STUDI PERBANDINGAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL TALKING STICK DAN SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARA
PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS
ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
(Skripsi)
Oleh
Selvita Sari
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2016
(2)
STUDI PERBANDINGAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL
TALKING STICKDANSNOWBALL THROWINGDALAM PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN
MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh
SELVITA SARI
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tidak adanya penilaian ranah afektif dalam pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu, khususnya keterampilan sosial siswa di MTs Al-Fatah Natar Lampung Selatan. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan upaya menyusun perangkat penilaian afektif tentang keterampilan sosial sebagai penilaian ranah afektif. Sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPS Terpadu, maka digunakan model pembelajaranTalking StickdanSnowball Throwinguntuk mencapai tujuan pembelajaran ranah afektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan sosial siswa yang diajar menggunakan modelTalking Stickdengan siswa yang diajar menggunakan modelSnowball Throwingdengan memperhatikan minat belajar siswa sebagai variabel
moderatornya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif yang dilakukan terhadap dua kelas sampel yang dipilih dengan teknik cluster random samplingyang diberikan perlakuan berbeda. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan angket untuk mengetahui minat belajar siswa dan lembar observasi untuk mengetahui keterampilan sosial siswa. Setelah data diperoleh, kemudian dianalisis untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji T-test Independent dan uji Analisis Varian Dua Jalan.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Ada perbedaan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang diajar menggunakan model Talking Stickdan siswa yang diajar menggunakan ModelSnowball Throwing.
(3)
yang minat belajarnya tinggi. (3) Keterampilan sosial siswa dalam pelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan modelTalking Sticklebih rendah dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan modelSnowball Throwingpada siswa yang minat belajarnya rendah (4) Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa terhadap keterampilan sosial siswa.
(4)
PEMBELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS
ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh
Selvita Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2016
(5)
Penulis dilahirkan di Gunung Kemala, Kecamatan Way Krui, Kabupaten Pesisir Barat pada 13 Juni 1991. Anak pertama dari empat saudara, putri dari pasangan Bapak Suandi. S dan Ibu Ida Royani.
Pendidikan formal yang diselesaikan penulis diantaranya. 1. SD Negeri 2 Gunung Kemala diselesaikan pada tahun 2004. 2. SMP Negeri 2 Pesisir Tengah diselesaikan pada tahun 2007. 3. SMA Negeri 1 Pesisir Tengah diselesaikan pada tahun 2010.
Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Pada 21–30 Januari 2013, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jakarta–Semarang–Solo–Bali–Yogyakarta –Bandung. Pada 1 Juli–17 September 2013, Penulis mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pagar Dewa, Kecamatan Pagar Dewa, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Pagar Dewa.
(6)
Alhamdulillah Hirobbil Alamin Segala Puji bagi Allah SWT.
Rabb semesta alam yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untukku dalam menyelesaikan karya ini.
Kupersembahkan karya kecil yang sederhana namun butuh perjuangan ini untuk orang-orang tercinta yang menjadi motivator, pendukung, dan bagian
dari kebahagiaan hidupku.
Ayahanda tersayang Suandi. S dan Ibunda tercinta Ida Royani yang senantiasa menyayangi, membesarkan, membimbing, dan mendoakanku untuk dapat menjadi orang yang sukses dan berguna bagi nusa, bangsa,
dan agama.
Adek-adek tersayang Satria Novan, Suhendra Alvin, dan Fatria An nur yang tak henti memberikan semangat serta dukungan kepadaku.
Para Pendidik yang ku hormati Sahabat dan teman-teman
(7)
Allah tidak merubah keadaan suatu kaum melainkan mereka merubah sendiri keadaan yang ada pada diri
mereka (Ar-Ra d: 11)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh urusan yang lain (Al-Insyirah: 6-7)
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar
(Al-Baqarah: 153)
Kubutuhkan, kudoakan, kuusahakan, kuyakinkan, dan kudapatkan
(Selvita Sari)
Balas dendam termanis adalah dengan meraih kesuksesan (Selvita Sari)
Be Positive (Selvita Sari)
(8)
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah. Rabb semesta alam yang tiada henti memberikan hidayah dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “STUDI PERBANDINGAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA YANG
PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODELTALKING STICK
DANSNOWBALL THROWINGDALAM PEMBELAJARAN IPS
TERPADU DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VII MTS ALFATAH NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015”.
Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Uswatun Khasanah kita Rasulullah Muhammadshallallahu ‘alaihi wa salam.
Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama FKIP Unila.
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FKIP Unila.
(9)
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.
6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung, dan sekaligus sebagai Pembahas Skripsi terima kasih atas arahan, bimbingan, nasehat dan ilmu yang telah bapak berikan.
7. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik terima kasih atas kesabaran, arahan, masukan, ketelitian, serta motivasi dalam membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk semua kebaikan yang telah bapak berikan.
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
10. Bapak Sunajaya, S.Pd.I., selaku Kepala MTs Alfatah Natar, terima kasih telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
11. Bapak Vidi Yunivan, S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu di MTs Alfatah Natar, terima kasih atas bimbingan dan informasinya yang
(10)
pasti. Kesabaran, senyuman, air mata, tenaga dan pikiran tercurah disetiap perjuangan dan do’a menjadi kuncikesuksesan penulis di kemudian hari. Semoga kelak Allah SWT menyediakan jannah-Nya untuk Ayah dan Ibu. Aamiin Ya Rabbal A’lamiin.
13. Papa Afhar dan Mama Yusna Puri, terima kasih atas kasih sayang, dukungan, motivasi, semangat, dan bantuannya kepada penulis.
14. Adek-adekku tersayang Satria Novan, Suhendra Alvin, dan Fatria An’nur. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya serta kesuksesan untuk kalian. AamiinYa Rabbal A’lamiin.
15. Sahabat seperjuangan JANS Nurhayati (Nuhay), Nurul Holida (Ajeng), Jenni Ayuningtyas (Jee). Terimakasih atas kasih sayang, kebersamaan, kesetiaan, dan bantuannya kalian sampai saat ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dan persahabatan kita tetap terjalin hingga akhir masa.
16. Alpiyan Zakki, S.Kom., seseorang yang selalu setia menemani, mendukung, dan memotivasi dalam meraih cita-cita ini.
17. Sahabat dan Saudari Srikandi Wo Fit, Ucci, Ata, Dica, Marlia, Ima, Sayu, Ecci, Mia, Devi, Eka, Astrid, Kak Marcelia, Wo Pepi, dan Dian. Terima kasih atas kebersamaan dan beribu cerita di Tanah rantauan ini. Semoga
Silaturahmi kita selalu terjalin dengan cerita baru diambang kesuksesan. 18. Teman seperjuangan Imam Basuki, Bachtiar Aditya, Ana Purnama. S, dan
(11)
19. Keluarga besar pendidikan ekonomi angkatan 2010 ganjil dan genap terimakasih buat kebersamaan, suka dan duka selama di bangku kuliah. 20. Kakak dan adik tingkat 2008-2015 terima kasih atas semua bantuan dan
motivasinya.
