commit to user
xxiii
A. Landasan Teori
1. Nilai Perusahaan
Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba. Dimana laba merupakan bagian dari laporan keuangan yang digunakan untuk
pengambilan keputusan oleh para investor dan kreditor, sehingga tinggi rendahnya kualitas laba akan mempengaruhi keputusan para pemakai dan akan
berdampak pada nilai perusahaan. Laba yang merupakan bagian dari laporan keuangan, jika laba atau rugi perusahaan tidak menyajikan fakta yang
sebenarnya tentang kondisi perusahaan, maka laba tersebut dapat diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang
kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak-pihak pengguna laporan Rachmawati dan Triatmoko, 2007. Jika laba tersebut digunakan oleh investor
dalam membentuk nilai pasar perusahaan maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya Boediono, 2005.
Peningkatan nilai perusahaan dapat dilakukan yaitu dengan peningkatan kemakmuran para investor atau pemegang saham, karena semakin tinggi nilai
perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan atau penanam modal Haruman, 2007.
Nilai perusahaan adalah nilai jual perusahaan atau nilai tambah bagi pemegang saham. Nilai perusahaan akan tercermin pada harga pasar sahamnya
Tirta, 2009. Harga saham perusahaan merupakan reaksi pasar terhadap keseluruhan kondisi perusahaan yang juga merupakan sebagai cerminan nilai
pemegang saham yang diwujudkan dalam bentuk harga saham. Sujoko dan
10
commit to user
xxiv
Soebiantoro 2007 mendefinisikan nilai perusahaan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumberdayanya.
Didalam nilai-nilai perusahaan terdapat beberapa unsur-unsur yang meliputi beberapa hal yaitu sebagai berikut :
a. Peka terhadap kebutuhan pelanggan
Yaitu senantiasa berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang dapat memuaskan kebutuhan pelanggan secara tepat, capat, dan sesuai.
b. Penghargaan pada harkat martabat manusia
Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya serta mengakui dan melindungi hak-hak asasi dalam
menjalankan bisnis. c.
Integritas Menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas, dan obyektifitas dalam
pengelolaan bisnis.
d. Kualitas produk
Meningkatkan kualitas dan keandalan produk secara terus menerus dan terukur serta menjaga kualitas lingkungan dalam menjalankan perusahaan.
e. Peluang untuk maju
Memberikan peluang yang sama dan seluas-luasnya kepada setiap anggota perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai dengan kriteria
dan kompetensi jabatan yang ditentukan.
commit to user
xxv
f. Inovatif
Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan sesame anggota perusahaan, menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan karya
inovatif. g.
Mengutamakan kepentingan perusahaan Konsisten untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan menjamin
didalam setiap keputusan yang diambil ditujukan demi kepentingan perusahaan.
h. Pemegang saham
Dalam pengambilan keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya meningkatkan nilai investasi pemegang saham.
Terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan Wulandari, 2009, yaitu sebagai berikut :
a. Nilai nominal
Yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan
juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.
b. Nilai pasar
Nilai pasar sering disebut kurs yatitu harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika
saham perusahaan dijual di pasar saham.
c. Nilai intrinsik
commit to user
xxvi Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil
suatu perusahaan.
d. Nilai buku
Yaitu nilai perusahaan yang dihitung sesuai dasar konsep akuntansi yaitu dengan cara membagi selisih antara total asset dan total utang
dengan jumlah saham yang beredar.
e. Nilai likuidasi
Nilai likuidasi merupakan nilai jual saham aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi.
Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q, yaitu rasio yang dikembangkan oleh
Profesor James Tobin pada tahun 1967 Herawaty, 2008. Rasio ini merupakan konsep yang berharga, karena dapat menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva
menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi dari pada pengeluaran investasi dan hal tersebut dapat merangsang investasi baru. Rasio
ini merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya Herawaty,
2008. 2.
Teori Keagenan Agency Theory Prinsip utama dari teori keagenan adalah adanya hubungan kerja antara
pihak yang memberi wewenang prinsipal yaitu pemilik atau pemegang saham dengan pihak yang menerima wewenang agensi yaitu manajer, dalam bentuk
kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract” Elqorni, 2009. Masalah keagenan muncul karena terdapat konflik perbedaan pendapat kepentingan
commit to user
xxvii
antara pemilik principle dengan manajemen agen Siallagan dan Machfoedz, 2006.
