58
7. Belum disusunnya job description untuk setiap personel karyawan
8. Belum adanya perwakilan manajemen khusus untuk melaksanakan SMK3LL di site
Sumber: Laporan HSE Internal Control Proyek X PT. Z tahun 2014 PT. Z, 2014b
Berikut ini adalah penjelasan masing-masing unsur manajemen pada pemenuhan elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan:
a. Manusia
Unsur manusia merupakan sumber daya manusia yang terlibat, meliputi jumlah pekerja dan kemampuan manajemen site dalam
melaksanakan pemenuhan SMK3LL PT. Z di site untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Jika ditinjau dari jumlah pekerja pada proyek X PT. Z tahun 2014 diketahui tidak memiliki kelemahan. Hal
ini diketahui berdasarkan telaah dokumen, jumlah pekerja di proyek X
telah tersedia, seperti yang terdapat pada Tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4 Jumlah Pekerja pada Proyek X selama Tahun 2014
No. Bulan
Jumlah Pekerja Orang
1. Januari
2. Februari
458 3.
Maret
311 4.
April 313
5.
Mei
301 6.
Juni 495
7. Juli
420 8.
Agustus
287 9.
September 579
10. Oktober 473
11. November 545
12. Desember 530
Sumber: HSE Monthly Report Proyek X PT. Z Tahun 2014 PT. Z, 2014d
59
Tidak adanya pekerja pada bulan Januari 0 orang disebabkan karena belum dimulainya proyek X pada bulan tersebut. Kemudian
terjadi peningkatan dan pengurangan jumlah pekerja dari bulan Februaari hingga Desember. Hal itu disebabkan karena lingkup
pekerjaan di proyek X berbeda setiap bulannya, sehingga jumlah pekerja juga disesuaikan dengan lingkup pekerjaan yang sedang
dikerjakan ketika itu. Berdasarkan kutipan wawancara kepada informan utama 1 IU1,
jumlah pekerja yang ada di proyek X terdapat kurang lebih sebanyak 300 orang. Berikut kutipan wawancaranya:
“Banyak. Ya sekitar 300 orang.” –IU1
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari informan utama 2 IU2 yang mengatakan bahwa jumlah pekerja yang ada di lapangan
telah tersedia. Begitu pula dengan jumlah pekerja yang mengerjakan proyek X dan jumlah pekerja yang bertugas sebagai petugas K3.
Berikut kutipan wawancaranya:
“Yang di lapangan cukup.” –IU2 “Yang untuk mengerjakan project cukup.” –IU2
“HSE juga cukup.” –IU2
Berdasarkan telaah dokumen, struktur organisasi HSE di proyek X
sebagai berikut Gambar 5.2:
60
Sumber: HSE Management System Implementation Policy Rev: F PT.Z No. 8000- PL-01 PT. Z, 2014c
Gambar 5.2 Struktur Organisasi HSE di Proyek X
Penanggung jawab tertinggi pelaksanaan K3 di site adalah Project HSE Manager. Berdasarkan peraturan PT. Z yang tercantum dalam
HSE Management System Implementation Policy Rev: F PT. Z No. 8000-PL-01, tugas utama dari seorang project HSE manager ialah
memastikan terlaksananya sistem K3LL perusahaan di proyeknya, termasuk diantaranya pelaksanaan semua policy, procedure, dan HSE
work instruction yang telah dibuat oleh corporate. Jika ditinjau dari unsur manusia mengenai kemampuan manajemen
site dalam melaksanakan pemenuhan elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan pada proyek X PT. Z tahun 2014, masih terdapat
kelemahan. Informan utama 1 mengatakan, pengetahuan tentang K3 yang dimiliki oleh manajemen site masih kurang. Berikut kutipan
wawancaranya:
61 “Iyaa..pengetahuan tentang K3, untuk membangun suatu sistem
K3 masih banyak yang kurang .” –IU1