21. Siswa-Siswi MTs Alfatah Natar Lampung Selatan, terimakasih atas
kerjasama dan kekompakkannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
22. Keluarga kecil KKN PPL yang takkan pernah terlupa. Inayah, Mbak Mei, Mbak Zima, Hikmah, Lily, Rhisma, Noce dan Imam. Terimakasih telah memberikan banyak pengalaman dan kebahagiaannya selama di Pagar Dewa. 23. Kakak Dani dan Om Herdi, terimakasih yang selama ini selalu membantu dan
mengarahkan dalam penyelesaian skripsi.
24. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan do’a yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandar Lampung, Februari 2016 Penulis,
(12)
Tabel Halaman 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII
MTs Alfatah Natar Lampung Selatan ... 28
2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 46
3. Desain Penelitian ... 59
4. Definisi Operasional Variabel... 66
5. Tingkat Besarnya Korelasi... 70
6. Tingkat Besarnya Reliabilitas ... 71
7. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 76
8. Cara Untuk Menentukan Kesimpulan Hipotesis Anava ... 77
9. Fasilitas / Sarana Prasarana MTs Al Fatah ... 85
10. Distribusi Frekuensi Minat Belajar pada Kelas Eksperimen ... 91
11. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Tinggi pada Kelas Eksperimen . 93 12. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Rendah pada Kelas Eksperimen 95 13. Distribusi Frekuensi Minat Belajar pada Kelas Kontrol... 98
14. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Tinggi pada Kelas Kontrol ... 101
15. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Rendah pada Kelas Kontrol... 103
16. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial pada Kelas Eksperimen... 105
17. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial untuk Minat Belajar Tinggi pada Kelas Eksperimen ... 107
18. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial untuk Minat Belajar Rendah pada Kelas Eksperimen ... 109
19. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial Pada Kelas Kontrol ... 110
20. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial untuk Minat Belajar Tinggi pada Kelas Kontrol ... 112
21. Distribusi Frekuensi Keterampilan Sosial untuk Minat Belajar Rendah pada Kelas Kontrol ... 113
22. Uji Normalitas Keterampilan Sosial Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 115 23. Rekapitulasi Uji Normalitas... 116
24. Hasil Uji Homogenitas... 116
25. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 119
26. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 120
27. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 121
28. Hasil Pengujian Hipotesis 4 ... 122
(13)
Gambar Halaman
1. ParadigmaPenelitian ... 55
2. Tingkat Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 91
3. Hasil Angket Minat Belajar Tinggi Kelas Eksperimen ... 94
4. Hasil Angket Minat Belajar Rendah Kelas Eksperimen... 96
5. Tingkat Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 99
6. Hasil Angket Minat Belajar Tinggi Kelas Kontrol ... 102
7. Hasil Angket Minat Belajar Rendah Kelas Kontrol ... 104
8. Keterampilan Sosial Siswa pada Kelas Eksperimen... 106
9. Keterampilan Sosial Siswa pada Kelas Kontrol ... 111
(14)
1. Bagan Struktur MTs Al Fatah
2. Keterangan Struktur MTs Al Fatah Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015
3. Data Guru dan Pegawai MTs Al Fatah 4. Sarana Prasarana MTs Al Fatah
5. Daftar Nama Siswa Kelas VII D yang Menjadi Sampel Penelitian Model Talking Stick
6. Daftar Nama Siswa Kelas VII E yang Menjadi Sampel Penelitian Model Snowball Throwing
7. Silabus Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
9. Kisi-Kisi Penulisan Instrumen Penelitian Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu
10. Daftar Uji Coba Angket (Kuesioner) Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu
11. Hasil Uji Validitas Angket Minat Belajar
12. Hasil Uji Coba Reliabilitas Angket Minat Belajar
13. Kisi-Kisi Penulisan Instrumen Penelitian Angket Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu
14. Daftar Angket (Kuesioner) Minat Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu
15. Format Observasi Keterampilan Sosial Perkelompok/ Siswa 16. Hasil Uji Lembar Observasi Keterampilan Sosial
17. Hasil Uji Coba Reliabilitas Lembar Observasi Keterampilan Sosial
18. Tabel Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen (VII D) dan Kontrol (VII E)
19. Uji Normalitas
20. Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Talking StickdanSnowball Throwingdengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa
21. Profile Plots
22. Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa yang Menggunakan Model Talking StickdanSnowball Throwingdengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa Tinggi
23. Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Talking StickdanSnowball Throwingdengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa Rendah
24. Keterampilan Sosial Siswa
25. Hasil Penggolongan Minat Belajar Siswa 26. Surat Penelitian Pendahuluan
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN SURAT PERNYATAAN HALAMAN RIWAYAT HIDUP HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTO
SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Kegunaan Penelitian... 13
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 14
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 15
1. Belajar... 15
2. Hasil Belajar ... 19
3. IPS Terpadu ... 22
4. Ranah Afektif ... 29
5. Keterampilan Sosial... 31
6. Model Pembelajaran ... ... 33
7. Model Pembelajaran Talking Stick ... 39
8. Model Pembelajaran Snowball Throwing ... 40
9. Minat Belajar ... 43
B. Penelitian Yang Relevan ... 46
C. Kerangka Pikir ... 47
D. Anggapan Dasar Hipotesis ... 55
(20)
2. Prosedur Penelitian ... 59
B. Populasi dan Sampel ... 62
a. Populasi ... ... 62
b. Sampel ... ... 62
C. Variabel Penelitian ... 64
a. Variaabel bebas ... 64
b. Variabel terikaat (dependen) ... 64
c. Variabel moderator... 65
D. Definisi Konseptual Variabel ... 65
1. Keterampilan sosial ... 65
2. Model Pembelajaran Talking Stick ... 65
3. Model Pembelajaran Snowball Throwing ... 66
4. Minat ... 66
E. Definisi Operasional Variabel ... 66
F. Teknik Pengumpulan Data ... 67
1. Observasi ... 67
2. Wawancara ... 68
3. Angket ((Kuesioner)... 68
G. Uji Persyaratan Instrumen ... 68
1. Uji Validitas... 69
2. Uji Reliabilitas ... 70
H. Uji Persyaratan Analisis Data ... 72
1. Uji Normalitas ... 72
2. Uji Homogenitas ... 73
I. Teknis Analisis Data ... 73
1. T-Tes Dua Sampel Independen ... 73
2. Analisis Varians Dua Jalan ... 75
3. Pengujian hipotesis ... 77
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 80
1. Sejarah Berdirinya MTs Alfatah Natar Lampung Selatan 80
2. Situasi dan Kondisi Sekolah ... 83
3. Visi dan Misi MTs Al Fatah ... 87
B. Deskripsi Data ... 88
1. Data Hasil Angket Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas Eksperimen... 89
2. Data Hasil Angket Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 96
3. Data Keterampilan Sosial Siswa Kelas Eksperimen (Model Pembelajaran Talking Stick) ... 104
4. Data Keterampilan Sosial Siswa Kelas Kontrol (Model Pembelajaran Snowball Throwing) ... 109
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 114
(21)
2. Pengujian Hipotesis 2 ... 120
3. Pengujian Hipotesis 3 ... 121
4. Pengujian Hipotesis 4 ... 122
E. Pembahasan ... 125
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 133
B. Saran ... 135 DAFTAR PUSTAKA
(22)
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupanya. Dengan demikian melalui pendidikan siswa dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan, dikembangkan nilai-nilai moral dan keterampilannya. Sesuai dalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1 disebutkan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan demikian, pendidikan adalah setiap usaha yang dilakukan untuk mengubah perilaku menjadi perilaku yang diinginkan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, setiap anak harus dididik dengan cara-cara yang sehat agar dapat mencapai perkembangan intelektual yang maksimal, kepribadian yang baik yang mencerminkan sifat-sifat kejujuran, serta tanggung jawab agar menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya.
