Model Pembelajaran Kontekstual Tinjauan Pustaka

52 mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akantetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situsi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa metri itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan Kontesktual: 1. Dalam Pembelajaran KontesktualContextual Teaching Learning pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada activing knowledge. Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. 53 Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 2. Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru acquiring knowledge. Pengetahuan baru itu dapat diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya 3. Pemahaman pengetahuan understanding knowledge berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini. 4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut applying knowledge. Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. 5. Melakukan refleksi reflecting knowledge terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran afektif, yakni. Konstruktivisme Constructivisme, menemukan inquiry, bertanya Questioning, masyarakat belajar Learning Community, pemodelan Modeling, refleksi reflection, dan penilaian sebenarnya Authentic Assessment Depdiknas, 2003 Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. 54 Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut: 1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baruya 2. Lanksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4. Ciptakan masyarakat belajar belajar dalam kelompok-kelompok 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran 6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan 7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara Sistem CTL, menurut Johnson dalam Tukiran, 2011: 49 merupakan proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dalam konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian yang autentik. 55 Tujuan pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali peserta didik berupa pengetahuan dan kemampuan Skill yang lebih realistis karena inti pembelajaran ini adalah untuk mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang dipelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi guru metode ini membantu mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan sebelumnya pior knowledge dengan aplikasi dalam kehidupan mereka di masyarakat Khilmiyah dalam Tukiran, 2011: 50 Menurut Zahorik dalam Tukiran 2011: 51 terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual: 1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada activating knowledge 2. Pemerolehan pengetahuan baru acquiring knowledge dengan cara mempelajari secara keseluruhan dahulu, kemudian memperhatikan detailnya 3. Pemahaman pengetahuan understanding knowledge, yaitu dengan cara menyusun konsep sementara hipotesis, melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan validasi dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan 4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut appliying knowledge 5. Melakukan refleksi reflecting knowledge terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut Menurut Johnson dalam Tukiran, 2011: 51 bahwa pendidikan kontekstual memiliki tiga prinsip dasar: 1. Belajar menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif permanen, artinya peran penggiat pendidikan-khususnya guru dan dosen adalah sebagai pelaku perubahan agent of change 2. Anak didik memiliki potensi, gandrung dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti 3. Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linier sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar-mengajar memang merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi itu didesain secara khusus, dan diniati demio tercapai kondisi atau kualitas ideal sperti tersebut di atas Pada dasarnya, model pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakan model pembelajaran ini dengan model- model pembelajaran lain. Karakteristik model pembelajaran ini antara lain: 56 1. Pembelajaran berpusat pada siswa 2. Pembelajaran mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari 3. Melatih dan mengembangkan kemampuan penguasaan konsep, pemecahan masalah secara kreatif 4. Menggunakan penilaian yang berfokus pada tujuan untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa Strategi Pendidikan Kontekstual Terdapat tujuh strategi yang sama pentingnya dan semuanya secara proporsional dan rasional mesti ditempuh pada pendidikan kontekstual yaitu: 1. Pengajaran berbasis problem 2. Menggunakan konteks yang beragam 3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa 4. Memberdayakan siswa untuk belajar mandiri 5. Belajar melalui kolaborasi 6. Menggunakan penilaian otentik, karena bersifat individual 7. Mengejar standar tinggi Johnson dalam Tukiran, 2011: 52 Adapun kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran kontekstual antara lain Kelebihan kontekstual a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL 57 menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. c. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. d. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. e. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru. f. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. Kelemahan kontekstual a. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung. b. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif. c. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide –ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi –strategi mereka sendiri untuk belajar. Sumber: http:007indien.blogspot.com201112penerapan-pembelajaran- kontekstual.html 58

8. Model Pembelajaran Inkuiri

Model mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan afektif jika menghasilkan sesuatu yang sesuai diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai. Model mengajar dikatakan efisien jika penerapannya dalam menghasilkan sesuatu yang diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha pengeluaran biaya, dan waktu minimum atau semakin kecil tenaga, usaha biaya dan waktu yang dikeluarkan semakin efisien. Hamalik 1999 menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri Inquiry Based Teaching adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa student-centered-strategy dimana kelompok-kelompok siswa kedalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas. Dalam hubungan ini perlu dibahas pendekatan generalisasi terhadap inkuiri, yang disebut inkuiri yang berpusat pada masalah Problem Centered Inquiry yang terdiri atas dua jenis, yakni inkuiri yang berorientasi kepada discover Discover-Oriented-Inquiry dan inkuiri berdasarkan kebijakan Policy-Based-Inkuiry Kusian dan Stone Mulyani, 2003: 7 mendefinisikan inkuiri sebagai pengajaran dimana guru dan siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuan. Gellu 2005: 84 mendefinisikan inkuiri sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis. Sehingga mereka dapat menemukan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Inkuiri dalam bahasa inggris “Inquiry” berarti pertanyaan atau pemeriksaan atau penyelidikan. Suchman Kanli dan Margaretha, 2001: 111 mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Model pembelajaran ini melatih siswa dalam proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan suatu fenomena yang tidak biasa. Model pembelajaran ini 59 mengajak siswa untuk melakukan hal yang serupa seperti para ilmuan dalam usaha mereka untuk mengorganisir pengetahuan dan membuat prinsip-prinsip. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, inkuiri merupakan suatu cara menyampaikan pelajaran yang meletakkan dan mengembangkan cara berfikir secara ilmiah dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan dan sebagainya. Proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap ilmiah sehingga pembelajaran TIK akan terasa lebih bermakna. Sasaran utama pembelajaran inkuiri adalah: 1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar 2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran 3. Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat. Latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Gulo dalam Trianto, 2009: 168 menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk perkembangan emosional dan ketrampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. 60 Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Sudjana dalam Trianto, 2009: 172 menyatakan ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu: 1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa 2. Menerapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis 3. Mencari informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan 4. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi 5. Mengaplikasikan kesimpulan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inkuiri

Dokumen yang terkait

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU (EKONOMI) SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DENGAN SISWA YANG MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 77

PERBEDAAN MORALITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN SIMULASI DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN KECERDASAN INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BANDAR

1 9 108

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 79

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MODEL MAKE A MATCH (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 30 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 72

STUDI PERBANDINGAN KECERDASAN MORAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN MODEL PEMBELAJARAN ROLLE PLAYING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP SEJAHTERA BANDAR LAMPUNG

0 15 105

STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII MTS MIFTAHUL HUDA TERBANGGI BESAR TA

0 18 85

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 METRO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 87

STUDI PERBANDINGAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL TALKING STICK DAN SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARA

0 13 107

PERBANDINGAN KETERAMPILAN SOSIAL YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY (SAVI) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN IPS DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDA

0 13 113

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU PADA SISWA SMP KELAS VIII.

0 4 34