Menurut Rahutami 2004 dari hasil kajiannya megnenai mekanisme transmisi, ia menyimpulkan nilai tukar merupakan jalur mekanisme transmisi
yang lebih kuat dan cepat dalam mempengaruhi output dan inflasi. Ini mempengaruhi statabilitas moneter di Indonesia.
Dari Fenomena terhadap keadaan diatas maka Penulis mencoba untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana pengaruh sistem pembayaran non
tunai terhadap lalu lintas pembayaran di Indonesia. Sehingga Penulis mengambil
judul “Pengaruh sistem pembayaran non tunai terhadap stabilitas moneter di Indonesia
”. Dalam penelitian mengenai pengaruh sistem pembayaran non tunai terhadap
stabilitas moneter di Indonesia ini Penulis hanya membahas salah satu instrumen pembayaran non tunai yaitu Alat Pembayaran Menggunakan Kartu APMK yang
terdiri dari ATM atau debit dan kartu kredit.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh transaksi APMK terhadap inflasi?
2. Bagaimana pengaruh transaksi APMK terhadap nilai tukar rupiah kurs?
Universitas Sumatera Utara
7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh transaksi APMK terhadap inflasi.
2. Mengetahui pengaruh transaksi APMK terhadap nilai tukar rupiah kurs.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dengan penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan membuahkan hasil yang dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Menambah khasanah dan wawasan ilmu pengetahuan bagi diri Penulis
sendiri terutama yang berkaitan dengan sistem pembayaran non tunai dan pengaruhnya terhadap stabilitas moneter.
2. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji hal-
hal yang berkaitan dengan sistem pembayaran non tunai dan pengaruhnya terhadap stabilitas moneter.
3. Sebagai bahan masukan bagi pihak perbankan yang terkait dengan
pengelolaan sistem pembayaran non tunai untuk dapat mengambil kebijakan dalam menjaga stabilitas moneter.
4. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah atau badan yang terkait untuk
memperhatikan pengelolaan sistem pembayaran non tunai untuk dapat mengambil kebijakan dalam menjaga stabilitas moneter.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Sistem Pembayaran
Bank Indonesia dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 menjelaskan sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan,
lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbuk dari suatu kegiatan ekonomi.
Menurut Humphrey et al 1996 sistem pembayaran adalah suatu rancangan yang membuat pasar finansial berjalan dan menjadikan riil. Ketika
barang digantikan dengan uang tunai cek, giro, kartu kredit dan debet, perdagangan semakin meluas dan biaya transaksi berkurang, serta secara tidak
langsung meningkatkan spesialisasi barang. Humphrey et al 1996 dalam penelitiannya mengemukakan sistem
pembayaran adalah sistem yang terdiri atas aturan hukum, standar, prosedur dan tata cara teknis operasional pembayaran yang digunakan transaksi nilai uang
antara dua pihak, dalam wilayah nasional maupun internasional dengan memanfaatkan instrumen pembayaran yang diterima secara umum, dan dapat
membuat kegiatan ekonomi berjalan lebih baik dan lebih lancar dalam pembayarannya.
Inti dari kedua pengertian diatas menyatakan bahwa sistem pembayran merupakan rancangan atau mekanisme menggunakan instrumen pembayaran yang
dapat menggerakkan kegiatan ekonomi, serta dengan menggunakan sistem
Universitas Sumatera Utara
9
pembayaran akan meningkatkan efesiensi dan mengurangi tingkat terhadap transaksi ekonomi.
2.1.2 Perkembangan Sistem Pembayaran
Dalam perkembangan teknologi sekarang ini, manusia terus mengembangkan inovasinya dalam memenuhi kebutuhan. Dengan tujuan
tersebutlah manusia kemudian melakukan bentuk pertukaran. Pada awal perekonomian, bentuk transaksi yang dilakukan oleh manusia yaitu dengan saling
tukar menukar barang-barang yang dibutuhkan dengan istilah barter. Dalam masa barter manusia mulai berproduksi bukan hanya untuk
dikonsumsi sendiri namun juga untuk ditukarkan dengan kebutuhan yang lain. Namun, dengan prasyarat barter yaitu the double coincidence of want, sistem
barter tidak tahan lama, karena akan membutuhkan waktu yang lama untuk memenuhi prasyarat tersebut.
