4. Bukti pencairan kredit. Alat-alat pencairan kredit seperti cek, kwintasi, nota pemindahbukuan, dan dokumen-dokumen lainnya tersebut akan menjadi alat
bukti pembukuan. 5. Verifikasi pencairan kredit. Setiap mutasi dan saldo yang terjadi pada rekening
pinjaman harus deperiksa oleh penjabat yang ditunjuk untuk itu. Vertifikasi meliputi pencocokan dan keabsahan pencarian, jumlah serta syarat-syarat
lainnya. Sebagai bukti verifikasi, pejabat tertentu harus membubuhkan paraf pada saldo rekening pinjaman.
Pelunasan kredit menunjukkan dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap bank yang berakibat dihapusnya ikatan perjanjian kredit.
Perhitungan semua kewajiban utang nasabah harus segera diselesaikan sampai dengan tanggal pelunasan yang tercantum dalam utang pokok, utang bunga, denda
jika ada, dan biaya administrasi. Nasabah diharuskan mengembalikan sisa lembar atau blanko cek dan giro bilyet yang belum dipergunakan, jika ada. Periksa
rekening pinjaman untuk menyatakan nomor yang harus dikembalikan. Untuk mencegah timbulnya klaim dari nasabah karena tidak lengkapnya pengembalian
dokumen jaminan, bank harus mengadakan inventarisasi atas dokumen yang disimpan pada berkas jaminan, dan dicocokkan dengan berkas jaminan.
2.6. Kredit Perumahan KPR
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman, “rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga, adapun perumahan didefinisikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian
yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan”. Secara umum kredit kepemilikan adalah KPR Kredit Pemilikan Rumah adalah kredit yang digunakan
untuk membeli rumah atau untuk memenuhi kebutuhan konsumtif dengan jaminanagunan berupa rumah. Walaupun penggunaannya mirip, KPR berbeda
dengan kredit konstruksi dan renovasi. KPR atau Kredit Pemilikan Rumah adalah fasilitas yang diberikan pihakbank agar seseorang bisa memiliki rumah ataupun
kebutuhan konsumtif lainnya dengan jaminan berupa rumah Utami, 2013:19. Kredit pemilikan rumah KPR merupakan suatu fasilitas kredit untuk
membeli atau memperbaiki rumah yang diberikan oleh lembaga keuangan perbankan kepada para nasabahnya masyarakat. Menurut Bank Indonesia, saat
ini dikenal ada dua jenis KPR di Indonesia yaitu: 1. KPR bersubsidi merupakan suatu kredit yang ditetapkan langsung oleh
pemerintah kepada masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah. Kredit
subsidi ini diatur langsung oleh pemerintah, sehingga setiap masyarakat Indonesia yang bekerja atau dalam status produktif yang mengajukan
permohonan kredit dapat diberikan fasilitas inisecara umum batasan yang ditetapkan pemerintah dalam pemberian subsidi adalah penghasilan pemohon
peminjam dan maksimum kredit yang diberikan. 2. KPR non subsidi merupakan kredit yang diberikan kepada seluruh masyarakat
luas yang dimana ketentuan pemberian kredit KPR non subsidi ditetapkan oleh bank umum, sehingga penentuan besarnya kredit maupun suku bunga
dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan Bank Indonesia.
Kredit perumahan atau yang biasa disebut dengan Kredit Pemilikan Rumah KPR tergolong ke dalam kredit konsumtif. Berdasarkan segmentasi
pasarnya, secara umum produk kredit perumahan digolongkan menjadi 3 tiga antara lain KPR dan KPA Kredit Pemilikan Apartemen di atas 70m², KPR dan
KPA di bawah 70m², dan fasilitas KPR untuk kepemilikan ruko atau rukan. Proses pemilikan tempat tinggalrumah melalui kredit pemilikan rumah KPR tentunya
berkaitan dengan industri di bidang property, dan saat ini semakin maraknya industri bidang properti tidak terlepas dari dukungan pembiayaan dari lembaga
perbankan dalam bentuk kredit property. Berdasarkan definisi Bank Indonesia, kredit property merupakan semua
pembiayaan dari perbankan untuk bidang usaha yang kegiatannya berkaitan dengan pengadaan tanah, bangunan, dan fasilitasnya untuk dijual atau disewakan.
Kredit properti ini diberikan dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja maupun kredit konsumsi. Dilihat dari komposisinya, kredit properti terdiri dari
tiga jenis kredit, yaitu kredit kontruksi, real estate serta kredit pemilikan rumah KPR. Ketiga jenis kredit tersebut berbeda peruntukkan dan segmen pasarnya.
