Agus Salim. Seluruh operasi pemulangan ini ditangani oleh panitia urusan pengangkutan Jepang dan Allied Prisoners of War and Internees POPDA.
64
Belanda senang dengan naiknya Sjahrir sebagai Perdana Menteri, disebabkan Belanda menilai Sjahrir bebas dari dugaan sebagai kolaborator Jepang, maka pihak Belanda
setuju untuk berunding dengan pimpinan pemerintahan Republik Indonesia. Dimana sebelumnya pihak Belanda tidak setuju wakilnya berbicara dengan Soekarno-Hatta, karena
mereka berdua di anggap sebagai penjahat perang oleh Belanda. Panglima tentara sekutu, Letnan jendral Sir Philip Christison, yang menyatakan bersedia bekerja sama dengan
Diplomasi beras ala Sjahrir yang sangat sukses adalah ketika Sjahrir berkeras membuka blokade ekonomi Belanda dengan mengekspor komoditi alam seperti karet dan
kopra ke Amerika dan Inggris, yang kemudian kedua Negara tersebut langsung mengakui kedaulatan Indonesia pasca perundingan Linggarjati. Kemudian dengan cepat kapal-kapal
berdatangan dari kedua negara tersebut untuk menjemput hasil alam yang akan di ekspor.
3.3.1 Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati adalah hasil diplomasi Sjahrir, setelah proklamasi situasi Indonesia sangat genting, Belanda datang dengan membonceng sekutu, mereka mendarat di
Tanjung Priok pada 29 September 1945. Kemudian Soekarno Hatta ditangkap oleh pasukan NICA Netherlands Indies Civil Administration yang beranggapan dengan menangkap
mereka maka Belanda bisa mengambil kekuasaan, dan mereka mengambil alih semua departemen dari tangan Jepang.
Sementara di Surabaya sedang terjadi pertempuran besar melawan tentara Sekutu yang dipimpin Inggris, dan juga Semarang yang diguncang perang lima hari, 14-19 Oktober
1945, sehari kemudian Tentara Keamanan Rakyat yang dipimpin oleh Jendral Soedirman sekuat tenaga menahan tentara sekutu di Ambarawa.
64
Ibid, hal. 51
Universitas Sumatera Utara
Indonesia untuk melaksanakan tugas mengeluarkan orang-orang Belanda yang masih berada dalam kamp interniran Jepang diartikan sebagai pengakuan de facto terhadap
Republik Indonesia. Kemudian Inggris mengirimkan diplomat senior, Sir Archibald Clark Kerr ke
Jakarta untuk menjadi penengah dalam perundingan Indonesia Belanda, tanggal 17 November 1945 Sjahrir bertemu dengan Gubernur Jendral Hindia Belanda Van Mook untuk
membicarakan perundingan lebih lanjut. Seperti bermain catur, Sjahrir sedikit demi sedikit terus menekan pemerintah Belanda melalui diplomasi, ia terus mengupayakan agar
Indonesia dan Belanda bisa berada duduk dalam satu meja perundingan, karena Sjahrir tahu bahwa Indonesia akan kalah jika terus melawan Belanda yang membawa sekutu dalam
pertempuran terbuka. Kesempatan pertama datang dalam perundingan di Hoge Veluwe Belanda, 14-16
April 1946. Ketika itu Indonesia mengajukan tiga usul, yaitu pengakuan atas Republik Indonesia sebagai pengemban kekuasaan di seluruh bekas Hindia Belanda, pengakuan de
facto atas Jawa dan Madura, serta kerja sama atas dasar persamaan derajat antara Indonesia Belanda, dan kemudian usul tersebut ditolak oleh Belanda. Peluang berunding terbuka lagi
pada saat Inggris mengangkat Lord Killearn sebagai utusan istimewa Inggris di Asia Tenggara, sekaligus sebagai penengah konflik Indonesia Belanda. Konsulat Inggris di
Jakarta kemudian mengumumkan, bahwa selambat-selambatnya pada tanggal 30 November 1946, tentara Inggris akan meninggalkan Indonesia.
Pemerintahan baru Belanda terbentuk, dipimpin oleh Perdana Menteri Louis Beel dari partai katolik. Sedangkan mantan Perdana Menteri Schermerhorn dari partai buruh
diangkat sebagai ketua delegasi Belanda, yang akan berunding dengan Indonesia. Setelah delegasi Indonesia dan Belanda beberapa kali melakukan perundingan, maka perundingan
ronde terakhir untuk menyepakati rancangan persetujuan diselenggarakan di tempat
Universitas Sumatera Utara
peristirahatan Linggarjati, lokasi yang di usulkan oleh MariaUlfah Santoso Menteri Sosial yang dekat dengan Sjahrir, ayah Maria pernah menjadi Bupati Kuningan. Kebetulan
Residen Cirebon, Hamdani dan Bupati Cirebon Makmun Sumadipradja adalah sahabat Sjahrir. Delegasi Belanda awalnya khawatir dengan keamanan di Cirebon, namun Sjahrir
berhasil meyakinkan kemampuannya mengontrol wilayah tersebut. Perundingan Linggarjati berlangsung dan persetujuannya ditandatangani tanggal 15
November 1946. Prinsip-prinsip yang telah dirintis dalam pembicaraan antara Van Mookn dengan Sjahrir tertuang dalam Persetujuan Linggarjati. Dalam perundingan, Sjahrir yang
bekas aktivis gerakan sosialis di Belanda, ternyata telah mengenal Schermerhorn, yang berasal dari partai buruh. Akan tetapi meskipun mereka saling kenal, perundingan tetap
berlangsung alot. Dari 17 pasal yang dibahas, deadlock terjadi pada pasal tentang pembentukan Negara Indonesia Serikat.
