Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejumlah senyawa kompleks terjadi dan terdapat secara alamiah dalam sistem biologi. Proses pengikatan oksigen oleh Fe menjadi senyawa kompleks dalam tubuh merupakan salah satu contoh aplikasi senyawa kompleks. Studi pembentukan kompleks menjadi hal yang menarik untuk dipelajari karena kompleks yang terbentuk dimungkinkan memberi banyak manfaat misalnya untuk ekstraksi, sebagai katalis dan penanganan keracunan logam berat. Senyawa kompleks terdiri dari ion logam yang dikelilingi oleh molekul-molekul atau ion- ion yang disebut ligan. TembagaII merupakan salah satu ion logam transisi deret pertama yang mempunyai orbital d yang terisi sebagian atau belum terisi penuh. TembagaII mempunyai konfigurasi elektron 3d 9 dengan satu elektron tidak berpasangan. TembagaII memiliki stabilitas kompleks yang paling besar jika dibandingkan dengan logam transisi deret pertama yang lain dan paling stabil jika dibandingkan dengan bilangan oksidasi tembaga lain. Kebanyakan senyawa tembagaI cukup mudah teroksidasi menjadi tembagaII. Pada umumnya tembagaII membentuk kompleks dengan bilangan koordinasi 4, 5 atau 6 dengan geometri square planar, square pyramidal atau oktahedral. Belaid et al. 2008 mensintesis kompleks [CuL 1 ]H 2 O L 1 = N,N’-O- phenylenebissalicylideneimine, ligan L 1 terkoordinasi pada ion Cu 2+ secara tetradentat melalui gugus ›NH dan atom O gugus hidroksil fenol yang terdeprotonasi membentuk geometri square planar seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1. 1 commit to user Gambar 1. Struktur senyawa kompleks [CuL 1 ]H 2 O L 1 = N,N’-O-phenylene bissalicylideneimine yang bergeometri square planar Belaid et al., 2008: 63-69 Hania, M. 2009 mensintesis kompleks [CuL 2 2 ] L 2 = 4-chloro benzaldehydephenylhydrazone yang strukturnya ditunjukkan oleh Gambar 2. Ligan L 2 terkoordinasi pada ion Cu 2+ melalui atom N dari gugus ›NH dan gugus C=N secara bidentat membentuk kompleks dengan geometri square planar. N N H H Cl N H N H Cl Cu 2+ Gambar 2. Struktur senyawa kompleks [CuL 2 2 ] L 2 = 4-chlorobenzaldehyde phenylhydrazone yang bergeometri square planar Hania M., 2009: 508-514 2 commit to user Bhardwaj et al. 2010 mensintesis kompleks [{CuCH 3 COO} 2 -L 3 2 ] L 3 = 2-2-dimethylaminoethylaminomethylphenol, ligan L 3 terkoordinasi pada ion Cu 2+ melalui gugus ›NH, atom N tersier dan atom O gugus fenol yang terdeprotonasi. Dalam kompleks ini, anion CH 3 COO - juga terkoordinasi pada ion Cu 2+ sehingga menghasilkan kompleks yang bergeometri square pyramidal seperti ditunjukkan oleh Gambar 3. O - HN N H 3 C H 3 C O - NH N CH 3 CH 3 Cu 2+ Cu 2+ O - C O CH 3 O - C O CH 3 Gambar 3. Struktur senyawa kompleks [{CuCH 3 COO} 2 -L 3 2 ] L 3 = 2-2- dimethylaminoethylaminomethylphenol yang bergeometri square pyramidal Bhardwaj et al., 2010: 97 –106 Revanasiddappa et al. 2010 mensintesis kompleks [CuL 4 H 2 O 2 Cl 2 ] L 4 = desipramine, ligan L 4 terkoordinasi pada ion Cu 2+ melalui gugus ›NH dan atom N heterosiklik secara bidentat. Dalam kompleks ini, ion Cl - dan H 2 O juga terkoordinasi pada ion Cu 2+ membentuk geometri oktahedral seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4. Gambar 4. Struktur senyawa kompleks [CuL 4 H 2 O 2 Cl 2 ] L 4 = desipramine yang bergeometri oktahedral Revanasiddappa et al., 2010: 18-25 3 commit to user Dari beberapa contoh senyawa kompleks di atas terlihat bahwa gugus ›NH yang terikat antara gugus phenol-CH 2 - dan -phenil, gugus ›NH yang terikat antara gugus Cl-phenil-CH=N- dan –phenil, gugus ›NH yang terikat antara gugus phenol-CH 2 - dan –C 2 H 5 NCH 3 2 , gugus ›NH yang terikat antara gugus -CH 3 dan suatu heterosiklik terkoordinasi pada ion pusat Cu 2+ membentuk kompleks dengan geometri square planar, square pyramidal dan oktahedral. Gugus pengeliling ›NH dapat memberikan pengaruh terhadap geometri kompleks, karena itu pengaruh gugus lain yang mengelilingi gugus ›NH perlu dipelajari misalnya pada difenilamin yang strukturnya ditunjukkan oleh Gambar 5. H N Gambar 5. Struktur difenilamin Difenilamin mengandung gugus ›NH yang dikelilingi oleh gugus phenil, karenanya gugus ›NH difenilamin berkesempatan terkoordinasi pada ion Cu 2+ . Adanya pelarut metanol dan anion-anion yang terdapat dalam campuran ligan dan ion Cu 2+ SO 4 2- dan Cl - memungkinkan juga terkoordinasi pada ion Cu 2+ sebagaimana terjadi pada ion asetat dan ion klorida yang terkoordinasi pada ion Cu 2+ pada kompleks [{CuCH 3 COO} 2 -L 3 2 ] dan [CuL 4 H 2 O 2 Cl 2 ], oleh karena itu ada beberapa kemungkinan kompleks yang terbentuk dengan geometri tertentu. Dengan demikian pembentukan kompleks antara ion Cu 2+ dengan difenilamin menarik untuk dipelajari. 4 commit to user

B. Perumusan Masalah