Kredit kontruksi umumnya diberikan kepada para pengusaha atau kontraktor untuk membangun perkantoran, mal, ruko, dan pusat bisnis lainnya. Kredit real
estate diberikan kepada para pengembang untuk membangun kompleks perumahan kelas atas. Sedangkan kredit KPR diberikan kepada perorangan yang
akan membeli atau memilik rumah pribadi www.bi.go.id. Menurut Peraturan Menteri Perumahan No. 3 Tahun 2014 tentang Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan FLPP Dalam Rangka Pengadaan Perumahan
Melalui KreditPembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera menyebutkan dalam pasal 4 bahwa lingkup fasilitas likuiditas kreditpembiayaan perumahan adalah:
1. Kreditpembiayaan kepemilikan rumah sederhana sehat KPRShsebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 terdiri dari:
a. Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera KPR Sejahtera; b. Kredit Pemilikan Rumah Sejahtera Murah KPR Sejahtera Murah;
c. Kredit Pembangunan atau Perbaikan Rumah Swadaya Sejahtera KPRS Sejahtera
d. Kredit Konstruksi Rumah Sejahtera KK Rumah Sejahtera; dan e. Kredit Konstruksi Rumah Sejahtera Murah KK Rumah Sejahtera Murah.
2. KPR Sejahtera sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a terdiri dari: a. KPR Sejahtera Tapak
b. KPR Sejahtera Syariah Tapak c. KPR Sejahtera Susun
d. KPR Sejahtera Syariah Susun. 3. Ketentuan mengenai kredit kepemilikan rumah sederhana sehat KPRSh
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e diatur dengan Peraturan Menteri.
Dana KPR Sejahtera merupakan gabungan antara dana FLPP dan dana bank pelaksana dengan proporsi tertentu. Gabungan antara dana FLPP dan dana
bank pelaksana dengan proporsi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan untuk menerbitkan KPR Sejahtera dengan tingkat suku bunga kredit
pembiayaan yang terjangkau dan bersifat tetap selama jangka waktu kredit atau
pembiayaan. Proporsi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan oleh Menteri berdasarkan tarif KPR Sejahtera dan kondisi perekonomian. Proporsi
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dicantumkan dalam Perjanjian Kerjasama Operasional antara PPP dengan Bank Pelaksana.Peraturan Menteri Perumahan
Nomor 3 Tahun 2014 pasal 6 menyebutkan bahwa: 1. Kelompok Sasaran KPR Sejahtera untuk KPR Sejahtera Tapak dan KPR
Sejahtera Syariah Tapak adalah MBR dengan penghasilan tetap maupun tidak
tetap paling banyak Rp. 4.000.000,00 empat juta rupiah per bulan.
2. Kelompok Sasaran KPR Sejahtera untuk KPR Sejahtera Susun dan KPR Sejahtera Syariah Susun adalah MBR dengan penghasilan tetap maupun tidak
tetap paling banyak Rp. 7.000.000,00 tujuh juta rupiah per bulan.
3. Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 untuk masyarakat berpenghasilan tetap merupakan gajiupah pokok pemohon per
bulan.
4. Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 untuk masyarakat berpenghasilan tidak tetap merupakan pendapatan bersih atau
upah rata-rata per bulan dalam setahun yang diterima pemohon.
Peraturan Menteri Perumahan Nomor 3 Tahun 2014 pasal 7 menyebutkan bahwa:
1. Kelompok Sasaran KPR Sejahtera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 dan ayat 2 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tidak memiliki rumah yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepala DesaLurah setempatInstansi tempat bekerja;
b. Belum pernah menerima subsidi Pemerintah untuk pemilikan rumah; c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP; dan
d. menyerahkan fotokopi SPT Tahunan PPh Orang Pribadi atau surat pernyataan bahwa penghasilan yang bersangkutan tidak melebihi batas
penghasilan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri ini. 2. Dalam hal kelompok sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1
penghasilannya tidak melebihi batas penghasilan tidak kena pajak PTKP dikecualikan dari ketentuan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dan
Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan PPh Orang Pribadi. 3. Dalam hal, Kelompok Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berstatus
suami istri, dipersyaratkan keduanya tidak memiliki rumah dan belum pernah menerima subsidi pemerintah untuk pemilikan rumah.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dan huruf b dikecualikan untuk PNSTNIPolri yang pindah domisili karena kepentingan
dinas. 5. Ketentuan pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat 4 berlaku hanya
untuk satu kali. 6. Analisis kelayakan untuk mendapatkan KPR dan pemenuhan persyaratan
sebagai kelompok sasaran pemohon KPR Sejahtera dilaksanakan oleh Bank Pelaksana.
Masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 dan ayat 2 merupakan orang perseorangan yang bekerja di
sektor formal atau informal. Masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap yang
bekerja di sektor formal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan orang perseorangan yang bekerja dengan kategori pekerjaan adalah mempunyai usaha
sendiri; dan mempunyai izin usaha. Masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap yang bekerja di sektor informal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan
orang perseorangan yang bekerja dengan kategori pekerjaan berusaha sendiri, bekerja pada orang lain, atau badan hukum.Masyarakat yang bekerja pada orang
lain atau badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 pengupahannya didasarkan pada satuan waktu, satuan hasil, sistem borongan; atau
sistem bonus. Nama pekerjaan masyarakat berpenghasilan tidak tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 disepakati dalam Perjanjian
Kerjasama Operasional antara PPP dengan Bank Pelaksana.
2.7. Peneliti Terdahulu