Teori Semiotika KAJIAN TEORITIS

51 kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. 77 Jadi menurut pandangan Malinowskitentang kebudayaan, semua unsur kebudayaan ahirnya dapat di pandang sebagai hal yang memenuhi kebutuhan dasar para warga masyarakat. Malinowki menerangkan nilai yang praktis dari teori tersebut adalah bahwa teori ini megajar kita tentang kepentingan relatif dari berbagai kebiasaan yang beragam-ragam itu bagaimana kebiasaan-kebiasaan itu tergantung satu dengan lainya.

5. Teori Semiotika

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda sign, berfungsinya tanda, dan produksi mana. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. 78 Teori semiotik ini di kemukakan oleh Ferdinand De Saussure 1857-1913. Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian dikotomi yaitu penanda signifier pertanda signified. Penanda di lihat sebagai bentuk atau wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda di lihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi nilai-nilai yang terkandung di dalam arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan pertanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Menurut Saussure tanda terdiri dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut penanda dan 77 T.O. Ihromi, Pokok-Pokok Antropologi Budaya Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1980, h.59-60 78 Pradopo,Rachmat Djoko, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik Dan Penerapanya Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995 h. 50 52 konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar disebut pertanda.dalam berkomunikasi seseorang. 79 Bahasa merupakan alat komunilkasi yang terpenting dalam kehidupan manusia. Kata-kata yang di bentuk dalam bahasa diungkap melalui satu sistem perlambangan yang dapat dipahami secara lisan maupun tulisan. Jadi dalam bab ini dapat diambil kesimpulan bahwasanya dalam melaksanakan ritual Tilem tidak hanya mempersiapkan waktu dan mental saja akan tetapi sebagai rasa bersyukurnya mereka akan kehidupan ini maka mereka menggunakan perantara melalui sesajen, sesajen dalam upacara ini dimaknai sebagai sesuatu yang sakral, apabila tidak ada sesajen maka upacara ini belum dianggap sah, adapun pendekatan-pendekatan yang peneliti gunakan yaitu seperti yang sudah dipaparkan diatas mengenai teori-teori yang membahas kepada sesuatu yang tinggi dan tunggal. 79 Aminuddin, Sementik: Pengantar Studi Tentang Makna Bandung:Sinar Baru,1988 h.38 53

BAB III DESKRIPSI LOKASI BALI SADHAR TENGAH

A. Filosofi Desa Bali Sadhar Tengah

Pada tahun 1963 terjadi bencana alam meletusnya gunung agung di Pulau Dewata yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa dan kerugian harta benda lainya, serta masyarakat yang ada di daerah tersebut menjadi panik dan bingung dalam menghadapi cobaan dari yang maha kuasa. Untungnya pemerintah setempat cepat tanggap dan peduli terhadap masyarakat yang tertimba musibah, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui progam transmigrasi ke lain Provinsi diluar Provinsi Bali yakni Provinsi Lampung pada tahun 1963. Kampung Bali Sadhar tentunya memiliki makna tersendiri, simpel dan unik yaitu, Bali Sadhar artinya masyarakat Bali, Sadhar akan dirinya dalam keberadaan atau diperantaukan dengan penuh kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup dari yang maha kuasa di wilayah Lampung melalui transmigrasi. Pada saat itu pemerintah Desa dipimpin oleh kepala kampung I. K. Kondera selama 12 tahun 1965-1979, masyarakat pada saat itu hidup saling bahu- membahu, karena mata pencaharian hanya mengandalkan dari petani seadanya dan harus bertarung dengan berbagai binatang buas, seperti Gajah, Harimau, Babi Hutan dan lain-lain. Untuk mencukupi biaya hidup semata-mata mengandalkan jatah dari bantuan pemerintah Transmigrasi. Pada tahun 1980-1985 diganti dengan kepala kampung Pan Giri, kemudian karena jumbal penduduk yang terus meningkat pesat maka pada tahun 1985 kampung Bali Sadhar dimekarkan menjadi tiga kampung yakni: kampung Bali Sadhar Tengah, Bali Sadhar Selatan