Pada bab ini membahas mengenai tinjauan hukum perjanjian

menyatakan kuasa untuk memberikan hipotik harus dibuat dengan suatu akta otentik, pasal 85 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa kuasa yang mewakili pemegang saham ketika menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham RUPS harus didasarkan pada surat, Pasal 1683 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa si penerima hibah dapat memberi kuasa pada seseorang lain dengan suatu akta otentik untuk menerima penghibahan. Sehingga pada dasarnya, memberikan kuasa dapat dilakukan baik secara tertulis maupun secara lisan. Dalam perkembangan hukum Belanda melalui Nieuw Burgerlijke Wetbook , sebuah kitab revisi Burgerlijke Wetbook BW, telah diatur pengertian tentang kuasa volmacht dan pemberian kuasa last giving. Pada prinsipnya, volmacht berbeda dengan last giving. Volmacht merupakan tindakan hukum sepihak yang memberi wewenang kepada penerima kuasa untuk mewakili pemberi kuasa dalam melakukan suatu tindakan hukum tertentu Hoge Raad 24 Juni 1938 NJ 19939, 337. Adapun last giving dan pada dasarnya pemberian kuasa ini bersifat cuma-Cuma, sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 1794 KUHPerdata. Dengan demikian, last giving merupakan perjanjian pembebanan perintah yang menimbulkan kewajiban bagi si penerima kuasa untuk melaksanakan kuasa, sedangkan volmacht merupakan kewenangan mewakili. Suatu last giving tidak selalu memberikan wewenang untuk mewakili pemberi kuasa sebab dalam last giving dimungkinkan adanya wewenang mewakili volmacht, akan tetapi tidak selalu volmacht merupakan bagian dari last giving. Apabila wewenang tersebut diberikan berdasarkan persetujuan pemberian kuasa, maka akan terjadi perwakilan yang bersumber dari persetujuan.

B. Perjanjian Nominee Di Indonesia

1. Pengertian Perjanjian

Buku III KUHPerdata tidak memberikan rumus tentang perikatan. Menurut ilmu pengetahuan hukum perdata, perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi antara 2 dua orang atau lebih, yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan, di mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu. Perikatan lebih umum di pakai di Indonesia. Perikatan artinya hal yang mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain. Perikatan dirumuskan sebagai hubungan hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan orang yang lainnya karena perbuatan, peristiwa atau keadaan. 14 Adapun perikatan yang dimaksudkan dengan perikatan menurut subekti: 15 Perikatan adalah suatu hubungan hukum kekayaan antara dua atau beberapa pihak yang mengakibatkan, bahwa pihak yang satu berhak atas sesuatu dari pihak lain, sedangkan pihak yang akhir ini berkewajiban berbuat sesuatu bagi pihak yang pertama. Pihak yang berhak dinamakan kreditur, dan pihak yang berkewajiban dinamakan debitur. Perbuatan debitur dinamakan prestasi. 14 Sofwan Sri Soedewi Machun, Hukum Perjanjian Perhutangan Yogyakarta: Terjemahan Seksi Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 2004, h. 21. 15 Subekti, Hukum Perjanjian. h. 4.