Pada akhirnya masyarakat memiliki kesadaran akan persamaan nilai barang, sehingga dimulailah era emas dan perak sebagai uang komoditi yang
digunakan dalam pembayaran. Kemudian dibuatlah full bodied money yang dilebur dari emas dan perak dalam perannya sebagai perantara transaksi.
Uang fiat uang kepercayaan mulai beredar setelah disadari bahwa emas dan perak tidak lagi prakts dan efisien. Uang fiat adalah uang kertas yang
diterbitkan oleh pemerintah sebagai alat transaksi. Penggunaan uang kertas ini juga menghemat berbagai biaya dari segi keamanan, biaya transportasi hingga
biaya transaksi. Selain itu, uang fiat hanya bisa digunakan sebagai alat transaksi
Universitas Sumatera Utara
sepanjang adanya kepercayaan kepada lembaga yang berwenang mengeluarkannya dan percetakannya sudah dalam tahap sukar untuk dipalsukan
Miskhin, 2001. Sistem barter, uang komoditas, dan uang fiat, ketiganya dapat digolongkan
kedalam sistem pembayaran tunai. Sekitar 150 tahun lalu, transaksi yang menggunakan uang tunai mulai tergeser oleh instrument pembayaran berbasis
kertas, terutama pada bisnis-bisnis antar negara Spahr, 1926. Sistem pembayaran kemudian terus berevolusi ke tahap non-tunai yang diawali dengan
berkembangnya penggunaan cek pada negara-negara maju. Dalam penggunaan cek ini terdapat dua proses, yaitu aliran cek secara fisik, serta transfer dana yang
ditransaksikan Listfield dan Montes-Negret, 1994. Karena sistem cek dirasakan kurang praktis, maka sistem pembayaran
terus berkembang kearah sistem pembayaran yang bersifat elektronis, yang didukung oleh teknologi yang semakin maju.
Pada era tahun 1970-an dan 1980-an mulai berkembang penggunaan sistem pembayaran yang bersifat elektronis. Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu APMK mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi, dengan biaya yang relatif rendah. Diawali dengan munculnya kartu kredit, yang
diperkenalkan oleh Bank Of America dengan nama BankAmericard Global Insight, 2003. Pada tahun 1977 bank-bank penerbit BankAmericard secara
bersama mendirikan yang kita kenal sekarang, Visa. Penggunaan kartu kredit memungkinkan nasabah mendapatkan barang dan jasa secara kredit, dan
melunasinya dengan cek atau rekeningnya yang berada pada bank pemegang
Universitas Sumatera Utara
11
lisensi penerbit kartu kredit tersebut Visa, Mastercard, dll.Perkembangan ini terus berlanjut dengan diterbitkannya varian-varian alat pembayaran elektronis
lain seperti kartu debet, smart cards, internet banking, dll. Saat ini di Indonesia perkembangan sistem pembayaran telah
memungkinkan masyarakat menggunakan instrumen pembayaran baik tunai maupun non tunai. Dalam Pengantar Sistem Pembayaran dan Instrumrn
Pembayaran oleh DASP BI dijelaskan bahwa, instrumen pembayaran saat ini dapat digolongkan atas tunai dan non-tunai. Instrumen pembayaran tunai adalah
uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan logam yang sudah kita kenal selama ini. Sementara instrumen pembayaran non-tunai, dapat dibagi lagi atas
pembayaran non-tunai dengan media kertas atau lazim disebut paper-based instrument seperti, cek bilyet giro, wesel dan lain-lain serta alat pembayaran non-
tunai dengan media kartu yaitu APMK atau lazim disebut card-based instrument seperti kartu kredit, kart debit, kartu ATM dan lain-lain.
2.1.3 Pengertian APMK
Peraturan Bank Indonesia PBI NOMOR : 630PBI2004 menjelaskan pengertian Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu adalah alat pembayaran
yang berupa Kartu Kredit, Kartu Automated Teller Machine ATM Kartu Debet, Kartu Prabayar, dan atau yang disamakan dengan itu.
