2.2 Tanggungjawab Produk
Suatu perkembangan baru dalam masyarakat dewasa ini adalah semakin meningkatnya perhatian terhadap masalah perlindungan konsumen. Dalam era
globalisasi, persaingan yang dihadapi bukan hanya di antara produk-produk pada level Domestik tapi bersifat Internasional. Permasalahan hukum ini yang bersifat
tanggungjawab produk pelaku usaha product liability. Tanggungjawab produk product liability lebih mengacu sebagai
tanggungjawab pelaku usaha, dalam bahasa Jerman disebut Produzenten- Haftung.
16
Tanggungjawab produk product liability adalah suatu tanggungjawab secara hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk producer,
manufacture atau dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk processor, assembler atau dari orang produk
tersebut.
17
Menurut Johannes Gunawan, tujuan utama dari dunia hukum
memperkenalkan product liability ialah sebagai berikut:
18
a. Member perlindungan kepada konsumen consumer protection;
b. Agar terdapat pembebanan risiko yang adil antara pelaku usaha dan
konsumen a fair apportionment of risks between producers and consumers;
16
Shidarta II, Op.cit., h. 80.
17
Celina Tri Siwi Kretiyanti, Op.cit., h. 101.
18
Johannes Gunawan, 1994, Product Liability Dalam Hukum Bisnis Indonesia, Orasi Ilmiah Dalam Rangka Dies Natalis XXXIX, Unika Parahyangan Bandung.
Berkenaan dengan masalah cacat defect dalam pengertian produk yang cacat
defective product
yang menyebabkan
pelaku usaha
harus bertanggungjawab dikenal tiga macam cacat defect yaitu:
1. ProductionManufacturing Defect, yaitu apabila suatu produk dibuat tidak
sesuai dengan persyaratan sehingga akibatnya produk tersebut tidak aman bagi konsumen;
2. Design Defect, yaitu apabila bahaya dari produk tersebut lebih besar
daripada manfaat yang diharapkan oleh konsumen biasa atau bila keuntungan dari disain produk tersebut lebih kecil dari risikonya;
3. WarningInstruction Defect yaitu apabila buku pedoman, buku panduan,
pengemasan, etiket labels, atau plakat tidak cukup memberikan peringatan tentang bahaya yang mungkin timbul dari produk tersebut atau
petunjuk tentang penggunaannya yang aman. Dasar gugatan untuk tanggungjawab produk dapat dilakukan atas 3 tiga
landasan, yaitu:
19
1. Pelanggaran jaminan breach of warranty, Pelanggaran jaminan
berkaitan dengan jaminan pelaku usaha pada produk yang dihasilkannya tidak mengandung cacat;
2. Kelalaian negligence, yang dimaksud dengan kelalaian adalah pelaku
usaha gagal menunjukkan, bahwa pelaku usaha kurang berhati-hati dalam membuat, menyimpan, dan mendistribusikan suatu barang.
19
Widijantoro, 1998, Product Liability Perlindungan Konsumen di Indonesia, Jurnal Justitia Et Pax Juli-Agustus.
3. Tanggungjawab mutlak strict liability. Yang dimaksud dengan
tanggungjawab mutlak strict liability adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti
kerugian. Dengan diterapkannya prinsip tanggungjawab mutlak ini, maka setiap
konsumen yang merasa dirugikan akibat produk atau barang yang cacat atau tidak aman dapat menuntut kompensasi tanpa harus mempermasalahkan ada atau tidak
adanya unsur kesalahan di pihak pelaku usaha. Alasan-alasan mengapa prinsip tanggungjawab mutlak strtict liability
diterapkan dalam hukum tentang product liability adalah:
20
1. Di antara korbankonsumen di satu pihak dan pelaku usaha di lain pihak,
beban kerugian resiko seharusnya ditanggung oleh pihak yang memproduksimengeluarkan barang-barang cacatberbahaya tersebut di
pasaran. 2.
Dengan menempatkanmengedarkan barang-barang di pasaran, berarti pelaku usaha menjamin bahwa barang
–barang tersebut aman dan pantas untuk dipergunakan, dan bilamana terbukti tidak demikian, dia harus
bertanggungjawab. 3.
