STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII MTS MIFTAHUL HUDA TERBANGGI BESAR TA

(1)

PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT(TGT) DANJIGSAW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

SISWA KELAS VIII MTS MIFTAHUL HUDA TERBANGGI BESAR TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh Irfan Hidayat

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kritis serta mengkaji tentang perbandingan kemampuan berpikir kritis dengan model pembelajaran Team Games Tournament dan model Jigsaw dengan memperhatikan minat belajar pada kelas VIII MTs Miftahul Huda. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis serta interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi penelitian ini 81 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 54 siswa. Teknik penelitian ini adalahCluster Random Sampling. Teknik pengambilan data dengan observasi, dokumentasi, tes, dan angket. Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varian dua jalan dan t-test dua sampel independen. Hasil analisis data menunjukkan (1) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, (2) kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipeTeam Games Tournamentlebih tinggi dibandingkan yang pembelajaannya menggunakan model kooperatif tipe

Jigsaw,(3) kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipeTeam Games Tournamentlebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe

Jigsaw,(4) ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.


(2)

PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII MTS MIFTAHUL HUDA TERBANGGI BESAR

TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh :

IRFAN HIDAYAT

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII MTS MIFTAHUL HUDA TERBANGGI BESAR

TAHUN AJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

IRFAN HIDAYAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

Gambar

1. Hubungan Kelompok Asal dan Ahli ... 22

2. Tingkat Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 69

3. Tingkat Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 74

4. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Eksperimen ... 79

5. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Kontrol ... 84


(5)

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Penelitian ... 11

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 13

1. Berpikir Kritis ... 13

2. Model Pembelajaran Kooperatif TipeTeam Games Tournament... 15

3. Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw... 21

4. Minat Belajar ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Pikir ... 29


(6)

1. Populasi ... 40

2. Sampel ... 40

D. Variabel Penelitian ... 41

E. Definisi Konseptual Variabel ... 42

F. Definisi Operasional Variabel ... 46

G. Teknik Pengumpulan Data ... 48

1. Wawancara ... 49

2. Observasi ... 49

3. Dokumentasi ... 49

4. Teknik Tes ... 49

5. Angket ... 50

H. Uji Persyaratan Instrumen ... 50

1. Uji Validitas Instrumen ... 50

2. Uji Reliabilitas ... 51

3. Taraf Kesukaran ... 53

4. Daya Beda ... 54

I. Uji Persyaratan Analisis Statistik Parametrik ... 55

1. Uji Normalitas ... 55

2. Uji Homogenitas ... 55

J. Teknik Analisis Data ... 56

1. T-Tes Dua Sampel Independen ... 56

2. Analisis Varians Dua Jalan ... 58

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 60

1. Riwayat berdirinya MTs Miftahul Huda Nambah Dadi ... 60

2. Identitas Sekolah ... 61

3. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 62

4. Organisasi Sekolah ... 62

5. Keadaan Guru ... 63

6. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 65

7. Keadaan Siswa ... 65

8. Prestasi Sekolah ... 66

9. Kegiatan Ekstrakulikuler ... 66

B. Deskripsi Data ... 67

1. Deskripsi Data Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 67

a. Deskripsi Data Minat Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen ... 67

b. Deskripsi Data Minat Belajar Tinggi pada Kelas Eksperimen ... 70

c. Deskripsi Data Minat Belajar Rendah pada Kelas Eksperimen ... 71

2. Deskripsi Data Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 73


(7)

b. Deskripsi Data Berpikir Kritis Siswa untuk Minat Belajar Tinggi pada

Kelas Eksperimen ... 80

c. Deskripsi Data Berpikir Kritis Siswa untuk Minat Belajar Rendah pada Kelas Eksperimen ... 82

4. Deskripsi Data Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol ... 83

a. Deskripsi Data Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Kontrol ... 83

b. Deskripsi Data Berpikir Kritis Siswa untuk Minat Belajar Tinggi pada Kelas Kontrol ... 85

c. Deskripsi Data Berpikir Kritis Siswa untuk Minat Belajar Rendah pada Kelas Kontrol ... 87