(23)
Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan mengenai Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.
Secara garis besar tujuan di atas dibagi ke dalam tiga ranah atau aspek, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan ranah kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan dan keterampilan berpikir. Tujuan ranah afektif berkenaan dengan kesadaran akan sesuatu, perasaan, dan penilaian tentang sesuatu; memperhatikan, menunjukkan minat, sadar akan adanya suatu gejala tertentu, misalnya keindahan dalam musik gamelan, atau arsitektur gedung lama. Ia menunjukkan kesediaannya untuk mendengarkan atau melihatnya dan tidak mengelakkannya; merespons atau memberi reaksi terhadap gejala, situasi, atau kegiatan itu sambil merasa kepuasan; menghargai, menerima suatu nilai, mengutamakannya, bahkan menaruh komitmen terhadap nilai itu. Ia percaya akan kebaikan nilai itu dan rela untuk mempertahankannya; mengorganisasi nilai dengan mengkonsepsualisasi dan mensistematisasinya dalam pikirannya; mengkarakterisasi nilai-nilai, menginternalisasinya, menjadikannya bagian dari pribadinya dan menerimanya sebagai falsafah hidupnya. Sedangkan tujuan ranah psikomotorik berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
(24)
Ketiga ranah tujuan pendidikan tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian kita semua dalam pendidikan. Namun, kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar dari ranah kognitif atau kecerdasan saja. Sedangkan ranah afektif, dan psikomotorik sangat langka dijamah oleh guru. Akibatnya kita dapat saksikan, yakni bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek ini, jika kita mau instropeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yang selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa.
Hingga dewasa ini ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit digarap secara keseluruhan. Kawasan afektif sering kali tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan psikomotorik. Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, moral, konsep diri, dan nilai. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun
implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotorik. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat tercapai. Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan keberhasilan peserta didik mencapai afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan acuan pengembangan perangkat penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil pengukurannya.
(25)
Berdasarkan hasil observasi di MTs Alfatah Natar Lampung Selatan diketahui bahwa para guru disana hanya melakukan penilaian dari segi kognitif saja, sedangkan penilaian ranah afektif dan psikomotor belum terlalu diperhatikan oleh guru. Penilaian hanya dilakukan sebatas pada pemberian tugas dan pekerjaan rumah.
Hal ini tentu saja menjadi masalah tersendiri karena tidak sesuai dengan tujuan pendidikan, pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 dalam Putranto (2013: 4), tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).
Kurikulum pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (Madrasah Tsanawiah), mata pelajaran IPS Terpadu merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan. Mata pelajaran IPS Terpadu adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan
humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia. Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, di Indonesia IPS merupakan salah satu mata pelajaran untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP/MTS). Sedangkan untuk tingkat di atasnya, mulai dari sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan perguruan tinggi, ilmu sosial dipelajari
(26)
berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu tersebut khususnya jurusan atau fakultas yang memfokuskan diri dalam mempelajari hal tersebut.
Tujuan umum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah membentuk manusia indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, memiliki dedikasi, integritas, serta komitmen tinggi di dalam mengabdikan dirinya secara profesional untuk menunjang pembangunan nasional, tujuan umum ini tertuang pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional.
Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di Indonesia tingkat SMP dan MTs, seperti yang diungkapkan Fajar (2005: 114), yakni: (a) mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian, kegeografian, keekonomian, kesejarahan dan kewarganegaraan, (b) mengembangkan kemampuan berfikir, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial, (c) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusian, (d) meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Pengembangan ketiga aspek tersebut sangat diperlukan untuk diintegrasikan pada mata pelajaran IPS, sebab di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
(27)
Untuk mengoptimalisasi kompetensi individu dalam mencapai tujuan pembelajaran, ternyata di lapangan siswa hanya diajarkan pada aspek kognitif saja. Hal ini tercermin dalam hasil belajar siswa yang kurang optimal. Begitu pula dengan sikap yang kurang baik dan kurang terampil dalam mengimplementasikan konsep IPS dalam kehidupan sehari-hari.
Kenyataannya di lapangan berdasarkan hasil observasi di MTs Alfatah Natar Tiga diketahui bahwa pada umumnya para guru disana hanya menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan tes dan lebih menekankan pada aspek penguasaan pengetahuan (ranah kognitif) yang menekankan pada aspek pengulangan materi dengan cara mengingat/menghafal sejumlah konsep saja. Dapat dikatakan bahwa hampir semua guru tidak menilai ranah afektif. Penilaian terhadap ranah afektif masih sangat kurang dan hanya sebatas pada pembuatan tugas-tugas dan pekerjaan rumah.
