31
www.bi.go.id, situs Badan Pusat Statistik www.bps.com, serta situs-situs lain yang mendukung penelitian.
3.8 Model Analisis Data
Untuk menganalisa data dalam penelitian ini penulis menggunakan model ekonometrik. Metode analisi data yang digunakan yaitu Fungsi Linear berganda
dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan model kuadrat terkecil biasa Ordinary Leats SquareOLS. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu APMK, inflasi, nilai tukar rupiah kurs dinyatakan dalam fungsi :
Y = f X
1
,X
t-1
...................................................................... 1 Dari fungsi 1 dapat dispesifikasikan dengan menggunakan autoregresif :
Y = α + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ µ ........................................................ 2 Dimana :
Y = Alat Pembayaran Menggunakan Kartu APMK
α = Intercept
β
1
= Koefisien Regresi Inflasi β
2
= Koefisien Regresi Nilai Tukar Kurs X
1
= Inflasi X
2
= Nilai Tukar Kurs µ
= Term of Error
Universitas Sumatera Utara
3.9 Uji Statistik
3.9.1 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi yang dinyatakan dengan R
2
berfungsi untuk menyatakan seberapa besar variabel-variabel bebas mampu menjelaskan
hubungan terhadap variabel terikat. Nilai R
2
berkisar antara 0 sampai 0R
2
1. Adapun kriteria pengujiannya yaitu :
1. Bila nilai R
2
mendekati 1, hal ini berarti bahwa hubungan variabel inflasi dan nilai tukar rupiah dengan variabel APMK adalah sempurna dan
positif, artinya apabila ada kenaikan tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah maka akan menyebabkan kenaikan penggunaan APMK.
2. Bila nilai R
2
mendekati 0, hal ini berarti bahwa hubungan variabel inflasi dan nilai tukar rupiah dengan penggunaan APMK adalah lemah atau tidak
ada hubungan, yang berarti apabila terjadi kenaikan atau penurunan pada variabel inflasi dan variabel nilai tukar rupiah maka tidak akan
berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan penggunaan APMK. 3.
Jika R
2
mendekati -1, hal ini berarti bahwa hubungan variabel inflasi dan nilai tukar rupiah dengan penggunaan APMK adalah sempurna dan
negatif, artinya apabila ada kenaikan padaa variabel inflasi dan variabel nilai tukar rupiah maka akan menyebabkan adanya penurunan penggunaan
APMK.
Universitas Sumatera Utara
33
3.9.2 Uji F F-
test
Untuk mengetahui kebenaran pengaruh nyata secara statistik diantara inflasi dan nilai tukar rupiah secara bersama-sama terhadap APMK digunakan Uji
F F-
test
, yaitu untuk menilai kualitas garis regresi yang dihasilkan. F-
hitung
= R
2
k-1 1-R
2
n-k Dimana :
R
2
= Koefisien Determinasi k
= Banyaknya Variabel Bebas n
= Jumlah Sampel H
: β
1
= β
2
= 0, H
a
: β
1 ≠
β
2
≠ 0 H
diterima jika F
hitung
F
tabel
Artinya bahwa tidak ada pengaruh nyata antara inflasi dan nilai tukar rupiahterhadap APMK.
H
a
diterima jika F
hitung
F
tabel
Artinya ada pengaruh nyata antara inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap APMK.
3.9.3 Uji T T-
test
Uji T T-
test
merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel inflasi dan nilai tukar rupiah berpengaruh
terhadap besarnya penggunaan APMK.
Universitas Sumatera Utara
Nilai t- hitung dapat diperoleh dengan rumus : t-
hitung
= Sbi
bi-b
Dimana : bi
: Koefisien Variabel Bebas ke i b
: Nilai Hipotesis Nol Sbi
: Simpangan Baku dari Variabel Bebas ke-i Hipotesis yang digunakan :
H : β
1
= β
2
= 0, H
a
: β
1 ≠
β
2
≠ 0 H
diterima jika t
hitung
T
tabel
Artinya bahwa variabel inflasi dan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh nyata terhadap variabel APMK.
H
a
diterima jika t
hitung
T
tabel
Artinya ada pengaruh nyata antara inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap APMK.
3.10 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
3.10.1 Uji Multikolinieritas Multikolinerarity test
Uji multikolinoeritas digunakan untuk menguji terdapatnya hubungan linier yang sempurna atau hampir sempurna antara inflasi dan nilai tukar rupiah
tersebut secara individual terhadap APMK. Pengujian ini untuk mengetahui
Universitas Sumatera Utara
35
pengaruh antara variabel inflasi dan nilai tukar dalam persamaan regresi tersebut tidak saling berkolerasi. Untuk mendeteksi multikolinieritas ini digunakan cara
regresi parsial. Uji ini digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi hubungan
antar variabel bebas yang dapat diketahui melalui R
2
. Apabila R
2
dari masing- masing regresi dari variabel kemudian dibandingkan dengan nilai R
2
model awal maka didalam regresi parsial tersebut terdapat multikolinieritas.
