sebelumnya N = banyaknya data
56
Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva dibawah ini : Gambar 3.1 : statistic d Durbin Watson
Ad a nya a uto ko re la si
ne g a tif D
k a e ra h
e ra g u a n
Ad a nya a uto ko re la si
p o sitif Da e ra h
ke ra g u a n
Tid a k a d a Auto ko re la
si
d u 4-d u
4-d 1 d 1
4
Sumber : Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno Zain, penerbit Erlangga, Jakarta hal 216
b. Multikolinieritas
Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar
variabel bebas, maka asumsi tersebt tidak berlaku lagi terjadi bias. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat diartikan dengan
menghitung VIF Varience Inflation Factor dengan menggunakan rumus sebagai berikut Gujarati, 1995 : 171 :
VIF = var β
∑xσ2 VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF
lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinieritas pada persamaan regresi linier.
57
c. Heteroskedastisitas
Homoskedastisitas varian sama merupakan fenomena dimana pada nilai variabel independen tertentu masing-masing kesalahan ei
mempunyai nilai varian yang sama besar sebesar σ², jika model yang
diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi atau fenomena tersebut maka dalam model tersebut terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas ini
mengakibatkan nilai-nilai estimator koefisien regresi dari model tersebut tidak efisien meskipun estimator tersebut tidak bias dan konsisten.
Pengujian terhadap adanya fenomena heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan spearman’s Rank Corelation test. Pengujian adanya
fenomena heteroskedastisitas ini akan didasarkan pada hipotesis berikut ini Gujarati, 1995 : 188 :
r
s
= 1-6 1
2 2
N N
d
i
keterangan : di = perbedaaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke i
N = banyaknya data r
s
= koefisien korelasi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Perusahaan
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan Pelaksana Pasar Modal Bapepam sebagai pengelola Bursa pada tahun 1977.
Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha yang begitu besar baik
dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia nilainya cukup besar yang
tidak mungkin dilakukan oleh pihak swastaSRO seperti dewasa ini. Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun untuk
dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia
khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa diswastanisasikan tahun 1992. Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong percepatan
pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori pendirian BES pada tahun
1989. BES merupakan Bursa swasta pertama kali didirikan di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1989, dan kemudian dilanjutkan dengan pendirian BEJ pada
tanggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992, Pemerintah mengalihkan peran Bapepam
58
sebagai penyelenggara Bursa kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993 Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang
dan Efek PPUE mendirikan Bursa Paralel Indonesia BPI untuk mengakomodasi transaksi di luar Bursa over the counter. Perkembangan
berikutnya, pada tahun 1995 BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu mengembangkan fasilitas pencatatan dan
perdagangan bagi perusahaan menengah kecil serta obligasi surat utang. Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan BPI
digabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham, emiten obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima tahun terakhir sejak 2002 hingga
sekarang emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan di bidang instrumen lainnya seperti derivatif dapat dikatakan belum mengalami kemajuan
berarti. Kondisi ini mendorong perlunya perhatian Pemerintah, dalam hal ini Bapepam dan LK, SRO, dan pelaku pasar, untuk melakukan sesuatu yang
strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang dapat diperdagangakan di
Bursa. Salah satu pendekatan yang direncanakan oleh Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu penggabungan BES
dan BEJ. Penggabungan kedua Bursa ini diyakini dapat menghasilkan sinergi sehingga efisiensi pasar modal dapat tercapai. Bursa Efek Indonesia BEI
didirikan oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa Efek Jakarta BEJ dan Bursa Efek
Surabaya BES.
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia
a. Visi
Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan
dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel,
kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:
“To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive Bourse”.
b. Misi
Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal
sebagai berikut: 1.
to produce variety of sellable high standard capital market product.
2. to provide high technology infrastructures.
3. to meet customer satisfaction priority.
4. to strengthen investor’s protection.
5. to create market integrity and transparency.
6. to create high competencies and favorable choice for human
resource.
4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis 4.2.1. Uji Normalitas