Siswa belum memiliki rasa hormat yang tinggi baik kepada guru, kepala sekolah dan staf sekolah lainnya. Hal ini terlihat dari kebanyakan para siswa yang masih membangkang kepada guru, mereka tidak menghiraukan
perkataan guru, sehingga terkadang guru harus memberikan hukuman kepada siswa tersebut. Partisipasi aktif siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah pun masih cukup rendah. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang datang dalam acara sekolah masih sedikit, misalnya saja kegiatan sholat dzuhur bersama disekolah. Para siswa terlihat langsung pulang ketika bel sekolah berbunyi padahal seharusnya mereka harus mengikuti kegiatan sholat bersama di sekolah.
(28)
Pada sebagian siswarespectdan mau menerima peraturan sekolah dengan baik, tetapi sebagian siswa masih belum menerima peraturan sekolah yang ada. Dimulai dari hal yang kecil, sebagian siswa masih belum memasukkan baju seragam sekolah mereka padahal peraturan sekolah menyebutkan bahwa seragam sekolah harus rapi. Dalam hal lain, ketika bel tanda masuk setelah jam istirahat berbunyi siswa tidak langsung memasuki kelas mereka, mereka masih berada di luar kelas sehingga terkadang guru mata pelajaran terlambat masuk kelas karena para siswanya masih berada di luar. Dalam kegiatan pembelajaranpun siswa tidak sepenuhnya memperhatikan ketika guru menjelaskan materi pembelajaran.
Salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi hasil belajar adalah minat belajar siswa. Minat memiliki pengaruh yang besar, siswa tidak akan belajar dengan baik jika tidak ada ketertarikan belajar dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan diikuti terus menerus dengan rasa senang dan akan menimbulkan kepuasan atas aktivitasnya.
Minat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar karena bila bahan yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaiknya-baiknya sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu sesuai dengan minatnya. Apabila minat siswa tinggi terhadap pelajaran IPS Terpadu, maka siswa akan cenderung belajar lebih giat dan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajarnya. Sebaiknya, tanpa minat siswa tidak
(29)
akan mungkin melakukan sesuatu sehingga akan berpengaruh terhadap menurunnya hasil belajar.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di MTs Alfatah Natar Lampung Selatan, keterampilan sosial siswa masih dapat dikatakan rendah. Hal ini terlihat dari sebagian besar siswa yang belum memiliki rasa hormat yang tinggi kepada guru, kepala sekolah, maupun staf sekolah lainnya. Kebanyakan siswa masih membangkang kepada guru mereka tidak menghirukan perkataan guru sehingga terkadang guru harus memberikan hukuman kepada siswa. Di samping itu siswa juga belumrespectatau menerima peraturan sekolah dengan baik sehingga masih banyak siswa yang melanggar peraturan yang berlaku disekolah serta dalam kegiatan belajar mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah saja yang membuat siswa bosan dalam mengikuti pelajaran IPS Terpadu.
Penelitian ini lebih memusatkan perhatian pada keterampilan sosial siswa dengan memperhatikan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu melalui perbandingan model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pelajaran akan sangat berpengaruh terhadap terciptanya interaksi dua arah yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan guru yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalahTalking StickdanSnowball Throwing.model pembelajaranTalking Stickmerupakan salah satu model yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif
(30)
yang berpusat pada siswa.Talking Stickadalah model pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. PembelajaranTalking Sticksangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
Menurut Huda (2014: 224), model pembelajaranTalking Sticksangat menarik bagi siswa dan dapat meningkatkan aktivitas serta dapat menjalin hubungan yang lebih dekat antara guru dan murid pada sesi tanya jawab. Saat sesi tanya jawab berlangsung guru secara tidak langsung dapat mengamati kemampuan masing-masing peserta didiknya. Dalam model pembelajaran Talking Stick terdapat karakteristik, yaitu merupakan suatu cara yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu
mengaktifkan siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya. Sehingga siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah.
Snowball Throwingmerupakan salah satu model pembelajaran aktif(active learning)yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa (Bayor dalam Hamdayama, 2014: 158).Snowball Throwingadalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui(learning to know), belajar bekerja(learning to do), belajar hidup bersama(learning to live together),dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be)(Depdiknas, 2001: 5).
Snowball Throwingadalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Arahman dalam Hamdayama, 2014: 158).
(31)
Berdasarkan pemikiran di atas melihat bahwa belum diterapkannya penilaian hasil belajar afektif di sekolah, maka perlu digunakan suatu instrumen untuk mengukur ranah afektif. Selain itu, diperlukan juga suatu rancangan
pencapaian tujuan pembelajaran afektif. Di faktor lain, diperlukan juga suatu model-model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan guna menumbuhkan minat belajar siswa, karena apabila model pembelajaran yang digunakan oleh guru dirasakan menarik oleh siswa maka siswa akan tertarik pada pembelajaran tersebut karena minat belajar siswa akan mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul“Studi Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa
yang Pembelajarannya Menggunakan Model Talking Stick dan Snowball Throwing dalam Pembelajaran IPS Terpadu dengan Memperhatikan Minat Belajar pada Siswa Kelas VII MTS Alfatah Natar Tahun Pelajaran
2014/2015”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. 1. Kecenderungan yang ada di sekolah hanya menilai prestasi belajar
kognitif saja, sedangkan aspek afektif belum dijamah oleh guru. 2. Ranah afektif belum mendapat perhatian lebih oleh guru.
3. Belum adanya instrument yang dapat digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif siswa.
(32)
4. Belum tercapainya tujuan pembelajaran IPS dari segi ranah afektif, karena siswa hanya diajarkan pada aspek kognitif saja. Sedangkan untuk aspek afektif belum disentuh dalam pembelajaran IPS.
5. Partisipasi aktif siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah masih kurang. 6. Rendahnya kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyengkan.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membatasi pada kajian membandingkan keterampilan sosial siswa yang pembelajarannya menggunakan modelTalking Stickdan
Snowball Throwingdalam pembelajaran IPS Terpadu dengan memperhatikan minat belajar siswa sebagai variabel moderatornya.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan antara keterampilan sosial siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaranTalking StickdanSnowball
Throwingdalam pembelajaran IPS Terpadu?
2. Apakah keterampilan sosial siswa yang pembelajarannya
menggunakan ModelTalking Sticklebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan modelSnowball Throwing
dalam pembelajaran IPS Terpadu pada siswa yang minat belajarnya tinggi?
(33)
3. Apakah keterampilan sosial siswa yang pembelajarannya
menggunakan ModelTalking Sticklebih rendah dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan modelSnowball Throwing
dalam pembelajaran IPS Terpadu pada siswa yang minat belajarnya rendah?
4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar terhadap keterampilan sosial siswa?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk.
1. Mengetahui perbedaan antara keterampilan sosial siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaranTalking StickdanSnowball
Throwingdalam pembelajaran IPS Terpadu.