1. ATM dan Kartu ATM
ATM Automated Teller Machine atau anjungan tunai mandiri ini adalah satuan e-banking paling populer yang kita kenal. Kartu ATM adalah APMK yang
Universitas Sumatera Utara
dapat digunakan untuk melakukan penarikan uang tunai danatau pemindahan dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi dengan mengurangi dana dalam
rekening pemegang kartu secara otomatis pada Bank atau Lembaga Selain Bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Selain bertransaksi melalui mesin ATM, kartu ATM dapat pula digunakan untuk berbelanja di tempat perbelanjaan, berfungsi sebagai kartu debit.
2. Kartu Kredit
Kartu kredit adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk
transaksi pembelanjaan danatau untuk melakukan penarikan tunai, dimana kewajban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquire atau
penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melalukan pembayaran pada waktu yang disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus charge card
ataupun dengan pembayaran secara angsuran. Dalam menyelenggarakan kartu kredit ini terdapat beberapa pihak yang terlibat yaitu :
a. Penerbit Issuer, yaitu pihak yang menerbitkan katu kredit. Dalam hal ini,
issuer merupakan pihak yang mengadakan perjanjian dengan yang memberikan fasilitas kredit kepada pemegang kartu.
b. Pengelola Acquirer, yaitu pihak yang mengadakan hubungan atau
kerjasama dengan pedangang. c.
Principal adalah pihak pemilik hak tunggal atas merk dalam
penyelenggaraan kartu kredit seperti Visa, Mastercard, Dinners dan lain- lain.
Universitas Sumatera Utara
13
Setiap transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu kredit memerlukan proses otorisasi terlebih dahulu oleh penerbit mengenai keabsahan
dari kartu yang digunakan serta batas limit nominal transaksi yang dilakukan. Otoritas ini biasanya dilakukan secara on-line dengan meng-insert kartu melalui
terminal EDCPOS Elektronic Data CapturePoint of Sales yang ada di pedagang.
3. Kartu Debet
Kartu debet adalah APMK yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk
transaksi pembelanjaan dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada Bank atau
Lembaga Selain Bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.4. Uang 1. Defenisi uang
Uang diartikan sebagai alat tukar umum atau alat pengukur nilai bendakekayaan yang berfungsi untuk memudahkan penukaran benda-
bendabarang-barang, jasa-jasa, pembayaran-pembayaran dan pinjam-meminjam dalam hubungan ekonomi di dalam suatu negara atau antar negara-negara
Aliminsyah, 2006. Sesuatu barang dapat didefinisikan sebagai uang apabila memiliki tiga fungsi dari uang, yaitu alat pertukaran, satuan hitung, serta sebagai
alat penyimpanan nilai Mishkin, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Robertson 1992 dan AC. Pigon 1950 dalam Rahardjo 2009 mengenai defefnisi mereka terhadap uang, menekankan peranan uang sebagai alat
tukar, sedangkan Rollin G. Thomas 1957 dalam Rahardjo 2009 memberikan defenisi uang secara lebih luas dengan memberikan pengertian bahwa uang adalah
sesuatu yang siap dicairkan dan dapat diterima umum dalam transaksi- transaksi barang dan jasa, serta dapat diterima dalam pembayaran hutang.
2. Jumlah Uang Beredar Uang beredar adalah akumulasi uang uang digunakan masyarakat, uang
kartal serta uang giral. Kewajiban sistem moneter yang terdiri dari uang tunai kartal dan logam pada masyarakat, tidak termasuk uang yang berada dalam kas
bank maupun kas negara, ditambah dengan uang dalam giro tabungan yang dapat diuangkan menggunakan cek atau uang giral merupakan uang dalam arti sempit
M1, sedangkan kewajiban yang meliputi uang kartal uang giral dan uang kuasi adalah uang dalam arti luas M2 yang menjadi perluasan dari M1.
