Latihan Mental Jogging 62-67 Kcalmenit

77 Latihan sprint ni tidak hanya untuk memperkuat otot, atau menambah kecepatan juga bisa untuk menambah daya tahan kita dalam bertarung. Pada sat kita bertanding, jantung kita akan memompa lebih cepat dibandingkan apda saat kita latihan. Hal ini disebabkan kita harus mengeluarkan tendangan yang kuat ketika bertanding.

3.2. Latihan Mental

Mental merupakan hal yang sudah biasa bagi semua orang terutama pada dunia olahraga. Kebanyakan orang menanggapi, hal yang paling diperlukan dalam bertanding itu adalah mental. Apabila mentalnya kuat maka ia dapat memenangkan sebuah pertandingan, tetapi apabila seorang atlet-klub bahkan negara yang bertanding itu kalah, mental sering dijadikan kambing hitam kebanyakan orang. Penulis sendiri sering bertanya kepada orang yang sering menanggapi kegiatan berolahraga seperti sepak bola, volley, basket, dan yang paling sering itu adalah pertandingan Taekwondo. Mengapa mental yang disalahkan. Permasalahan mental sering menjadi topik pembicaraan para psikologi dalam memecahkan satu kasus ini apabila atlet mengalami kekalahan, mengapa mentalnya sering disalahkan. Bukankah mereka bersedia untuk ikut bermain. Bukankah itu artinya mereka sudah siap untuk bertanding dan siap menerima segala konsekuensi yang akan terjadi. Terus kenapa harus disalahkan mentalnya. Padahal, seorang atlet yang akan dibawa bertanding pasti sudah dilatih jauh-jauh hari sebelum pertandingan itu dimulai. Mental yang kuat memang sangat diperlukan ketika bertanding apalagi kalau pertandingan itu satu melawan satu atau dengan kata lain olahraga tersebut 78 merupakan olahraga yang bersifat individu. Bukan berarti olahraga yang bersifat tim tidak memerlukan mental yang tangguh. Hanya saja olahraga yang satu ini merupakan olahraga kombinatif atau biasa disebut dengan olahraga seni beladiri. Salah satu olahraga yang penulis teliti pada kesempatan kali ini adalah olahraga seni beladiri Taekwondo. Menurut para ahli, mental secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yang mempunyai pengertian sama dengan pengertian psche, artinya psikis, jiwa atau kejiwaan 13 . Menurut James Draver memaknai mental yaitu “revering to the mind” maksudnya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pikiran atau pikiran itu sendiri. Sedangkan secara terminologi para ahli kejiwaan maupun ahli psikologi ada perbedaan dalam mendefinisikan “mental”. Salah satunya sebagaimana dikemukan oleh Al-Quusy 1970 yang dikutip oleh Hasan Langgulung, mendefinisikan mental adalah panduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-fungsi psikologis dengan kemampuan menghadapi krisis psikologis yang menimpa manusia yang dapat berpengaruh terhadap emosis dan dari emosi akan mempengaruhi pada kondisi mental 14 Kondisi individu kelihatan gembira, sedih, bahkan sampai hilangnya gairah untuk hidup ini semua tergantung pada kapasitas mental dan kejiwaannya. Mereka yang tidak memiliki sistem pertahanan mental yang kuat dalam menghadapi segala problematika kehidupan atau tidak memiliki sistem pertahanan diri yang kuat untuk mengendalikan jiwanya, maka individu akan mengalami berbagai gangguan- . 13 Moelyono Notosoerdirjo, kesehatan mental: konsep dan penerapan, Malang: Universitas Muhammadiyah, 2001, hlm.21 14 Hasan Langgulung, Teori-teori kesehatan mental, Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1992, hlm 30. 79 gangguan kejiwaan, yang berpengaruh pada kondisi kepribadian yang bisa mendorong pada perilaku-perilaku pathologies 15 Kondisi mental tersebut bisa digolongkan dalam dua bentuk yaitu kondisi mental yang sehat dan kondisi mental yang tidak sehat. Kondisi mental yang sehat akan melahirkan pribadi-pribadi yang normal. Pribadi yang normal ialah bentuk tingkah laku individu yang tidak menyimpang dari tingkah laku pada umumnya dimana seorang individu itu tinggal, dan pribadi yang normal akan menunjukkan tingkah laku yang serasi dan tepat adekuat dan bisa diterima oleh masyarakat secara umum, diman sikap hidupnya sesuai dengan norma dan pola hidup lingkungannya. Secara sederhana individu tersebut mampu beradaptasi secara wajar . 