Sebenarnya tanpa menerapkan prinsip tanggungjawab mutlak, pun pelaku usaha yang melakukan kesalahan tersebut dapat dituntut melalui proses
penuntutan beruntun, yaitu konsumen kepada pedagang eceran, pengecer
20
Saefullah, 2000, Tanggung Jawab Produsen Terhadap Akibat Hukum Yang Ditimbulkan Dari Produk Pada Era Pasar Bebas, Di dalam Husni Syawali Ed., Hukum Perlindungan
Konsumen, Mandar Maju, Bandung, h. 54.
kepada grosir, grosir kepada distributor, distributor kepada agen, dan agen kepada pelaku usaha.
Selain hal tersebut diatas, ada alasan-alasan lain yang memperkuat penerapan prinsip strict liability tersebut yang didasarkan pada prinsip Social
Climate Theory:
21
1. Manufacturer ialah pihak yang berada dalam posisi keuangan yang lebih
baik untuk menanggung beban kerugian, dan pada setiap kasus yang mengharuskannya mengganti kerugian, akan meneruskan kerugian
tersebut dan membagi resikonya kepada banyak pihak dengan cara menutup asuransi yang preminya dimasukkan ke dalam perhitungan harga
dari barang hasil produksinya. Hal ini dikenal dengan deep pockets theory. 2.
Terdapatnya kesulitan dalam membuktikan adanya unsur kesalahan dalam suatu proses manufacturing yang demikian kompleks pada perusahaan
besar industri bagi konsumenkorbanpenggugat secara individual. Meskipun sistem tanggungjawab pada product liability berlaku prinsip strict
liability, pihak pelaku usaha dapat membebaskan diri dari tanggungjawabnya, baik untuk seluruhnya atau untuk sebagian. Hal-hal yang dapat membebaskan
tanggungjawab pelaku usaha tersebut adalah:
22
a. Jika pelaku usaha tidak mendengarkan produk put into circulation;
b. Cacat yang menyebabkan kerugian tersebut tidak ada pada saat
produk diedarkan oleh produsen, atau terjadinya cacat tersebut baru timbul kemudian;
21
Ibid., h. 55.
22
Ibid., h. 57.
c. Bahwa produk tersebut tidak dibuat oleh produsen baik untuk dijual
atau diedarkan untuk tujuan ekonomis maupun dibuat atau diedarkan dalam rangka bisnis;
d. Bahwa terjadinya cacat pada produk tersebut akibat keharusan
memenuhi kewajiban yang ditentukan dalam peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah;
e. Bahwa secara ilmiah dan teknis state of scintific an technical
knowledge, state or art defense pada saat produk tersebut diedarkan tidak mungkin cacat;
f. Dalam hal produsen dari suatu komponen, bahwa cacat tersebut
disebabkan oleh desain dari produk itu sendiri dimana komponen telah dicocokkan atau disebabkan kesalahan pada petunjuk yang
diberikan oleh pihak produsen tersebut; g.
Bila pihak yang menderita kerugian atau pihak ketiga turut menyebabkan
terjadinya kerugian
tersebut Contributory
Negligence; h.
Kerugian yang terjadi diakibatkan oleh Acts Of Godatau Force Majeur.
Dengan diberlakukannya prinsip Strict Liability diharapkan para pelaku usaha menyadari betapa pentingnya menjaga kualitas produk-produk yang
dihasilkannya, sebab bila tidak selain akan merugikan konsumen juga akan sangat besar risiko yang harus ditanggungnya. Para pelaku usaha akan lebih berhati-hati
dalam meproduksi barangnya sebelum dilempar ke pasaran sehingga konsumen, baik dalam maupun Luar Negeri tidak akan ragu-ragu membeli produksinya.
Pentingnya hukum tentang tanggungjawab produsen product liability yang menganut prinsip tanggung mutlak stict liability dalam mengantisipasi
kecenderungan dunia dewasa ini yang lebih menaruh perhatian pada perlindungan konsumen dari kerugian yang diderita akibat produk yang cacat. Hal ini
disebabkan karena sistem hukum yang berlaku dewasa ini dipandang menguntungkan pihak produsen, sementara produsen memiliki posisi ekonomis
yang lebih kuat.
2.3 Pengertian Industri