33
absorpsi Panjaitan, dkk., 2012, Lachman et al, 2008; Voight, 1994; Yahhendri dan Yenny, 2012.
Cara aplikasi sediaan obat topikal pada umumnya disesuaikan dengan lesi pada permukaan kulit. Salah satu metode aplikasi gel adalah dengan dioleskan.
Banyaknya sediaan yang dioleskan disesuaikan dengan luas dam kelainan pada kulit.
Penambahan cara oles sediaan dengan menggosok dan menekan juga dilakukan pada obat topikal dengan tujuan memperluas daerah aplikasi namun
juga meningkatkan suplai darah pada area lokal, memperbesar absorpsi sistemik. Penggosokan ini mengakibatkan efek eksfoliatif lokal yang meningkatkan
penetrasi obat Schaefer et al, 2008. Sediaan topikal akan dapat memberikan efek terapeutik secara sistemik apabila obat yang diberikan tersebut dapat
menembus lapisan kulit dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik Ansel, 1989.
2.4 Pengaruh Pemberian Aloksan Terhadap Tikus Galur Wistar sebagai
Hewan Model Diabetes Melitus
Percobaan penelitian mengenai penyembuhan luka diabetes dengan menggunakan hewan model berupa tikus galur wistar didasarkan pada patogenesis
penyakit DM pada manusia yang bersifat kronik. Kondisi patologis pada hewan model bertujuan untuk melakukan melihat efektivitas terapi pada luka diabetes
dengan kondisi DM. Meskipun demikian, kondisi patologis hewan model tersebut tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi patologis secara nyata pada manusia.
34
Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi hewan model untuk menghasilkan kondisi diabetes eksperimental hiperglikemia
secara cepat. Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural adalah derivat pirimidin sederhana. Nama lain dari aloksan adalah 2,4,5,6 - tetraoxypirimidin;
2,4,5,6-primidinetetron; 1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron IUPAC dan Mesoxalylurea 5-oxobarbiturat acid. Rumus kimia aloksan adalah C
4
H
2
N
2
O
4
. Aloksan murni diperoleh dari oksidasi asam urat oleh asam nitrat. Aloksan adalah senyawa kimia
tidak stabil dan senyawa hidrofilik Yuriska, 2009. Aloksan merupakan zat kimia yang sering digunakan dalam induksi hewan
model DM dimana zat ini secara selektif merusak sel β pankreas. Kerusakan sel
ini akibat induksi aloksan diduga karena reduksi aloksan menghasilkan radikal hidroksil yang dapat menyebab
kan kematian sel β pankreas. Hal tersebut dapat menyebabkan kondisi ‘alloxan diabetes’ Lenzen, 2007. Dosis aloksan 150
mgkgBB yang diinjeksi secara intraperitoneal dipilih karena dosis ini merupakan dosis optimal untuk menyebabkan kondisi diabetes yang stabil dalam jangka
waktu yang lama Szkudelski, 2001. Setelah 3 hari injeksi aloksan, dilakukan pengambilan darah dari ekor tikus untuk mengukur kadar glukosa darah tikus
karena dalam waktu 12-48 jam pasca induksi aloksan telah terjadi kondisi hiperglikemia yang menetap Lenzen, 2007. Hewan coba yang belum diberikan
makanan diambil dari kandang, kemudian diambil sampel darahnya dari bagian ekor dengan cara ditusuk menggunakan jarum steril, darah dikeluarkan dari ekor
tikus, diaplikasikan pada glucose strip dan dilihat hasilnya pada monitor. Setiap tikus dievaluasi dan dilihat tingkat keberhasilan peningkatan gula darahnya, untuk
35
hewan coba yang tidak berhasil mengalami peningkatan gula darah yang diinginkan, hewan coba akan dilakukan induksi ulang Carolina, 2014.
2.5 Tikus Putih Rattus norvegicus L. Galur Wistar