16 . Sedangkan kondisi mental yang tidak sehat pribadi yang tidak sehat abnormal ialah adanya tingkah laku umum yang ada di lingkungannya, atau disebut juga dengan perilaku- perilaku yang menyimpang abnormal. Secara umum berntuk mental yang tidak sehat yaitu secara relatif bisa dilihat pada individu jauh dari kemampuan beradaptasi atau selalu mengalami kesulitan dalam beradaptasi 17 Dalam olahraga seni beladiri Taekwondo, atlet yang sehat secara mental adalah atlet yang siap untuk dipertandingkan dan ditentukan oleh peraturan. Dalam olahraga Taekwondo, mereka menggunakan pelindung kepala, pelindung badan, sarung tangan, pelindung tangan, pelindung kaki, dan pelindung kemaluan. Hal ini mereka gunakan, untuk melindungi cedera parah yang disebabkan karena tendangan . 15 Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hyigene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, bandung: Mandar Maju, 1989, hlm. 6-7 16 Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hyigene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, bandung :Mandar Maju, 1989, hlm. 7 17 Ibid. hal.7 80 ke arah muka dan ke arah badan, dan bisa jadi serangan pukulan tengah arah dada, atau ke arah samping. Untuk itu selain melatih fisik, latihan ketangguhan mental juga diperlukan ketika akan menghadapi sebuah pertandingan. Banyak sekali seorang pelatih yang melupakan latihan mental ini. Pada akhirnya berdampak pada stagnannya prestasi olahraga indonesia 18 Menurut Devi Tirtawirya seorang sarjana Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, ia mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi psikologi seseorang ketika akan bertanding. Pertama, ia harus berpikir positif. Kedua, ia menetapkan sasarannya. Ketiga, ia harus diberi motivasi. Keempat, terutama pada cabang olahraga Taekwondo. Hal yang paling sering dialami oleh seorang atlet ketika akan menghadapi sebuah pertandingan beladiri sangatlah banyak. Seperti cemas, takut, stress, tegang, denyut jantung bertambah cepat, dan masih banyak lagi gejala yang akan dihadapi ketika akan mengikuti sebuah pertandingan. Padahal sang pelatih sangat mengharapkan kemenangan dari seorang atlet yang dibawanya. Menurut Devi Tirtawirya, mental yang tegar sama halnya dengan melatih teknik dan fisik. Apabila teknik dan fisik dilarih secara terencana, teratur, dan sistematis maka akan terbentuk pula yang bagus. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet, pertama tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Hal ini untuk membantu mengenal profil setiap atlet agar dapat sang pelatih memeriksa psikologis dari masing-masing atlet yang akan bertanding. 18 Sumber Elektronik, 15 April 2015 “prestasi olahraga indonesia” http:www.kompas.comkompas-cetak0405_108_lorl1013124.html 81 ia harus mengendalikan emosinya. Kelima, ia tidak boleh cemas. Keenam, ia harus percaya diri. Ketujuh, seorang pelatih harus berkomunikasi baik kepada atletnya ketika akan bertanding. Kedelapan, ia harus berkonsentrasi. Kesembilan, setelah selesai bertanding ia harus mengevaluasi diri. Pada saat penelitian, berdasarkan hasil pengamatan dan keikutsertaan peneliti sebagai para atlet yang dilatih dan disiapkan untuk bertanding mereka juga dilatih mentalnya. Latihan yang diberikan oleh pelatihnya ada tiga. Pertama, harus berpikir positif. Kedua, mereka diberi motivasi dan petunjuk tentang gerakan yang harus dilakukan. Ketiga, seorang atlet disarankan untuk berkonsultasi kepada pelatih ketika mereka akan bertanding bila masih ada cemas dan takut.