Menurut Nopirin 2000 M1 bersifat liquid karena sangat mudah menjadikannya uang tunai. Sedangkan M2 kelancaran likuidasinya di bawah M1
karena mencakup deposito berjangka. Dalam sejumlah literatur ekonomi M1 diformulasikan sebagai,
M1 = K + D dimana M1 adalah uang beredar dalam arti sempit; K adalah uang kartal; D adalah
uang giral. Sedangkan pengertian lain, yaitu uang beredar dalam arti luas diformulasikan sebagai.
M2 = M1 + T
Universitas Sumatera Utara
15
Dengan M2 adalah uang beredar dalam arti luas; M1 adalah uang beredar dalam arti sempit; T adalah saldo deposito berjangka dan tabungan masyarakat di bank
3. Teori Uang a. Teori Ekonomi Klasik
Sriram 1999 dalam penelitiannya menyatakan bahwa teori ekonomi klasik menganggap perekonomian selalu dalam keadaan full employment
terkecuali dalam keadaan transisi sebagai akibat dari gangguan dalam perekonomian. Menurut konsep ini, uang merupakan alat pertukaran, penyimpan
nilai, satuan hitung yang dapat mengekspresikan harga dan nilai suatu barang. Sehingga, dalam hal ini uang berposisi netral tidak mempengaruhi perubahan
dalam harga relatif, tingkat suku bunga, tingkat keseimbangan dari tingkat pendapatan.
b. Teori Kuantitas Uang Teori kuantitas uang membawa pengkajian yang lebih proporsional
terhadap konsep permintaan uang dan dikembangkan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan oleh Irving Fisher ekonom Universitas Yale, seta pendekatan
Cambridge cash balance approach yang dikembangkan oleh A. C. Pigou. Fisher menemukan konsep velocity of money, tingkat kecepatan
perputaran uang, yang menghubungkan kuantitas uang M dengan total barang dan jasa yang dibelanjakan P x Y, dengan persamaan,
V= M
P X Y
Universitas Sumatera Utara
dari persamaan diatas, V velocity of money, didefinisikan sebagai jumlah rata- rata waktu yang dihabiskan untuk membelanjakan komoditi barang dan jasa yang
diproduksi dalam perekonomian Mishkin, 2001. c. Pendekatan Cambridge
Pendekatan ini menekankan pentingnya permintaan uang dalam menggambarkan pengaruh money supply dalam tingkat harga Sriram, 1999. Para
ekonom seperti A. C. Pigou dan Alfred Marshall memformulasikan pendekatan ini melalui persamaan,
M
d
= k x PY Dimana M
d
= permintaan uang, P = tingkat harga, Y = tingkat pendapatan, dan k = konstanta.
Sesuai dengan asumsinya, parameter k, sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan diatas dapat berfluktuasi seiring dengan perilaku masyarakat dalam
menggunakan uang untuk menyimpan kekayaan. Perilaku masyarakat ini juga diperngaruhi oleh penerimaan yang diharapkan dari penggunaan penyimpan
kekayaan lain seperti saham dan obligasi Sriram, 1999. d.
Teori Neo-Klasik Pandangan Neo- Klasik mengenai uang lebih bersifat netral. Komoditas
ini secara ekonomis menarik ketika disimpan dan disirkulasikan dalam perekonomian melalui transaksi barang dan jasa. Menurut Sriram 1999 teori
Neo-Klasik berpendapat bahwa tidak ada pengaruh dari tingkat suku bunga. Meskipun demikian, masih terdapat perbadaan sudut panjang dalam mazhab ini,
letak perbedaannya ialah pada faktor lain yang merupakan pelengkap dalam
Universitas Sumatera Utara
17
penelitian mereka, seperti ketidak pastian di masa yang akan datang Marshall dan Pigou, antisipasi Marshall.
e. Teori Keynessian
Keynes memformulasikan tiga motif permintaan uang, yaitu motif transaksi, motif berjaga- jaga, serta motif berspekulasi. Adapun penjelasan ketiga motif tersebut
ialah sebagai berikut. 1.
Motif transaksi, sama dengan teori kuantitas uang, Keynes dalam hal ini berpendapat bahwa uang merupakan alat pertukaran dan money demand
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Sebab, dia meyakini transaksi ditingkat individu dan juga tingakt masyarakat berhubungan dengan
tingkat pendapatan masyarakat Sriram, 1999. 2.