2. Mengetahui efektivitas model pembelajaranTalking Stickdan
Snowball Throwingdalam membentuk keterampilan sosial pada siswa yang minat belajarnya tinggi.
3. Mengetahui efektivitas model pembelajaran Talking Stick dan
Snowball Throwing dalam membentuk keterampilan sosial pada siswa yang minat belajarnya rendah.
4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar terhadap keterampilan sosial siswa.
(34)
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. 1. Secara teoritis
1) Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah didapat selama kuliah, sehingga tercipta wahana ilmiah.
2) Bagi para akademisi, dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.
3) Bagi peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
2. Secara Praktis
1) Bagi guru, dapat memberikan masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran dalam peningkatan prestasi belajar siswa.
2) Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat guna memperbaiki mutu pembelajaran.
3) Bagi semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan, dapat memberi rujukan guna memperbaiki kualitas pendidikan secara umum.
(35)
4) Bagi peneliti sebagai bentuk praktek dan pengabdian terhadap ilmu yang telah di peroleh serta sebagai syarat menyelesaikan studi di Universitas Lampung.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah keterampilan sosial siswa, model pembelajaranTalking Stickdan model pembelajaranSnowball Throwing.
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Semester Genap. 3. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al Fatah Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2014/2015.
4. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
5. Ilmu penelitian
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan, khususnya bidang IPS Terpadu.
(36)
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
Belajar merupakan proses perubahan individu yang berlangsung sepanjang hayat. Belajar juga suatu proses perubahan tingkah laku yang berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung seumur hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan yang lainnya dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.
Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan kearah yang lebih baik dari semua segi, tergantung pada apa yang mereka pelajari.
Sardiman (2008: 93) mengemukakan bahwa “belajar adalah berbuat,
Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan”.
(37)
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Menurut Hamalik (2008: 29), belajar adalah suatu proses. Belajar bukan satu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan Ahmadi (2004: 128), belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Prinsip-prinsip belajar menurut Sardiman (2008: 24) adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pembelajaran.
2. Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.
3. Belajar melalui praktik atau mengalami secara keseluruhan akan lebih efektif membina sikap, keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain, dibandingkan dengan belajar hafalan saja. 4. Belajar sedapat mungkin diubah kedalam bentuk aneka ragam
tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.
Menurut Gane dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Perubahan keterampilan, sikap dan nilai tersebut haruslah kearah yang lebih baik.
(38)
Rogers dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10) mengemukakan belajar dengan pendekatan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu.
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. 2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi siswa. 3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. 4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.
5. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpatisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
6. Belajar mengalami (exsperiental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
7. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh. (Dimyati dan Mudjiono, 2006)
Pengertian belajar dalam arti sehari-hari adalah sebagai penambahan pengetahuan, namun ada yang mengartikan bahwa belajar sama dengan menghafal karena orang belajar akan menghafal. Pengertian belajar ini masih sangat sempit, karena belajar bukan hanya membaca dan menghafal tapi juga penalaran.
Berikut ini akan disajikan beberapa teori belajar menurut para ahli.
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Belajar dalam artian konstruktif ini adalah cara bagaimana membentuk sebuah kemampuan pengetahuan dalam hal pengalaman dalam memahami suatu pengertian yang dimaksimalkan dan dapat dikembangkan. Kemudian ada beberapa pendapat dari para pakar ilmu pendidikan seperti
(39)
halnya, Piaget juga berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi
pengetahuan yang bermakna: sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui pemberitahuan tidak akan menjadi
pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan (Sanjaya, 2009: 124).
b. Teori Belajar Kognitif
Pendapat dari John Dewey yaitu, bahwa belajar tergantung pada pengalaman dan minat siswa sendiri dan topik dalam kurikulum seharusnya terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama lain (Sugihartono dkk, 2007: 108), jika diamati maka hasil belajar dan juga kemampuan siswa dalam menyerap segala bentuk informasi dari pembelajaran memang memiliki interaksi dalam hal pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa tersebut sehingga minat siswa akan meningkat dan terdorong untuk menemukan ide yang brilian dalam setiap pembelajaran di luar atau di dalam ruangan, kemudian adanya kurikulum yang terintegrasi juga mempengaruhi kemampuan siswa dan hasil yang dicapai pada proses belajar akan lebih kompetitif dan maksimal.
(40)
c. Teori Belajar Behavioristik
Ketika akan membahas mengenai teori yang berhubungan dengan pendidikan maka teori yang paling tepat dan yang berpengaruh dalam dunia pendidikan adalah teori dari Skinner yang melihat dari sudut pandang teori behavioristik. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh para ahli sebelumnya. Menurut respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2008). Dapat dikatakan bahwa stimulus dan respon merupakan bentuk persamaan pemahaman dalam siswa yang nantinya akan
membentuk jaringan pemikiran pada kemampuan belajar siswa.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan anak yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh pada akhir proses
pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan.
Menurut Hamalik (2008: 155) menyatakan bahwa hasil belajar adalah dampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,
(41)
yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan, dan sebaliknya.
Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Abdurrahman (2003: 28) berpendapat bahwa belajar merupakan proses dari seseorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap. Menurut Bloom dalam Putranto (2013: 5) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu.
1) Ranah Kognitif, terdiri dari enam jenis perilaku diantaranya pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah Afektif, terdiri dari lima perilaku yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
3) Ranah Psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan dan kreativitas.
Sardiman (2008: 49) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran itu dapat di katakan baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
(42)
a) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.
b) Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik.
Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.
Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau
kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 4).
Agar hasil belajar dapat tercapai secara optimal maka proses
pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan terorganisir. Seperti pendapat Sardiman (2008: 19) mengemukakan bahwa agar
memperoleh hasil belajar yang optimal, maka proses belajar dan pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisir.
Menurut Slameto (2003: 54 - 72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu.
(43)
1) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, seperti.
a. Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motivasi, kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan, baik kelelahan jasmani maupun rohani. 2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada dari luar individu yang
sedang belajar.
a. Faktor keluarga, merupakan lingkungan utama dalam proses belajar.
b. Faktor sekolah, lingkungan dimana siswa belajar secara sistematis.
c. Faktor masyarakat.
Berdasarkan pendapat di atas, hasil belajar merupakan tercapainya tujuan pembelajaran melalui proses belajar yang perubahan kearah yang lebih baik yang dicapai seseorang setelah menempuh proses belajar baik melalui interaksi dengan lingkungannya. Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung dari aktivitas belajar itu sendiri dan akivitas siswa tergantung keahlian guru dalam pembelajaran. Hasil belajar diperoleh siswa setelah melalui belajar yang terlihat salah satu dari nilai yang diperoleh setelah mengikuti tes, dan hasil belajar memiliki arti penting dalam proses pembelajaran di sekolah yang dapat di jadikan tolak ukur keberhasilan proses tersebut.