Pasal ini disetujui setelah Schermerhorn menemui Presiden Soekarno yang menginap di Kuningan, tanpa didikuti oleh Sjahrir. Soekarno langsung menyetujui ketika
diberi tahu bahwa Negara Indonesia Serikat berdaulat dibawah kerajaan Belanda. Sjahrir yang mendengar hal ini terkejut dengan sikap Soekarno, namun tidak bisa menolak ketika
Schermerhorn menyampaikan persetujuan itu. Bagi Sjahrir itu artinya pemerintah Belanda hanya mengakui Indonesia secara de facto.
Ketentuan-ketentuan yang dicapai dalam perundingan Linggarjati adalah Republik Indonesia diakui berkuasa de facto di Jawa dan Sumatera. Republik Indonesia dengan
negara bagian di Indonesia timur yang dibentuk oleh Belanda akan membentuk Negara Indonesia Serikat. Federasi Indonesia ini akan membentuk Uni Belanda-Indonesia. Sjahrir
kemudian memasukkan pasal tambahan tentang arbitrase. Bila ada perselisihan menyangkut perjanjian tersebut, akan di ajukan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Universitas Sumatera Utara
Setelah persetujuan ditandatangani pada 14 November 1946, kedua delegasi membawa rencana persetujuan tersebut ke masing-masing parlemen untuk disahkan.
Indonesia mengesahkan Perjanjian Linggarjati di Malang, dalam rapat KNIP pada 25 Maret 1947. Di Belanda, pengesahan Perjanjian Linggarjati mendapat banyak kritikan dari
pemerintah maupun parlemen Belanda. Schermerhorn pun kemudian tersingkir dari panggung politik Belanda. Karena tidak puas dengan perjanjian Linggarjati maka pada 20
Juni 1947 Belanda melancarkan aksi militer pertama dengan menduduki kota-kota penting Indonesia.
Keberhasilan terbesar dari perjanjian ini adalah Internasionalisasi maslah Indonesia, yang menjadi isu hangat di dunia Internasional. Dimana Belanda yang tidak ingin ini
menjadi bahasan dunia telah berubah menjadi urusan Internasioanal, awalnya hanya di anggap sebagai urusan internal Belanda dengan wilayah jajahannya saja. Pada 14 Agustus
1947, Sjahrir memimpin delegasi Indonesia ke sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lake Succes, Amerika Serikat. Dikarenakan pasal arbitrase yang di
usulkan oleh Sjahrir pada perjanjian Linggarjati sebelumnya, maka memungkinkan untuk membawa masalah ini ke Dewan Keamanan PBB, dan Sjahrir berpidato disana, yang
membuat perhatian internasional tertuju kepada Indonesia. Pendapat Sultan Hamengkubuwono tentang persetujuan Linggarjati :
Persetujuan Linggarjati, dengan pihak Belanda mengakui de facto kekuasaan Republik Indonesia di Jawa, Madura dan Sumatera dianggap oleh Soetan Sjahrir sebagai hasil maksimum yang secara
realistis dan politik yang dapat dicapai oleh pihak Indonesia. Hasil itu menurutnya selain dapat memberikan adempauze dalam gerak revolusi kita, juga dapat dipakai sebagai batu loncatan untuk
menuju kemerdekaan penuh. Politik yang demikian itu diakui oleh banyak tokoh politik dunia internasional, termasuk Belanda sendiri. Memang tidak ada perjuangan yang dalam taraf pertama
telah mendapat semua yang diinginkan oleh rakyat. Namun demikian, kebanyakan rakyat dan pemimpin-pemimpin revolusi lainnya tidak bersedia menerima hasil rundingan Linggarjati karena
tidak mencapai 100 persen tujuan revolusi nasional
.
65
Soetan Sjahrir adalah tokoh yang kontroversial pada zamannya, ia sering berbeda pandangan dengan tokoh lainnya, disebabkan karena ia lebih memilih jalan-jalan diplomasi
65
Rosihan Anwar, Mengenang Sjahrir, Gramedia, 2010, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
dan berunding dengan yang di anggap tokoh lainnya sebagai musuh, tidak mengutamakan cara-cara angkat senjata seperti yang di inginkan tokoh revolusioner lainnya, seperti Tan
Malaka dan Jendral Soedirman. Salah satu langkah yang di anggap kontroversial adalah perundingan Linggarjati. Sjahrir yang mewakili Indonesia dalam perundingan tersebut di
anggap sebagai sikap lemah terhadap Belanda dan merugikan Indonesia karena wilayah Indonesia menjadi berkurang. Namun, sebenarnya perjanjian linggarjati merupakan batu
loncatan bagi Republik untuk menuju kemerdekaan penuh dengan memainkan strategi diplomasi yang tidak memakan korban jiwa, dan sambil menyusun strategi selanjutnya. Hal
ini tidak dimengerti oleh pejuang lainnya yang ingin merdeka 100 persen dengan angkat senjata, inilah mengapa Sjahrir dengan pandangannya yang visioner tidak mudah
dimengerti oleh tokoh pejuang kemerdekaan lainnya.
3.3.2 Pidato Sjahrir di sidang Dewan Keamanan PBB