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 88

1. Uji Normalitas ... 88

2. Uji Homogenitas ... 89

D. Pengujian Hipotesis ... 91

1. Pengujian Hipotesis 1 ... 92

2. Pengujian Hipotesis 2 ... 93

3. Pengujian Hipotesis 3 ... 94

4. Pengujian Hipotesis 4 ... 96

E. Pengujian Hipotesis ... 99

F. Pembahasan ... 101

G. Keterbatasan Penelitian ... 109

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 110

B. Saran ... 111 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Lampiran

1. Daftar Nama Guru MTs Miftahul Huda Lampung Tengah 2. Daftar Siswa Kelas VIII A (Eksperimen)

3. Daftar Siswa Kelas VIII C (Kontrol)

4. Daftar Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen (VIII A) 5. Daftar Pembagian Kelompok Kelas Kontrol (VIII C) 6. Silabus

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol 9. Kisi-kisi Angket (Uji Coba)

10. Angket Uji Coba Minat Belajar 11. Kisi-kisi Instrumen

12. Soal

13. Kunci Jawaban

14. Hasil Uji Validitas Instrumen (Angket) 15. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen (Angket) 16. Hasil Uji Validitas Soal

17. Reliabilitas Soal Post Tes Dengan KR - 21 18. Tingkat Kesukaran Soal Post Test

19. Tingkat Daya Beda Soal

20. Daftar Hasil Tes Kelas Eksperimen 21. Daftar Hasil Tes Kelas Kontrol

22. Daftar Nilai Hasil Tes untuk Minat Tinggi dan Rendah Kelas VIII A (Eksperimen)

23. Daftar Nilai Hasil Tes untuk Minat Tinggi dan Rendah Kelas VIII C (Kontrol)

24. Uji Normalitas Data 25. Uji Homogenitas 26. Hipotesis 1 27. Hipotesis 2 28. Hipotesis 3 29. Profile Plots


(9)

Tabel

1. Penelitian yang Relevan ... 27

2. Desain Penelitian ... 40

3. Indikator Berpikir Kritis ... 43

4. Definisi Operasional Variabel ... 46

5. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal dan Angket ... 51

6. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 52

7. Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Soal ... 53

8. Hasil Perhitungan Daya Beda Instrumen Soal ... 54

9. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan ... 58

10. Nama-nama Kepala Sekolah MTs Miftahul Huda... 60

11. Jumlah dan Keadaan Guru MTs Miftahul Huda 2014/2015 ... 63

12. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 65

13. Daftar Sarana MTs Miftahul Huda ... 65

14. Daftar Prasarana MTs Miftahul Huda... 65

15. Keadaan Siswa MTs Miftahul Huda Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 66

16. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen ... 68

17. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Tinggi pada Kelas Eksperimen ... 70

18. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Rendah pada Kelas Eksperimen ... 72

19. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa pada Kelas Kontrol ... 74

20. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Tinggi pada Kelas Kontrol ... 76

21. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Rendah pada Kelas Kontrol ... 77

22. Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Eksperimen ... 79

23. Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa untuk Minat Belajar Tinggi pada Kelas Eksperimen ... 81

24. Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa untuk Minat Belajar Rendah pada Kelas Eksperimen ... 82

25. Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Kontrol .. 84

26. Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa untuk Minat Belajar Tinggi pada Kelas Kontrol ... 86


(10)

30. Hasil Uji Homogenitas ... 90

31. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 92

32. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 93

33. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 95

34. Hasil Pengujian Hipotesis 4 ... 96


(11)

(12)

(13)

If Plan A didn t work. The Alphabet has 25 More Letters. (DP BBM)

Terkadang kita sibuk mengejar yang kita ingini hingga lupa mensyukuri apa yang sudah kita miliki. Bersyukur adalah hal yang

utama. (Ilham Jati Puspa)

Saat Rencana Pertama Gagal, Jangan Cemas Karena Saat Itu Ada Rencana Allah Yang Sedang Berperan.

(Meme BBM)

Siapapun yang meremehkan kita hari ini, suatu hari wajib kita lewati.

(Irfan Hidayat)

Tiap Hari itu Sulit Tapi Tiap Hari Itu Lewat. (Irfan Hidayat)


(14)

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji untuk Mu Allah SWT

atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau

berikan selama ini

.

Dengan Bangga Kupersembahkan Karya Ini Untuk

Orang Tuaku

Dengan Penuh Keiklasan, pengorbanan, Kesabaran Membimbing

Serta Mendidikku Agar Menjadi Manusia yang Lebih Baik di Dunia

dan Akhirat. Selalu Berdoa, Memberi Nasehat dan Semangat untuk

Masa Depan yang Lebih Baik

.