3.10.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengukur pengaruh silang antara variabel pengganggu inflasi dan nilai tukar rupiah untuk menguji autokorelasi ini
menggunakan Langrange Multiplier Test LM – Test. Dengan membandingkan nilai X
2 hitung
X
2 tabel
dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
a. Jika nilai X
2 hitung
X
2 tabel
, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model empiris yang digunakan ditolak.
b. Jika nilai X
2 hitung
X
2 tabel
, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Perekonomian Indonesia tahun 2011-2014
Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada
kinerja pertumbuhan yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5, angka tertinggi
dalam sepuluh tahun terakhir, disertai dengan pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3,79. Peningkatan kinerja tersebut disertai dengan perbaikan
kualitas pertumbuhan yang tercermin dari tingginya peran investasi dan ekspor sebagai sumber pertumbuhan, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan,
serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antardaerah yang semakin membaik. Laporan
Perekonomian Indonesia Tahun 2011, Bank Indonesia Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia NPI mengalami surplus
yang relatif besar dengan cadangan devisa yang meningkat dan nilai tukar rupiah yang mengalami apresiasi. Di sektor keuangan, stabilitas sistem keuangan tetap
terjaga meski sempat terjadi tekanan di pasar keuangan pada semester II tahun 2011 sebagai dampak memburuknya krisis yang terjadi di kawasan Eropa dan
Amerika Serikat AS. Dengan ketahanan ekonomi yang kuat dan risiko utang luar negeri yang rendah, didukung oleh kebijakan makroekonomi yang tetap
pruden dan berbagai langkah kebijakan struktural yang terus ditempuh selama ini, Indonesia kembali memperoleh peningkatan peringkat menjadi Investment Grade.
Universitas Sumatera Utara
37
Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat mampu meminimalkan dampak dari gejolak ekonomi global. Ketidakpastian yang muncul akibat krisis
utang Eropa dan kekhawatiran terhadap prospek pemulihan perekonomian AS telah memicu gejolak di pasar keuangan dan pelemahan pertumbuhan ekonomi
global tahun 2011. Dampak dari gejolak global tersebut ke Indonesia lebih banyak dirasakan di pasar keuangan terutama pasar saham dan obligasi, sementara
dampak pada sektor riil relatif minimal. Di sektor keuangan, penarikan modal luar negeri oleh sebagian investor
pada semester II tahun 2011 memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah, imbal hasil obligasi Pemerintah, dan harga saham. Namun, dengan langkah-langkah
stabilisasi oleh Bank Indonesia dan Pemerintah, didukung oleh kuatnya fundamental sektor keuangan dan terjaganya stabilitas makroekonomi, gejolak
pasar keuangan dapat dihindari. Di sektor riil, daya tahan perekonomian Indonesia dari sisi eksternal didukung oleh diversifikasi pasar ekspor dengan semakin
besarnya perdagangan intra-regional di kawasan Asia dan semakin meningkatnya peran foreign direct investment FDI.
Dari sisi domestik, daya tahan ekonomi juga didukung oleh kuatnya daya beli terkait dengan meningkatnya pendapatan dan struktur demografi yang
sebagian besar berada dalam usia produktif. Di samping fundamental ekonomi yang kuat, respons kebijakan yang tepat mampu menopang ketahanan
perekonomian nasional. Bank Indonesia dan Pemerintah melakukan koordinasi kebijakan dalam memperkuat fundamental ekonomi sekaligus memitigasi dampak
gejolak eksternal. Dari sisi Bank Indonesia, penerapan bauran kebijakan moneter
Universitas Sumatera Utara
dan makroprudensial secara terukur dan pada waktu yang tepat telah berhasil menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Bauran kebijakan tersebut
diterapkan melalui respons kebijakan suku bunga dan nilai tukar, serta kebijakan makroprudensial dalam rangka pengelolaan aliran modal asing dan likuiditas
perbankan. Bauran kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut juga didukung oleh strategi komunikasi dalam rangka meningkatkan efektivitas
transmisi kebijakan moneter dan mengurangi ketidakpasti an pelaku pasar. Dalam bidang perbankan, Bank Indonesia terus memperkuat ketahanan
perbankan, meningkatkan fungsi pengawasan, dan mendorong intermediasi yang diarahkan pada sektor-sektor produktif. Dari sisi Pemerintah, kebijakan fiskal
diarahkan kepada peningkatan stimulus dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal. Secara sektoral, Pemerintah terus berupaya mendorong dan meningkatkan
kualitas pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan iklim investasi, percepatan pembangunan infrastruktur, peningkatan daya saing industri dan produk ekspor,
serta peningkatan ketahanan pangan nasional termasuk dalam rangka stabilisasi harga. Koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah untuk
meningkatkan daya tahan ekonomi dan stabilitas makro juga diperkuat melalui implementasi Protokol Manajemen Krisis PMK dan pengendalian inflasi di
pusat dan daerah melalui forum Tim Pengendalian Inflasi TPI dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah TPID.