3.2.1. Harus Berpikir Positif

Para remaja yang berstatus atlet tidak cukup hanya dengan berpikir positif. Mereka sering kali penasaran dan ingin mencobanya baru mereka percaya bahwa pikiran dan tindakannya sesuai. Menurut beberapa informan, mereka tidak puas kalau hanya dimotivasi dan dinasehati, serta berlatih dalam waktu yang lama tanpa ada pengalaman fisik secara langsung. Menurut Piaget dalam Santrock, 2007:123 remaja termotivasi untuk memahami dunianya karena hal ini merupakan suatu bentuk adaptasi biologis. Remaja secara aktif mengkonstruksikan dunia kognitif sendiri, dengan demikian informasi-informasi dari lingkungan tidak hanya sekedar dituangkan ke dalam pikiran mereka. Agar dunia itu dapat dipahami, remaja mengorganisasikan pengalaman- pengalamannya, memisahkan gagasan penting-penting dari gagasan yang kurang penting, dan menggabungkan gagasan-gagasan itu satu sama lain. Mereka juga 82 mengadaptasikan pemikiran mereka yang melibatkan gagasan baru karena informasi tambahan ini dapat meningkatkan pemahaman mereka. Teori S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek materialnya adalah manusia yang jiwanya meliputi komponenkomponen antara lain: sikap, opini, prilaku, kognisi, dan konasi. Menurut model ini, organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penelitian ini adalah : 4. Stimulus yang dimaksud adalah pesan yang disampaikan oleh pelatih 5. Organisme yang dimaksud adalah para remaja yang berlatih Tae Kwon Do di UKM Tae Kwon Do USU 6. Respon yang dimaksud adalah sikap para remaja dalam mempelajari dan meniru gerakan Tae Kwon Do yang telah diajarkan, baik dari pelatih maupun dari media massa. Menurut beberapa informan pikiran positif merupakan tindakan seseorang untuk selalu mengharapkan hasil yang baik dan menyenangkan. Seseorang yang memiliki pikiran positif pasti memiliki keyakinan bahwa pertandingan itu bisa dimenangkan, ia tidak akan menganggap kegagalan itu merupakan hal yang permanen baginya. Menurut Devi Tirtawirya, setiap atlet maupun pelatih harus selalu berpikir positif, baik saat latihan maupun dalam menghadapi suatu pertandingan. Berpikir positif adalah suatu upaya yang baik untuk memberikan rasa percaya diri dan 83 meningkatkan motivasi. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki mental yang tangguh. Untuk bisa berpikir positif, baik atlet maupun pelatih butuh suatu proses yang tidak sebentar. Untuk bisa berpikir positif manusia harus bisa mengenali dirinya sendiri, dengan mengenal dirinya sendiri maka seorang atlet maupun pelatih akan mempunyai suatu tujuan. Tujuan itulah yang akan membuat seorang pelatih maupun atlet untuk bisa berpikir positif. Misalnya, seorang altet Taekwondo tanpa berpikir maka seorang atlet tersebut akan selalu mengalami gangguan karena perbuatan sehari- harinya di masyarakat. Gangguan itu akan selalu datang kapan, dan dimanapun apalagi ketika ia memikirkan saat akan bertanding. Jika saya melakukan serangan ke badan bisa jadi lawan akan membalas ke arah muka. Jika hal tersebut terus dipikirkan maka bisa jadi peristiwa itu akan benar-benar terjadi. Menurut ahli psikologi, latihan berpikir positif merupakan salah satu pengembangan atas model kognitif. Menurut mereka pelatihan ini ditujukan untuk membantu seseorang untuk mengenal pola pikirnya. Dengan mengenal pola pikirnya seorang atlet tersebut dapat mengubah pola pikirnya yang negatif menjadi yang positif melalui serangkaian latihan dan menggunakan pola pikir yang positif itu apabila terjadi masalah yang sama Ellis dalam Correy, 1998. Pelatihan yang positif ini sebenarnya dikembangkan oleh albert Ellis dengan model pendekatan rasional-emositif TRE-Model. Teknik kognitif ini lebih menekankan pada teknik ABC Antecedent, behavior, consequency. Ellis dalam Correy, 1998 menekankan bahwa dasar orientasi pada perilaku yang menitikberatkan pada cara berpikir, menilai, memutuskan, menilai, menganalisis, dan bertindak. 