Gambaran Penyebab Rendahnya Nilai HSE (Health, Safety, and Environment) Internal Control pada Proyek X PT. Z Tahun 2014

(1)

GAMBARAN PENYEBAB RENDAHNYA NILAI HSE (HEALTH, SAFETY & ENVIRONMENT) INTERNAL CONTROL PADA PROYEK X PT. Z

TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH:

ANISA AJENG NASTITI NIM 1111101000104

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/ 2016 M


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S-1) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2016


(3)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Juni 2016

Anisa Ajeng Nastiti, NIM: 1111101000104

Gambaran Penyebab Rendahnya Nilai HSE (Health, Safety, and Environment) Internal Control pada Proyek X PT. Z Tahun 2014 xv + 149 halaman, 12 tabel, 18 gambar, 5 lampiran

ABSTRAK

Perseroan Terbatas (PT) Z merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan SMK3 dan bergerak di bidang industri EPC. Sedangkan, proyek X merupakan salah satu jenis proyek yang dikerjakan oleh PT. Z. Berdasarkan laporan HSE Internal Control yang dilakukan oleh PT. Z pada tahun 2014, proyek X memiliki nilai audit di bawah standar yang ditetapkan. Proyek X memiliki nilai yang rendah pada 5 elemen SMK3 yang ditetapkan perusahaan, yaitu pada elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan; elemen 2: kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; elemen 4: manajemen subkontraktor; elemen 8: komunikasi; dan elemen 9: tanggap darurat.

Penelitian ini dilakukan dari Desember 2015 sampai Mei 2016 dengan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang didapat dengan wawancara dan data sekunder yang didapat dari dokumen-dokumen perusahaan. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi sumber dan metode. Analisis data dilakukan dengan menggunakan diagram tulang ikan (fishbone) yang terdiri dari unsur manajemen (manusia, anggaran dana, material dan metode) untuk mencari tahu penyebab rendahnya pemenuhan pada elemen yang rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab rendahnya nilai HSE Internal Control pada proyek X PT. Z tahun 2014 yang disebabkan karena unsur manusia terdapat pada elemen 1, 2, 8 dan 9. Unsur lain yang menyebabkan rendahnya nilai tersebut adalah unsur material pada elemen 8 dan 9. Serta yang disebabkan karena unsur metode terdapat pada elemen 1, 2, 4 dan 9.

Pihak home office perlu meningkatkan pengawasan terhadap

proyek-proyek yang sedang dikerjakannya. Jika memungkinkan, pengawasan dapat dilakukan dengan melakukan inspeksi mendadak ke proyek sebelum periode pelaksanaan audit internal dimulai.

Daftar bacaan : 105 (1987-2016)


(4)

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

DEPARTMENT STUDY OF PUBLIC HEALTH HEALTH AND SAFETY OCCUPATIONAL Undergraduate Thesis, June 2016

Anisa Ajeng Nastiti, NIM: 1111101000104

A Descriptive of The Cause of The Low Score of HSE (Health, Safety, and Environment) Internal Control in X Project of Z company, 2014

xv + 149 pages, 12 tables, 18 pictures, 5 attachments

ABSTRACT

Z company is one of the companies that engaged in the field of EPC‟s industrial and applied HSE management systems in its work. Meanwhile, X project is one of the types of projects undertaken by Z company. Based on HSE Internal Control‟s report conducted by Z company in 2014, X project has the low score of audits under the standards set forth. There are 5 elements of HSE management systems that are low-rated in its fulfillment specified by Z company, which is 1st element: Policy and Leadership; 2nd element: Compliance to HSE Legal and Other Requirements; 4th element: Subcontractor Management; 8th element: Communication; and 9th element: Emergency Response.

This research was conducted in December 2015 until May 2016 with a qualitative approach. Source of data in this research consists of primary data was obtained with interviews and secondary data was obtained from company‟s documents. Methods and sources triangulation were used in this research. Fishbone diagram was used to analyze the cause of the low-rated fulfillment of 5 elements based of human, money, material and method factor.

The result showed, the cause of the low score of HSE Internal Control in X project of Z company in 2014 were caused by human factor are on the 1st, 2nd, 4th and 9th element. Meanwhile, were caused by material factor are on the 8th and 9th element. And then, were caused by method factor are on the 1st, 2nd, 4th and 9th element.

The advice that can be given Is, if possible, home office was suggested to enhancing their supervision by conducting a sudden inspection to site project before the schedule of internal audit was started.

Reading list : 105 (1987-2016)


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Judul Skripsi

GAMBARAN PENYEBAB RENDAHNYA NILAI HSE (HEALTH, SAFETY & ENVIRONMENT) INTERNAL CONTROL PADA PROYEK X PT. Z

TAHUN 2014

Telah disetujui, diperiksa untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, Juni 2016

Disusun Oleh: Anisa Ajeng Nastiti NIM. 1111101000104

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Iting Shofwati ST, MKKK Dr. M. Farid Hamzens, M. Si

NIP. 19760808 200604 2 001 NIP. 19630621 199403 1 001

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ANISA AJENG NASTITI NIM. 1111101000104

Jakarta, Juni 2016 Penguji I,

Riastuti Kusuma Wardani, M.KM NIP. 19800516 200901 2 005

Penguji II,

Minsarnawati, SKM, M.Kes NIP. 19750215 200901 2 003

Penguji III,


(7)

PERSONAL DATA

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

PENGALAMAN ORGANISASI DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anisa Ajeng Nastiti

Tempat,Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Desember 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Aselih RT. 011/001 No. 58

Kel. Cipedak, Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan 12630

Kewarganegaraan : Indonesia

Tinggi/ Berat : 154 cm/ 43 kg

Telepon : 081284940154

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

TAHUN SEKOLAH/UNIVERSITAS

2011- sekarang Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2008 – 2011 SMA Negeri 97 Jakarta (IPA)

2005 – 2008 SMP Negeri 166 Jakarta

2003 – 2005 SDN Cipedak 06 Pagi

2000 – 2003 SDN Pondok Labu 09 Pagi

1999 – 2000 SD Tawakal

TAHUN JABATAN

2015 Panitia Logistik HSE Commitment Meeting I 2015 PT.

Rekayasa Industri

2014 - Sekretaris Umum Forum Studi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Wakil Ketua Saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

- Koor. Divisi Acara Seminar Profesi

K3:”Optimalisasi Pemenuhan Regulasi Prasarana Perlintasan Kereta Api Demi Stabilisasi


(8)

PELATIHAN/WORKSHOP

- Anggota Divisi PHD Workshop TDGT (Tanggap

Darurat Gedung Tinggi) bekerjasama dengan KSR UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Panitia Orientasi Pengenalan Akademik dan

Kebangsaan (OPAK) Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013 – 2014 Anggota Divisi Sains Forum Studi Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (FSK3) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013 - Divisi Acara OSH Field Trip UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

- Divisi PHD pelatihan School of Rescue FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

- Panitia OPAK Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Anggota Departemen Informasi & Komunikasi

BEM Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2012 Panitia OPAK Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

TAHUN PELATIHAN/WORKSHOP

2015 Training Basic Lifting & Rigging

2014 - Training SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP No.

50 Tahun 2012

- Workshop “Risk Assessment in The Workplace” - Workshop “Management of Fire Safety

- Workshop “Investigasi & Pencegahan Kecelakaan Kerja”

- Workshop “Ergonomi di Tempat Kerja”

2013 - Basic Fire Fighting, FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

- Pelatihan School of Rescue FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta


(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat nikmat serta izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Penyebab Rendahnya Nilai HSE Internal Control pada Proyek X PT. Z Tahun 2014” ini.

Penulis menyadari bahwa telah banyak dukungan dari banyak pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Keluarga, terutama Ibu Endah, Bapak Gafoer, Mas Panji dan Damar atas

doa serta dukungan yang tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM. M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat beserta para Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

4. Ibu Dr. Iting Shofwati, ST., M.KKK selaku dosen pembimbing 1 dan

Bapak Dr. Farid Hamzens, M. Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan waktu dan tenaganya untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.

5. Ibu Meilani Mochamad Anwar, SKM, M. Epid atas bantuan arahannya

dalam penulisan skripsi ini.

6. Mbak Ngesti dan teman-teman Divisi HRD PT. Z yang telah membantu

perizinan penulis dalam penyusunan skripsi.

7. Senior Manager HSE PT. Z yang sangat kooperatif dan membantu

mengarahkan penulis, serta seluruh divisi HSE PT. Z yang telah membantu dalam pengumpulan data.


(10)

8. Sahabat-sahabat penulis, Puput, Efri, Dwi, Lidya, Aqma atas bantuan moral, semangat serta dukungannya selama ini.

9. Kawan Sholihah atas bantuan tenaga, semangat dan doanya kepada

penulis.

10.Anak Bawang dan Pig Fams atas doa dan dukungannya kepada penulis.