Merawatku Dan Membuatku Menjadi

Seorang Yang Tidak Mudah Menyerah,

Adik - adikku

Terima kasih Telah Membantu dan Memberikan Motivasi untuk

Kesuksesanku

.

Para Pendidik

Terima kasih Telah Berbagi Ilmu dan Pengalaman untuk Bekal

Menghadapi Kehidupan

Sahabat sahabatku

Meberikan Warna dalam Hidup

Seseorang yang Kelak Akan Mendampingi Hidupku Yang Telah

Lama Kukenal Melebihi Aku Mengenal Diriku Sendiri


(15)

Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 8 Mei 1993 dengan nama lengkap Irfan Hidayat. Penulis merupakan anak pertama, Putra dari pasangan Bapak Suwarji dan Ibu Isdaryanti.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis.

1. SD Negeri 3 Nambah Dadi diselesaikan pada tahun 2005 2. SMP Negeri 5 Terbanggi Besar diselesaikan pada tahun 2008 3. SMA Negeri 1 Terbanggi Besar diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Tertulis. Selama kuliah penulis menerima beasiswa Bidikmisi. Pada tahun 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Bali, Jogjakarta, Bandung dan Jakarta. Serta pada bulan Juli-September mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Talang Rejo Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Erlangga Kota Agung Timur.


(16)

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Studi Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw dengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII MTS Miftahul Huda Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2014/2015.Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammadshallallahu ‘alaihi wa salam.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila. 3. Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila. 4. Drs. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila.

5. Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.


(17)

pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Dr. Edy Purnomo, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku pembimbing II sekaligus pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Penguji skripsi penulis yang telah

membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih untuk ilmu dan pengalamannya yang telah diberikan kepada penulis.

11. Suhardi,M.Pd.i, selaku Kepala MTs. Miftahul Huda Nambah Dadi, terima kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan MTs. Miftahul Huda sebagai tempat penelitian skripsi ini.

12. Saring Efendi S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu MTs. Miftahul Huda, terima kasih atas bimbingan, nasehat, dan motivasi serta informasinya yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian dalam skripsi ini.

13. Siswa-Siswi MTs. Miftahul Huda, terima kasih atas kerjasama dan kekompakkannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.


(18)

Kesabaran, senyuman, air mata, tenaga dan pikiran tercurah di setiap perjuangan dan doamu menjadi kunci kesuksesanku di kemudian hari. Tidak ada doa yang terkabulkan selain doa dari orangtua yang ikhlas.

15. Terima kasih yang paling dalam untuk Simbok dan Mbah kong yang selalu merawatku tanpa henti, menyayangiku, memberiku semangat untuk selalu berjuang.

16. Terima kasih adik-adikku Irul, Ikhsan, Rifa, Intan, Lita, Risky . Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kalian. Amin

Ya Rabbal A’lamiin.

17. Sosok gadis pertama dan yang terakhir. Terima kasih atas kesabaran selama ini yang membuatku semakin termotivasi untuk membuatmu tersenyum sampai tua nanti.

18. Sahabat-sahabatku“Genk Sampakers: Achmad Rifa’i, Ahmad Jaenudin, Efha

Rifqi Ash Shidqi, Ilham Jati Puspa, Agus Komari, Luvian Hendri dan

Suroto”, serta Ahmad Irfan, Edy Darmadi, Sandi Irwansyah, dan I Wayan Wendra, Sri Widiawati. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini, selalu menerima dan membantuku disetiap kesulitan menghadapi semester demi semester.

19. Teman-teman penerima beasiswa Bidikmisi, terima kasih atas semua bantuan yang kalian berikan selama ini.

20. Teman-teman seluruh angkatan 2011 Ganjil dan Genap yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama


(19)

21. Kakak dan adik tingkatku semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua bantuan dan motivasinya.

22. Kak Dani dan Om Herdi terima kasih telah memberikan masukan dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini.

23. Sahabat KKN PPL yang tak akan pernah terlupa Dewi, Ferdian, Ayu, Sondang, Cimul, Septri, Yesi, Susi terima kasih atas kebersamaanya.

24. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,


(20)

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Melalui pendidikan inilah dapat tercipta generasi yang cerdas, berwawasan, terampil dan berkualitas, yang diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang dapat memberi perubahan bangsa menuju ke arah yang lebih baik. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sprituil keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara”. Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud disini bukan semata-mata kecerdasan yang hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual saja, melainkan kecerdasan meyeluruh yang mengandung makna lebih luas.


(22)

Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 berbunyi :

”…bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari kegiatan proses belajar mengajar, yang mengarah pada proses pencapaian tujuan pembelajaran.. Mengajar tidak hanya memberikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan oleh guru dalam mengajar, terutama bila menginginkan hasil belajar yang baik bagi seluruh siswa. Tujuan pembelajaran dinyatakan tercapai apabila peserta didik memiliki keterampilan sesuai dengan indikator – indikator yang terdapat dalam kompetensi dasar. Jika pencapaian prestasi belajar siswa rata-rata tergolong baik maka tujuan pembelajaran itu tercapai, sebaliknya jika prestasi belajar siswa rata-rata tergolong rendah maka tujuan pembelajaran itu belum atau tidak tercapai. Berdasarkan definisi dan pemaparan penulis tersebut, maka pendidikan bukan hanya terfokus pada pemberian teori - teori yang menuntut hafalan semata, Namun lebih dari itu, pendidikan hakikatnya harus mampu mengembangkan segala potensi siswa baik fisik maupun mental tanpa terkecuali dengan pembelajaran IPS Terpadu.

Zubaedi (2012: 288) mendefinisikan ilmu pengetahuan sosial sebagai mata pelajaran di sekolah yang didesain atas dasar fenomena, masalah dan realitas


(23)

sosial dengan pendekatan interdisipliner yang melibatkan berbagai cabang ilmu-ilmu dan humanioran seperti kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, pendidikan. Sebagai salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah, termasuk di SMP/MTs, IPS Terpadu seharusnya mampu mengembangkan segala potensi yang ada pada siswa tidak hanya dalam segi pemahaman konsep dan keterlibatan aspek kognitif saja. Tujuan utama dari matapelajaran IPS itu sendiri juga harus diperhatikan. Tujuan matapelajaran IPS menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya ; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial ; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan ; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Depdiknas, 2006). Oleh karena itu, idealnya guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mencari, menemukan, menyimpulkan dan mengomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai pengalaman yang dibutuhkan yang dapat menumbuhkan motivasi dan kesadaran siswa akan pentingnya pembelajaran IPS Terpadu sehingga proses pembelajaran yang dilakukan akan terasa lebih bermakna sehingga mampu mewujudkan cita-cita pendidikan nasional.

Guna mewujudkan cita-cita dan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka semua pihak yang berkepentingan dan terlibat di dalam pendidikan, idealnya harus mampu dan berkewajiban mengamalkan serta mengimplementasikan


(24)

situasi pembelajaran yang diharapkan. Namun, jika dilihat implementasinya di sekolah, pembelajaran IPS Terpadu khususnya di MTs Miftahul Huda nyatanya belum mampu menggambarkan proses pembelajaran IPS Terpadu yang diharapkan sesuai dengan amanat undang-undang. Berdasarkan pada PERMENDIKBUD No. 65 Tahun 2013 mengenai pelaksanaan pembelajaran

dikatakan bahwa “Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap

respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung“. Namun, pada kenyataanya atas dasar observasi terhadap siswa kelas VIII MTs Miftahul Huda dan wawancara yang dilakukan penulis kepada guru mata pelajaran, dalam proses pembelajaran IPS terpadu di MTs Miftahul Huda masih menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman materi saja. Guru selama ini lebih banyak memberikan latihan mengerjakan soal-soal pada buku paket tanpa menggali kemampuan berpikir siswa dan mengaitkannya dengan dunia nyata mereka. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang terlatih mengembangkan keterampilan berpikir dalam memecahkan masalah dan menerapkan konsep-konsep yang dipelajari di sekolah ke dalam dunia nyata. Faktanya, di dalam pembelajaran di kelas pun dapat terlihat saat diberikan pertanyaan, hanya beberapa peserta didik saja yang menjawab pertanyaan dari guru.