84 Tetapi pada sisi lainnya manusia itu punya dua sifat yang berbeda. Menurut Correy manusia itu lahir dengan potensi dan memiliki kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir, mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan dirinya, akan tetapi manusia juga memiliki sifat untuk menghancurkan diri, menghindari pikiran untuk mengaktualkan dirinya, menyesali perbuatannya secara berlebihan, dan tidak ada toleransi dan masih banyak lagi lainnya. Ellis berasumsi seperti untuk meminimalkan pandangan yang menyalahkan dirinya secara berlebihan dan membantu memperoleh esensi hidup yang lebih realistis melalui proses belajar. Misalnya, jika seseorang mengalami kekalahan dan mengalami depresi yang sangat berat. Menurut Ellis, depresi bukan diakibatkan karena seseorang telah kalah dalam pertarungan, tetapi keyakinan atlet tersebut tentang kekalahan sebagai kekalahan yang fatal dan permanen. Atlet tersebut akan menganggap kalau latihan kerasnya selama ini jadi sia-sia. Dari contoh dapat kita ketahui bahwasanya kegagalan ada seorang atlet telah menganggap latihan selama ini telah menjadi sia-sia yang menyebabkan stress. Jadi bukan karena kekalahan yang menyebabkan seorang atlet itu depresi. Satu hal lagi, depresi ini merupakan hal yang diciptakan oleh atlet itu sendiri dalam menanggapi kekalahan. Biasanya bila seorang atlet berbuat seperti ini, keesokan harinya bila ia kalah atlet tersebut akan mengulangi perbuatan yang sama. Menurut Ellis, depresi ini bisa dihilangkan atau diperbaiki dengan perasaan secara langsung. Teknik ini yang paling cepat, paling mendasar, paling rapi, dan paling memiliki efek untuk menyelesaikan masalah bila seseorang ingin menlongnya adalah dengan membantu seseorang dalam mengubah responnya emosionalnya yang salah agar mampu melihat kemenangan di 85 hari mendatang. Salah satu caranya dengan mengajari mereka cara untuk tegas menolak tindakan depresi ini, dan memotivasi mereka untuk terus berlatih dengan pelatih profesional agar meraih kemenangan di kemudian hari.

3.2.2. Motivasi Dan Gerakan Yang Harus Dilakukan Ketika Bertanding

Motivasi adalah proses aktualisasi sumber penggerak dan menodorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai kebutuhan tertentu Sudibyo; 1993:63. Mencermati definisi diatas maka seorang atlet Taekwondo harus mempunyai motivasi yang kuat untuk bisa meraih prestasi yang maksimal. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa diri orang tersebut telah tertanam dorongan kuat untuk dapat meraih prestasi dengan cara memenangkan pertandingan. Motivasi dibedakan menjadi dua; yaitu ekstrinsik dari luar, yang biasanya berhubungan dengan hadiah dan penghargaan dalam bentuk materi. Sementara yang intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri masing-masing atlet maupun pelatih, sebagai tujuan adalah kepentingan pribadi yang mengutamakan prestasi, kepuasan diri daripada masalah materi. Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini peran pelatih dan orangtua sangat besar. Pelatih perlu melakukan pendekatan agar menumbuhkan kepercayaan diri pada atlet secara positif. Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri sendiri, oleh karena itu pelatih harus memperlihatkan bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen 19 19 Sumber Elektronik, 15 April 2015 “menghargai hasil kerja atlet” . Oleh karena itu motivasi sangat penting dalam menumbuhkan semangat latihan ketegaran mental atlet Taekwondo, sebab tanpa motivasi intrinsik maka latihan tidak akan mencapai hasil yang optimal. http:www.kompas.com 86 Pada penelitian kali, atlet Taekwondo yang diteliti sangat termotivasi untuk memperoleh prestasi. Pada setiap harinya mereka selalu berlatih dengan keras untuk meraih prestasi pada setiap pertandingan yang di adakan kota mananpun. Kebutuhan tersebut menurut McClelland 1987 dikenal dengan istilah need for achievement atau motivasi berprestasi. McClelland 1987 n-Ach atau motivasi berprestasi yaitu untuk meraih hasil atau sebuah prestasi yang bisa dibanggakan. Pada kenyataannya untuk meraih prestasi yang tinggi, tidak selamanya atlet tersebut meraih keinginannya. Menurut beberapa informan, faktor yang akan menghalangi seseorang meraih prestasi itu ada beberapa hal. Diantaranya, pengetahuan yang dimiliki, dan