Sementara itu, menurut informan kunci IK, salah satu kriteria manajemen site yang baik ialah minimal ia mengerti tentang sistem,
dalam hal ini mangenai SMK3, dan memiliki safety leadership yang baik. Berikut kutipan wawancaranya:
“Kalo itu kan udah ada di..sebenernya sih udah harusnya..ini ya, standarnya perusahaan udah punya gitu ya, kalo saya sih,
minimal dia mengerti sistem, sistem manajemen K3. Itu standar minimal ya, gitu. Dia tahu, mengerti, kemudian bagaimana cara
implementasinya, kemudian dari sisi leadershipnya safety leadership dia bisa memberikan contoh kepada karyawan gitu,
bahwa dia sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap safety ya di
a harus menunjukkan itu, gitu.”-IK
Kurangnya pengetahuan tentang K3 yang dimiliki oleh manajemen site ketika itu terbukti dengan ditemukannya lima temuan pada elemen
1 yang disebabkan karena ketidaktahuan manajemen site untuk melakukan pemenuhan tersebut. Lima temuan itu adalah: belum
adanya bukti pemasangan kebijakan SMK3LL di area kerja danatau bukti sosialisasi dalam lembar induksi; belum diajukannya struktur
organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja P2K3 atau Safety Committee Organization di site; tidak adanya sosialisasi
kebijakan perusahaan tentang K3LL; belum ditentukannya objective target K3LL; dan belum adanya perwakilan manajemen khusus untuk
melaksanakan SMK3LL di site. Temuan di elemen 1 berupa belum adanya bukti pemasangan
kebijakan SMK3LL di area kerja disebabkan karena adanya kelemahan pada unsur manusia, yaitu belum di print dan dipajangnya
62
kebijakan K3 tersebut di area kerja. Berikut kutipan wawancara dengan IU1:
“Ooh..dia belum ngeprint, kemudian belum majang” – IU1
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari IU2 yang mengatakan bahwa dirinya belum membingkai dan menempelnya di area kerja.
Berikut adalah kutipan wawancara dengan IU2:
“Jadi, pada waktu itu ada, cuma kan waktu itu kan...tidak ditempel, dibingkai.., kan gitu. Jadi posisi kebijakan itu harusnya
ditempel dan dipasang bingkai, ya waktu itu posisinya ada di dalam folder, gitu”- IU2
Informan utama 1 menambahkan bahwa dengan adanya temuan seperti itu menandakan bahwa manajemen site kurang memiliki
komitmen dalam melaksanakan SMK3LL di lapangan. Berikut kutipan wawancara dengan IU1:
“Yaa...kalo di sistem ISO itu kan kalo ada temuan kaya gitu artinya kan menunjukkan kalo kita tuh sebagai level manajemen
itu tidak komit. Manajemen site tidak komit. Buktinya apa? Ada komitmen dari top manajemen dia tidak tampilkan, gitu”- IU1
Berdasarkan telaah
dokumen, komitmen
dari top
manajemen yang dimaksud oleh IU1 tercantum dalam HSE Management System Implementation Policy Rev: F PT. Z No.
8000-PL-01 sebagai berikut Gambar 5.3:
63
Sumber: HSE Management System Implementation Policy Rev: F PT.Z No. 8000- PL-01 PT. Z, 2014c
Gambar 5.3 Komitmen Top Manajemen PT. Z
Menurut IK, cara sosialisasi kebijakan K3 yang baik di site dapat dilakukan pada saat weekly meeting toolbox meeting atau ditempel di
papan pengumuman. Berikut kutipan wawancara dengan IK:
“Sosialisasi pada saat weekly meeting, bisa, atau pada saat meeting berkala, atau toolbox meeting boleh, kemudian bisa via
email juga bisa, atau ditempel di papan pengumuman bisa. Apapun lah jenis komunikasi.
