Nilai Tukar Kurs Tinjauan Teoritis .1 Pengertian Sistem Pembayaran

23 Harga Dalam Negeri IHDN, sehingga menimbulkan pertumbuhan inflasi dalam negeri. Dilihat dari intensitasnya, inflasi digolongkan kedalam dua kelompok, creeping inflation atau inflasi merayap yang laju pertumbuhannya dangat lambat. Harga-harga terus naik namun secara perlahan. Creeping inflation biasanya terjadi pada negara-negara berkembang. Berlawanan dengan creeping inflation, galloping inflation adalah inflasi yang timbul akibat kenaikan harga-harga umum secara cepat. Berikut pengelompokan inflasi berdasarkan bobotnya Khalwaty, 2000 dalam Prasetyo 2011 1. Inflasi ringan di bawah 10 single digit 2. Inflasi sedang 10 - 30 3. Inflasi tinggi 30 - 100.

2.1.6 Nilai Tukar Kurs

Nilai tukar kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Menurut Aliminsyah, 2006, Kurs tukar valuta asing exchange rate adalah tarif yang menunjukkan nilai tukar mata uang tertentu dengan mata uang lainnya. Perbedaan nilai tukar suatu mata uang negara kurs pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang Tajul, 2000:129. Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, meningkat pengaruhnya yang besar bagi neraca Universitas Sumatera Utara berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil mennjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil Dornbusch, 2008:453. Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi jumlah uang beredar. Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang hasil produksi Indonesia mengalami peningkatan. Melemahnya rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri. Menurut Nopirin 2000, sistem kurs terbagi menjadi 2 yaitu: 1. Sistem kurs yang berubah-ubah Perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diturunkan dari transaksi debet dalam neraca pembayaran internasional. Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional. 2. Sistem Kurs yang Stabil Sistem ini sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. Oleh karena itu banyak negara yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk menstabilkan kurs. Universitas Sumatera Utara 25

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Muttaqin 2006 melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan variabel-variabel makro ekonomi terhadap permintaan uang di Indonesia. Hasilnya penggunaan kartu kredit dan debet serta ATM, masing-masing memiliki pengaruh yang berbeda. Penggunaan ATM memiliki pengaruh jangka panjang terhadap permintaa M1, kartu kredit dan debet tidak signifikan dalam mempengaruhi permintaan M1. Perbedaan tersebut dikarenakan jumlah pengguna serta volume penggunaan kartu ATM jauh lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan kartu kredit dan debet. Namun dalam jangka pendek, perubahan penggunaan kartu ATM dan kartu debet. Sedangkan perubahan permintaan uang tunai tidak dipengaruhi oleh penggunaan APMK. Syarifuddin dkk 2009 melakukan penelitian tentang efek penggunaan pembayaran non-tunai terhadap ekonomi dan pengendalian moneter di Indonesia dalam jurnal “Impact of non-cash payment increase on the economy and implication for monetary control in Indonesia”, menggunakan metode structural cointegrating vector autoregresion SCVAR, variabel terdiri dari GDP riil, tingkat harga, M1, dan M2, non-cash ncs; terdiri dari kliring, RTGS dan alat pembayaran menggunakan kartu, variabel lainnya sperti Bi Rate, upah riil, nilai tukar nominal dan tingkat suku bunga internasional. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan dampak terhadap perekonomian, bahwa kas menurun, sedangkan persediaan uang M1 dan M2 meningkat, peningkatan pembayaran non tunai juga memacu pertumbuhan GDP dan penuruan harga yang terdiri hanya sedikit. Implikasinya pada kebijakan moneter Universitas Sumatera Utara