pengalaman bertanding. Oleh karena itu tanpa memiliki niat dan tekad dari dalam hati sangatlah susah seorang atlet tersebut mendapatkan prestasi yang bagus. Hal ini disebabkan, atlet yang sudah punya niat yang kuat, fisik yang prima, geraka yang cepat terkadang masih belum puas dengan keadaan yang ada konon lagi atlet yang tidak punya niat untuk mendapatkan prestasi mereka pasti tidak akan mendapatkan prestasi, kalau pun dapat itu hanya keberuntungan. Menurut beberapa informan, Taekwondo merupakan olahraga berprestasi yang mengutamakan kekuatan individual. Tidak ada yang bisa diharapkan ketika bertanding. Semuanya, ketika berada di lapangan pertandingan semuanya telah diserahkan kepada kekuatan individu yang bertanding. Walaupun begitu seorang atlet membutuhkan motivasi dari pelatih maupun dukungan dari kawan-kawan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pertandingan nantinya. Menurut Walgito 1987 faktor internal yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk berprestasi adalah persepsi diri atlet itu sendiri. Peran persepsi atlet 87 pada program latihan akan sangat menunjang dalam meraih keberhasilan. selain itu seorang atlet diwajibkan untuk berlatih lebih selain jadwal berlatih, seperti latihan tanding. Latihan tanding ini berfungsi untuk melepaskan energi-energi terpendam. Energi yang terpendam ini menurut Walgito disebut dynamogenic. Setelah latihan tanding, disitulah ketahuan gerakan mana yang belum dikuasai. Gerakan apa yang harus dilakukan ketika bertanding. Menurut beberapa informan semakin seseorang latihan tanding, tingkat reflek seseorang dalam bertanding akan semakin tinggi. Menurut beberapa informan, gerakan yang harus dikuasai itu ada tujuh. Ketujuh gerakan itu diantaranya adalah: h. Dolyo chagi tendangan serong i. I dan dolyo chagi tendangan serong dengan meluncur j. Deol o chiki tendangan mencangkul k. Ap chagi tendangan dari bawah ke atas l. Narae chagi tendangan serong dua kali sekaligus m. Dwi chagi tendangan ke belakang n. Dolke chagi tendangan serong dengan putaran tubuh 360 .

3.2.2. Intimasi Antara Pelatih Dengan Atlet

Secara harfiah intimasi dapat diartikan sebagai kedekatan atau keakraban dengan orang lain. Intimasi dalam pengertian yang lebih luas telah banyak dikemukan oleh para ahli. Shadily dan Echols 1990 mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan. Sullivan Prager, 1995 mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg 88 1993 berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama. Intimasi menurut Levinger Snoek Brernstein dkk, 1988 merupakan suatu bentuk hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertanggung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya. Atwater 1983 mengemukan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersma dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001. Berdasarkan beberapa pengertian intimasi di atas, dapat disimpulkan bahwa intimasi adalah suatu hubungan interpersonal yang berkembang dari hubungan timbal balik antara dua individu, yang terwujud melalui saling berbagi perasaan dan pikiran yang terdalam, saling membuka diri, serta saling menerima dan menghormati satu 89 sama lain. Pengertian intimasi ini akan dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan suatu pengertian intimasi pelatih-atlet. Pelatih adalah seorang yang profesional yang tugasnya membantu atlet dan tim dalam memperbaiki penampilan olahraga Pate et al,1993. Seorang atlet tidak akan bisa sukses tanpa pelatih yang berpengalaman, sehingga penting untuk menciptakan suatu hubungan yang baik antara pelatih dengan masing-masing atletnya Cogan, 2004. Kemudian, Cogan 2004 menambahkan bahwa idealnya hubungan antara pelatih dengan atlet disertai dengan saling menghormati, saling pengertian, saling mempercayai dan adanya percakapan yang bersifat terbuka dan bersifat dua arah antara pelatih dan atlet serta pengungkapan perasaan dan permasalahan pribadi. William 1994 menjelaskan bahwa keefektifan interaksi antara pelatih dengan atletnya didasarkan pada proses mutual sharing dan adanya saling pengertian. Mutual sharing