Faktor – faktor yang mempengaruhi manjemen laba

37 berhak memberikan nasehat kepada direksi jika sewaktu – waktu diperlukan. Pendek kata, dewan komisaris mengawasi direksi

2.6 Faktor – faktor yang mempengaruhi manjemen laba

Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi manajemen laba menurut pakar sebagaimana telah diterapkan diatas. Adapun penelitian ini berfokus pada factor – faktor yang diduga paling berpengaruh terhadap manajemen laba yang antara lain adalah sebagai berikut :

2.6.1 Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Presentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen Boediono, 2005. Dalam hubungan dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Menurut Lee et al.,1992 dalam Fidyati 2004 menyebutkan semua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara transfer owner sehingga hanya terfokus pada laba sekarang current earnings. Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Hasil 38 penelitian lainnya menyatakan bahwa investor intitusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan Manajemen Laba. Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman sophisticated. Menurut pendapat ini, investor lebih terfokus pada laba masa datang future earnings yang lebih besar relative dari laba sekarang. Pound 1989 dalam Fidyati 2004 menjelaskan bahwa investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi investor lain. Investor intitusional akan melakukan monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer. Rajgofal et al. 1999 dalam Midiastuty dan Machfoedz 2003 menemukan hubungan negatif antara kepemilikan oleh investor institusional dengan perilaku manajemen laba yang diukur dengan nilai absolute dari discretionary accrual. McConell dan Servaes 1990 dalam Cornett et al., 2006 juga menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor institusionla dapat membatasi perilaku para manajer. Cornet et al., 2006 menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri. 39

2.6.2 Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba

Dari sudut pandang manajemen, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode keuangan yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelol. Secara umum dapat dikatakan bahwa presentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba Boediono,2005. Warfield et al., 1995 menemukan adanya hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dan discretionary accrual sebagai ukuran dari manajemen laba dan berhubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan kandungan informasi dalam laba. Hasil yang sama juga diperoleh Jensen dan Meckilng 1976, Dhaliwal et al., 1982, Morck et al., 1989, Midiastuty dan Mas’ud2003. Kualitas laba yang dilaporkan dapat mempengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan saham manajerial yang rendah akan memilih metode keuangan yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan Boediono, 2005. 40

2.6.3 Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba.

Dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Kepentingan yang timbul dari manajemen untuk melakukan manajemen laba berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris NCCG, 2001. Selain mensupervisi dan memberi nasihat pada dewan direksi sesuai dengan UU No. 1 tahun 1995, fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang dinyatakan dalam National Code for Good Corporate Governance 2001 adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder perusahaan sebaik memonitor efektifitas pelaksanaan Good Corporate Governance GCG. Xie, Davidson, dan Dadalt 2003 meneliti peran dewan komisaris dengan latar belakang bidang keuangan dalam mencegah manajemen laba. Dari penelitian ini diketahui makin sering dewan komisaris bertemu maka discretionary accruals perusahaan makin kecil. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien negatif yang signifikan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa persentase dewan komisaris dari luar perusahaan yang independen berpengaruh negatif secara signifikan terhadap discretionary accrual. 41 Beasley 1996 menyatakan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektifitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitiannya juga melaporkan bahwa komposisi dewan komisaris lebih penting untuk mengurangi terjadinya kecurangan pelaporan keuangan. Nasution dan Setiawan 2007 menyatakan bahwa makin banyaknya komisaris dalam perusahaan berhasil mengurangi manajemen laba yang terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa komisaris independen efektif dalam membatasi manajemen laba di.perusahaan.

2.6.4 Keberadaan komite Audit terhadap Manajemen Laba

Sesuai dengan Kep. 29PM2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam system pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam mengangani masalah pengendalian. Berdasarkan edaran BEJ, SE-008BEJ12- 2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekuarang – kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite audit ini berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen. 42 Seperti diatur dalam Kep-29PM2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain : 1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya. 2. Melakuakan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang – undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang terhubung dengan kegiatan perusahaan. 3. Melakukan penelaahan atas oelaksanaan pemerikasaan oleh auditor internal. 4. Melaporkan kepada komisaris berbagai resiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen resiko oleh direksi. 5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten. 6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan. Penelitian mengenai komite audit diantaranya penelitian oleh Davidson, Xie, dan Xu 2004 yang menganalisis reaksi pasar terhadap pengumuman penunjukkan anggota komite audit secara sukarela. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan pasar bereaksi positif terhadap pengumuman penunjukkan anggota komite audit terutama yang ahli di bidang keuangan. Xie, Davidson, dan Dadalt 2003 menguji efektifitas komite audit dalam mengurangi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa kesimpulan bahwa komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan 43 manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Pengaruh terhadap akrual kelolaan ditunjukkan oleh makin seringnya komite audit bertemu dan pengaruh tersebut ditunjukkan dengan koefisien negatiff yang signifikan. Carcello et al., 2006 menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di bidang keuangan dan manajemen laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keahlian komite audit independen di bidang keuangan terbukti efektif mengurangi manajemen laba. Suryana 2005 meneliti hubungan antara keberadaan komite audit yang memenuhi syarat dan pengaruhnya terhadap earnings response coefficient. Temuan yang didapat dari penelitian ini adalah earnings response coefficient perusahaan yang telah memiliki komite audit yang memenuhi syarat lebih tinggi bila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki komite audit yang memenuhi syarat. Ini berarti keberadaan komite audit yang memenuhi syarat dalam perusahaan direspon baik oleh pasar. Jadi dapat disimpulkan, bahwa semakin tinggi tingkat komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komite audit, maka semakin rendah tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. 44

2.7 Model konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance and Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 36 92

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 67 73

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 9 23

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 8 18

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 7

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 12

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 15

Pengaruh Kualitas Auditor, Good Corporate Governance, dan Leverage pada Manajemen Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 1 49

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANACE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 24

PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 17