Prospek ekonomi Indonesia tahun 2012 diprakirakan masih tetap kuat, meskipun risiko yang berasal dari pelemahan ekonomi global masih tinggi.
Perekonomian nasional pada tahun 2012 diprakirakan tumbuh 6,3 - 6,7 dan
Universitas Sumatera Utara
39
inflasi diprakirakan dapat berada di kisaran sasaran 4,5 ± 1. Pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari perekonomian domestik dengan peran investasi
yang semakin meningkat. Pasar domestik yang besar, terjaganya stabilitas makroekonomi, suku bunga yang rendah, perbaikan iklim investasi, dan status
investment grade merupakan faktor pendorong tingginya pertumbuhan investasi
ke depan. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012, Bank Indonesia Sejalan dengan itu, arus modal masuk FDI diperkirakan akan meningkat
lebih tinggi sehingga surplus NPI akan tetap besar. Kondisi ini mendukung tercapainya stabilitas nilai tukar rupiah dalam menghadapi risiko tingginya
gejolak arus modal. Meskipun demikian, risiko pelemahan ekonomi global dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung ke batas bawah kisaran
prakiraan apabila tidak ditempuh langkah-langkah stimulus baik dari sisi moneter maupun fiskal.
Sementara itu, rencana kebijakan Pemerintah terkait dengan BBM bersubsidi dan komoditas strategis lainnya dapat memberikan tekanan ke atas
terhadap perkembangan inflasi kedepan. Dalam tahun 2012, Bank Indonesia telah mengoptimalkan peran bauran
kebijakan moneter untuk menjaga inflasi tetap berada di dalam kisaran sasarannya serta mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka memitigasi risiko
perlambatan ekonomi global. Sementara di bidang perbankan, Bank Indonesia akan meningkatkan efisiensi perbankan untuk mengoptimalkan kontribusinya
dalam perekonomian dengan tetap memperkuat ketahanan perbankan. Di samping itu, Bank Indonesia terus berupaya memperluas akses perbankan pada masyarakat
Universitas Sumatera Utara
financial inclusion. Di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia terus meningkatkan efisiensi, keandalan, dan keamanan serta penerapan aspek
perlindungan konsumen, baik dalam sistem pembayaran nasional maupun hubungan sistem pembayaran dengan luar negeri. Dengan langkah-langkah ini,
pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diyakini dapat kembali berada di tengah kisaran prakiraan.
Dalam jangka menengah, dengan perekonomian dunia yang diperkirakan akan membaik dan kebijakan struktural yang terus dilakukan khususnya di bidang
investasi dan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi Indonesia mempunyai prospek untuk tumbuh lebih tinggi dan berkesinambungan dengan stabilitas
makroekonomi yang terjaga. Perekonomian nasional diprakirakan akan tumbuh mencapai 6,6-7,4 dan inflasi yang semakin menurun dan menuju 4,0 ± 1
pada tahun 2016. Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2012 cukup menggembirakan
di tengah perekonomian dunia yang melemah dan diliputi ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup tinggi, yaitu
6,2, dengan inflasi yang terkendali pada tingkat yang rendah 4,3 sehingga berada pada kisaran sasaran inflasi 4,5±1. Di tengah menurunnya kinerja
ekspor, pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi makro dan sistem
keuangan yang kondusif sehingga memungkinkan sektor rumah tangga dan sektor usaha melakukan kegiatan ekonominya dengan lebih baik. Selain itu, kuatnya
permintaan domestik di tengah melemahnya kinerja ekspor menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
41
terjadinya ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012, Bank Indonesia
Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 diprakirakan tumbuh lebih tinggi, namun sejumlah risiko dan tantangan perlu diantisipasi. Sejalan dengan
membaiknya perekonomian dunia, terutama pada semester II 2013, perekonomian Indonesia diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,3-6,8 dengan inflasi tetap terjaga
sesuai dengan sasaran Bank Indonesia sebesar 4,5±1. Permintaan domestik diprakirakan tetap menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Laporan
Perekonomian Indonesia Tahun 2013, Bank Indonesia Namun sejumlah tantangan dan risiko perlu diantisipasi untuk menjaga
stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan. Pertama, konsumsi BBM yang terus meningkat di tengah semakin menurunnya produksi migas dalam negeri
akan terus meningkatkan impor migas dan beban subsidi sehingga semakin menambah tekanan terhadap kesinambungan fiskal dan defisit transaksi berjalan.