3. IPS Terpadu
IPS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Sosial. Mata
pelajaran IPS ini ada di tingkat SD, SMP dan SMA. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang IPS Terpadu yang ada ditingkat SMP. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi,
(44)
ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Nasution dalam Rizal (2010: 38) Ilmu Pengetahuan Sosial ialah suatu program pendidikan yang merupakan keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik maupun dalam lingkungan sosialnya dan bahannya diambil dari berbagai Ilmu Sosial seperti Geografi, Sejarah, Ekonomi, Antropologi, Sosiologi, Ilmu Politik dan Psikologi.
Konsep IPS, yaitu: (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan konsesus, (6) pola (patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12) kekhususan, (13) budaya (culture), dan (14) nasionalisme.
(Sudrajat, 2011)
Mengetahui tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut, Gross dalam Putranto (2013: 27) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well functioning citizens in a democratic society”.
Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.
IPS bertujuan membantu siswa untuk membangun pengetahuan dasar dan sikap yang bersumber pada ilmu-ilmu sosial untuk melihat realitas kehidupan. Program IPS mencerminkan perubahan alamiah dari pengetahuan, melalui pendekatan integral terbaru untuk
(45)
kesehatan), melihat isu-isu dari berbagai disiplin ilmu, penggunaan teknologi dan hubungan global (Saidiharjo dalam Putranto, 2013: 27).
Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan
menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.
Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu
menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan
keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan, agar pembelajaran pendidikan IPS benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan.
(46)
Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada peserta didik. Penekanan
pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencecoki atau menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari
pendidikan IPS. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi
memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi
(47)
sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep, peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial.
Karakteristik mata pelajaran IPS SMP antara lain sebagai berikut: (1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama; (2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu; (3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan
pendekatan interdisipliner dan multidispliner; (4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. (Sudrajat dalam Putranto, 2013: 30).
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
(48)
Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputuan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat, pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.
6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. 7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak
bersifat menghakimi.
8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens
in a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa
menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
9. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.
(49)
Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII MTs Alfatah Natar Lampung Selatan
SM Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1 1. Menghargai dan
menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah,
dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA
1.1. Letak wilayah dan pengaruhnya bagi
keadaan alam indonesia
1.2. Keadaan alam Indonesia
1.3. Kehidupan sosial masyarakat pada masa
praaksara, Hindu-Budha, dan Islam
1.4. Konektivitas antar ruang dan waktu
KEADAAN PENDUDUK INDONESIA
2.1. Asal usul Penduduk Indonesia
2.2. Ciri atau karakteristik penduduk Indonesia 2.3. Mobilitas penduduk antar wilayah di
Indonesia
2.4. Pengertian dan jenis lembaga sosial MID SEMESTER
CADANGAN/PENGAYAAN ULANGAN SEMESTER
PENTABULASIAN NILAI RAPORT
2 1. Menghargai dan
menghayati ajaran agama yang dianutnya.
POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM
3.1. Pengertian dan pengelompokkan sumberdaya alam
3.2. Potensi dan sebaran sumberdaya alam indonesia
3.3. Kegiatan ekonomi dan pemanfaatan potensi sumberdaya alam
(50)
Lanjutan Tabel 1.
SM Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
2. 2. Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah,
dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
DINAMIKAINTERAKSI MANUSIA
1.1. Dinamika interaksi manusia dengan
lingkungan
1.2. Saling keterikatan antar komponen alam
1.3. Interaksi manusia dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial, budaya dan ekonomi
1.4. Keragaman sosial budaya sebagai hasil
dinamika interaksi manusia
1.5. Hasil kebudayaan masyarakat indonesia
pada masa lalu MID SEMESTER
CADANGAN/PENGAYAAN ULANGAN SEMESTER
1.5. PENTABULASIAN NILAI RAPORT
Sumber: Data Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu
4. Ranah Afektif
Ranah afektif menekankan pada sikap, perasaan, emosi, dan
karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan dimasyarakat. Tujuan dilaksanakan evaluasi hasil belajar afektif adalah untuk mengetahui pencapaian hasil belajar dalam hal penguasaan ranah
(51)
afektif dari kompetisi yang diharapkan dikuasai oleh setiap siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung.
Domain afektif memiliki lima tingkatan dari yang rendah sampai pada yang tinggi, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian,
pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup. 1. Penerimaan
Memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya.
2. Partisipasi
Menikmati atau menerima nilai, norma, dan objek yang mempunyai nilai etika dan estetika.
3. Penilaian dan pembentukan sikap
Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek studi.
4. Organisasi
Menerapkan dan mempraktikan nilai, norma, etika, dan estetika dalam prilaku sehari-hari.
5. Pembentukan pola hidup
Penilaian perlu dilakukan terhadap daya tarik, minat, motivasi, ketekunan belajar, sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu beserta proses pembelajarannya (Sunarti dan Rahmawati, 2014: 16).
Ranah afektif seseorang tercermin dalam sikap dan perasaan diri seseorang yang meliputi.
1. Self concept dan self esteem
Self concept dan self esteem atau konsep diri adalah totalitas sikap dan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. 2. Self efficacy dan contextual efficacy
Self concept adalah keyakinan seseorang terhadap keefektifan kemampuan sendiri dalam membangkitkan gairah dak kegiatan orang lain. Contextual efficacy adalah kemampuan seseorang dalam berurusan dengan keterbatasan faktor luar dirinya pada suatu saat tertentu.
3. Attitude of self-acceptance dan others acceptance
Attitude of self-acceptance atau sikap penerimaan terhadap diri sendiri adalah gejala perasaan seseorang dalam kecenderungan positif atau negatif terhadap diri sendiri berdasarkan penilaian jujur atas bakat dan kemampuannya. Others acceptance adalah
(52)
sikap mampu menerima keberadaan orang lain, yang amat dipengaruhi oleh kemampuan untuk menerima diri sendiri (Amalia, 2013: 24).
