tentara Divisi 3 yang dipimpin Mayor Jendral Soedarsono rnenyerbu penjara Wirogunan dan membebaskan ke 14 pmpinan penculikan.
Presiden Soekarno marah mendengar penyerbuan penjara dan rnemerintahkan Letnan Kolonel Soeharto, pimpinan tentara di Surakarta untuk menangkap Mayjen
Soedarsono dan pimpinan penculikan. Letkol Soeharto menolak perintah ini karena dia tidak mau menangkap pimpinanatasannya sendiri. Diu hanya mau menangkap para
pemberontak kalau ada perintah langsung dari Kepala Staf militer RI, Jendral Soedirnan. Presiden Soekarno sangat marah atas penolakan ini dan menjuluki Let. Kol. Soeharto
sebagai perwira keras kepala. Kelak Let. Kol. Soeharto menjadi Presiden RI dan rnenerbitkan catatan tentang peristiwa pemberontakan ini dalam buku otobiografinya
Ucapan, Pikiran dan Tindakan Saya. Let.Kol. Soeharto berpura-pura bersimpati pada pernberontakan dan menawarkan
perlindungan pada Mayjen Soedarsono dan ke 14 orang pimpinan di markas resimen tentara di Wiyoro. Malam harinya Let. KoL Soeharto membujuk Mayjen Soedarsono dan para
pimpinan pemberontak untuk menghadap Presiden Soekarno di Istana Presiden di Jogyakarta. Secara rahasia Lt. Kol. Soeharto juga menghubungi pasukan pengawal Presiden
dan memberitahukan rencana kedatangan Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak. Tanggal 3 Juli 1946, Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak berhasil dilucuti
sanjatanya dan ditangkap di dekat lstana Presiden di Yogyakarta oleh pasukan pengawal presiden. Peristiwa ini lalu dikenal sebagai pemberontakan 3 Juli 1946 yang gagal.
2.7 Diplomasi Sjahrir
Sjahrir nrengakui Soekarno-lah pemimpin Republik yang diakui rakvat. Soekarno- lah pernersatu bangsa lndonesia. Karena agita-sinya ,vang menggelora, rakyat di bekas
teritori Hindia Belanda mendukung revolusi. Kendati demikian, kekuatan raksasa yang sudah dihidupkan Soekarno harus dibendung untuk kemudian diarahkan secara benar, agar
Universitas Sumatera Utara
energi itu tidak meluap dan justru merusak. Sebagaimana argumen Bung Hatta bahwa revolusi mesti dikendalikan, tak mungkin revolusi berjalan terlalu lama, revolusi yang
mengguncang sendi dan pasak masyarakat, jika tak dikendalikan maka akan meruntuhkan seluruh bangunan.
Agar Republik Indonesia tak runtuh dan perjuangan rakyat tak menampilkan wajah bengis, Sjahrir menjalankan siasatnya. Di pemerintahan sebagai ketua Badan pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat BP KNIP, ia meniadi arsitek perubahan Kabinet Presidensil menjadi Kabinet Parlementer yang bertanggung jawab kepada KNIP sebagai
lembaga yang punya fungsi legislative. RI akhirnya menganut sistem multipartai. Tatanan pemerintahan tersebut sesuai dengan arus politik pasca-perang Dunia II, yakni kemenangan
demokrasi atas fasisme. Kepada massa rakyat, Sjahrir selalu menyerukan nilai-nilai kemanusiaan dan anti-kekerasan.
Dengan siasat tadi, Sjahrir menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa revolusi Republik Indonesia adalah perjuangan suatu bangsa yang beradab dan demokratis di tengah
suasana kebangkitan bangsa-bangsa dunia untuk melepaskan diri dari cengkerarnan kolonialisme pasca-Perang Dunia lI. Pihak Belanda kerap melakukan propaganda bahwa
orang-orang di Indonesia merupakan gerombolan yang brutal, suka membunuh, merampok, menculik, dan lainnya. Karena itu sah bagi Belanda, rnelalui NICA, menegakkan tertib
sosial sebagaimana kondisi Hindia Belanda sebelum Perang Dunia II Mematahkan propaganda itu. Sjahrir menginisiasi penyelenggaraan pameran kesenian yang kernudian
diliput dan dipubiikasikan oleh para wartawan luar negeri. Ada satu cerita perihal sikap konsekuen pribadi Sjahrir yang anti kekerasan. Di
penghujung Desember 1946, Perdana Menteri Sjahrir dicegat dan ditodong pistol serdadu NICA. Saat serdadu itu menarik pelatuk, pistolnya macet. Karena geram, dipukullah Sjahrir
dengan gagang pistol. Berita itu kemudian tersebar lewat Radio Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Mendengar itu, Sjahrir dengan mata sembab membiru memberi peringatan keras agar siaran itu dihentikan, sebab bisa berdampak fatal dibunuhnya orang-orang Belanda di kamp-kamp
tawanan oleh para pejuang republik, ketika tahu pemimpinnya dipukuli. Meski jatuh-bangun akibat berbagai tentangan di kalangan bangsa sendiri, Kabinet
Sjahrir I s.d. III 1945 hingga 1947 konsisten memperjuangkan kedaulatan RI lewat jalur diplomasi. Sjahrir tak ingin konyol menghadapi tentara sekutu yang dari segi persenjataan
jelas jauh lebih canggih. Diplomasinya kemudian berbuah kemenangan sementara. Inggris sebagai komando tentara sekutu untuk wilayah Asia Tenggara mendesak Belanda untuk
duduk berunding dengan pemerintah republik. Secara politik, hal ini berarti secara de facto sekutu mengakui eksistensi pemerintah RI.
Jalan berliku diplornasi diperkeruh dengan gempuran aksi militer Belanda pada 2l Juli 1947 . Aksi Belanda tersebut justru mengantarkan Indonesia ke forum Perserikatan
Bangsa-Bangsa PBB. Pada 14 Agustus 1947 Sjahrir berpidato di muka sidang Dewan Kemanan PBB. Berhadapan dengan para wakil bangsa-bangsa sedunia. Sjahrir mengurai
Indonesia sebagai sebuah bangsa yang berabad-abad berperadaban aksara lantas dieksploitasi oleh kaum kolonial. Kemudian, secara piawai Sjahrir mematahkan satu per
satu argurnen yang sudah disampaikan wakil Belanda, Van Kleffens.
48
Dengan itu. Indonesia berhasil merebut kedudukan sebagai sebuah bangsa yang rnemperjuangan kedaulatannya di gelanggang internasional. PBB pun turut campur,
sehingga Belanda gagal mempertahankan upayanya untuk menjadikan pertikaian Indonesia- Belanda sebagai persoalan yang semata-mata urusan dalam negerinya. Van Kleffens
dianggap gagal membawa kepentingan Belanda dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Berbagai kalangan Belanda menilai kegagalan itu sebagai kekalahan seorang diplomat
ulung yang berpengalaman di gelanggang Internasional dengan seorang diplomat muda dari
48
Tempo, Edisi Khusus 100 tahun Sjahrir Sutan Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil , edisi 9-15 Maret 2009, hal. 55
Universitas Sumatera Utara
negeri yang baru saja lahir. Van Kleffens pun ditarik dari posisi sebagai wakil Belanda di PBB menjadi duta besar Belanda di Turki.
Sjahrir populer di kalangan para wartawan yang meliput sidang Dewan Keamanan PBB, terutama wartawan-wartawan yang berada di Indonesia semasa revolusi. Beberapa
surat kabar menamakan Sjahrir sebagai The Smiling Diplomat.
2.8 Kehidupan Keluarga