Kedua, struktur perekonomian dengan ketergantungan impor yang tinggi khususnya untuk barang modal dan bahan baku, dalam jangka pendek dapat
menimbulkan kerentanan terhadap keseimbangan eksternal ketika kegiatan investasi terus mengalami peningkatan. Dengan latar belakang tersebut, kebijakan
Bank Indonesia akan diarahkan pada upaya pencapaian keseimbangan internal dan eksternal.
Dalam hubungan ini, kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran. Arah kebijakan
tersebut akan dilakukan melalui lima pilar bauran kebijakan. Pertama, kebijakan
Universitas Sumatera Utara
moneter akan ditempuh secara konsisten untuk mengarahkan inflasi tetap terjaga dalam kisaran sasaran yang ditetapkan. Kedua, kebijakan nilai tukar akan
diarahkan untuk menjaga pergerakan rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Ketiga, kebijakan makroprudensial diarahkan untuk menjaga
kestabilan sistem keuangan. Keempat, penguatan strategi komunikasi kebijakan untuk mendukung efektivitas kebijakan Bank Indonesia. Kelima, penguatan
koordinasi Bank Indonesia dan Pemerintah dalam mendukung pengelolaan ekonomi makro dan stabilitas sistem keuangan.
Dalam perkembangannya, pada triwulan IV 2013, berbagai respons bauran kebijakan dapat segera mengurangi tekanan pada stabilitas makroekonomi.
Tekanan inflasi berangsur-angsur dapat dikendalikan sehingga kembali pada pola normalnya sejak September 2013. Kuatnya dampak kenaikan harga BBM
bersubsidi memang tidak dapat dihindari telah mendorong inflasi keseluruhan tahun 2013 meningkat menjadi 8,4 dari 4,3 pada 2012, atau berada di atas
sasaran inflasi yang telah ditetapkan sebesar 4,5±1. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013
Namun, apabila dibandingkan dengan inflasi di tahun 2005 dan 2008 saat harga BBM bersubsidi dinaikkan, inflasi 2013 masih berada di bawah 10, lebih
rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2005 dan 2008 yang tercatat di atas 10. Perkembangan positif ini dipengaruhi respons kebijakan Bank Indonesia
yang mengantisipasi kenaikan inflasi sebelum kenaikan harga BBM bersubsidi dan koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dalam mengendalikan
dampak lanjutan second round effect kenaikan harga BBM.
Universitas Sumatera Utara
43
Seperti tercermin pada perkembangan ekonomi triwulan IV 2013, respons bauran kebijakan juga mulai mengarahkan ekonomi ke tingkat yang lebih
seimbang, namun tetap dibarengi penyesuaian ekonomi yang terkendali dan tidak memberikan tekanan berlebih. Pada satu sisi, upaya menekan permintaan
domestik membuahkan hasil dengan termoderasinya konsumsi dan investasi yang diikuti penurunan impor.
Di sisi lain, penyesuaian nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya juga kembali mendorong ekspor industri pengolahan yang sebelumnya mengalami
pelemahan. Dengan perkembangan ini, meskipun lebih lambat dari pertumbuhan 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia keseluruhan tahun 2013 tercatat 5,8,
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi peer countries. Pada sisi lain, ekspor yang membaik dan impor yang menurun telah mendorong menurunnya
defisit transaksi berjalan secara signifikan menjadi 2 dari PDB pada triwulan IV 2013, jauh lebih rendah dari defisit transaksi berjalan pada triwulan-triwulan
sebelumnya. Transaksi modal finansial juga mengalami perbaikan yang bersumber dari
penarikan pinjaman luar negeri korporasi, penarikan simpanan bank domestik di luar negeri, dan arus masuk Penanaman Modal Asing Langsung yang tetap stabil.
Secara keseluruhan tahun 2013, defisit transaksi berjalan 2013 meningkat dibandingkan dengan defisit tahun sebelumnya sehingga mencapai 3,3 dari
PDB, tetapi tidak setinggi perkiraan semula. Cadangan devisa dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup aman yaitu 99,4 miliar dolar AS atau
setara 5,5 bulan impor dan ULN pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Pada awal tahun 2014, nilai tukar memiliki sedikit kenaikan namun inflasi tidak berpengaruh signifikan, bahkan mengalami sedikit penurunan dari 8,38
menjadi 8,22. Melalui kebijakan yang diambil oleh bank Indonesia, sampai bulan April 2014 angka inflasi dan nilai tukar rupiah dapat menurun untuk
mencapai kestabilan perekonomian secara global. Inflasi dapat ditekan hingga mencapai angka 7,25 sampai akhir April 2014 bahkan nilai tukar berada pada
posisi Rp 11.379 perdolar US walau sempat mengalami kenaikan diakhir tahun 2013 dan awal tahun 2014.
4.2 Perkembangan Sistem Pembayaran 2011-2014