5. Keterampilan Sosial
Cartledge dan Milburn dalam Maryani (2011: 17-18) menyatakan bahwa keterampilan sosial merupakan perilaku yang perlu dipelajari, karena memungkinkan individu dapat berinteraksi, memperoleh respon positif atau negatif. Karena itu keterampilan sosial merupakan kompetensi yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang termasuk di dalamnya peserta didik, agar dapat memelihara hubungan sosial secara positif kepada keluarga, teman sebaya, masyarakat dan pergaulan di lingkungan yang lebih luas. Munculnya masalah-masalah sosial seperti tauran antar pelajar, perkelahian antardesa, narkoba dan minum-minum, korupsi, disintergrasi bangsa, dan sebagainya adalah bentuk melemahnya keterampilan sosial dalam lingkup individu, keluarga, masyarakat bahkan negara.
Keterampilan sosial adalah keterampilan untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan berpartisipasi dalam kelompok. Keterampilan sosial perlu didasari oleh kecerdasan personal berupa kemampuan mengontrol diri, percaya diri, disiplin dan tanggung jawab. Untuk selanjutnya kemampuan tersebut dipadukan dengan kemampuan berkomunikasi secara jelas, lugas, meyakinkan, dan mampu
membangkitkan inspirasi, sehingga mampu mengatasi silang pendapat dan dapat menciptakan kerjasama (Maryani, 2011: 18).
Laura Cadler dalam Maryani (2011: 19-21) menjelaskan mengenai pentingnya keterampilan sosial dikembangkan di kelas:
(53)
Keterampilan sosial sangat diperlukan dan harus jadi prioritas dalam mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar mengembangkan
keterampilan akademik. Hal yang sangat penting dalam
mengembangkan keterampilan sosial adalah mendiskusikan sesama guru atau orang tua tentang keterampilan sosial apa yang harus menjadi prioritas, memilih salah satu keterampilan sosial, memaparkan pentingnya keterampilan sosial, mempraktikkan, merefleksi dan akhirnya mereview dan mempraktikkannya kembali setelah diperbaiki, merefleksi dan seterusnya sampai betul-betul terkuasai oleh peserta didik.
Keterampilan sosial dapat dikelompokkan atas 4 bagian. 1. Keterampilan dasar berinteraksi: berusaha untuk saling
mengenal, ada kontak mata, berbagi informasi atau material. 2. Keterampilan komunikasi: mendengar dan berbicara secara
bergiliran, melembutkan suara (tidak membentak), meyakinkan orang untuk dapat mengemukakan pendapat, mendengarkan sampai orang tersebut menyelesaikan pembicaraannnya. 3. Keterampilan membangun tim/kelompok: mengakomodasi
pendapat orang, bekerjasama, saling menolong, saling memperhatikan.
4. Keterampilan menyelesaikan masalah: mengendalikan diri, empati, memikirkan orang lain, taat terhadap kesepakatan, mencari jalan keluar dengan berdiskusi, respek terhadap pendapat yang berbeda (Maryani, 2011).
Keterampilan sosial tersebut dapat dicapai melalui.
1. Proses pembelajaran: dalam menyampaikan materi guru mempergunakan berbagai metode misalnya bertanya, diskusi, bermain peran, investigasi, kerja kelompok, atau penugasan. Sumber pembelajaran dapat mempergunakan lingkungan sekitar. 2. Pelatihan: guru membiasakan siswa untuk selalu mematuhi
aturan main yang telah ditentukan, misalnya memberi salam, berbicara dengan sopan, mengajak mengunjungi orang yang kena musibah/sakit, atau kena bencana, datang ke panti asuhan dan sebagainya.
(54)
3. Penilaian berbasis portofolio atau kinerja. Penilaian tidak hanya diperoleh dari hasil tes, tetapi juga hasil dari perilaku dan budi pekerti siswa (Maryani, 2011).
6. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan pedoman bagi guru dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar. Saat ini banyak sekali guru yang belum paham dengan model pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan model
pembelajaran. Guru dituntut untuk menguasai berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.
Adapun Soekamto dalam Putranto (2013: 45) mengemukakan maksud
dari model pembelajaran adalah: “kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berbagai fungsi pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan demikian,
aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah.
(55)
1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000: 9)
Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutan), dan sifat lingkungan
belajarnya. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama.
Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran, menurut Nieveen suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria, yaitu: valid, praktis, dan efektif.
Model pembelajaran secara umum terbagi menjadi dua yakni secara kooperatif (kelompok) dan secara individual. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri,
(56)
serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Pembelajaran kooperatif didalamnya terdapat saling ketergantungan positif diantara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar terpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan
interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
Solihatin dan Raharjo dalam Putranto (2013: 47) mengungkapkan bahwa pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu: adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya, 2006: 239).
Menurut Ibrahim dalam Putranto (2013: 47) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik,
(57)
penerimaan terhadap keragamaan, dan pengembangan keterampilan sosial.
Sanjaya (2009: 242) pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerjasama antar kelompok. Karakteristik pembelajaran kooperatif ialah sebagai berikut.
1. Pembelajaran secara tim, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif, dalam pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran secara efektif.
3. Kemauan untuk bekerjasama, keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip kerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.
4. Keterampilan bekerjasama, kemauan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerjasama.
Roger dan David Johnson dalam Lie (2005: 31-35) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu.
1) Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Siswa yang kurang mampu tidak akan merasa
(58)
minder karena juga memberikan sumbangan dan akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai tidak akan dirugikan karena rekannya yang kurang mampu telah memberikan bagian sumbangan mereka. 2) Tanggung jawab perseorangan
Setiap siswa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Akan ada tuntutan dari masing-masing anggota kelompok untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga tidak
menghambat anggota lainnya. 3) Tatap muka
Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberi kesempatan untuk bertatap muka atau berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada pemikiran satu orang saja.
4) Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka.
(59)
5) Evaluasi proses kelompok
Pengajar menjadwalkan waktu khusus untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama agar selanjutnya siswa bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
Sanjaya (2009: 247) menjelaskan pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Keunggulan strategi pembelajaran kooperatif.
a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
2. Kelemahan strategi pembelajaran kooperatif.
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu.
b. Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling
membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan pembelajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang
seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual.
d. Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
(60)
7. Model Pembelajaran Talking Stick
Model Pembelajaran Talking Stick merupakan salah satu model yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Talking Stick adalah model pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.
Menurut Huda (2014: 224) model pembelajaran tipe Talking Stick
adalah Model pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Langkah-langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm. 3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan. 8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
(61)
Dari langkah – langkah model pembelajaran tersebut sangat terlihat bahwa model pembelajaran Talking Stick sangat menarik bagi siswa dan dapat meningkatkan aktivitas serta dapat menjalin hubungan yang lebih dekat antara guru dan murid pada sesi tanya jawab. Saat sesi tanya jawab berlangsung guru secara tidak langsung dapat mengamati kemampuan masing-masing peserta didiknya. Setelah melihat langkah-lagkah tersebut terdapat kelemahan dan kelebihan dari model pembelajran Talking Stick.