11.Teman-teman K3 dan Kesehatan Masyarakat UIN 2011 yang saling

menguatkan satu sama lain.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan mereka semua. Aamiin Ya Rabbal‟alamin. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di waktu mendatang. Akhir kata, penulis sampaikan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Jakarta, Juni 2016


(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR ISTILAH ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pertanyaan Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan Khusus ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Bagi PT. Z ... 7

2. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ... 8

B. Audit SMK3 ... 20

C. Diagram Tulang Ikan (Fishbone) ... 23

D. Unsur-unsur Manajemen ... 24

E. Kerangka Teori ... 27

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH... 29


(12)

B. Definisi Istilah ... 31

BAB IV METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

C. Informan Penelitian ... 37

D. Instrumen Penelitian... 38

E. Sumber Data ... 38

F. Pengumpulan Data ... 39

G. Validasi Data ... 40

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 41

I. Penyajian Data ... 42

BAB V HASIL ... 43

A. Gambaran Umum PT. Z ... 43

B. Gambaran Umum Proyek X ... 45

C. Penyebab Rendahnya Nilai HSE Internal Control Proyek X PT. Z Tahun 2014 ... 46

1. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 1: Kebijakan dan Kepemimpinan ... 57

2. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 2: Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan ... 77

3. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 4: Manajemen Subkontraktor ... 90

4. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 8: Komunikasi ... 96

5. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 9: Tanggap Darurat ... 105

BAB VI PEMBAHASAN ... 116

A. Keterbatasan Penelitian ... 116

B. Penyebab Rendahnya Nilai HSE Internal Control Proyek X PT. Z Tahun 2014 .. 116

1. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 1: Kebijakan dan Kepemimpinan ... 117

2. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 2: Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan ... 124

3. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 4: Manajemen Subkontraktor ... 128

4. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 8: Komunikasi ... 131

5. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 9: Tanggap Darurat ... 134

BAB VII PENUTUP ... 139

A. Simpulan ... 139


(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 143 LAMPIRAN ... 150 DAFTAR LAMPIRAN ... 151


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Prinsip dan Elemen SMK3 Nasional ... 12

Tabel 2.2 Elemen SMK3 PT. Z yang Disesuaikan dengan Prinsip SMK3 ... 13

Tabel 3.1 Definisi Istilah ... 31

Tabel 4.1 Matriks Triangulasi Sumber ... 40

Tabel 4.2 Matriks Triangulasi Metode ... 41

Tabel 5.1 Nilai Skor HSE Internal Control per Elemen ... 47

Tabel 5.2 Hasil HSE Internal Control pada Proyek X PT. Z Tahun 2014 ... 48

Tabel 5.3 Temuan di Elemen 1: Kebijakan dan Kepemimpinan ... 57

Tabel 5.4 Jumlah Pekerja pada Proyek X selama Tahun 2014 ... 58

Tabel 5.5 Temuan di Elemen 2: Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan ... 78

Tabel 5.6 Temuan di Elemen 8: Komunikasi ... 96

Tabel 5.7 Penyebab Rendahnya Nilai HSE Internal Control pada Proyek X PT. Z Tahun 2014 ... 113


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Penerapan Prinsip SMK3 ... 9

Gambar 2.2 Diagram Tulang Ikan (Fishbone) ... 24

Gambar 2.3 Kerangka Teori... 28

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ... 30

Gambar 5.1 Struktur Organisasi HSE di Home Office ... 45

Gambar 5.2 Struktur Organisasi HSE di Proyek X ... 60

Gambar 5.3 Komitmen Top Manajemen PT. Z ... 63

Gambar 5.4 Kebijakan SMK3LL PT. Z ... 73

Gambar 5.5 Akar Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 1: Kebijakan dan Kepemimpinan pada Proyek X PT. Z Tahun 2014 ... 77

Gambar 5.6 Tidak Ada Bukti Pelaksanaan Induction ... 88

Gambar 5.7 Akar Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 2: Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan pada Proyek X PT. Z Tahun 2014 .... 90

Gambar 5.8 Subkontraktor Tidak Terdata pada Laporan Bulanan Proyek X ... 95

Gambar 5.9 Akar Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 4: Manajemen Subkontraktor pada Proyek X PT. Z Tahun 2014 ... 96

Gambar 5.10 Data Keluhan Terhadap Gangguan Lingkungan di Sekitar Area Proyek ... 101

Gambar 5.11 Akar Penyebab Rendahnya Pemenuhan pada Elemen 8: Komunikasi pada Proyek X PT. Z Tahun 2014 ... 105

Gambar 5.12 Belum Dilakukannya Emergency Drill di Proyek X ... 107

Gambar 5.13 Akar Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 9: Tanggap Darurat pada Proyek X PT. Z Tahun 2014 ... 112

Gambar 5.14 Akar Penyebab Rendahnya Nilai HSE Internal Control Secara Keseluruhan pada Proyek X PT. Z Tahun 2014 ... 115


(16)

DAFTAR ISTILAH

CSMS : Contractor Safety Management System EPC : Engineering, Procurement and Construction HSE : Health, Safety and Environment

HO : Home Office

IK : Informan Kunci

IP1 : Informan Pendukung 1

IP2 : Informan Pendukung 2

IU1 : Informan Utama 1

IU2 : Informan Utama 2

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K3LL : Keselamatan, Kesehatan Kerja Lindung Lingkungan

PAK : Penyakit Akibat Kerja

P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan potensi energi panas bumi terbesar di dunia, melebihi Amerika Serikat dan Filipina (Saputro, 2015). Hal itu ditunjukkan oleh 40 persen potensi panas bumi di dunia yang dimiliki oleh Indonesia berasal dari 265 lokasi panas bumi dengan total potensi energi mencapai 28.100 MWe (Suhartono, 2012). Pemanfaatan gas bumi yang dimiliki Indonesia ini lebih banyak digunakan oleh sektor industri untuk keperluan bahan bakar dalam berproduksi yang mana pada tahun 2000, sekitar 99% dari total konsumsi gas bumi dalam negeri dimanfaatkan untuk sektor industri (Hidayat, 2005).

Data pendapatan ekonomi negara yang berasal dari pemanfaatan energi panas bumi nasional periode Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang berasal dari gas alam diketahui sebesar 18 trilyun rupiah (Kemenkeu, 2015). Selain itu, dalam periode tersebut, Negara juga mendapatkan 381 miliar rupiah yang berasal dari pertambangan panas bumi, dengan rincian 366 miliar rupiah dari hasil pertambangan panas bumi, 15 miliar rupiah dari iuran tetap pertambangan panas bumi, dan sebesar 29,8 juta rupiah dari iuran produksi/ royalti pertambangan panas bumi (Kemenkeu, 2015).

Menurut UU nomor 27 tahun 2003 tentang panas bumi, di dalam kegiatan pemanfaatan panas bumi, terdapat kegiatan eksplorasi dan eksploitasi (Republik Indonesia, 2003). Pada saat kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, di dalamnya


(18)

terdapat kegiatan pengeboran uji dan pengeboran sumur yang memiliki risiko tinggi. Jika tidak dilakukan tindakan pencegahan dan metode pengendalian yang tepat, maka akan timbul dua buah kondisi yang dapat menimbulkan bencana

besar, yaitu timbulnya blowout dan tersebarnya gas H2S (NIOSH, 1983). Kejadian

blowout sering terjadi pada industri migas sebagai dampak langsung dari kegiatan pemboran, yaitu peristiwa keluarnya fluida dari dalam bumi ke permukaan yang tidak terkendali (Akbar, 2007).

Data yang didapatkan dari “US Gulf of Mexico Outer Continental Shelf”,

Norwegia dan perairan United Kingdom, menunjukkan bahwa sejak tahun 1955

sampai dengan Mei 2015, terdapat 611 kejadian blowout yang terjadi di lepas

pantai (Sintef, 2013). Sedangkan di Indonesia, dalam 35 tahun terakhir setidaknya telah terjadi blowout sebanyak 17 kali, yang menunjukkan bahwa hampir setiap 2

sampai 3 tahun terjadi kecelakaan blowout pada saat pengeboran sumur, jika

dibandingkan dengan kegiatan pemboran 300-350 sumur setiap tahun, maka

hampir setiap 1000 pemboran sumur terjadi 1 kali kecelakaan blowout (Akbar,

2007). Selain itu, diketahui pula bahwa pada tahun 2013, salah satu sumur

minyak milik PT Pertamina EP di Talang Jimar, mengalami blowout sebanyak 2

kali dalam 3 bulan (Pertamina, 2013).

Salah satu cara untuk mengurangi risiko kecelakaan ialah dengan melakukan audit internal keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Selain untuk meminimalisir risiko kecelakaan, audit internal K3 bertujuan untuk mengevaluasi sistem manajemen K3 apakah telah sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan (Sedarmayanti, 2007). Audit internal K3 juga diatur oleh Pemerintah yang tertuang dalam Permenakertrans Nomor 18 tahun 2008. Pelaksanaan audit


(19)

internal K3 dibutuhkan oleh perusahaan dalam rangka pembuktian penerapan SMK3 dan persiapan audit eksternal SMK3 (Pitoyo, 2010). Audit internal K3 dibutuhkan guna mengetahui keefektifan penerapan SMK3, serta untuk membuat perbaikan (Nugraheni, 2011).

Audit internal dibutuhkan dalam perusahaan untuk memberikan informasi tentang hasil audit kepada pihak manajemen untuk dijadikan bahan perbaikan di masa mendatang (OHSAS 18001, 2007). Aspek yang dinilai dalam audit K3 ialah pemenuhan kriteria yang ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 perusahaan (PP 50/2012).

Perseroan Terbatas (PT) Z merupakan salah satu perusahaan yang

menerapkan SMK3 dan bergerak di bidang industri Engineering, Procurement

dan Construction (EPC). PT. Z melakukan audit internal K3 melalui kegiatan Health Safety & Environment Internal Control (HSE Internal Control). Terdapat lima jenis proyek yang dikerjakan oleh PT. Z. Salah satunya ialah onshore oil and gas yang merupakan jenis proyek pertambangan minyak dan gas bumi yang dikerjakan di daratan. Proyek onshore oil and gas memiliki risiko yang tinggi.