”-IK
Temuan di elemen 1 berupa belum diajukannya struktur organisasi P2K3 atau Safety Committee Organization ke Dinas Tenaga Kerja
Disnaker setempat disebabkan karena adanya kelemahan pada unsur manusia, yaitu manajemen site ketika itu tidak mengetahui prosedur
pengajuan hal tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan IU1:
64 “Iya..jadi di proyek itu belum diajukan ke Disnaker setempat
karna ngga tahu prosedurnya”- IU1
Informan utama 1 juga menyayangkan mengapa pembentukan struktur organisasi P2K3 dan pengajuannya tidak dilakukan di awal
ketika project itu baru berjalan. Sementara menurut IU2, manajemen site ketika itu sudah menunjuk tim sebagai Safety Committee namun
belum berjalan normal, sehingga hal tersebut belum diajukan ke Disnaker setempat. Berikut kutipan wawancaranya:
“Iya..kesalahan dari manajemen, kesalahan dari orang safety nya juga”- IU1
“Pada saat 2014 itu kita memang baru menunjuk tim-tim untuk sebagai Safety Committee itu hanya untuk belum dapat
kepercayaan gitu. Jadi baru setelah dilakukan audit internal, kita baru membuat itu. Jadi kalau, organisasi itu waktu itu memang
belum berjalan no
rmal di project nya”- IU2
Berdasarkan wawancara dengan IK, pembentukan struktur organisasi P2K3 Safety Committee di site adalah wajib di suatu
perusahaan dan merupakan bentuk pematuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Berikut kutipan wawancaranya:
“Eh..kalo kita liat peraturan Permenaker nomor 487 ya, kan itu jelas bahwa setiap perusahaan wajib membentuk P2K3. Nah
perusahaan itu yang seperti apa? Yang pertama adalah yang memiliki karyawan 100 orang atau lebih, yang kedua, kalau
karyawannya kurang dari 100 orang, tapi dia memiliki risiko tinggi terjadi kebakaran, ledakan, dan sebagainya itu wajib
membentuk P2K3. Artinya ya kalo kita mau comply SMK3 ya kita comply juga segala peraturan-peraturan pemerintah, dan kalau
peraturannya memang sesuai sama kita gitu. Kalau misalnya karyawan kita kurang dari 100 orang tapi risiko kita tinggi yaa
itu wajib, yaa harus disegerakan, gitu. Comply terhadap peraturan yang dari peraturan perundang-
undangan,gitu”- IK
65
Temuan di elemen 1 berupa tidak terdapatnya bukti sosialisasi kebijakan perusahaan tentang K3LL disebabkan karena adanya
kelemahan pada unsur manusia. Manajemen site mengakui bahwa ketika itu ia belum memahami bahwa kebijakan tersebut harus
didokumentasikan. Pendokumentasian
yang dimaksud
adalah melakukan penyimpanan informasi baik dalam bentuk tulisan, gambar
atau suara dalam setiap langkah prosedur yang dilaksanakan oleh pekerja. Sosialisasi kebijakan tersebut perlu didokumentasikan, salah
satunya dengan menempel kebijakan perusahaan di area kerja. Berikut kutipan wawancaranya:
“Tidak, gini, jadi ada beberapa hal yang memang kita belum sempet begitu pahami ya, yaitu bagian dari temuan project ya,
diakui aja, memang kita belum prepare untuk memasang itu, gitu lho. Hanya dokumen-dokumen itu sudah ada tapi
disosialisasi melalui ind
uction, gitu”-IU2
Safety induction adalah sebuah latihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan kepada pekerja, kontraktor ataupun
para tamu yang baru pertama kali datang di lokasi perusahaan. Tujuan dari safety induction ini adalah untuk mengkomunikasikan bahaya-
bahaya keselamatan dan kesehatan kerja umum yang terdapat selama pekerjaan kunjungan sehingga mereka bisa melakukan tindakan
pengendalian terhadap bahaya tersebut. Informan kunci IK menyatakan bahwa sosialisasi kebijakan dapat
saja dilakukan dengan melalui induction, namun hendaknya tidak lupa untuk menyertakan bukti-bukti pelaksanannya misalnya daftar hadir
atau materi yang disampaikan. Berikut kutipan wawancaranya:
66 “Ketika safety induction itu sebaiknya didokumentasikan
misalnya lewat daftarhadirnya,materi apa yang disampaikan ”-
IK
Temuan di elemen 1 berupa belum ditentukannya objective target K3LL yang disetujui oleh top manajemen disebabkan karena adanya
kelemahan pada unsur manusia. Menurut IU1, manajemen site belum menentukan objective target K3LL karena mereka tidak mengetahui
target-target yang ditetapkan PT. Z. Berikut kutipan wawancaranya:
“Iya karna dia ngga tahu target-targetnya PT. Z”- IU1
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan IU2 yang mengatakan bahwa manajemen site tidak mengetahui target-target yang ditetapkan
dari home office. Menurutnya, hal itu terjadi karena pihak home office tidak mensosialisasikan target-target K3LL ke site. Berikut kutipan
wawancaranya dengan IU2:
“Kalau bicara masalah target K3 yang diluncurkan dari home office itu memang ngga ada karna memang yang harus
mengkomunikasikan kan HO, harusnya. Jadi posisinya gini, pada saat itu, HO tidak mensosialisasikan hal-hal yang memang harus
dilakukan HSE site. Jadi, kita mengadopsi apa yang ada di client.
