b Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam, pertama, hardware seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar. Kedua, software seperti kurikulum sekolah dan peraturan-peraturan sekolah.
c Faktor materi pelajaran, guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa
Baharuddin Wahyuni,2008. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa, karena pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan sosial seperti
sosial sekolah, sosial masyarakat, dan juga keluarga dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar. Hubungan yang hormonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Begitupun juga lingkungan non sosial seperti
kondisi lingkungan
yang tidak
mendukung juga
akan mempengaruhi proses belajar siswa.
C. Nilai Karakter
1. Pengertian nilai karakter Ada berbagai pendapat tentang karakter atau watak. Watak atau
karakter berasal dari kata Yunani “ charassein “, yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang kemudian hari dipahami sebagai
stempelcap. Jadi, watak itu sebuah stempel atau cap, sifat-sifat yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melekat pada seseorang. Watak sebagai sifat seseorang dapat dibentuk, artinya watak seseorang dapat berubah, kendati watak mengandung
unsur bawaan yang setiap orang bebeda. Namun, watak dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu keluarga, sekolah, masyarakat,
dan lingkungan pergaulan. Karakter menurut foerster adalah sesuatu yang mengkualifikasi
seorang pribadi. Karakter menjadi identitas, ciri, sifat yang tetap, dan selalu berubah. Jadi karakter adalah seperangkat nilai yang telah
menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dan akan berubah namun membutuhkan waktu yang lama serta pengalaman,
misalnya jujur, kerja keras, pantang menyerah, dan sederhana. Dengan karakter itulah kualitas pribadi seseorang diukur Adisusilo, 2011:76-
78. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak. Pendidikan bukan hanya sarana transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga merupakan saranan pembudayaan dan
penyaluran nilai enkulturasi dan sosialisasi sehingga dalam prosesnya, seorang anak tidak hanya dibekali dimensi kognitif, tetapi
juga dimensi afektif dan psikomotorik secara holistik. Pendidikan karakter merupakan langkah preventif dalam
mengatasi masalah budaya dan karakter bangsa. Pendidikan karakter PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat dimaknai sebagai “the deliberati use of all dimensions of school life to foster optimal character development
”. Daniel Goleman dalam Adisusilo 2012:79, menyebutkan bahwa
pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, yang mencakup sembilan dasar yang saling terkait yaitu:
a. Tanggung jawab responsibilty b. Rasa hormat respect
c. Keadilan fairness d. Keberanian courage
e. Kejujuran honesty f. Rasa kebangsaan citizenship
g. Disiplin diri self-discipline h. Peduli caring, dan
i. Ketekunan perseverance. Dalam
rangka memperkuat
pendidikan karakter,
telah teridentifikasikan 10 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: religius, kreatif, kemandirian, toleransi, rasa ingin tahu, kerjasama, menghargai
prestasi, bersahabatkomunikatif, gemar membaca, dan demokratis. Nilai karakter tersebut diharapkan muncul dalam diri peserta
didik dan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Sumbangan nilai karakter pada metode praktikum Menurut Suparno, dari beberapa topik, hukum, dan teori fisika
ada banyak yang dapat digunakan oleh guru untuk menanamkan nilai karakter bangsa anak didik. Suparno menekankan nilai karakter yang
dilihat dari tiga aspek fisika yaitu fisika sebagai pengetahuan, fisika sebagai proses, dan fisika sebagai sikap.
Pertama fisika sebagai pengetahuan, membantu peserta didik mengerti gejala alam, hukum-hukum alam, dan teori yang
mendasarinya. Dengan demikian peserta didik lebih memahami alam alam semesta sehingga dapat menggunakan, mengelola, dan
menghidupinya dengan lebih baik dan tepat. Kedua fisika sebagai proses, dapat membantu peserta didik untuk
berpikir rasional, berpikir dengan data dan bukti, serta analisis berdasarkan kaidah-kaidah tertentu. Ketiga fisika sebagai sikap,
membantu siswa mengembangkan minat belajar fisika, seperti sikap jujur, disiplin, teliti, obyektif, setia pada data, daya tahan dengan
persoalan yang ada, dan kerjasama dengan orang lain Suparno, 2012:6-7.
Nilai-nilai interpersonal dan intrapersonal dapat difasilitasi melalui pembelajaran atau kerja laboratorium. Melalui praktikum
dilaboratorium, peserta didik berlatih bekerja secara cermat, teliti, kerjasama, peserta didik belajar mendengarkan dan menghargai
pandangan orang lain, dan berkomunikasi secara efektif Sutopo, 2011.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa metode praktikum sangat bermanfaat dalam membentuk nilai karakter
peserta didik. Nilai karakter yang bisa diamati saat peserta didik melakukan praktikum di laboratorium antara lain: nilai kerjasama,
tanggungjawab, disiplin, jujur, teliti, dan memiliki rasa ingin tahu. Selain nilai-nilai tersebut dapat diamati oleh peneliti, nilai tersebut
juga bermanfaat bagi peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dan sangat bermanfaat bagi masa depan bangsa dan
negara.
D. Gaya