Beberapa bahaya yang terdapat di proyek onshore oil and gas ialah terkubur,

terpapar gas beracun, kekurangan oksigen, kejatuhan beban (falling loads), terjadi ledakan bahkan kebakaran (American Petroleum Institute, 2001).

Berdasarkan hasil dari monthly accident summary report proyek onshore

oil and gas PT. Z tahun 2014, didapatkan bahwa dari periode Juni sampai

Desember terdapat 44.066 total kejadian unsafe act dan unsafe condition, 5


(20)

termasuk kedalam kategori onshore oil and gas. Proyek X merupakan salah satu

jenis proyek yang dikerjakan oleh PT. Z. Proyek X memiliki risiko kecelakaan

yang telah disebutkan sebelumnya. Proyek X berlokasi di area gunung Salak,

yang berpusat di tiga kecamatan dari dua kabupaten yang berbeda, yaitu Kecamatan Kalapanunggal dan Kabandungan Kabupaten Sukabumi serta Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor.

Berdasarkan laporan HSE Internal Control yang dilakukan oleh PT. Z

pada tahun 2014, proyek X memiliki nilai audit di bawah standar yang ditetapkan, yaitu 69,86% (dari nilai minimal 82%). Standar nilai minimal 82% merupakan standar nilai minimal audit internal K3 yang tercantum dalam kebijakan perusahaan nomor 8000-PL-01 (PT. Z, 2014c). Proyek X memiliki nilai yang rendah pada 5 elemen SMK3 yang ditetapkan perusahaan, yaitu pada elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan; elemen 2: kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; elemen 4: manajemen subkontraktor; elemen 8: komunikasi; dan elemen 9: tanggap darurat. Berdasarkan hal tersebut, maka

peneliti bermaksud ingin meneliti tentang “Gambaran Penyebab Rendahnya Nilai

HSE (Health, Safety, & Environment) Internal Control pada Proyek X PT. Z

Tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa proyek X merupakan salah

satu proyek onshore oil and gas yang dikerjakan oleh PT. Z pada tahun 2014.

Proyek onshore oil and gas adalah jenis proyek pertambangan minyak dan gas

bumi yang dikerjakan di daratan dan berisiko tinggi terhadap terjadinya


(21)

kekurangan oksigen, kejatuhan beban (falling loads), terjadi ledakan bahkan kebakaran. Pada tahun 2014, nilai audit internal proyek X memiliki nilai dibawah standar yang ditetapkan perusahaan. Beberapa elemen yang memiliki nilai rendah ialah elemen kebijakan dan kepemimpinan; elemen kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; elemen manajemen subkontraktor; elemen komunikasi; dan elemen tanggap darurat.

C. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana gambaran umum PT. Z dan proyek X?

b. Apakah yang menyebabkan rendahnya pemenuhan elemen 1: kebijakan

dan kepemimpinan berdasarkan hasil HSE Internal Control di proyek X

PT. Z tahun 2014?

c. Apakah yang menyebabkan rendahnya pemenuhan elemen 2: kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan berdasarkan hasil HSE Internal

Control di proyek X PT. Z tahun 2014?

d. Apakah yang menyebabkan rendahnya pemenuhan elemen 4: manajemen

subkontraktor berdasarkan hasil HSE Internal Control di proyek X PT. Z tahun 2014?

e. Apakah yang menyebabkan rendahnya pemenuhan elemen 8: komunikasi

berdasarkan hasil HSE Internal Control di proyek X PT. Z tahun 2014?

f. Apakah yang menyebabkan rendahnya pemenuhan elemen 9: tanggap

darurat berdasarkan hasil HSE Internal Control di proyek X PT. Z tahun


(22)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hasil yang ingin diperoleh dari penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penyebab rendahnya nilai HSE (health, safety & environment) Internal Control pada proyek X PT. Z tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran umum PT. Z dan proyek X.

b. Mengetahui penyebab rendahnya pemenuhan elemen kebijakan dan

kepemimpinan berdasarkan hasil HSE Internal Control di proyek X PT. Z tahun 2014.

c. Mengetahui penyebab rendahnya pemenuhan elemen kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan berdasarkan hasil HSE Internal Control di proyek X PT. Z tahun 2014.

d. Mengetahui penyebab rendahnya pemenuhan manajemen subkontraktor

berdasarkan hasil HSE Internal Control di proyek X PT. Z tahun 2014.

e. Mengetahui penyebab rendahnya pemenuhan elemen komunikasi

berdasarkan hasil HSE Internal Control di proyek X PT. Z tahun 2014.

f. Mengetahui penyebab rendahnya pemenuhan elemen tanggap darurat

berdasarkan hasil HSE Internal Control di proyek X PT. Z tahun 2014.

E. Manfaat Penelitian


(23)

1. Manfaat Bagi PT. Z

a. Memperoleh informasi mengenai penyebab rendahnya nilai HSE

Internal Control pada proyek X PT. Z tahun 2014.

b. Sebagai masukan bagi manajemen untuk perbaikan program HSE

Internal Control PT. Z tahun 2016.

2. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Sebagai referensi jika ada yang ingin melanjutkan penelitian dengan

topik yang sama.

b. Memberikan informasi tambahan untuk pembelajaran yang berkaitan

dengan audit internal K3.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penyebab rendahnya nilai HSE Internal Control pada proyek X PT. Z Tahun 2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai dengan Maret 2016. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara telaah dokumen dan wawancara

menggunakan pedoman wawancara, handphone, dan perekam suara sebagai

instrumen penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari (a) Informan

utama: auditor yang melakukan kegiatan HSE Internal Control di proyek X dan

manajemen site (b) Informan pendukung, yaitu senior HSE manager PT. Z dan

HSE officer yang bertugas sebagai admin HSE di home office, dan (c) Informan kunci, yaitu auditor SMK3 eksternal perusahaan. Validasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan triangulasi sumber dan triangulasi metode.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan yang digunakan sebagai upaya pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (PP No.50 tahun 2012). Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya (berdasarkan karakteristik proses atau bahan produksi) yang dapat mengakibatkan kecelakaan, wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Ramli (2009) menyebutkan bahwa SMK3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan.

SMK3 merupakan proses peninjauan efektivitas dari keseluruhan manajemen

(Hughes & Ferrett, 2011). Siklus penerapan prinsip SMK3 bersifat continuous

improvement atau peningkatan berkelanjutan, sebagaimana yang digambarkan oleh Gambar 2.1 berikut ini:


(25)

Gambar 2.1

Siklus Penerapan Prinsip SMK3

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 tahun 2012 tentang penerapan

SMK3, setiap perusahaan wajib melaksanakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Penetapan kebijakan K3

Kebijakan K3 berisi mengenai tujuan, sasaran, komitmen dan tanggung jawab dari perusahaan (Hughes & Freett, 2011). Penetapan kebijakan K3 harus disahkan oleh kepala perusahaan, kemudian dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh penghuni perusahaan. Bukan hanya itu, kebijakan K3 perlu ditinjau ulang untuk menjamin kesesuaiannya dengan

peraturan perundang-undangan. Kebijakan K3 yang baik akan

menyempurnakan kebijakan lain, contohnya seperti kebijakan mengenai kualitas, lingkungan, dan sumber daya manusia (Hughes & Freett, 2011).

Penetapan Kebijakan

K3

Perencanaan K3

Pelaksanaan Rencana K3 Pemantauan

dan Evaluasi Peninjauan &

Peningkatan Kinerja

SMK3 Peningkatan

Berkelanjutan


(26)

2. Perencanaan K3

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana K3 perusahaan, diantaranya: tujuan dan sasaran, skala prioritas berdasarkan tingkat risiko pekerjaan, upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian, dan sistem pertanggung jawaban.

Di dalam tahap perencanaan, prosedur emergency (kedaruratan) harus

dikembangkan dan relevan dengan persyaratan legal K3 dan standar lainnya yang sejalan dengan industri serupa (Hughes & Freett, 2011).

3. Pelaksanaan K3

Perusahaan atau tempat kerja harus menyediakan SDM dan sarana prasarana yang memadai sebagai upaya pelaksanaan rencana K3. Hughes & Freett (2011) menjelaskan bahwa tahap pelaksanaan ini dapat berjalan baik apabila terdapat komunikasi yang baik di setiap level manajemen, mulai

dari pekerja, manajemen dan stakeholder (regulator, kontraktor, client,

serikat buruh).

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3

Kegiatan pemantauan dan evaluasi kinerja K3 perusahaan meliputi pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan kegiatan audit internal SMK3. Hughes & Freett (2011) menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis pemantauan dan evaluasi kinerja K3, yaitu:

a) Aktif

Yang termasuk jenis pemantauan aktif ialah pertemuan rutin K3, review rutin dari hasil penilaian risiko (risk assessment), inspeksi


(27)

lapangan & audit,. Proses audit bertujuan untuk memeriksa keefektifan dari proses manajemen secara keseluruhan.

b) Reaktif

Yang termasuk jenis pemantauan reaktif ialah laporan dari kasus kecelakaan kerja, cidera dan penyakit akibat kerja (PAK).

c) Gabungan

Merupakan gabungan dari pemantauan aktif & reaktif.

Hasil dari tahap pemantauan dan evaluasi kinerja K3 ini berupa saran perbaikan atau tindakan pencegahan yang harus terimplementasi dan perlu dimonitor secara berkala.