”- IU2
Sementara, informan pendukung IP2 menjelaskan bahwa alasan pihak home office ketika itu tidak mensosialisasikan target K3 ke site
dikarenakan manajemen site proyek X ketika itu bukanlah orang yang ditunjuk dari PT. Z, melainkan orang yang ditunjuk sendiri oleh
PT.ABC. Sehingga pihak home office pun enggan memberikan dokumen-dokumen perusahannya ke site. Berikut kutipannya:
“Ya cuman kan ngga semua data corporate itu dikirim kesana kan.
Awalnya mereka
minta dokumennya
corporate:
67 prosedurnya, policy-nya. Cuman ngga boleh-lah dari PT. Z
orang dia kan bukan orang PT. Z ”- IP2
Kemudian pernyataan tersebut diperkuat oleh informan pendukung 1 IP1 yang menyatakan bahwa manajemen site ketika itu memang
bukanlah orang yang berasal dari PT. Z sehingga banyak informasi mengenai PT. Z yang tidak diketahui dan dimiliki oleh manajemen
site ketika itu. Berikut kutipan wawancara kepada IP1:
“Orangnya adalah orang-orang yang bukan orang dari PT. Z asli yang mendapatkan pembekalan yang tepat sebelum ke
lapangan. ”- IP1
Temuan di elemen 1 berupa belum adanya perwakilan manajemen khusus yang terlepas dari tanggung jawab lain untuk melaksanakan
dan mengontrol SMK3LL di site disebabkan karena adanya kelemahan pada unsur manusia yaitu perbedaan pemahaman
mengenai arti dari perwakilan manajemen khusus itu sendiri. Menurut IU2, perwakilan manajemen khusus itu sudah ada yaitu dengan
ditunjuknya IU2 sebagai HSE Manager di proyek X ketika itu. Menurutnya, komunikasi antara home office dan site ketika itu kurang
baik, sehingga terjadi perbedaan pemahaman mengenai arti dari perwakilan manajemen khusus itu sendiri, seperti yang ada dalam
kutipan berikut: “Nah..jadi gini, mas FR itu kan dari HO, kalo dia menyebut
bahwa tidak ada yang memang ditugaskan khusus, artinya itu kewenangannya siapa? HO. Nah, maksud nya adalah pada
saat itu memang koordinasi dari site dan HO itu dibangun lebih baik, ya seperti itu posisinya, bukan berarti tidak ada
orang yang memang mengawasi khusus. Jadi gini, adamya didelegasikan saya kesini adalah untuk melakukan hal
tersebut, kan sebenarnya gitu”- IU2
68
Menurut IP2, masuknya IU2 sebagai HSE Manager lah yang menyebabkan koordinasi antara home office dan site kurang baik.