Menurut Jensen dan Meckling 1976 hubungan keagenen merupakan suatu hubungan dimana pemilik perusahaan prinsipal mempercayakan
pengelolaan perusahaan oleh orang lain yaitu manajer agen sesuai dengan kepentingan pemilik prinsipal dengan mendelegasikan beberapa wewenang
pengambilan keputusan kepada manajer agen. Manajer dalam menjalankan perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengelola perusahaan sebagaimana
diamanahkan oleh pemilik prinsipal yaitu meningkatkan kemakmuran prinsipal melalui peningkatan nilai perusahaan, sebagai imbalannya manajer agen akan
mendapatkan gaji, bonus atau kompensasi lainnya. Manajemen agen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi
tentang perusahaan lebih banyak, lebih mengetahui informasi internal, dan mengetahui prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibanding dengan
pemilik atau pemegang saham principle, oleh karena itu manajer berkewajiban memberikan informasi atau sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik
Ujiyantho dan Pramuka, 2007. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Kondisi tersebut dikenal sebagai informasi yang tidak simetri atau asimetri informasi. Dalam kenyataannya dalam menjalankan kewajibannya pihak
manajer agen mempunyai tujuan lain yaitu mementingkan kepentingan mereka sendiri, memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka, sehingga pada akhirnya menimbulkan
commit to user
xxviii
konflik keagenan, yaitu konflik kepentingan antara manajemen agen dengan pemilik atau pemegang saham prinsipal Haruman, 2007.
3. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan
perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan, hal tersebut disebabkan karena adanya kontrol yang mereka miliki Wahyudi dan Pawestri 2006.
Menurut Haruman 2007 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam struktur kepemilikan yaitu sebagai berikut :
a. Kepemilkan sebagian kecil saham perusahaan oleh manajemen
mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nilai pemegang saham dibanding sekedar mencapai tujuan perusahaan semata.
b. Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif kepada pemegang saham
mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan. c.
Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan sosial perusahaan. d.
Maksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan
perusahaan. Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan terdiri dari kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional. 1
Kepemilikan Manajerial
Terdapat pengertian kepemilikan manajerial menurut beberapa peneliti diantaranya adalah Sujoko dan Soebiantoro 2007
mendefinisikan bahwa
kepemilikan manajerial
merupakan
commit to user
xxix kepemilikan saham terbesar oleh manajemen perusahaan. Widodo
2005 mendefinisikan kepemilikan manajerial merupakan prosentase kepemilikan dewan direksi dan dewan komisaris atas saham
perusahaan. Untuk mensejajarkan antara kepemilikan manajer dengan pemilik perusahaan terdapat beberapa mekanisme khusus yang dapat
digunakan untuk memotivasi manajer agar bertindak sesuai dengan kepentingan manajer. Salah satunya adalah memberikan atau
meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer. Langkah ini ditujukan untuk menarik dan mempertahankan manajer yang cakap, dan untuk
mengarahkan tindakan manajer agar mendekati kepentingan pemegang saham, terutama untuk memaksimalkan harga saham Widodo, 2005.
Struktur kepemilikan manajerial mempunyai beberapa peran atau fungsi yang dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu pendekatan
keagenen agency approach dan pendekatan informasi asimetri atau ketidakseimbangan informasi asymmetric information approach.