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 yang dilakukan untuk pencapaian tujuan SMK3 perusahaan bertujuan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan. Hughes & Freett (2011) menjelaskan bahwa peninjauan dilakukan oleh tim manajemen. Mereka meninjau kembali keefektifan dari saran perbaikan yang telah diterapkan serta menilai keefektifannya. Selain itu, mereka meninjau kembali baik terhadap target yang tercapai maupun target-target yang tidak tercapai untuk diidentifikasi kelemahannya agar dapat ditingkatkan kembali di masa mendatang.

Dalam menerapkan prinsip-prinsip SMK3 tersebut, terbagi lagi ke dalam 12 elemen SMK3 seperti yang tercantum di dalam tabel 2.1 berikut ini:


(28)

Tabel 2.1

Prinsip dan Elemen SMK3 Nasional

No. Prinsip Elemen

1. Penetapan kebijakan K3 1. Pembangunan dan Pemeliharaan

Komitmen

2. Perencanaan K3 2. Strategi pendokumentasian

3. Peninjauan ulang perancangan

(design) dan kontrak

3. Pelaksanaan K3 4. Pengendalian dokumen

5. Pembelian

6. Keamanan bekerja berdasarkan

SMK3

7. Pengelolaan material dan

perpindahannya

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja

K3

8. Standar pemantauan

9. Pengumpulan dan penggunaan

data

10.Audit SMK3

5. Peninjauan dan peningkatan

kinerja SMK3

11.Pelaporan dan perbaikan

kekurangan

12.Pengembangan keterampilan dan

kemampuan Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3

Penetapan 12 elemen SMK3 dapat berbeda antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya disesuaikan dengan kebijakan perusahaan masing-masing namun tetap mengacu ke dalam 5 prinsip SMK3. Berdasarkan kebijakan PT.Z yang diatur dalam dokumen nomor 8000-PL-01, terdapat 13 elemen SMK3 perusahaan yang digunakan sebagai acuan dalam mengerjakan pekerjaan seperti yang tercantum pada tabel 2.2 berikut ini:


(29)

Tabel 2.2

Elemen SMK3 PT. Z yang Disesuaikan dengan Prinsip SMK3 Nasional

No. Prinsip Elemen

1. Penetapan kebijakan K3 1. Kebijakan dan kepemimpinan

K3LL

2. Kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan

2. Perencanaan K3 4. Manajemen subkontraktor

5. HSE dalam desain, konstruksi

dan komisioning

3. Pelaksanaan K3 6. Manajemen perubahan

9. Tanggap darurat

11.Dokumentasi

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja

K3

7. Inspeksi

8. Komunikasi

12.Evaluasi

5. Peninjauan dan peningkatan

kinerja SMK3

3. Pelatihan

10.Penyelidikan kecelakaan

13.Reward and Punishment

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 dan Dokumen PT. Z nomor 8000-PL-01 tentang implementasi SMK3LL (PT. Z, 2014c)

Berikut ini adalah penjabaran dari 13 elemen SMK3 perusahaan, disesuaikan dengan PP No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3:

1. Elemen 1: Kebijakan dan Kepemimpinan

Elemen kebijakan dan kepemimpinan termasuk ke dalam prinsip „Penetapan

kebijakan K3‟. Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3, di dalam suatu perusahaan harus terdapat kebijakan K3 secara tertulis dan ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus yang menyatakan tujuan dan sasaran K3 serta komitmen terhadap peningkatan K3. Kebijakan disusun oleh pengusaha atau pengurus, dan perusahaan harus mengkomunikasikan kebijakan yang telah dibuat tersebut kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok dengan tata cara yang tepat (PP 50, 2012). Masalah kepemimpinan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan program K3 di perusahaan.


(30)

Kepemimpinan tidak hanya berasal dari manajemen puncak (top management),

namun juga sampai ke tingkat supervisor sesuai dengan peran dan tanggung jawab

masing-masing. Dengan adanya komitmen dari pimpinan, maka partisipasi pekerja dari seluruh lapisan organisasi dapat digerakkan. Komitmen dari pimpinan dapat diuraikan dengan ciri sebagai berikut (Hadipoetro, 2014):

a. Mengintegrasikan dan memprioritaskan aspek K3 pada setiap pelaksanaan

kegiatan operasi

b. Tindakan pimpinan yang memperlihatkan kepedulian pada aspek K3

c. Tekad dan sikap pimpinan yang disampaikan melalui pengarahan, pertemuan

formal maupun informal

d. Menempatkan posisi organisasi K3 pada tingkat yang dapat menentukan

keputusan perusahaan

e. Memberikan dukungan anggaran yang memadai

2. Elemen 2: Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Elemen kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan termasuk ke dalam prinsip „Penetapan kebijakan K3‟. Elemen ini mengatur mengenai kepatuhan dalam menaati peraturan K3LL atau regulasi baik yang berasal dari pemerintah (lokal/

nasional) ataupun standar internasional. Seorang HSE Officer harus senantiasa

mengetahui perkembangan regulasi terkini, apakah ada perubahan baik penambahan maupun pengurangan pasal atau materi, serta terjadi pergantian terhadap regulasi yang lama karena SMK3 perusahaan harus bersifat dinamis, yaitu dapat menyesuaikan dengan peraturan terkini. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3, yang menjelaskan bahwa kebijakan K3 harus ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut


(31)

masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan perundang-undangan (PP 50, 2012).

3. Elemen 3: Pelatihan

Elemen pelatihan termasuk ke dalam prinsip „Peninjauan dan peningkatan kinerja

SMK3‟. Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan

tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi (Mathis, 2002). Selanjutnya, Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan meliputi: mengidentifikasi kebutuhan pelatihan (need assessment); menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; menetapkan kriteria keberhasilan dan alat ukurnya;

menetapkan metode pelatihan; mengadakan percobaan & revisi; dan

mengimplementasikan serta mengevaluasinya. Hal itu sejalan dengan Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang SMK3 yang menjelaskan bahwa jenis pelatihan K3 yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan, dan program pelatihan ditinjau secara teratur agar tetap relevan dan efektif (PP 50, 2012).

4. Elemen 4: Manajemen Subkontraktor

Elemen manajemen subkontraktor termasuk ke dalam prinsip „Perencanaan K3‟. Subkontraktor adalah siapa saja yang menyediakan suatu produk, baik produk yang berbentuk barang/ jasa kepada para kontraktor ataupun pemasok (Sugian, 2006). Dalam Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang SMK3 menjelaskan bahwa apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan pelayanan yang tunduk pada standar dan perundangan K3, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan memenuhi persyaratan. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang SMK3 menjelaskan pula bahwa catatan tinjauan kontrak perlu


(32)

dipelihara, didokumentasikan dan ditinjau ulang untuk menjamin bahwa pemasok dapat memenuhi persyaratan K3 bagi pelanggan (PP 50, 2012).

5. Elemen 5: HSE dalam Desain, Konstruksi dan Komisioning

Elemen HSE dalam desain, konstruksi dan komisioning termasuk ke dalam prinsip

„Perencanaan K3‟ yang mengatur mengenai bagaimana persiapan dari sisi aspek K3

pada saat sebelum, ketika, dan setelah melakukan pekerjaan yang meliputi analisis

risiko (risk assessment), pengkajian lingkungan, izin kerja, job safety/ hazard

analysis, lock out tag out, site clinic & kesehatan kerja, serta penanganan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3, yang menjelaskan bahwa pengusaha atau pihak perusahaan harus menyusun rencana K3 serta upaya pengendalian bahaya berdasarkan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. (PP 50, 2012).

6. Elemen 6: Manajemen Perubahan

Elemen manajemen perubahan termasuk ke dalam prinsip „Pelaksanaan K3‟.

Elemen ini mengatur mengenai pemeliharaan dokumentasi mengenai perubahan-perubahan yeng terjadi, meliputi perubahan-perubahan struktur organisasi, prosedur, sistem pelaporan dan pergantian shift. Setiap perubahan-perubahan yang terjadi perlu dicatat dan dipelihara oleh petugas yang kompeten dan berwenang (PP 50, 2012). 7. Elemen 7: Inspeksi

Elemen inspeksi termasuk ke dalam prinsip „Pemantauan dan evaluasi kinerja K3‟.

Inspeksi K3 (safety inspection) adalah suatu pemeriksaan secara umum terhadap unit operasi yang dilaksanakan oleh pekerja unit operasi fasilitas secara rutin dan terjadwal (Hadipoetro, 2014). Hal tersebut sejalan dengan apa yang tercantum di


(33)

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang SMK3 yang menyatakan bahwa pemeriksaan/ inspeksi terhadap tempat kerja dilaksanakan secara teratur dan dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten dan berwenang (PP 50, 2012). Menurut buku panduan dalam Pelatihan enam hari untuk Leadhand dan Foreman yang dilaksanakan oleh PT. Freeport Indonesia mengatakan bahwa Inspeksi K3 bertujuan untuk meniadakan kecelakaan dengan jalan mengamati penyebab kecelakaan sedini mungkin dan sesegera mungkin untuk melakukan pembetulan sebelum kecelakaan terjadi.

8. Elemen 8: Komunikasi

Elemen komunikasi termasuk ke dalam prinsip „Pemantauan dan evaluasi kinerja

K3‟. Komunikasi adalah proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada

penerima melalui beragam saluran (Threnholm dan Jensen, 1996 dalam Wiryanto, 2004). Komunikasi juga diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk verbal saja, namun juga dalam bentuk non verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain (Suprapto, 2009). Dalam bidang K3, kegiatan komunikasi meliputi penyampaian segala informasi yang berkaitan dengan aspek K3 kepada seluruh pekerja yang ada di perusahaan. Segala informasi yang dibutuhkan mengenai kegiatan K3 perlu disebarluaskan secara sistematis kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok (PP 50, 2012).