Motif berjaga- jaga. Keynes berpendapat bahwa masyarakat akan memegang uang untuk kebutuhan yang tidak bisa diekspektasi sebelumnya untuk
berjaga- jaga. Uang dalam hal ini tetap berfungsi netral sebagai alat petukaran dan dipengaruhi oleh tingakat pendapatan masyarakat.
3. Motif spekulasi Liquidity Preference. Keynes mempertegas teori
Cambridge, bahwa ketidakmenentuan dimasa datang mempengaruhi masyarakat untuk meminta uang. Uang bersifat sebagai penyimpan kekayaan,
dan masyarakat kadang kala akan menggunakan uang untuk kepentingan spekulasi.
Keynes memformulasikan pedapatnya melalui persamaan liquidity preference yang mendefinisikan permintaan uang riil
M
d
= f y , i
-
Universitas Sumatera Utara
dimana, y adalah pendapatan, dan i adalah tingkat suku bunga. 4.
Jenis- Jenis Uang Kesulitan akan sistem barter membuat masyarakat lebih membutuhkan
sistem pertukaran dengan menggunakan perantara yang lebih praktis dan efektif. Uang lahir sebagai alat tukar yang dapat diterima dan digunakakn umum oleh
masyarakat. Berikut jenis- jenis uang yang dapat diterima masyarakat. a.
Full Bodied Money Mata uang yang nilai intrinsiknya sama dengan nilai nominal yang tertera
dalam uang disebut sebagai full bodied money. Uang jenis ini sangat banyak ditemukan pada masa dimana negara membuat uangnya dari logam murni seperti
emas atau perak. Supaya nilai nominal uang tertera tetap sama seperti nilai materi membuat
uang nilai intrinsiknya maka harus dipenuhi dua syarat utama, yaitu masyarakat diberi kebebasan melebur logam mulia di pabrik- pabrik pemerintah dengan biaya
yang kecil. Serta masyarakat bebas menyimpan dan melakukan perdangangan logam mulia.
b. Token Money
Token money adalah mata uang yang nilai materinya jauh lebih kecil dari
pada nilai yang tertera pada fisik uang. Lain halnya dengan full bodied money, dimana masyarakat bebas melebur uang sendiri bahkan melakukan perdagangan
logam mulia, yang menjadi materi pembuat uang, token money dibuat dan dikeluarkan oleh badan- badan berwenang yang ditunjuk pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
19
c. Fiat Money
Telah disebut diatas bahwa fiat money adalah uang kertas yang dikeluarkan pemerintah yang nilainya berdasarkan nilai kepercayaan. Maka fiat
money lebih dikenal sebagai uang kertas. Nilai pembuat uang kertas sangatlah
rendah namun dapat beredar di masyarakat atas dasar kepercayaan karena dikeluarkan oleh pemerintah.
d. Uang Giral
Uang giral adalah hutang suatu bank terhadap nasabahnya yang cepat ditarik sewaktu- waktu menggunakan cek dan giro. Cek adalah surat perintah
tidak bersyarat kepada bank untuk membayarkan sejumlah uang tertentu bagi pemegangnya, atau nama yang tertera. Giro merupakan surat perintah dari
nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan tidak berlaku untuk penarikan tunai sejumlah dana dari rekening pemegang saham yang
disebutkan namanya. Uang giral terdiri atas dua macam yaitu time deposit money yang
merupakan hutang bank kepada nasabahnya dengan jangka waktu penarikan yang ditentukan. Serta demand deposit money, yaitu hutang bank kepada nasabahnya
yang dapat diambil sewaktu- waktu. Pada negara telah mencapai taraf cream economy uang giral memiliki
peranan sangat penting dalam perekonomian, terutama dalam penyelesaian hutang piutang.
Universitas Sumatera Utara
e. Near Money
Near money atau uang kuasi dalam bentuk kekayaan yang mudah
dicairkan sewaktu- waktu, atau hutang bank pada nasabahnya yang dapat ditarik kapanpun.