a Pendekatan keagenen agency approach
Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik keagenan
diantara berbagai klaim claim holder terhadap perusahaan, sehingga perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan
kededukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan adanya peningkatan
prosentase kepemilikan akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham dan manajer akan termotivasi untuk
commit to user
xxx
meningkatkan kinerja
dan bertanggungjawab
meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
b Pendekatan informasi asimetri atau ketidakseimbangan informasi
asymmetric information approach. Menurut pendekatan ini informasi asimetri menganggap struktur
kepemilikan manajerial sebagai salah satu cara untuk mengurangi ketidak seimbangan informasi antara insiders dengan outsiders melalui
pengungkapan informasi di dalam pasar modal. 2
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional atau investor institusi merupakan investor
yang berasal dari sektor keuangan seperti perusahaan efek, perusahaan asuransi, perbankan, perusahaan investasi, dana pensiun, dan berasal dari
kepemilikan institusi lain diluar perusahaan Amirudin, 2004. Investor institusi biasanya mempunyai saham pada suatu perusahaan dalam jumlah
yang besar,
sehingga jika
mereka melikuidasi
sahamnya akan
mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Peran atau fungsi struktur kepemilikan institusional adalah
kepemilikan institusional atau investor institusi diyakini mampu memonitor tindakan manajemen lebih baik, sehingga kepemilikan juga disebut sebagai
agen monitor. Dengan adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung keberadaan manajemen
Kartikawati, 2009. Selain itu dengan adanya peningkatan kepemilikan
commit to user
xxxi
institusional menyebabkan kinerja manajerial diawasi secara optimal dan terhindar dari perilaku opportunistik. Distribusi saham antara pemegang
saham dari luar seperti institusional investor dapat mengurangi agency cost Dewi, 2008.
4. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan merupakan keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan Widodo,
2005. Sumber pendanaan di peroleh dari dalam dan luar perusahaan. Keputusan pendanaan yang biasa digunakan adalah Modal internal dan modal
eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal bersumber dr modal sendiri dan atau melalui hutang. Tetapi perusahaan lebih
sering menggunakan hutang, karena memiliki beberapa kelebihan yaitu :
a Biaya bunga mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga biaya hutang efektif menjadi rendah.
b Kreditur hanya mendapat biaya bunga relatif bersifat tetap, sehingga kelebihan keuntungan merupakan klaim bagi pemilik perusahaan.
c Bondholder tidak memiliki hak suara sehingga pemilik dapat mengendalikan perusahaan dengan dana yang lebih kecil.
Kelemahan dari penggunaan hutang : a Hutang yang semakin tinggi meningkatkan risiko
b Bila bisnis perusahaan tidak dalam kondisi yang bagus, pendapatan operasi menjadi lebih rendah dan tidak cukup untuk menutup biaya
bunga, sehingga kekayaan pemilik berkurang. Pada kondisi tersebut
commit to user
xxxii kerugian dapat membahayakan perusahaan karena dapat terancam
kebangkrutan.
Hutang dibagi menjadi hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek adalah hutang yang pembayarannya tidak lebih
dari satu tahun. Sumber pendanaannya dari kredit dagang antar perusahaan, pinjaman dari bank komersial, dan dari surat berharga komersial. Sedangkan
hutang jangka panjang merupakan hutang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Pembiayaan hutang jangka panjang pada umumnya melalui pasar
modal dalam bentuk obligasi atau saham. Beberapa teori yang mendasari keputusan pendanaan adalah tradeoff
theory dan pecking order theory Haruman, 2007. Tradeoff theory menggambarkan bahwa struktur modal yang obtimal ditentukan dengan
menyeimbangkan manfaat dari penggunaan hutang dengan biaya yang dikeluarkan dari penggunaan hutang, sedangkan pecking order theory
menggambarkan sebuah hierarki dalam pencarian dana perusahaan dimana perusahaan lebih memilih menggunakan internal equity untuk membayar
deviden dan mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan Haruman, 2007. Pecking order theory yaitu teori yang mendasarkan pada
asimetri informasi Sujoko dan Soebiantoro, 2007. Asimetri informasi akan mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada
sumber pendanaan dari luar. Myers dan Majluft 1984 dalam Sujoko dan Soebiantoro 2007 menunjukkan bahwa dengan adanya asimetri informasi,
investor biasanya akan menginterpretasikan sebagai berita buruk apabila perusahaan mendanai investasinya dengan menerbitkan ekuitas. Dengan
commit to user
xxxiii
demikian perusahaan akan lebih memilih mendanai investasinya berdasarkan suatu urutan risiko. Asimetri informasi akan mendorong perusahaan untuk
menggunakan hutang, bukan menerbitkan saham baru, hal tersebut dikarenakan para pemodal akan melihat bahwa penerbitan saham baru sebagai
sinyal yang buruk dan biaya modal akan tinggi sehingga menurunkan nilai perusahaan Haruman, 2007.
B. Kerangka Pemikiran