Teori Tentang Dewa Tertinggi Teori Tentang “Yang Gaib” Atau “Keramat”

47 Pertama, teori-teori yang dalam pendekatanya berorientasi kepada keyakinan religi atau isi ajaran religi. Misalnya teori E. B.Tylor, Andrew Lang, W. Schmidt, R.R. Marret, dan A.C. Kruyt. Kedua, teori-teori yang dalam pendekatanya berorintasi kepada sikap para penganut religi yang bersangkutan terhadap alam gaib, atau hal-hal yang gaib. Teori ini lebih banyak dikembangkan oleh R. Otto. Ketiga, teori-teori yang dalam pendekatanya berorientasi kepada ritus dan upacara religi. Teori ini banyak ditulis oleh W. Robbertson Smith dan R. Herth. 74 Dalam membahas kajian penelitian, peneliti menggunakan beberapa teori yang tercakup dalan kajian antropologi. Adapun teori-teori yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

1. Teori Tentang Dewa Tertinggi

Andrew Lang 1844-1912 yang memiliki teori ini, adalah sastrawan Inggris yang banyak menulis sajak dan esai untuk majalah. Ada sebuah buku yang memuat teori asal-usul dan bentuk kepercayaan agama kuno, yakni the making of religion 1898. Dia menemukan dari berbagai mitos dari suku-suku dan daerah- daerah di muka bumi ini. Dalam mitos tersebut ditemukan adanya tokoh dewa yang dipandang sebagai dewa tertinggi, pencipta seluruh alam semesta beserta isinya. Sepandanga dengan Lang, Pettazoni menyatakan banhwa supreme being bersumberkan mitos dan bukan hasil pemikiran logico causal sebagaimana pandangan Schmidt. Juga paham dewa tertinggi tidak timbul atas dasar keutuhan intelektualitasnya, tetapi berasal dari kebutuhan eksistensial manusia. 74 Adeng Muchtar Gazali, Antropologi Agama Upaya Memehami Keragaman Kepercayaan, Keyakinan Dan Agama, Bandung: Alfabeta, 2011, h. 72 48 Dalam penjelasanya tentang gejala-gejala gaib itu, ia kemudian menyatakan bahwa dalam jiwa manusia ada suatu kemampuan gaib yang dapat bekerja lebih kuat ketika aktifitas pikiran manusia yang rasional sedang melemah. Oleh karena itu, gejala-gejala gaib akan mudah ditangkap oleh orang-orang bersahaja yang kurang aktif menggunakan fikiranya. Kemampuan gaib pada manusia bersahaja zaman dahulu itulah yang menurut Lang menyebabkan timbulya konsep jiwa, dan bukan analisa rasional yang membayangkan tentang diri manusia sendiri yang tampak dalam mimpi. Dengan demikian, Lang berkesimpulan bahwa kepercayaan pada dewa tertinggi dalam religi suku-suku bangsa tersebut sudah sangat tua, dan kemungkinan merupakan bentuk religi manusia yang tertua, yang kemudian terdepak kebelakang oleh keyakinan kepada mahluk-mahluk lain seperti dewa- dewa alam, roh nenek moyang, hantu, dan lain-lain. 75

2. Teori Tentang “Yang Gaib” Atau “Keramat”

Rudolf Otto 1869-1937 adalah orang yang memiliki konsep tentang “sikap takut-terpesona terhadap hal yang gaib”. Yang diuraikan dalam buku Das Heilige atau “hal yang keramat” 1917. Menurutnya semua system religi, kepercayaan dan agama berpusat kepada suatu konsep tentang hal yang gaib yang dianggap maha dahsyat tremendum dan keramat sacre oleh manusia. Yang gaib dan keramat sacre itu adalah maha abadi, maha dahsyat, maha baik, maha adil, maha bijaksana, tak terlihat, dan sebagainya. 75 Ibid . 79-81 49 Sifat-sifat yang melekat pada yang gaib dan keramat itu tidak bisa dijangkau oleh akal fikiran manusia. Sekaliapun demikian, karena yang keramat dan gaib itu menimbulkan rasa takut-terpesona, menumbulkan hasrat universal untuk menghayati dan bersatu denganya.

3. Teori Yang Didasarkan Pada Upacara Religi