Perkembangan Sistem Pembayaran 2011-2014

Pada awal tahun 2014, nilai tukar memiliki sedikit kenaikan namun inflasi tidak berpengaruh signifikan, bahkan mengalami sedikit penurunan dari 8,38 menjadi 8,22. Melalui kebijakan yang diambil oleh bank Indonesia, sampai bulan April 2014 angka inflasi dan nilai tukar rupiah dapat menurun untuk mencapai kestabilan perekonomian secara global. Inflasi dapat ditekan hingga mencapai angka 7,25 sampai akhir April 2014 bahkan nilai tukar berada pada posisi Rp 11.379 perdolar US walau sempat mengalami kenaikan diakhir tahun 2013 dan awal tahun 2014.

4.2 Perkembangan Sistem Pembayaran 2011-2014

Sistem Pembayaran merupakan sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan nilai uang tersebut sangat beragam, mulai dari penggunaan alat pembayaran yang sederhana sampai pada penggunaan sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai lembaga berikut aturan mainnya. Kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank Indonesia. Dalam menjalankan mandat tersebut, BI mengacu pada empat prinsip kebijakan sistem pembayaran, yakni keamanan, efisiensi, kesetaraan akses dan perlindungan konsumen. Aman berarti segala risiko dalam sistem pembayaran seperti risiko likuiditas, risiko kredit, risiko fraud harus dapat dikelola dan dimitigasi dengan baik oleh setiap penyelenggaraan sistem pembayaran. Prinsip efisiensi menekankan bahwa penyelanggaran sistem pembayaran harus dapat Universitas Sumatera Utara 45 digunakan secara luas sehingga biaya yang ditanggung masyarakat akan lebih murah karena meningkatnya skala ekonomi. Kemudian prinsip kesetaraan akses yang mengandung arti bahwa BI tidak menginginkan adanya praktek monopoli pada penyelenggaraan suatu sistem yang dapat menghambat pemain lain untuk masuk. Terakhir adalah kewajiban seluruh penyelenggara sistem pembayaran untuk memperhatikan aspek-aspek perlindungan konsumen. Sementara itu dalam kaitannya sebagai lembaga yang melakukan pengedaran uang, kelancaran sistem pembayaran diejawantahkan dengan terjaganya jumlah uang tunai yang beredar di masyarakat dan dalam kondisi yang layak edar atau biasa disebut clean money policy. Nilai transaksi transfer dana yang melalui sistem pembayaran selama periode laporan tahun 2010 meningkat dibanding tahun sebelumnya. Untuk nilai transaksi pembayaran selama tahun 2010 mencapai 58,05 ribu triliun atau meningkat 27,8 dibandingkan tahun 2009. Sementara itu volume transaksi pembayaran mencapai 2,14 miliar transaksi atau meningkat 15,46. Untuk mendukung lancarnya aktivitas pembayaran, inovasi-inovasi baru dalam sistem pembayaran banyak tercipta sebagai dampak positif dari perkembangan teknologi informasi. Hal ini tentunya bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat pengguna. Namun demikian, diperlukan suatu kebijakan dari Bank Indonesia untuk selalu menjaga dan meningkatkan keamanan dan efisiensi dalam penyelenggaraan sistem pembayaran dengan tetap memperhatikan pemenuhan aspek perlindungan konsumen. Penguatan dari sisi infrastruktur menjadi fokus utama dalam pengembangan Universitas Sumatera Utara sistem pembayaran di tahun 2010. Persiapan mengahadapi era integrasi ekonomi di kawasan ASEAN melalui MEA terus dilakukan dan menjadi faktor utama dalam penguatan infrastruktur sistem pembayaran, baik sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia maupun oleh pihak di luar Bank Indonesia. Selama periode laporan, kebijakan penguatan infrastruktur untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi sistem pembayaran ditempuh oleh Bank Indonesia dengan melakukan beberapa pengembangan, antara lain pengembangan mekanisme Payment-versus-Payment PvP pada Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Sistem BI-RTGS, Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia SKNBI melalui penyempurnaan implementasi close to real time Failure to Settle FtS pada mekanisme kliring debet dan persiapan penyusunan standar nasional untuk kartu ATMDebet berbasis chip, dan inisiasi penyusunan standar nasional uang elektronik. Dari tahun 2008 sampai April 2014, terjadi lonjakan yang signifikan terhadap permintaan dan pemakaian APMK sebagai bagian dari pembayaran non tunai. Untuk itu semakin banyak pula pihak bank maupun instrumen ekonomi yang menggunakan APMK ini sebagai langkah efisiensi dan kemudahan para konsumennya. Berdasarkan dari sumber infobank 2010 dan www.mediaindonesia.com, dari 47 ribu mesin, BRI memiliki mesin ATM terbanyak yaitu 11111 mesin dan Bank Mandiri telah menyebarkan 10361 mesin ATM. Pemilik mesin ATM ketiga dan keempat terbanyak adalah BCA dan BNI dengan jumlah 8836 dan 6831. Universitas Sumatera Utara 47 Sampai tahun 2012, sudah 47 ribu mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia dengan transaksi per harinya sebesar Rp. 7 triliun dan transaksi per mesin per harinya adalah Rp. 157 juta. Hal ini menunjukkan bahwa bank juga semakin giat melakukan inovasi sehingga masyarakat banyak beralih dari pembayaran tunai ke pembayaran non tunai termasuk didalamnya APMK.

4.3 Gambaran Umum Alat Pembayaran dengan menggunakan Kartu APMK di Indonesia