Pada saat itu, home office tidak mengetahui proses penunjukkan IU2 sebagai HSE Manager proyek X, sehingga komunikasi diantara
keduanya tidak berjalan dengan baik. Berikut kutipannya:
“HO ngga tahu bahwa tiba-tiba sudah ada manager. Harusnya manager itu atau Chief itu dari HO, dan yang menentukan adalah
Pak JKS sebagai senior HSE manager PT. Z ”- IP2
Dari lima temuan yang terdapat pada elemen 1, informan pendukung 1 menyayangkan mengapa hal tersebut bisa terjadi di
proyek X. Informan pendukung 1 beranggapan semestinya temuan- temuan itu tidak terjadi di proyek X karena temuan-temuan yang ada
merupakan hal yang standar. Informan pendukung 1 juga menyayangkan kompetensi manajemen site ketika itu yang
menurutnya kurang berpengalaman. Berikut kutipannya:
“Kalau ini memang agak berbeda projectnya, jadi HSE Manager nya juga bukan saya yang nunjuk. Kalo itu dari sini, itu ngga akan
terjadi.. kenapa? karena itu pengetahuan standar.”- IP1 “Kalo yang sudah pengalaman biasanya sudah pengalaman di
lapangan. Artinya mereka sudah tahu bahwa itu harus dilakukan. Nah ini keliatannya orang baru. Bukan keliatannya, memang orang
baru
”- IP1
Berdasarkan wawancara, diketahui bahwa proses penunjukkan IU2 sebagai HSE manager proyek X bukan merupakan rekomendasi dari
home office, melainkan seseorang yang direkrut langsung oleh PT. ABC. Berikut kutipannya:
69 “Rekrut sendiri...ya biasalah dari client nitip gitu kan masuk situ. Ya
jadinya kaya gitu”- IP1
Pernyataan tersebut didukung oleh IP2 yang mengatakan bahwa IU2 sebagai HSE manager
proyek X merupakan “orang titipan” dari PT. ABC, sehingga aturan-aturan yang diterapkan di site ketika ia
menjabat sebagai HSE manager bukanlah aturan yang berasal dari PT. Z, melainkan aturan-aturan dari PT. ABC. Berikut kutipannya:
“Ya..dia punya orang PT.ABC, katanya titipannya orang PT.ABC”- IP2
Kejadian “orang titipan” dari PT. ABC tersebut ditanggapi oleh
informan kunci bahwa hal tersebut telah menyalahi aturan yang telah ditetapkan. Berikut kutipan wawancaranya:
“Dia berarti udah menyalahi aturan ini ya..aturan rekrutmen pegawai ya berarti
” -IK
Berdasarkan pemaparan, dapat disimpulkan jika ditinjau dari unsur manusia mengenai kecukupan jumlah pekerja telah mencukupi.
Namun jika ditinjau dari unsur manusia mengenai kemampuan pekerja atau kemampuan manajemen site dalam melaksanakan pemenuhan
elemen 1 di proyek X masih terdapat kelemahan berupa kurangnya pengetahuan manajemen site di bidang K3, manajemen site belum
memahami prosedur dan peraturan PT. Z, kurangnya pengalaman manajemen site dan hubungan komunikasi yang kurang baik antara
home office dan site.
b. Anggaran Dana
Anggaran dana merupakan modal organisasi perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya yang harus tersedia setiap saat. Berdasarkan
70
wawancara, diketahui bahwa dana yang ada di proyek X telah tersedia untuk melaksanakan kegiatan di site. Berikut kutipan wawancara
kepada IU1 dan IU2 ketika ditanyakan mengenai kecukupan anggaran dana yang ada di site sebagai berikut:
“Anggaran dana mah ada..”- IU1 “Ngga ngga, ngga kurang”- IU2
Pernyataan informan utama di atas sejalan dengan hasil wawancara dengan IP1, yang mengatakan bahwa anggaran dana di site telah
tersedia. Berikut kutipan wawancaranya:
“Kalau di proyek X ini harusnya ada 2 itu, anggaran dari PT. Z harus ada, anggaran dari PT.ABC nya sendiri harus ada. Kenapa?
Karna mereka juga punya safety program kan. Dan mereka biasanya ada uang sendiri untuk itu., dan tidak masuk ke dalam
anggaran proyek”- IP1
Berdasarkan pemaparan, dapat disimpulkan jika ditinjau dari unsur anggaran dana di site dalam melaksanakan pemenuhan elemen 1 telah
tersedia.
c. Material
Unsur material merupakan ketersediaan inventaris kantor atau material penunjang lainnya yang ada di perusahaan yang dibutuhkan
untuk menjalankan aktivitas organisasi. Jika ditinjau dari unsur material mengenai ketersediaan inventaris kantor yang ada di proyek
X PT. Z tahun 2014 dalam melaksanakan pemenuhan elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan diketahui tidak memiliki kelemahan.