melibatkan proses yang timbal balik dalam mengungkapkan pikiran, perasaan atau informasi yang bersifat pribadi. Selanjutnya, Yukelson dalam William, 1994 menambahkan bahwa pengungkapan perasaan dan pikiran tersebut harus dapat dikomunikasikan secara terbuka dan jujur. Menurut Santrock 2003 adanya pengungkapan diri dan pikiran-pikiran pribadi merupakan pengertian intimasi dalam hubungan pertemanan. Gunarsa 1996 menggambarkan kedekatan pelatih-atlet sebagai suatu hubungan persaudaraan yang yang harus ada jarak karena pelatih juga seorang pendidik atau guru. Jarak di sini maksudnya adalah bahwa kedekatan hubungan pelatihatlet sebatas untuk perkembangan atlet bukan berdasarkan adanya perasaan kasih sayang satu sama lain Gunarsa, 1996. 90 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intimasi pelatih-atlet adalah suatu bentuk hubungan interpersonal antara pelatih dengan atlet yang berkembang dari hubungan yang bersifat timbal balik dalam berbagi informasi, perasaan terdalam dan pengalaman, hanya sebatas untuk perkembangan dan kemajuan atlet, yang disertai dengan saling menghormati, saling mempercayai dan saling menghormati dalam hubungan tersebut. a. Pengalaman intim, yaitu persepsi mengenai pengertian dan perasaan positif kehangatan dan ketertarikan b. Perilaku intim, meliputi keintiman verbal dan keintiman nonverbal Berdasarkan pengertian intimasi pelatih dengan atletnya, digambarkan bahwa intimasi yang terjadi antara pelatih dengan atletnya adalah intimasi dalam hubungan pertemanan. Pada hubungan pertemanan, keintiman verbal yang paling penting Baron dan Byrne, 2005 . Sprecer dan Duck dalam Brehm et al, 2002 mejelaskan bahwa keintiman verbal meliputi komunikasi verbal yang penting dalam mengembangkan intimasi. Jourard dalam Prager, 1995 memberikan batasan bahwa keintiman verbal melibatkan pengungkapan diri, kecocokan dan kepercayaan. Calhoen dan Acocella 1990 menjelaskan bahwa intimasi dengan orang lain dapat terjalin karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Lamanya Hubungan waktu Lamanya hubungan antara dua pribadi mempengaruhi intimasi diantara keduanya. Semakin lama hubungan yang telah terjalin maka intimasi akan semakin dapat dikembangkan. b. Frekuensi Pertemuan 91 Frekuensi pertemuan menunjukkan seberapa sering pertemuan interpersonal dilakukan, semakin sering individu bertemu maka akan semakin mempengaruhi intimasi yang terjalin. c. Kesempatan berinteraksi Kesempatan berinteraksi merupakan usaha meluangkan waktu untuk dapat berinteraksi secara informal dan santai dengan orang lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi intimasi, yaitu: lamanya hubungan, frekuensi pertemuan, dan kesempatan berinteraksi. Dalam dunia seni beladiri tidak bisa dipungkiri lagi, para atlet sangat membutuhkan kehadiran pelatih untuk melatih fisik dan mentalnya. Latihan fisik dan mental ini merupakan dua insan yang berbeda, yang disatukan melalui seorang pelatih. Disini, pelatih adalah seorang yang paling bertanggung jawab ketika akan bertanding. Selain memberikan teknik-teknik permainan pelatih juga harus mampu memotivasi, memperbaiki citra dan keyakinan diri, membentuk sikap atlet, serta membantu atlet dalam mengatasi tekanan mental, kekecewaan dan kecemasan. Semua pembinaan tersebut memiliki tujuan agar yaitu, agar atlet yang dibina pelatih tersebut mencapai juara 1, pemain terbaik, bahkan kalau bisa juara umum. Proses pencapaian tujuan tersebut bukanlah hal yang gampang baik bagi atlet sendiri maupunn pelatih karena perlu waktu dan proses latihan dan pembinaan. Selama proses latihan fisik dan mental ini, pelatih merupakan orang yang paling sering berinteraksi dengan masing-masing atlet. Interaksi yang sering, merupakan awal terbentuknya suatu hubungan interpersonal. 92 Hubungan yang hangat dan menyenangkan akan tercipta apabila ada intimasi dalam hubungan tersebut. Atwater 1983 menjelaskan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Dengan demikan, diperlukan adanya suatu intimasi pelatih-atlet dalam pembinaan atlet. Pembinaan atlet tidak hanya terbatas pada aspek fisik saja, tetapi pembinaan terhadap aspek psikologis juga merupakan hal yang penting. Kecemasan merupakan salah satu aspek psikologis yang mengganggu penampilan dan sering dihadapi oleh atlet bila akan menghadapi suatu pertandingan. Kecemasan atlet dalam menghadapi pertandingan ini diistilahkan dengan kecemasan bertanding. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan bertanding seorang atlet. Salah satunya adalah intimasi dengan pelatih. Lee 1993 mengatakan bahwa intimasi pelatih dengan atlet dapat menurunkan kecemasan, karena atlet mendapat kesempatan untuk meceritakan ketakutan dan kecemasannya kepada pelatih. Intimasi pelatih-atlet didefinisikan sebagai suatu hubungan timbal balik antara pelatih dengan atlet dalam berbagi informasi dan pengalaman. Intimasi pelatih dengan atlet juga menunjukkan adanya keterbukaan dalam pengungkapan diri self disclosure, kepercayaan, kecocokan pribadi dan adanya suatu kemampuan untuk berempati dalam mendengarkan dan merespon ungkapan perasaan sesorang, sebagai usaha untuk penyesuaian diri. Adanya self disclosure pengungkapan diri atlet dengan pelatih, memberikan perasaan nyaman dan ketenangan kepada atlet, karena dengan menceritakan semua hal yang menjadi kecemasan kepada pelatih, beban dan tekanan pertandingan akan 93 berkurang. Jadi, self disclosure dengan pelatih merupakan suatu sarana dan fasilitas untuk menyalurkan tekanan-tekanan yang dirasakan, perasaan gelisah, serta ketakutannya dalam menghadapi pertandingan. Keyakinan atlet terhadap pelatih merupakan suatu keyakinannya bahwa pelatih akan dapat membantunya untuk mengatasi ketakutan dan kecemasannya. Kepercayaan ini juga didukung oleh sikap yang ditunjukkan pelatih kepada atletnya. Pelatih yang terbuka, sabar, mau berbagi informasi, dan memberikan perhatian yang tidak berlebihan kepada atlet, pasti akan menimbulkan ketertarikan bagi atlet untuk menceritakan permasalahannya kepada pelatih. Timbulnya kepercayaan kepada pelatih karena pelatih juga menunjukkan sikap penerimaan yang dapat menimbulkan rasa dihargai dan diperhatikan oleh pelatihnya, sehingga dapat meningkatkan rasa perecaya diri atlet. Pate at al 1993 mengatakan bahwa atlet yang percaya kepada pelatihnya akan merasa nyaman dan percaya diri untuk bertanding untuk pelatihnya. Pengungkapan diri self disclosure antara pelatih dan atlet juga memberikan kepada pelatih dan atlet untuk saling mengenal pribadi masing-masing. Pelatih yang mengenali kepribadian masing-masing atletnya lebih mudah memberikan doktrin kepemimpinannya, sesuai dengan kepribadian masing-masing atletnya, sehingga atlet menyenangi dan menghargai pelatihnya. Dengan begitu akan terbentuk suatu hubungan saling pengertian, saling menghargai dan saling mendukung, sehingga tercipta suatu hubungan kekeluargaan yang dibentuk dari 1 club yang sama. Kecocokan pribadi dalam menjalani hubungan antara pelatih dengan atlet, melibatkan kemampuan seseorang untuk menemukan persamaan dan menjadikan perbedaan kelebihan dan kekurangan dari kepribadian atlet dan pelatih sebagai suatu sebagai suatu hal yang saling melengkapi untuk menutupi sebuah kekurangan. 94 Adanya penyesuaian diri terhadap orang lain berarti adanya usaha untuk mengerti perbedaan pendapat dan pandangan orang lain dengan melibatkan perasaan empati 20 Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu simpulan bahwa adanya intimasi pelatih dengan atlet dapat membantu atlet dalam mengatur dan mengontrol kecemasannya dalam menghadapi pertandingan. Kedekatan dan interaksi antara pelatih dengan atlet dapat memberikan kesempatan untuk mengungkapkan self disclosure ketakutan dan kecemasannya dalam menghadapi pertandingan, memberikan rasa semangat, perasaan nyaman, dan kepercayaan diri dalam menghadapi pertandingan. Di sisi lain kedekatan antara atlet dengan pelatih dapat membantu atlet dalam memperoleh dukungan sosial, menciptakan peran pelatih . Adanya kecocokan pribadi dan penyesuaian diri dalam hubungan interpersonal pelatih-atlet juga akan membentuk suatu hubungan yang harmonis, jauh dari konflik serta menimbulkan perasaan kebersamaan. Kebersamaan akan menimbulkan kekuatan dan semangat dalam diri atlet untuk menghadapi kecemasan dan ketakutannya menghadapi pertandingan. Kekuatan dan semangat tersebut akan membantu atlet dalam mengendalikan kecemasannya. Menurut beberapa informan apabila seorang pelatih bersedia untuk mendengarkan keluhan dan ungkapan perasaan serta memberikan respon berupa dukungan yang dapat membangkit semangat para atlet berupa materi, nasehat, dan dorongan pasti akan memberikan perasaan nyaman dan tenang kepada atlet. Akhirnya, atlet akan lebih percaya diri dan tenang untuk menghadapi pertandingan. 