9. Elemen 9: Tanggap Darurat

Elemen tanggap darurat termasuk ke dalam prinsip „Pelaksanaan K3‟. Tanggap

darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban,


(34)

harta benda, evakuasi dan pengungsian (Sofyan, 2007). Dalam peraturan pemerintah tentang sistem manajemen K3, perusahaan harus memiliki kesiapan dalam menghadapi serta menangani keadaan darurat. Mulai dari kegiatan identifikasi keadaan darurat, prosedur penanganan keadaan darurat, penyediaan alat dan sarana keadaan darurat/ P3K, penyediaan sistem tanda bahaya, serta petugas P3K terlatih yang ditunjuk oleh perusahaan (PP 50, 2012).

10.Elemen 10: Penyelidikan Kecelakaan

Elemen penyelidikan kecelakaan termasuk ke dalam prinsip „Peninjauan dan

peningkatan kinerja SMK3‟. Pada elemen ini, menjelaskan mengenai bahwa tujuan

utama dari penyelidikan kecelakaan adalah mempelajari sebab-sebab utama terjadinya suatu kecelakaan sehingga kejadian serupa dapat dicegah dan tidak terulang lagi di kemudian hari. Perusahaan harus mencari tahu jenis kecelakaan atau insiden yang terjadi, kemudian dihubungkan dengan risiko kerugian yang telah diakibatkannya. Biasanya besarnya kerugian dihitung dari hari kerja yang hilang, jumlah biaya perbaikan dan penggantian aset perusahaan yang rusak (Hadipoetro, 2014). Tempat kerja atau perusahaan wajib mempunyai prosedur pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Selain itu, pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja dilakukan oleh petugas atau ahli K3 yang ditunjuk sesuai peraturan perundangan atau pihak lain yang berkompeten dalam bidang tersebut (PP 50, 2012).

11.Elemen 11: Dokumentasi

Elemen dokumentasi termasuk ke dalam prinsip „Pelaksanaan K3‟. Dokumentasi adalah serangkaian kegiatan pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi yang berkenaan dengan pembuatan dokumen, baik dalam bentuk teks dan


(35)

non-teks (Departemen Pendidikan Nasional, 2000). Dalam bidang K3, kegiatan pendokumentasian meliputi identifikasi, pengumpulan, pengarsipan, pemeliharaan, penyimpanan dan penggantian catatan K3. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang SMK3, perusahaan diwajibkan untuk memiliki prosedur yang mengatur mengenai kegiatan pendokumentasian tersebut (PP 50, 2012).

12.Elemen 12: Evaluasi

Elemen evaluasi termasuk ke dalam prinsip „Pemantauan dan evaluasi kinerja K3‟.

Evaluasi adalah usaha selektif yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk menilai kegiatan yang telah dilakukan dalam mencapai hasil yang diinginkan (Mertens, 2015). Dalam peraturan pemerintah tentang sistem manajemen K3, salah satu bentuk evaluasi ialah dengan melakukan pemeriksaan SMK3 (audit), baik internal maupun eksternal. Audit internal bersifat intern, dilaksanakan oleh para ahli dari perusahaan sendiri, dilaksanakan dengan cara mengevaluasi kinerja sistem pengelolaan K3 dan mengaudit penaatan peraturan K3 serta fasilitas teknis. Sedangkan audit eksternal adalah audit yang dilaksanakan oleh para ahli dari perusahaan konsultan K3 yang berasal dari luar perusahaan yang telah mendapat tugas dari badan auditting baik dari pemerintah maupun swasta (Hadipoetro, 2014). 13.Elemen 13: Reward & Punishment

Elemen reward & punishment termasuk ke dalam prinsip „Peninjauan dan

peningkatan kinerja SMK3‟. Timbulnya reward diikuti oleh respon meningkatnya kemungkinan respon yang sama akan muncul kembali dengan stimulus yang sama (Grey, 1987). Sehingga reward juga diartikan sebagai peningkatan frekuansi respon

(Strickland dkk, 1974). Sementara timbulnya punishment diikuti oleh respon


(36)

stimulus yang sama (Grey, 1987). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan

bahwa reward yang diberikan pada tahap ini ditujukan untuk mendorong pekerja

untuk memberikan pekerjaan terbaiknya kepada perusahaan. Sedangkan punishment yang diberikan ditujukan untuk mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh pekerja selama proses bekerja berlangsung.

B. Audit SMK3

Audit SMK3 merupakan penilaian terhadap penerapan SMK3 yang dilakukan oleh lembaga audit independen. Berikut penjelasan singkat mengenai audit SMK3:

1. Definisi Audit SMK3

Audit merupakan proses sistematis, inpenden dan terdokumentasi untuk mendapatkan bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan apakah kriteria audit telah dipenuhi (ISO 9000, 2005). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.

2. Tujuan Audit SMK3

Tujuan dari audit SMK3 adalah untuk mengukur keefektifan penerapan K3 di tempat kerja, pemenuhan persyaratan perundangan K3, kemudian untuk menentukan tindakan perbaikan sistem, pemenuhan persyaratan pihak eksternal (klien, pelanggan, dan lain-lain) sehingga mendapatkan pengakuan dalam rangka kegiatan sertifikasi (Harwanto, 2012). Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 18 tahun 2008, yang menjelaskan


(37)

bahwa kegiatan audit SMK3 dilakukan untuk mengukur kinerja penerapan SMK3 di perusahaan.

3. Macam Audit SMK3

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 18 tahun 2008, audit terbagi menjadi 2, yaitu (Kemenakertrans, 2008):

a. Audit Internal

Merupakan audit SMK3 yang dilakukan oleh perusahaan sendiri dalam rangka pembuktian penerapan SMK3 dan persiapan audit eksternal SMK3 dan atau pemenuhan standar nasional atau internasional atau tujuan-tujuan lainnya. Audit internal sebaiknya dilakukan setiap bulan atau tiga bulan sekali (Pitoyo, 2010).

b. Audit Eksternal

Merupakan pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk mengukur penerapan SMK3 di tempat kerja dan/ atau perusahaan, yang hasilnya digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian tingkat

pencapaian penerapan SMK3. Audit eksternal dapat dilakukan satu tahun

sekali (Pitoyo, 2010). 4. Audit Internal SMK3

Berikut penjelasan singkat mengenai Audit Internal SMK3:

a. Definisi Audit Internal SMK3

Pengertian audit internal atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan (Tugiman, 2006). Organisasi harus membuat dan memelihara program dan prosedur untuk


(38)

pelaksanaan audit SMK3 secara berkala agar dapat menentukan apakah SMK3 sesuai dengan pengaturan yang direncanakan untuk manajemen K3 dan telah diterapkan dan dipelihara secara baik. Serta untuk memberikan informasi tentang hasil audit kepada pihak manajemen (OHSAS 18001, 2007). Audit internal K3 merupakan audit yang dilakukan sendiri oleh perusahaan dalam rangka pembuktian penerapan SMK3 dan persiapan audit eksternal SMK3 serta pemenuhan standar nasional atau internasional atau tujuan-tujuan lainnya (Pitoyo, 2010).

b. Tujuan Audit Internal SMK3

Berdasarkan PP Nomor 50 tahun 2012, audit internal SMK3 dilaksanakan untuk memeriksa kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk menentukan efektifitas kegiatan tersebut. Menurut Ramli (2009), tujuan internal audit antara lain:

1. Memastikan apakah sistem manajemen K3 yang dijalankan telah

memenuhi prosedur yang telah ditetapkan dan sesuai dengan persyaratan dan standar yang berlaku.

2. Untuk mengetahui apakah SMK3 telah berjalan sebagaimana mestinya di

seluruh jajaran sesuai dengan lingkup pekerjaannya.

3. Memastikan apakah SMK3 yang dijalankan telah efektif untuk menjawab

semua isu K3 yang ada di dalam organisasi.

c. Tahapan Audit Internal SMK3

Secara umum Soehatman Ramli (2009) dalam bukunya menjelaskan secara


(39)

1. Penetapan

Termasuk di dalamnya ialah menetapkan lokasi yang akan di audit, ruang lingkup, jadwal serta pemberitahuan kepada pengawas yang akan diaudit sehingga mereka dapat melakukan persiapan seperlunya.

2. Memeriksa perlengkapan audit yang diperlukan seperti komputer, printer,

alat tulis.

3. Presentasi pembukaan

Yakni melakukan pertmuan dengan pihak yang akan diaudit untuk memperkenalkan tim audit, serta maksud dan tujuan audit. Dalam kesempatan ini, pihak yang akan diaudit dapat menjelaskan kondisi tempat serta fasilitasnya, serta hasil audit yang pernah dilakukan sebelumnya.

4. Koordinasi tim audit

Anggota tim audit melakukan koordinasi internal dengan seluruh anggota tim audit, rencana wawancara dan pihak-pihak atau pekerja yang akan diwawancarai.

C. Diagram Tulang Ikan (Fishbone)

Disebut diagram fishbone karena diagram ini bentuknya menyerupai kerangka

tulang ikan yang bagian-bagiannya meliputi kepala, sirip dan duri (Asmoko, 2013). Pembuatan diagram ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab dari suatu masalah atau penyimpangan (Kuswadi dan Mutiara, 2004).

Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari diagram fishbone adalah

permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip


(40)

dan durinya. Hal pertama yang dilakukan ketika membuat diagram tulang ikan ialah menggolongkan permasalahan menjadi beberapa golongan besar. Kemudian penjabaran selanjutnya yang lebih terperinci dapat dibuat dengan mengajukan pertanyaan “mengapa” secara terus-menerus. Garis besar faktor-faktor penyebab yang dimaksud terbagi atas (Kuswadi dan Mutiara, 2004):

1. Manusia (Man)

2. Bahan (Material)

3. Alat (Machine)

4. Cara (Method)

Gambar 2.2

Diagram tulang ikan (Fishbone)

D. Unsur-unsur Manajemen

Menurut Mooney James D dalam Herujito (2001), unsur-unsur manajemen terdiri dari manusia, fasilitas dan metode. Mooney James D memasukkan unsur uang, material dan mesin ke dalam istilah fasilitas.

Masalah Manusia

(Man) Bahan

(Material)

Cara (Method)

Alat (Machine)


(41)

1. Manusia

Manusia adalah orang-orang (SDM) yang terlibat, melakukan aktivitas dan yang menggerakkan orang lain lagi dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Naja, 2004). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 SDM dapat berupa tenaga kerja, pekerja/ buruh dan pengusaha. Berikut penjelasannya (PP 50, 2012):

a. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat

b. Pekerja/ buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain, sedangkan

c. Pengusaha adalah orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang

menjalankan perusahaan milik sendiri 2. Fasilitas

Dalam fasilitas terdiri dari uang, material, dan mesin.

a. Uang

Anggaran dana adalah modal organisasi perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya yang harus tersedia setiap saat (Naja, 2004).

b. Material

Material adalah bahan atau informasi manajemen yang setiap saat tersedia, baik dari feedback maupun sebagai akibat dari aktivitas organisasi perusahaan yang dibutuhkan oleh orang-orang yang ada di dalam organisasi perusahaan yang dibutuhkan oleh orang-orang yang ada di dalam organisasi perusahaan tersebut guna menjalankan roda organisasi secara berkesinambungan (Naja, 2004).


(42)

c. Mesin

Mesin adalah peralatan dalam arti luas yang ada dipergunakan baik oleh organisasi perusahaan maupun oleh orang-orang yang ada di dalam perusahaan tersebut untuk memperlancar atau memudahkan upaya pencapaian tujuan (Naja, 2004).

3. Metode

Metode adalah cara kerja atau sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk setiap unit atau subsistem dalam organisasi perusahaan agar terjadi stabilitas dan keteraturan dalam menjalankan aktivitas di setiap elemen pendukung berfungsinya manajemen dalam menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Naja, 2004).


(43)

E. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan literatur, diketahui bahwa penerapan SMK3 adalah wajib di setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih, dan atau mengandung potensi bahaya (berdasarkan karakteristik proses atau bahan produksi). Penerapan SMK3 di suatu perusahaan berperan sebagai upaya pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (PP 50, 2012).

SMK3 merupakan proses peninjauan efektivitas dari keseluruhan proses manajemen. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 tahun 2012, penerapan SMK3 meliputi 5 aspek, yaitu: (a) Penetapan kebijakan K3, (b) Perencanaan K3, (c) Pelaksanaan K3, (d) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan (e) Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3. Adapun penerapan dari kelima aspek SMK3 diperinci ke dalam elemen-elemen sesuai dengan kebijakan masing-masing perusahaan yang menerapkannya. Menurut kebijakan PT.Z yang diatur dalam dokumen nomor 8000-PL-01, elemen-elemen SMK3 PT. Z terdiri dari 13 elemen, yaitu: Elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan; Elemen 2: kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; Elemen 3: pelatihan; Elemen 4: manajemen subkontraktor; Elemen 5: HSE dalam desain, konstruksi dan komisioning; Elemen 6: manajemen perubahan; Elemen 7: inspeksi; Elemen 8: komunikasi; Elemen 9: tanggap darurat; Elemen 10: penyelidikan kecelakaan; Elemen 11: dokumentasi; Elemen

12: evaluasi; dan Elemen 13: reward & punishment. Penyebab rendahnya nilai HSE

Internal Control proyek X PT. Z tahun 2014 dianalisis dengan diagram tulang ikan, yang kemudian akan dicari unsur-unsusr penyebabnya menggunakan unsur manajemen yang terdiri dari manusia, uang, material, metode dan mesin. Sehingga kerangka teori dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:


(44)

Sumber: Scarvada (2004), Naja (2004), dan PT.Z (2014c)

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Rendahnya nilai HSE Internal Control pada Proyek X PT. Z

Tahun 2014 1:Kebijakan dan

kepemimpinan

2: Kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan 3: Pelatihan 4: Manajemen

subkontraktor

5: HSE dalam desain, konsturksi dan komisioning

6: Manajemen perubahan

7: Inspeksi 8: Komunikasi 9: Tanggap darurat

10: Penyelidikan kecelakaan

11:Dokumentasi 12: Evaluasi 13: Reward & punishment Manusia Dana Metode Mesin Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Dana Metode Mesin Material Material

Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia


(45)

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab rendahnya nilai HSE Internal Control pada proyek X PT. Z Tahun 2014. Hal tersebut didasari oleh hasil laporan kegiatan audit internal K3 (HSE Internal Control) yang dilakukan oleh PT. Z pada tanggal

10-11 April 2014. Dari hasil laporan tersebut didapatkan bahwa nilai HSE Internal

Control pada proyek X masih dibawah standar minimal yang ditetapkan (69,86%). Terdapat 5 elemen SMK3 yang memiliki nilai pemenuhan yang rendah, yaitu elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan; elemen 2: kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; elemen4: manajemen subkontraktor; elemen 8: komunikasi; dan elemen 9: tanggap darurat. Kelima elemen yang pemenuhannya rendah tersebut akan dianalisis menggunakan diagram tulang ikan (fishbone) dengan unsur manajemen yang terdiri dari: manusia, anggaran dana, material dan metode. Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:


(46)

Rendahnya Nilai HSE (Health, Safety

& Environment)

Internal Control pada Proyek XPT. Z

Tahun 2014 Rendahnya Pemenuhan

Elemen 2: Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Rendahnya Pemenuhan

Elemen 1: Kebijakan dan Kepemimpinan

Rendahnya Pemenuhan Elemen 9: Tanggap

Darurat Rendahnya Pemenuhan

Elemen 8: Komunikasi Rendahnya Pemenuhan

Elemen 4: Manajemen Subkontraktor

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Material

Metode Manusia

Anggaran Dana

Manusia

Anggaran Dana Metode

Material

Manusia Manusia Manusia

Anggaran

Dana Anggaran Dana Anggaran

Dana

Metode Metode

Metode


(47)

B. Definisi Istilah

Berikut adalah definisi istilah dari penelitian ini:

Tabel 3.1 Definisi Istilah

No. Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil

1. Kebijakan dan kepemimpinan

Evaluasi terhadap penyebab rendahnya pemenuhan elemen kebijakan dan kepemimpinan, yang terdiri dari sosialisasi kebijakan K3, pelaksanaan rencana K3LL, penyusunan struktur organisasi P2K3, penyusunan target K3LL, cara menyeleksi subkontraktor,

penyusunan job description oleh manajemen site, dan penunjukkan perwakilan manajemen untuk

melaksanakan dan mengontrol SMK3LL di proyek X yang dianalisis menggunakan unsur manajemen yaitu pekerja, anggaran dana, material dan metode

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara

Informasi yang menjadi penyebab rendahnya

pemenuhan elemen kebijakan dan kepemimpinan pada proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan unsur

manajemen

a. Manusia Penyebab rendahnya pemenuhan elemen kebijakan dan

kepemimpinan di proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari kemampuan manajemen site dalam melaksanakan pemenuhan elemen kebijakan dan kepemimpinan

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara b. Anggaran Dana Penyebab rendahnya pemenuhan elemen kebijakan dan

kepemimpinan di proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari anggaran dana dalam melaksanakan pemenuhan elemen kebijakan dan kepemimpinan

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara


(48)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil

c. Material Penyebab rendahnya pemenuhan elemen kebijakan dan kepemimpinan di proyek X PT. Z Tahun 2014

berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari ketersediaan inventaris kantor yang digunakan dalam melaksanakan pemenuhan elemen kebijakan dan kepemimpinan

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara

d. Metode Penyebab rendahnya pemenuhan pelaksanaan elemen kebijakan dan kepemimpinan di proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari

kesesuaian metode pelaksanaan sosialisasi kebijakan K3 di area proyek X dengan peraturan PT. Z

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara 2. Kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan

Evaluasi terhadap penyebab rendahnya pemenuhan elemen kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan. Yaitu tanggung jawab terhadap persyaratan dan ketentuan baik yang diwajibkan pemerintah maupun pemilik proyek, yang dianalisis menggunakan unsur manajemen yaitu pekerja, anggaran dana, material dan metode Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara

Informasi yang menjadi penyebab rendahnya pemenuhan elemen

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan unsur


(49)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil

a. Manusia Penyebab rendahnya pemenuhan elemen kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari kemampuan manajemen site dalam melaksanakan pemenuhan elemen kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara

b. Anggaran Dana Penyebab rendahnya pemenuhan elemen kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari anggaran dana dalam melaksanakan pemeliharaan, pendokumentasian, gap analysis, dan pengkomunikasian terhadap peraturan perundangan