Berdasarkan wawancara, diketahui bahwa peralatan material yang ada di proyek X telah tersedia untuk melaksanakan kegiatan di site
71
dan dalam melakukan pemenuhan elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan. Hal ini diketahui berdasarkan kutipan wawancara
kepada IU2 dan IP1 ketika ditanyakan mengenai ketersediaan perlengkapan seperti inventaris kantor dan material penunjang
lainnya yang ada di site sebagai berikut:
“Sudah, sudah ada”- IU2 “Hmm...nggak ada masalah kalo PT. Z sendiri”- IP1
Menurut IK, inventaris kantor atau material penunjang lainnya yang harus tersedia di site untuk membantu implementasi SMK3 di
site ialah komputer, printer, dan sebagainya. Berikut kutipan wawancaranya:
“Ooh..yaa..komputer, printer, foto copy, scanner, terus peralatan tulis, semuanya
”- IK
Berdasarkan pemaparan, dapat disimpulkan jika ditinjau dari unsur material berupa ketersediaan inventaris kantor di site yang digunakan
dalam melaksanakan pemenuhan elemen 1 tidak terdapat kelemahan dan telah tersedia.
d. Metode
Unsur metode merupakan cara pelaksanaan yang dilakukan dalam menjalankan elemen 1: kebijakan dan kepemimpinan di site, apakah
sesuai dengan peraturan SMK3LL PT. Z atau tidak. Jika ditinjau dari unsur metode pelaksanaan meliputi cara manajemen site dalam
melakukan sosialisasi kebijakan K3 pada proyek X PT. Z tahun 2014
72
diketahui memiliki kelemahan. Keseluruhan temuan pada elemen 1 disebabkan karena terdapat kelemahan pada metode pelaksanaannya.
Temuan di elemen 1 berupa belum adanya bukti pemasangan kebijakan SMK3LL di area kerja disebabkan karena adanya
kelemahan pada unsur metode, yaitu tidak ditempel dan dibingkainya kebijakan SMK3LL di area kerja sebagai salah satu bentuk sosialisasi.
Berikut adalah kutipan wawancara dengan IU2:
“Jadi, pada waktu itu ada, cuma kan waktu itu kan...tidak ditempel, dibingkai.., kan gitu. Jadi posisi kebijakan itu harusnya ditempel dan
di pasang bingkai, ya waktu itu posisinya ada di dalam folder, gitu”-
IU2
Berdasarkan telaah dokumen, kebijakan SMK3LL PT. Z tertera dalam HSE Management System Implementation Policy
Rev: F PT. Z No. 8000-PL-01 seperti pada Gambar 5.4 berikut:
73
Sumber: HSE Management System Implementation Policy Rev: F PT.Z No. 8000- PL-01 PT. Z, 2014c
Gambar 5.4 Kebijakan SMK3LL PT. Z
Berdasarkan wawancara dengan IK, cara sosialisasi kebijakan K3 yang baik di site salah satunya dapat dilakukan dengan menempelnya
di papan pengumuman sehingga terlihat oleh orang-orang yang lewat di depannya. Berikut kutipan wawancaranya:
“Sosialisasi kebijakan K3 dapat ditempel di papan pengumuman”- IK
Temuan di elemen 1 berupa belum terdapat rencana pelaksanaan K3LL yang telah disetujui di proyek X disebabkan karena adanya
kelemahan pada unsur metode, yaitu penyusunan rencana pelaksanaan K3LL yang dilakukan oleh manajemen site lebih mengacu kepada
74
peraturan client, bukan kepada peraturan home office PT. Z. Informan utama 1 menjelaskan bahwa hal tersebut menjadi temuan finding
karena rencana pelaksanaan K3LL yang disusun oleh manajemen site proyek X ketika itu bukanlah rencana K3LL yang berasal home office
HO, melainkan rencana K3LL yang diminta oleh client. Menurut IU1, manajemen site proyek X ketika itu hanya mengikuti yang
diperintahkan oleh client saja. Berikut kutipan wawancaranya:
“Rencana pelaksanaan K3LL belum disusun..iyaa..jadi dia cuma berda
sarkan rutinitas. Dia ngga punya program sendiri”- IU1 “Tergantung client aja. Ibaratnya kata client „eh bikin atap‟, bikin..
„eh bikin pintu‟, bikin.. gitu loh”- IU1
Temuan di elemen 1 berupa tidak adanya bukti sosialisasi kebijakan perusahaan tentang K3LL disebabkan karena adanya
kelemahan pada unsur metode, yaitu tidak ada pendokumentasian ketika induction dilakukan. Menurut IU2, pihaknya ketika itu telah
melakukan sosialisasi kebijakan kepada karyawan di site melalui induction. Berikut kutipan wawancaranya:
“Karna kebijakan itu kita sosialisasikan lewat induction, seperti itu”- IU2
Walaupun manajemen site telah melakukan sosialisasi kebijakan melalui induction, namun ia tidak mendokumentasikan hal tersebut,
sehingga tidak terdapat bukti pelaksanaannya dan menjadi sebuah temuan finding. Padahal, sosialisasi kebijakan tersebut perlu
didokumentasikan, salah satunya dengan menempel kebijakan perusahaan di area kerja atau dengan memotret ketika induction
sedang berlangsung.
75
Temuan di elemen 1 berupa belum ditentukannya objective target K3LL yang disetujui oleh top manajemen disebabkan karena adanya
kelemahan pada unsur metode, yaitu target K3 yang ditentukan ketika itu mengadopsi dari target yang ditetapkan oleh client, bukan target
yang ditentukan oleh PT. Z. Berikut kutipan wawancara kepada IU2:
“Jadi posisinya gini, pada saat itu, HO tidak mensosialisasikan hal-hal yang memang harus dilakukan HSE site. Jadi, kita
mengadopsi apa yang ada di client. ”- IU2
Temuan di elemen 1 berupa belum disusunnya job description yang disetujui oleh home office dan disosialisasikan kepada seluruh
strata personil disebabkan karena adanya kelemahan pada unsur metode, yaitu dalam penyusunan job description tersebut, manajemen
site ketika itu mengacu kepada peraturan PT. ABC, bukan kepada peraturan PT. Z. Menurut IU2, job desc itu sudah ada di HSE Plan
yang mengacu ke PT.ABC. Berikut kutipannya:
“Nah itu..job desc itu sebenernya sudah ditunjukkan, di dalam HES Plan itu ada job desc setiap karyawan. Artinya jabatan ini
tugasnya ini, jabatan ini tugasnya ini. Itu udah di mention di dalam HES Plan, gitu.
”- IU2
Temuan di elemen 1 berupa belum adanya perwakilan manajemen khusus yang terlepas dari tanggung jawab lain untuk
melaksanakan dan mengontrol SMK3LL di site disebabkan karena adanya kelemahan pada unsur metode, yaitu site ketika
itu mengacu kepada peraturan PT.ABC seperti yang dikatakan IU1 sebagai berikut:
“Ooh..dia bilangnya, kita nginduknya ke PT.ABC”- IU1
76
Sama seperti hasil sebelumnya, diketahui berdasarkan wawancara kepada IU1 bahwa manajemen site ketika itu tidak melaksanakan
peraturan PT. Z karena mereka merasa tidak harus menjalankan peraturan PT. Z. Berikut kutipan wawancaranya:
“Iya..karna mereka merasa bahwa..yang mereka jalankan itu harus induknya ke PT.ABC, gitu. Artinya, yang mimpin safety nya
itu PT.ABC, bukan kita PT. Z langsung operation”- IU1
Menanggapi kesalahan acuan peraturan yang dilakukan manajemen site pada beberapa implementasi SMK3LL PT. Z, IK menyatakan
bahwa hal tersebut telah menyalahi aturan. Berikut kutipan wawancaranya:
“Harusnya sih ngga terjadi ya, karna kan itu ya..pemilihan sumber daya, gitu. Apalagi itu udah menyalahi aturan, gitu. Aturannya
ngga sesuai gitu aturannya bilang gimana, yang dilakukannya seperti apa, gitu. Itu udah menyalahi aturan, gitu”- IK
Berdasarkan pemaparan, dapat disimpulkan jika ditinjau dari unsur metode
pelaksanaan meliputi
cara manajemen
site dalam
melaksanakan pemenuhan elemen 1 di proyek X masih terdapat kelemahan berupa tidak mencetak menempel dan membingkai
kebijakan K3 di sekitar area kerja, tidak mendokumentasikan ketika kegiatan induction berlangsung, serta lebih mengacu kepada aturan
client bukan kepada aturan PT. Z. Berdasarkan uraian di atas, penyebab rendahnya elemen 1: kebijakan dan
kepemimpinan di proyek X PT. Z tahun 2014 yang dianalisis menggunakan
diagram tulang ikan terdapat pada Gambar 5.5.
77
Gambar 5.5 Akar Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 1: Kebijakan dan Kepemimpinan pada Proyek X PT. Z Tahun 2014
2. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 2: Kepatuhan Terhadap