Sedangkan Huda (2014: 225) terdapat kelemahan dan kelebihan model pembelanjaran Talking Stick diantaranya adalah.
Kelebihan.
a. Menguji kesiapan siswa, sehingga siswa tetap bersemangat mengikuti semua rangkaian pembelajaran tersebut.
b. Melatih membaca dan memahami dengan cepat setiap materi yang akan diberikan.
c. Agar lebih giat belajar. Kekurangan.
a. Siswa yang tidak menguasai materi pelajaran tersebut akan merasa tegang dalam model pembelajaran ini.
b. Membuat siswa senam jantung.
8. Model Pembelajaran Snowball Throwing
Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa (Bayor dalam Hamdayama, 2014: 158). Snowball Throwing
adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live
(62)
together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001: 5).
Snowball Throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Arahman dalam Hamdayama, 2014: 158)
Menurut Huda (2014) model pembelajaran Snowball Throwing
melatih murid untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, danmenyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti modelpembelajaran Talking Stick akan tetapi menggunakan kertas berisipertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada murid lain. Murid yang mendapat bola kertas lalumembuka dan menjawab pertanyaannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model Snowball Throwing merupakan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada murid lain, murid yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab
pertanyaannya. Model ini bertujuan untuk membuat siswa lebih aktif dan kreatif, model ini menekankan siswa untuk berfikir secara ilmiah dan mampu menyelesaikan setiap masalah dalam pembelajaran melalui situasi yang menyenangkan.
Menurut Huda (2014: 227) langkah-langkah model pembelajaran
Snowball Throwing adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
(1)
134
menggunakan model pembelajaran Talking Stick akan sangat antusias dan semangat mengikuti pembelajaran dikarenakan dalam model pembelajaran Talking Stick siswa dituntut untuk belajar secara berkelompok dan melatih kesiapan siswa dalam memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan materi pelajaran, sehingga bagi siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan selalu berusaha menjadi yang terbaik di antara siswa yang lainnya. Ia akan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga hasil belajarnya pun meningkat serta keterampilannya tinggi. 3. Keterampilan sosial siswa dalam pelajaran IPS Terpadu yang
pembelajarannya menggunakan model Talking Stick lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model Snowball Throwing pada siswa yang minat belajarnya rendah. Hal ini dikarenakan dalam model pembelajaran Snowball Throwing siswa secara individu terlibat langsung dalam pembelajaran, siswa dituntut untuk belajar secara berkelompok dan menjawab pertanyaan secara mandiri. Siswa yang memiliki minat belajar rendah akan berusaha belajar lebih giat untuk mencapai hasil belajar yang baik, ini dikarenakan ia merasa bertanggung jawab untuk dapat menguasai materi dan menjawab pertanyaan. Selain itu, sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
(2)
135
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa terhadap keterampilan sosial siswa.
Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang dilakukan dalam proses pembelajaran, baik Talking Stick maupun Snowball Throwing sama-sama memberikan kontribusi bagi hasil belajar dan
keterampilan sosial siswa. Kedua model pembelajaran ini melibatkan kerjasama, interaksi, kemandirian dan tanggung jawab yang
dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Selain itu, minat belajar juga berpengaruh pada pelaksanaan kedua model pembelajaran ini.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang Studi Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Talking Stick dan Snowball Throwing dalam Pembelajaran IPS Terpadu dengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa pada Siswa Kelas VII MTs Alfatah Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Maka Peneliti menyarankan.
1. Untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran, sebaiknya guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran IPS. Sebagai alternatif dalam pembelajaran IPS guru dapat
menggunakan model pembelajaran Talking Stick, karena model ini dapat melatih siswa berbicara (mengungkapkan pendapat) serta akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat siswa lebih aktif.
(3)
136
2. Untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit guru dapat memilih model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, karena guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut.
3. Sebaiknya siswa dapat lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan sikap kerjasama yang positif antarsiswa.
4. Sebaiknya guru mata pelajaran IPS Terpadu lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran yang tepat dan bervariatif, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan hasil belajar IPS Terpadu siswa meningkat.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rhineka Cipta.
Ahmadi, Abu. 2004.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Amalia, Eka Rizky. 2013.Studi Perbandingan Moralitas Pembelajaran Value Crarification Tecnique (VCT) Dan Group Investigation (GI) Dengan Memperhatikan Sikap Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Seragi Lampung Selatan Tahun Pelajran
2012/2013. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Arikunto, Suharsimi. 2008.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2001.Sistem Penilaian Kelas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan.
Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djaali, H. 2008.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Fajar, Arnie. 2005.Portofolio dalam pelajaran IPS.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ginting, Marselia. 2012.Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achivement Division dan Tipe Talking Stick pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2011/2012. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
(5)
Hamdayama, Jumanta. 2014.Model dan Metode Penbelajaran Kreatif dan Berkarakter.Bogor: Ghalia Indonesia.
Huda, Miftahul. 2014.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kardi, S, dan Nur, M. 2000.Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press.
Lie, Anita. 2005.Cooperative Learning. Jakarta: Raja Grafindo.
Maryani, Enok. 2011.Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Keterampilan Sosial.Bandung: Alfabeta.
Nopemberia, Nur Afni. 2010.Studi Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick dan Examples Non Examples Pada Siswa Kelas VI Semester Genap Di SD N Curup Patah Kec Gunung Labuhan Kab Way Kanan Tahun Ajaran 2009/2010.Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Putranto, Ivan. 2013.Perbedaan Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Sosial dalam Pembelajaran IPS Terpadu yang Pembelajarannya Menggunakan Model Kontekstual dan Inkuiri dengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Marga Tiga Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Rizal, Yon. 2010.Dasar-Dasar Pendidikan IPS. Bandar Lampung : FKIP Universitas Lampung.
Sanjaya, Wina. 2009.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana.
Sardiman, AM. 2008.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003.Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert. E. 2008.Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta : PT. Indeks.
(6)
Sugihartono. Dkk. 2007.Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pres. Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Sujanto. 2006.Psikologi Umum.Bandung: Aksara Baru.
Sukardi. 2009.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunarti dan Rahmawati. 2014.Penilaian Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Suryabrata, Sumadi. 2008.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 TentangSistem Pendidikan Nasional.
Yulistiana, Eka. 2014. Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Snowball Throwing dan Talking Stick dengan
Memperhatikan Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tumijajar Tahun Pelajaran 2013/2014.Bandar Lampung: Universitas Lampung.