Sumber : Raharjo, 2009 Gambar 2.1 Jenis-jenis Uang
2.1.5. INFLASI 2.1.5.1 Definisi Inflasi
Bank Indonesia secara sederhana mendefinisikan inflasi sebagai meningkatnya harga- harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga yang
dimaksud adalah apabila terjadi kenaikan harga barang- barang secara meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
UANG
Uang Kertas Token Money
Uang Logam Uang Barang
Full Bodied Money
Token Money Uang Kertas
Negara Uang Kertas
Bank
Common Money
Uang Beredar Demand Deposit
Money
Universitas Sumatera Utara
21
disebut deflasi. Mishkin 2008, mendefinisikan inflasi yaitu kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus, memengaruhi individu, pengusaha,dan
pemerintah. Sedangkan Mankiw 2003 inflasi diartikan sebagai peningkatan harga secar agregat.
Diketahui dalam teori kuantitas, bahwa faktor utama yang menyebabkan inflasi adalah permintaan demand uang berlebihan sehingga masyarakat terlalu
banyak memegang uang. Dua sumber inflasi yang disebutkan di dalamnya, Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation.
1. Demand Pull Inflation
Kondisi inflasi ini di sebabkan naiknya aggregate demand padahal kondisi produksi telah mencapai keadaan full employment. Kenaikan ini tidak
hanya mendorong naiknya harga- harga barang, tetapi juga tingkat produksi ketika kenaikan aggregate demand terus mendorong tingkat produksi sehingga
mencapai titik kesempatan kerja penuh full employment, maka yang terjadi hanya kenaikan harga- harga barang inflasi murni selanjutnya apabila dalam
keadaan kesempatan kerja penuh bertambahnya permintaan melebihi Gross National Product
GNP, akan terjadi inflationary gap yang kemudian menjadikan timbulnya inflasi.
Terdapat variasi pandangan mengenai kenaikan aggregate demand. Dari golongan moneterist menafsirkan kenaikan aggregat demand akibat dari
ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dalam pandangan golongan Keynesian naiknya aggregat demand, meskipun tidak ada ekspansi jumlah
Universitas Sumatera Utara
uang beredar, dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi; goverments expenditures, atau net export.
2. Cost Push Inflation
Cost push inflation yaitu inflasi yang di karenakan tingkat penawaran yang lebih rendah dari pada tingkat permintaan, sehingga menggeser aggregat
supply curve ke arah kiri atas. Meningkatnya harga faktor- faktor produksi baik yang berasal dari dalam negri maupun dari luar negri di pasar faktor
produksi. Pada kondisi ini, produsen mengurangi kapasitas produksi, maka terjadilah tingkat penawaran lebih rendah. Apabila harga- harga faktor
produksi semakin tinggi, yang menyebabkan semakin turunnya penawaran total, maka akan terjadi inflasi yang disertai resesi.
2.1.5.2 JENIS- JENIS INFLASI
Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan pengelompokan tertentu dan pengelompokan dilakukan menurut pencapaian yang hendak dituju.
Berdasarkan al terjadinya, inflasi dikelompokkan dalam, 1.
Domestic Inflation Merupakan inflasi akibat ganguan shock yang terjadi didalam negeri.
Gangguan tersebut dapat berupa paket kebijakan pemerintah yang secara psikologi bersifat inflator.
2. Imported Inflation
Inflasi ini merupakan inflasi dalam negeri yang disebabkan adanya kenaikan harga luar negeri, kemudian berpengaruh kedalam negeri, terutama
terjadi pada barang-barang impor atas naiknya harga barang baku industri. Indeks
Universitas Sumatera Utara
23
Harga Dalam Negeri IHDN, sehingga menimbulkan pertumbuhan inflasi dalam negeri.
Dilihat dari intensitasnya, inflasi digolongkan kedalam dua kelompok, creeping inflation
atau inflasi merayap yang laju pertumbuhannya dangat lambat. Harga-harga terus naik namun secara perlahan. Creeping inflation biasanya terjadi
pada negara-negara berkembang. Berlawanan dengan creeping inflation, galloping inflation
adalah inflasi yang timbul akibat kenaikan harga-harga umum secara cepat.