20 Empati adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup spektrum yang luas, berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong sesama, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan, mengaburkan garis antara diri dan orang lain. 95 sebagai motivator dan fasilitator bagi atlet dan bukan sebagai tekanan pertandingan ataupun orang yang tidak diharapkan untuk datang ketika akan bertanding. Menurut Devi Tirtawirya, ada empat tahap penting dalam persiapan menuju pertandingan Taekwondo, yaitu: 1. Sebelum hari pertandingan a. Kumpulkan data tentang kekuatan dan kelemahan lawan, kalau perlu putarkan CD calon lawan yang akan dihadapi tetapi pelatih juga harus perhatikan, jika ada atlet yang justru tambah stress jika diputarkan calon lawannya maka cukup dinasehati aja. b. Tunjukan kelemahan dan kekuatan dari atlet kita sendiri, baik dari segi fisik, teknik dan taktik juga mental. c. Perhatikan kebiasaan-kebiasaan atlet seperti waktu tidur, menu yang dimakan, kesehatannya, dan hal yang dicemaskan. d. Saat tidak latihan usahakan atlet tidak memikirkan pertandingan taekwondo, tetapi berikan hiburan atau kegiatan lain yang menyenangkan tapi tidak mengganggu penampilan dilapangan yang sesungguhnya. e. Sehari menjelang pertandingan latihan tetap harus dilakukan, tetapi fokuskan pada inti dari pertandingan yang sesungguhnya, dan dilakukan secukupnya. Juga diberikan latihan relaksasi dan visualisasi, siapkan peralatan agar semuanya siap. 2. Pada hari pertandingan a. Harapannya malam hari tidur bagus, bangun pagi tepat waktu, berdoa, stretching, relaksasi dan visualisasi, perhatikan makan yang harus 96 dimakan, periksa kembali peralatan dan mulailah hari itu dengan gembira. b. Berangkat dengan tepat, perhitungkan jarak agar sampai tempat pertandingan masih bisa istirahat dan penyesuaian lapangan. c. Pelatih harus tahu karakter masing-masing atlet agartidak terjadisalah paham, dan pastikan partai ke berapa serta atlet harus sudah tahu ruang penimbangan atlet, tempat ganti, wc, kesehatan dan lain-lain. d. Saat mau bertanding usahakan semangat atlet tetap berkobar dan tetap optimb serta berlikir positif, sambil pemanasan berikan pengarahan seperlunya sambilmemperhatikan karakterdan kebiasaan atlet. 3. Saat pertandingan a. saatnya atlet konsentrasi memainkan apa yang sudah didapat saat latihan, sambil melihat kondisi lingkungan pertandingan dan lawan. b. Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap permainan yang sedang dijalani. Kesalahan yang baru atau pernah terjadi, dan yang mungkin terjadi jangan dihiraukan. c. Berpikir positif dan optimis, jangan biarkan pikiran negative. d. Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama lawan. e. Lakukan taktik dan skategi yang sama jika kondisinya masih memungkinkan, dan berikan instruksi jika memang harus diubah itupun harus sesingkat mungkin pada saat istirahat antar ronde f. Usahakan tetap berfikir positif dan tidak menyalahkan diri sendiri serta tidak mudah menyerah sebelum pertandingan selesai. 97 g. Jika bermain bagus jangan sekali-kali mengendorkan permainan, harus tetap konsisten, lebih cepat selesai lebih baik, kalau bisa KO mengapa tidak. 4. Setelah hari pertandingan. a. Buat catatan kecil yang dialami dalam pertandingan masing-masing atlet. b. Evaluasi pertandingan yang kemarin atau tadi tentang kelebihan dan kekurangannya, apakah sasaran tercapai. c. Pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari penampilan dalam pertandingan 98

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan