28
dikentalkan dengan waterbath, sehingga diperoleh filtrat kental daun kembang sepatu. Filtrat ditimbang dan disimpan dalam wadah gelas tertutup sebelum
digunakan Kairupan, Fatimawali, Lolo, 2014.
2.3 Sediakan Obat Topikal
Kata topikal berasal dari bahasa Yunani, topikos yang artinya berkaitan dengan daerah permukaan tertentu Koesoemawati, dkk., 2002. Dalam literatur
lain disebutkan kata topikal berasal dari kata topos yang berarti lokasi atau tempat. Secara luas obat topikal didefi nisikan sebagai obat yang dipakai di
tempat lesi Sharma, 2008. Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa vehikulum dan zat aktif. Zat aktif
merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau
padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah diaplikasikan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi serta menyenangkan
secara kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan.
Untuk mendapatkan sifat zat pembawa seperti tersebut, maka ditambahkanlah bahan atau unsur senyawa tertentu yang berperan dalam
memaksimalkan fungsi dari zat pembawa Yahhendri dan Yenny, 2012. Sediaan topikal secara umum dilihat dari aspek farmakokinetik,
menggambarkan perjalanan bahan aktif dalam konsentrasi tertentu yang diaplikasikan pada kulit dan kemudian diserap ke lapisan kulit, selanjutnya
29
didistribusikan secara sistemik Yahhendri dan Yenny, 2012. Perjalanan sediaan topikal secara umum, setelah diaplikasikan akan melewati tiga kompartemen,
yaitu: permukaan kulit, stratum korneum, dan jaringan sehat. Stratum korneum dapat berperan sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah unsur pada obat
masih berkontak dengan permukaan kulit namun belum berpenetrasi tetapi tidak dapat dihilangkan dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian. Unsur
vehikulum sediaan topikal dapat mengalami evaporasi, selanjutnya zat aktif berikatan pada lapisan yang dilewati seperti pada epidermis dan dermis. Pada
kondisi tertentu sediaan obat dapat membawa bahan aktif menembus hipodermis. Sementara itu, zat aktif pada sediaan topikal akan diserap oleh vaskular kulit pada
dermis dan hipodermis Schaefer et al, 2008. Ketika sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, terjadi tiga reaksi, yaitu
Yahhendri dan Yenny, 2012: a.
Solute vehicle interaction: interaksi bahan aktif terlarut dalam vehikulum. Idealnya zat aktif yang terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mudah
dilepaskan. Interaksi ini telah ada dalam sediaan. b.
Vehicle skin interaction: merupakan interaksi vehikulum dengan kulit. Saat awal diaplikasikan, fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.
c. Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit. Saat suatu
sediaan diaplikasikan ke kulit, absorpsinya akan melalu tiga fase, yaitu lag phase, rising phase, falling phase.
30
1 Lag phase
Periode ini merupakan saat sediaan diaplikasikan dan belum melewati stratum korneum, sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan aktif
obat dalam pembuluh darah. 2
Rising phase Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum,
kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan dalam pembuluh darah.
3 Falling phase
Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan kulit dan dapat dibawa ke kapiler dermis.
Gambar 2. Penetrasi Melalui Tiga Kompartemen Kulit
Schaefer et al, 2008
31
Penetrasi sediaan topikal melewati beberapa macam jalur. Jalur pertama adalah penetrasi transpidermal. Penetrasi transpidermal dapat secara interseluler
dan intraseluler. Penetrasi interseluler merupakan jalur yang dominan, obat akan menembus stratum korneum melalui ruang antar sel pada lapisan lipid yang
mengelilingi sel korneosit. Difusi dapat berlangsung pada matriks lipid protein dari stratum korneum. Setelah berhasil menembus stratum korneum obat akan
menembus lapisan epidermis sehat di bawahnya, hingga akhirnya berdifusi ke pembuluh kapiler. Penetrasi secara intraseluler terjadi melalui difusi obat
menembus dinding stratum korneum sel korneosit yang mati dan juga melintasi matriks lipid protein startum korneum, kemudian melewatinya menuju sel yang
berada di lapisan bawah sampai pada kapiler di bawah stratum basal epidermis dan berdifusi ke kapiler. Jalur kedua yaitu penetrasi secara transfolikuler.
Beberapa zat aktif dengan molekul kecil tidak hanya melewati sel-sel kornium, tetapi juga melewati rute folikular. Obat berdifusi melalui celah folikel rambut
dan juga kelenjar sebasea untuk kemudian berdifusi ke kapiler Cross dan Robert, 2008.
Tingkat penyerapannya sediaan topikal dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu sebagai berikut Ansel, 1995.
a. Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus menyatu pada
permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup. b.
Konsentrasi bahan aktif merupakan faktor penting, jumlah obat yang diabsorpsi secara perkutan perunit luas permukaan setiap periode waktu,
32
bertambah sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu pembawa.
c. Penggunaan bahan obat pada permukaan yang lebih luas akan menambah
jumlah obat yang diabsorpsi. d.
Absorpsi bahan aktif akan meningkat jika pembawa mudah menyebar ke permukaan kulit.
e. Ada tidaknya pembungkus dan sejenisnya saat sediaan diaplikasikan.
f. Pada umumnya, menggosokkan sediaan akan meningkatkan jumlah bahan
aktif yang diabsorpsi. g.
Absorpsi perkutan akan lebih besar bila sediaan topikal dipakai pada kulit yang lapisan tanduknya tipis.
h. Pada umumnya, makin lama sediaan menempel pada kulit, makin banyak
kemungkinan diabsorpsi. Salah satu sediaan topikal adalah gel. Gel merupakan sediaan setengah
padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik dan anorganik. Sediaan gel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sediaan topikal
lainnya yaitu mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim, sangat baik dipakai untuk area berambut, tidak lengket, kemampuan penyebaran yang baik pada kulit, efek
dingin karena impermeable terhadap air dan pelepasan obat yang baik. Penetrasi gel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan pada
kondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan gel analgetik. Rute difusi jalur transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan
33
absorpsi Panjaitan, dkk., 2012, Lachman et al, 2008; Voight, 1994; Yahhendri dan Yenny, 2012.
Cara aplikasi sediaan obat topikal pada umumnya disesuaikan dengan lesi pada permukaan kulit. Salah satu metode aplikasi gel adalah dengan dioleskan.
Banyaknya sediaan yang dioleskan disesuaikan dengan luas dam kelainan pada kulit.
Penambahan cara oles sediaan dengan menggosok dan menekan juga dilakukan pada obat topikal dengan tujuan memperluas daerah aplikasi namun
juga meningkatkan suplai darah pada area lokal, memperbesar absorpsi sistemik. Penggosokan ini mengakibatkan efek eksfoliatif lokal yang meningkatkan
penetrasi obat Schaefer et al, 2008. Sediaan topikal akan dapat memberikan efek terapeutik secara sistemik apabila obat yang diberikan tersebut dapat
menembus lapisan kulit dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik Ansel, 1989.
2.4 Pengaruh Pemberian Aloksan Terhadap Tikus Galur Wistar sebagai