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara

c. Material Penyebab rendahnya pemenuhan elemen kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari inventaris kantor yang digunakan dalam

melaksanakan pemeliharaan, pendokumentasian, gap analysis, dan pengkomunikasian terhadap peraturan perundangan Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara

d. Metode Penyebab rendahnya pemenuhan elemen kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari kesesuaian cara pemeliharaan, pendokumentasian, gap analysis, dan pengkomunikasian peraturan

perundangan kepada seluruh pihak terkait dengan peraturan PT. Z

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara


(50)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil

3. Manajemen subkontraktor

Evaluasi terhadap penyebab rendahnya pemenuhan elemen manajemen subkontraktor yang terdiri dari penilaian CSMS dalam pemilihan subkontraktor pada proyek X PT. Z Tahun 2014 yang dianalisis menggunakan unsur manajemen yaitu pekerja, anggaran dana, material dan metode Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara

Informasi yang menjadi penyebab rendahnya pemenuhan elemen manajemen subkontraktor yang bekerja pada proyek X PT. Z Tahun 2014

berdasarkan unsur manajemen a. Manusia Penyebab rendahnya pemenuhan elemen manajemen

subkontraktor yang bekerja pada proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari kemampuan manajemen site dalam melaksanakan pemenuhan elemen manajemen subkontraktor

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara b. Anggaran Dana Penyebab rendahnya pemenuhan elemen manajemen

subkontraktor yang bekerja pada proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari anggaran dana dalam melaksanakan pemenuhan elemen manajemen subkontraktor Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara c. Material Penyebab rendahnya pemenuhan elemen manajemen

subkontraktor yang bekerja pada proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari inventaris kantor yang digunakan dalam melaksanakan pemenuhan elemen manajemen subkontraktor

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara d. Metode Penyebab rendahnya pemenuhan elemen manajemen

subkontraktor yang bekerja pada proyek X PT. Z Tahun 2014 berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari cara me-manage subkontraktor

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara


(51)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Istilah Definisi Metode Instrumen Hasil

4. Komunikasi Evaluasi terhadap penyebab rendahnya pemenuhan elemen komunikasi yang terdiri dari sosialisasi informasi K3, pemasangan bendera K3, pemasangan papan statistik kecelakaan, dan pendokumentasian daftar keluhan terhadap gangguan lingkungan di sekitar area proyek X PT. Z Tahun 2014 yang dianalisis menggunakan unsur manajemen yaitu pekerja, anggaran dana, material dan metode Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara

Informasi yang menjadi penyebab rendahnya pemenuhan elemen komunikasi pada proyek X PT. Z Tahun 2014

berdasarkan unsur manajemen a. Manusia Penyebab rendahnya pemenuhan elemen komunikasi

berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari kemampuan manajemen site pada proyek X PT. Z Tahun 2014 dalam melaksanakan pemenuhan elemen komunikasi

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara b. Anggaran Dana Penyebab rendahnya pemenuhan elemen komunikasi

berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari anggaran dana pada proyek X PT. Z Tahun 2014 dalam melaksanakan pemenuhan elemen komunikasi

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara c. Material Penyebab rendahnya pemenuhan elemen komunikasi

berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari inventaris kantor yang digunakan dalam melaksanakan pemenuhan elemen komunikasi pada proyek X PT. Z Tahun 2014

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara d. Metode Penyebab rendahnya pemenuhan elemen komunikasi

berdasarkan temuan yang ada, ditinjau dari metode pelaksanaannya pada proyek X PT. Z Tahun 2014

Telaah dokumen, wawancara Pedoman wawancara, perekam suara


(1)

3. Mengapa Home Office pada waktu itu tidak mengetahui ketika Pak ESN menjabat sebagai HSE Manager di site?

“HO ngga tahu bahwa tiba-tiba sudah ada manager. Harusnya manager itu atau Chief itu dari HO, dan yang menentukan adalah Pak JKS sebagai Senior HSE

Manager PT.Z”

Penunjukkan HSE Manager seharusnya berasal dari HO dan ditentukan oleh Senior HSE Manager Corporate Pihak HO seperti „kecolongan‟ atas peristiwa masuknya Pak ESN sebagai HSE Manager proyek X.

4. Bagaimana proses penunjukkan CM dan HSE Manager yang benar (sesuai peraturan PT.Z)?

“Penunjukkan CM itu dari corporate, dari Construction, ditunjuk Construction, dibawah SVP Operation. Kemudian, manager itu juga dari corporate, untuk manager HSE, supaya bisa menyamakan prosedur, policy, semuanya lah, apa aja

sih yang perlu dilaporkan, gitu”

Penunjukkan Construction Manager semestinya ditunjuk oleh divisi Construction, sedangkan HSE Manager semestinya ditunjuk oleh Senior HSE Manager. Penunjukkan CM dan HSE Manager proyek harus dilakukan atas rekomendasi PT. Z dengan tujuan agar mereka dapat memahami kebijakan, prosedur PT. Z untuk dijalankan di site


(2)

Lampiran 5

Matriks Wawancara Terhadap Informan Kunci

No.

Pertanyaan

IK

Hasil

1. Menurut Ibu, bagaimana cara menentukan standar minimal skor audit internal yang baik?

“Kalo dia based on PP 50 Tahun 2012, ya berarti

ikutin kriterianya. Kalo misalnya dia.., kan kalo..anggaplah mereka dapet bendera emas, perak gitu ya, tapi kita ngga usah bendera, anggaplah skornya baik, sedang, kurang baik. Nah misalnya, skor yang paling rendah dibilang kurang baik, misalnya gitu. Kemudian, skor yang sedang, levelnya perak dibilangnya sedang, gitu. Trus yang emas, baik..gitu. Gitu aja, karna kan mereka standarnya udah jelas gitu,

based on PP 50 tahun 2012, gitu”

Cara menentukan standar minimal skor audit internal yang baik ialah dengan mengikuti aturan yang dijadikan sebagai acuan seperti PP 50/2012 atau OHSAS misalnya

2. Menurut Ibu, bagaimana cara penentuan daftar periksa audit internal yang baik?

“Kalo ada standarnya ya ikutin standarnya aja,

berdasarkan kriteria apa, gitu. Itu udah enak banget kalo PP 50 tahun 2012 mah ikutin aja standar yang ada di PP 50 2012 checklistnya, udah gampang kan”

Penentuan daftar periksa audit internal yang baik adalah dengan mengikuti standar yang digunakan sebagai acuan seperti PP 50/2012 atau OHSAS misalnya 3. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai penunjukkan manajemen site yang terjadi

di proyek X?

“Kalo saya sih sebenernya..sekarang gini..kalo

misalnya orang yang di hire itu bagus, baik, ya ngga

masalah yang penting dia perform, gitu kalo saya ya” “Iya..ya mungkin.. itu udah menyalahi aturan lah ya,

gitu, aturan perusahaan. Cuman kalo dia perform,

bagus, kenapa tidak? gitu...kalo saya ya”

Hal tersebut telah menyalahi aturan, namun tidak masalah sepanjang kompetensi yang dimiliki dan hasil kerja yang dilakukan orang tersebut kompeten dan bagus

4. Menurut Ibu, bagaimana kriteria manajemen site yang baik? “Kalo itu kan udah ada di..sebenernya sih udah harusnya..ini ya, standarnya perusahaan udah punya gitu ya, kalo saya sih, minimal dia mengerti sistem, sistem manajemen K3. Itu standar minimal ya, gitu. Dia tahu, mengerti, kemudian bagaimana cara implementasinya, kemudian dari sisi leadershipnya (safety leadership) dia bisa memberikan contoh kepada karyawan gitu, bahwa dia sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap safety ya dia harus

menunjukkan itu, gitu.”

Kriteria manajemen site yang baik minimal mengerti mengenai sistem (SMK3) dan memiliki safety leadership yang baik


(3)

5. Menurut Ibu, pengetahuan K3 apa saja yang minimal harus dimiliki oleh HSE manager di site?

“Ya..minimal sistem dia paham lah. Soalnya kalo ngga

ngerti sistem, udah ribet urusannya”

HSE Manager di site minimal harus mengerti sistem

6. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai kejadian “orang titipan” ini? Apakah hal ini dapat/ sering terjadi di site?

“Dia berarti udah menyalahi aturan ini ya..aturan rekrutmen pegawai ya berarti. Tapi kita liat dulu, dia punya prosedur rekrutmen ngga, gitu.”

Kejadian tersebut telah menyalahi aturan dan prosedur rekrutmen PT. Z

7. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai kejadian “kesalahan acuan peraturan” ini? Apakah hal ini dapat/ sering terjadi di site?

“Harusnya sih ngga terjadi ya, karna kan itu

ya..pemilihan sumber daya, gitu. Apalagi itu udah menyalahi aturan, gitu. Aturannya ngga sesuai gitu aturannya bilang gimana, yang dilakukannya seperti

apa, gitu. Itu udah menyalahi aturan, gitu”

“Hmm..tapi biasanya sih kalo SMK3 sih sama aja sih.