Berikut pengelompokan inflasi berdasarkan bobotnya Khalwaty, 2000 dalam Prasetyo 2011
1. Inflasi ringan di bawah 10 single digit
2. Inflasi sedang 10 - 30
3. Inflasi tinggi 30 - 100.
2.1.6 Nilai Tukar Kurs
Nilai tukar kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Menurut Aliminsyah, 2006, Kurs tukar valuta asing exchange rate adalah tarif yang
menunjukkan nilai tukar mata uang tertentu dengan mata uang lainnya. Perbedaan nilai tukar suatu mata uang negara kurs pada prinsipnya
ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang Tajul, 2000:129. Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian
terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, meningkat pengaruhnya yang besar bagi neraca
Universitas Sumatera Utara
berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi lainnya. Kurs dapat dijadikan alat untuk kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata
uang yang stabil mennjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil Dornbusch, 2008:453. Ketidakstabilan nilai tukar ini
mempengaruhi jumlah uang beredar. Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs ini,
yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang hasil produksi Indonesia mengalami peningkatan. Melemahnya
rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri.
Menurut Nopirin 2000, sistem kurs terbagi menjadi 2 yaitu: 1.
Sistem kurs yang berubah-ubah Perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diturunkan dari transaksi debet dalam neraca pembayaran internasional.
Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional.
2. Sistem Kurs yang Stabil
Sistem ini sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing. Oleh karena itu banyak negara
yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk menstabilkan kurs.
Universitas Sumatera Utara
25
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Muttaqin 2006 melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan variabel-variabel makro ekonomi
terhadap permintaan uang di Indonesia. Hasilnya penggunaan kartu kredit dan debet serta ATM, masing-masing memiliki pengaruh yang berbeda. Penggunaan
ATM memiliki pengaruh jangka panjang terhadap permintaa M1, kartu kredit dan debet tidak signifikan dalam mempengaruhi permintaan M1. Perbedaan tersebut
dikarenakan jumlah pengguna serta volume penggunaan kartu ATM jauh lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan kartu kredit dan debet. Namun dalam
jangka pendek, perubahan penggunaan kartu ATM dan kartu debet. Sedangkan perubahan permintaan uang tunai tidak dipengaruhi oleh penggunaan APMK.
Syarifuddin dkk 2009 melakukan penelitian tentang efek penggunaan pembayaran non-tunai terhadap ekonomi dan pengendalian moneter di Indonesia
dalam jurnal “Impact of non-cash payment increase on the economy and implication for monetary control in Indonesia”, menggunakan metode structural
cointegrating vector autoregresion SCVAR, variabel terdiri dari GDP riil, tingkat harga, M1, dan M2, non-cash ncs; terdiri dari kliring, RTGS dan alat
pembayaran menggunakan kartu, variabel lainnya sperti Bi Rate, upah riil, nilai tukar nominal dan tingkat suku bunga internasional.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan dampak terhadap perekonomian, bahwa kas menurun, sedangkan persediaan uang M1 dan M2 meningkat,
peningkatan pembayaran non tunai juga memacu pertumbuhan GDP dan penuruan harga yang terdiri hanya sedikit. Implikasinya pada kebijakan moneter
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan penurunan BI Rate dan biaya kebijakan moneter. Pembayaran non tunai mengakibatkan peningkatan substitusi dan efek efesiensi. Melalui efek
substitusi, penurunan permintaan mata uang dan meningkatnya M1 dan M2 akan meningkatkan GDP dan harga. Secara umum dari respon implus terlihat bahwa
guncangan pada persamaan pembayaran non tunai akan menyebabkan peningkatan permintaan uang, menurunkan BI-Rate, meningkatkan GDP riil dan
menurunkan tingkat harga. Ihda Azizah 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Transaksi Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Terhadap Tingkat Inflasi Di Indonesia Tahun 2007-2011” dengan menggunakan model autoregresif
untuk menganalisis, menunjukkan bahwa ternyata perkembangan transaksi dengan menggunakan APMK berpengaruh positif terhadap inflasi, baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis yang memberikan koefesien jangka pendek APMK sebesar 1,2907 dan
koefisien jangka panjangnya sebesar 2,8662.
2.3 Kerangka Konseptual