bekerja di sektor formal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan orang perseorangan yang bekerja dengan kategori pekerjaan adalah mempunyai usaha
sendiri; dan mempunyai izin usaha. Masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap yang bekerja di sektor informal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan
orang perseorangan yang bekerja dengan kategori pekerjaan berusaha sendiri, bekerja pada orang lain, atau badan hukum.Masyarakat yang bekerja pada orang
lain atau badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 pengupahannya didasarkan pada satuan waktu, satuan hasil, sistem borongan; atau
sistem bonus. Nama pekerjaan masyarakat berpenghasilan tidak tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 disepakati dalam Perjanjian
Kerjasama Operasional antara PPP dengan Bank Pelaksana.
2.7. Peneliti Terdahulu
Elisabeth 2012, meneliti tentang analisis permintaan kredit perumahan di Kota Medan pada Bank Mandiri. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat
suku bunga dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit perumahan rakyat di Kota Medan pad Bak Mandiri Kota Wilayah 1 Medan.
Utami 2013, meneliti tentang analisis faktor yang mempengaruhi permintaan Kredit Pemilikan Rumah pada Bank Umum Di Kota Makassar. Hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa secara parsial variabel pendapatan, suku bunga kredit, dan uang muka berpengaruh positif dan signifikan terhadap
permintaan kredit pemilikan rumah pada bank umum di KotaMakassar. Sedangkan variabel lokasi rumah berpengaruh tidak signifikan terhadap
permintaan kredit pemilikan rumah di kotaMakassar.
Lubis dan Ginting 2008, meneliti dengan judul: analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan permintaan kredit pada PT Bank Tabungan
Negara Cabang Medan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga dan pelayanan secara serempak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan permintaan KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Cabang Medan.
2.8. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Suku bunga merupakan jumlah yang diterima oleh orang yang meminjamkan dan dibayar oleh peminjam dana sejumlah persentase yang
disepakati oleh kedua belah pihak Utami, 2013. Dengan demikian, tingkat suku bunga diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank konvensional kepada
nasabah yang menyimpan uangnya di bank ataupun harga yang harus dibayar oleh nasabah yang menerima pinjaman dari bank.
Suku bunga juga dapat dikelompokan menjadi suku bunga tetap dan suku bunga mengambang. Suku bunga tetap adalah suku bunga pinjaman tersebut tidak
berubah sepanjang masa kredit, sedangkan suku bunga mengambang adalah suku Tingkat suku bunga X
1
Uang muka X
2
Jumlah subsidi X
3
Kepemilikan rumah Y
bunga yang berubah-ubah selama masa kredit berlangsung dengan mengikuti suatu kurs referensi tertentu. Suku bunga dapat berubah bila salah satu dari
demand or supply uang tidak lagi tercapai keseimbangan. Tingkat suku bunga KPR yaitu harga jual yangharus dibayar oleh
peminjam debitur kepadabank yang didasarkan pada suatu perjanjianmembuka KPR. Bunga dalam kredit kepemilikan rumah disesuaikan dengan lamanya jangka
waktu kredit yang telah disepakati oleh pihak bank. Penetapan suku bungan disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai
otorisasi tertinggi dalam perbankan di Indonesia, dengan ukuran persen per tahun. Besarnya suku bunga kredit rumah akanmempengaruhi beban konsumen
dalammemenuhi angsuran cicilan kredit rumah,sehingga hal ini akan mempengaruhi kepemilikan rumah oleh masyarakat. Dengan demikian, jika
tingkat suku bunga meningkat, maka jumlah rumah yang terjual semakin menurun.
Uang muka loan to value adalah “angka rata-rata antara nilai kredit yang dapat diberikan oleh bank terhadap nilai agunan pada saat awal pemberian kredit
Utami, 2013”. Perhitungan rasio uang muka dilakukan berdasarkan nilai kredit ditetapkan berdasarkan plafon kredit yang diterima oleh debitur sebagaimana
tercantum dalam perjanjian kredit serta nilai agunan ditetapkan sebagaimana nilai pengikatan agunan oleh bank.
Alasannya adalah pertama,terjadinya peningkatan permintaan kredit pemilikan rumah, sehingga bank perlu kehati-hatian dalam penyaluran kredit.
Kedua, pertumbuhan kredit pemilikan rumah yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan peningkatan harga aset properti yang tidak mencerminkan harga yang sebenarnya. Ketiga, agar tetap menjaga perekonomian yang produktif dan
mampu menghadapi tantangan sektor keuangan di masa yang akan datang, perlu adanya kebijakan yang dapat memperkuat ketahanan disektor keuangan untuk
meminimalisir sumber kerawanan yang dapat timbul, termasuk pertumbuhan KPR yang berlebihan Bank Indonesia, 2010.Hal ini diperkirakan akan berdampak
pada penjualan unit rumah. Hal itu mengacu pada menurunnya daya beli konsumen akibat meningkatnya pembayaran di muka. Terlebih lagi peran
pemerintah yang dalam hal ini bukan sebagai regulator yang menyokong daya beli masyarakat, namun sebagai regulator yang membatasi daya beli masyarakat.
aturan uang muka DP minimal 30 persen itu menjadi berat, karena mengganggu kemampuan daya cicil masyarakat. Keadaan serupa sebenarnya juga hampir sama
ketika Indonesia diguncang hiperinflasi, di mana daya beli masyarakat turun. Dengan demikian, semakin tinggi uang muka KPR semakin rendah daya beli
masyarakat, sehingga jumlah unit KPR yang terjual semakin menurun. Subsidi merupakan besar dana bantuan pemerintah atas KPR yang dibeli
oleh masyarakat. Jika jumlah subsidi yang diberikan pemerintah atas KPR semakin meningkat, maka jumlah unit KPR yang terjual semakin meningkat.
Akan tetapi, jika jumlah subsidi rendah, maka hal ini tidak terlalu berperan penting dalam pengambilan keputusan masyarakat untuk membeli rumah dengan
cara mencicil, sehingga kepemilikan rumah oleh masyarakat tidak mengalami perubahan yang signifikan.
2.9. Hipotesis