Beda-beda sih sebenernya ya. Mau pake standar apapun ngga ngaruh sebenernya, sebenernya yaa, gitu. Makanya ngga terlalu berdampak...ngga terlalu berpengaruh besar kalo kesalahan pemilihan standar atau implementasi standar kalo menurut saya sih, gitu. Tinggal implementasinya, jangan-jangan kalo dikasih standar apapun kalo implementasinya bolong ya

percuma, gitu”

Hal tersebut sudah menyalahi aturan PT. Z, namun seharusnya SMK3 nya bisa sama walaupun beda aturan, yang berbeda adalah pada implementasinya. Jika orang yang mengimplementasikan SMK3 tersebut tidak familiar dengan yang namanya SMK3, maka akan berdampak pada hasil audit

8. Menurut Ibu, bagaimana cara perekrutan/ pemilihan manajemen site yang baik?

“Rekrutmen manajemen site yang baik. Yaa ikutin

prosedur aja mulai dari tes tulis ya, kemudian psikotes,

wawancara, kemudian tes kesehatan, dia fit ngga, gitu”

Perekrutan yang baik ialah dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan perusahaan

9. Menurut Ibu, inventaris kantor & material penunjang apakah yang minimal harus tersedia di site?

“Ooh..yaa..komputer, printer, foto copy, scanner, terus

peralatan tulis, semuanya” Minimal di site harus ada komputer, printer, dan sebagainya

A. ELEMEN 1: KEBIJAKAN DAN KEPEMIMPINAN

No.

Pertanyaan

IK

Hasil

1. Menurut Ibu, bagaimana cara sosialisasi kebijakan K3 yang baik di site? “Sosialisasi pada saat weekly meeting, bisa, atau pada saat meeting berkala, atau toolbox meeting boleh, kemudian bisa via email juga bisa, atau ditempel di papan pengumuman bisa. Apapun lah jenis

komunikasi”

Sosialisasi kebijakan K3 dapat dilakuakn pada saat weekly meeting/ toolbox meeting atau ditempel di papan pengumuman

2. Menurut Ibu, bagaimana urgensi/ pentingnya dari pembentukan struktur

organisasi P2K3/ Safety Committee di site?

ya, kan itu jelas bahwa setiap perusahaan wajib Eh..kalo kita liat peraturan Permenaker nomor 487

Berdasarkan peraturan nasional, pembentukan P2K3 adalah wajib bagi


(4)

membentuk P2K3. Nah perusahaan itu yang seperti apa? Yang pertama adalah yang memiliki karyawan 100 orang atau lebih, yang kedua, kalau karyawannya kurang dari 100 orang, tapi dia memiliki risiko tinggi terjadi kebakaran, ledakan, dan sebagainya itu wajib membentuk P2K3. Artinya ya kalo kita mau comply SMK3 ya kita comply juga segala peraturan-peraturan pemerintah, dan kalau peraturannya memang sesuai sama kita gitu. Kalau misalnya karyawan kita kurang dari 100 orang tapi risiko kita tinggi yaa itu wajib, yaa harus disegerakan, gitu. Comply terhadap peraturan yang dari peraturan perundang-undangan, gitu”

perusahaan dengan karyawan berjumlah 100 orang atau lebih serta perusahaan dengan risiko tinggi

B. ELEMEN 2: KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

No.

Pertanyaan

IK

Hasil

1. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai “kurangnya koordinasi yang terjadi di proyek X antara HO & site tersebut?

“Mungkin penunjukkan PIC nya yang ngga jelas kali? Jadi kan harusnya siapa yang melakukan update harus jelas, mendingan di set aja di prosedur yang melakukan update adalah pihak HO, jelas berarti HO yang melakukan update. Atau, yang melakukan update adalah HSE di site, berarti HSE di site melakukan update. Nah gitu, jadi, karna belum ada pelemparan tanggung jawab yang jelas, mereka jadi saling lempar”

Kurangnya koordinasi dapat disebabkan karena penunjukkan PIC nya yang kurang jelas, sehingga terjadi pelemparan tanggung jawab antara HO dan site

2. Menurut Ibu, bagaimana urgensi/ pentingnya mengenai ketersediaan HSE Handbook di site?

“Oh..kalo memang ada di standarnya harus ada HSE Handbook, yaudah berarti urgent lah, gitu. He eh..harus disegerakan kalo memang itu dibilang setiap site HSE Handbook, berarti kalo emang udah dibilang gitu yaudah itu harus disegerakan gitu kan karna itu udah peraturan, gitu”

HSE Handbook menjadi urgent dan harus disegerakan jika di dalam peraturan PT. Z menyebutkan hal demikian

3. Menurut Ibu, bagaimana urgensi/ pentingnya melakukan gap analysis di site? “O..iya dong. Harus itu. Sebelum kita buat list/ daftar peraturan-peraturan yang wajib kita patuhi, kita harus gap analysis dulu. Kita harus cari tahu dulu. Ini kira-kira peraturan terkait sama perusahaan kita apa aja, gitu. Untuk mengetahui nanti apa saja peraturan-peraturan yang perlu kita patuhi, kalo gap analysis

itu”

Gap analysis penting untuk mengetahui peraturan-peraturan apa saja yang harus dipatuhi ketika sedang mengerjakan proyek nantinya


(5)

4. Menurut Ibu, bagaimana cara sosialisasi peraturan yang baik di site? “Yaa bisa induction tapi harus ada buktinya, terus kemudian kalo saya sih lebih ke ini yaa..PP 50 tahun 2012 nya ditempel di area strategis, atau mading misalnya gitu. Itu mungkin kalo ada orang yang

iseng-iseng baca, gitu”

Sosialisasi peraturan dapat dilakukan melalui induction dengan disertai bukti serta dengan menempel peraturan di area-area strategis

C. ELEMEN 4: MANAJEMEN SUBKONTRAKTOR

No.

Pertanyaan

IK

Hasil

1. Menurut Ibu, bagaimana cara me-manage subkontraktor yang baik? “Ya itu ikutin aja prosedurnya, kaya CSMS kan..mulai

dari..kualifikasi, terus seleksi, gitu” Cara me-manage subkontraktor dengan mengikuti prosedur yang sudah ditentukan, ikuti aturan, alur dan prosesnya

D. ELEMEN 8: KOMUNIKASI

No.

Pertanyaan

IK

Hasil

1. Menurut Ibu, bagaimana urgensi/ pentingnya dari pemasangan bendera K3 di site?

“Pertama, pematuhan terhadap peraturan perundang -undangan, yang kedua, karyawan atau tenaga kerja

akan lebih..mereka kan ngerasa „ooh perusahaan saya udah aware nih terhadap K3‟. Peningkatan kesadaran

diri terhadap K3 nya akan tumbuh. Kemudian membuktikan bahwa kita komit terhadap peraturan perundang-undangan atau persyaratan K3 atau undang-undang terhadap K3”

Pemasangan bendera K3 ialah sebagai bentuk kepatuhan, meningkatkan kesadaran diri akan K3 serta menunjukkan komitmen terhadap K3

2. Menurut Ibu, bagaimana urgensi/ pentingnya dari ketersediaan papan statistik kecelakaan di site?

“Statistik sih untuk ini ya..menilai performance kita,

gitu. Bahwa itu akan terlihat, kalau memang ada kecelakaan ya di update, gitu. Untuk melihat kinerja, seberapa jauh kinerja yang sudah kita lakukan

terhadap K3”

Ketersediaan papan statistik di site sebagai penunjuk performa/ kinerja karyawan terhadap K3

3. Menurut Ibu, bagaimana urgensi/ pentingnya melakukan pendokumentasian terhadap daftar keluhan mengenai gangguan lingkungan sekitar proyek?

“Bisa kita melakukan improve (perbaikan). Kalau

memang ada gangguan, berarti kan ada keluhan, ya kita lakukan perbaikan lah. Keluhannya apa nih misalnya, bunyi mesinnya bising sampai merugikan masyarakat yaa harus kita lakukan perbaikan gitu. Gimana caranya ngga bising, tidak merugikan

Pendokumentasian terhadap daftar keluhan mengenai gangguan lingkungan sekitar proyek bertujuan unutk melakukan improve (perbaikan)


(6)

masyarakat gitu. Atau, debunya misalnya melampaui

batas, yaudah harus kita lakukan perbaikan”

E. ELEMEN 9: TANGGAP DARURAT

No.

Pertanyaan

IK

Hasil

1. Menurut Ibu, bagaimana urgensi dari pelaksanaan emergency drill di site? “Pertama, itu sebagai pematuhan peraturan perundang-undangan, karna di undang-undang dikatakan bahwa minimal pelatihan evakuasi itu dilakukan satu kali di dalam setahun. Yang kedua, kita bisa memberikan kesadaran kepada karyawan dan pengetahuan, memberikan keterampilan bagaimana caranya menyikapi atau menangani jika terjadi kondisi darurat di site. Sehingga mereka akan lebih aware gitu, apa yang harus mereka lakukan pada saat terjadi

keadaan darurat”

Pelaksanaan emergency dril di site ialah sebagai bentuk kepatuhan, meningkatkan kesadaran diri akan K3, meningkatkan pengetahuan serta keterampilan pada keadaan darurat

2. Menurut Ibu, bagaimana cara pelaksanaan emergency drill yang baik di site? “Cara pelaksanaan emergency drill yang baik yaa ikuti prosedur yang ada, buat..ada timnya, kemudian skenarionya jelas mau apa, kemudian pelaksanaannya

gimana, pokoknya sesuai sama prosedurnya”

Pelaksanaan emergency dril yang baik ialah dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan

3. Menurut Ibu, perlengkapan emergency drill apa saja yang minimal harus tersedia di site?

“Perlengkapan emergency drill? Perlengkapan safety

udah jelas, P3K, APAR, Hydrant, segalam macem, kemudian fire alarm, sistemnya harus ada, harus jelas, gitu sih pokoknya peralatan safety nya harus ada,

minimal”

Perlengkapan emergency dril mencakup P3K, APAR, Hydrant, dan sebagainya