Peran serta peserta didik dalam proses pembelajaran juga masih kurang, yakni hanya sedikit peserta didik yang menunjukkan keaktifan berpendapat dan bertanya. Pertanyaan yang dibuat peserta didik juga belum menunjukkan pertanyaan-pertanyaan kritis berkaitan dengan materi yang dipelajari dan jawaban dari pertanyaan masih sebatas ingatan dan pemahaman saja, belum


(25)

terdapat sikap peserta didik yang menunjukkan jawaban analisis terhadap pertanyaan guru.

Pelajaran IPS Terpadu di kalangan peserta didik kelas VIII MTs Miftahul Huda juga masih terfokus pada aspek produk saja, yaitu masih menekankan pada kumpulan konsep yang harus dihafal sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan peserta didik pada aspek kognitifnya terutama aspek kognitif tingkat tinggi. Aspek kognitif tingkat tinggi tersebut yaitu menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan. Sehingga mereka kesulitan dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari - hari. Kemudian, penanaman rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap segala fenomena sosial yang terjadi di sekitar mereka kurang dioptimalkan. Hal ini jelas bertentangan dengan tujuan mata pelajaran IPS Terpadu itu sendiri yaitu memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

Bukti lain yang dapat dipaparkan sebagai bukti lemahnya penanaman keterampilan berpikir kritis pada siswa-siswi kita ialah terlalu dominannya pengaruh guru dalam menanamkan dan mentransfer ilmu pengetahuan dalam bentuk hafalan konsep tanpa memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk bertanya dan mengkritisi konsep yang mereka dapatkan secara nyata sesuai dengan kehidupan mereka. Hal ini membuat aktifitas siswa didalam kelas cenderung pasif dalam upaya penyampain dan penerimaan pengetahuan serta pengembangan pola pikir yang dimiliki siswa. Padahal pengetahuan dan


(26)

pemikiran sangatlah erat hubungannya. Pemikiran tidak akan terjadi jika pengetahuan tidak ada. Namun merupakan suatu kekeliruan jika kita hanya memfokuskan perhatian hanya pada satu pengetahuan tertentu saja dan mengabaikan keterampilan-keterampilan berpikir. Untuk itu, antara pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis haruslah seimbang karena perkembangan kemampuan berpikir kritis terjadi bersamaan dengan aspek perkembangan kognitif lainnya.

Berdasarkan paparan di atas, maka diperlukan sebuah inovasi pembelajaran yang mampu merealisasikan keterampilan berpikir kritis. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan ialah dengan cara menerapkan model dan strategi yang relevan sesuai dengan tujuan keterampilan berpikir kritis yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa ialah Model Pembelajaran Kooperatif.

Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”. Model pembelajaran ini dapat membuka kesempatan siswa untuk ikut berpartisipasi dan berpikir kritis dalam kegiatan pembelajaran. Slavin (2009: 11) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif ada beberapa model yaitu (1)Student Achievement Divisions(STAD); (2) Team Games Tournaments(TGT); (3)Jigsaw; (4)Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC); (5)Team Accelerated instruction(TAI).


(27)

Salah satu unsur dalam kepribadian yang ada kaitannya dengan penyesuian diri terhadap lingkungan belajar yang dapat mempengaruhi kemampuan cara berpikir kritis siswa adalah minat belajar. Djaali (2012: 121) yang mengemukakan bahwa minat adalah sesuatu yang dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dilakukan melalui pertisipasi dalam suatu aktifitas. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat yang akan tumbuh. Suatu minat dapat pula dilihat melalui pertisipasi dalam suatu aktifitas siswa yang memiliki minat dalam subjek tersebut. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi terhadap belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Metode yang diterapkan oleh guru juga dapat mempengaruhi minat dari peserta didik. Metode yang monoton seperti pemaparan diatas akan lebih cepat membuat siswa bosan dan besar kemungkinan akan membuat minat siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu berkurang. Hal ini ditunjukkan saat penulis mendapati siswa yang sedang mengobrol dengan teman di kelas saat proses pembelajaran berlangsung bahkan sampai membolos.

Upaya dalam peningkatan berfikir kritis, tipe model pembelajaran yang bervariasi akan memudahkan guru untuk memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, suasana kelas, sarana yang dimiliki dan kondisi internal siswa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model pembelajaran tipe Team Games Tournament (TGT) dalam TGT siswa harus mempersiapkan diri secara optimal karena siswa dituntut untuk berpikir dan menyelesaikan masalah serta harus dapat


(28)

menjelaskan atau mempresentasikan secara individu dan juga harus mempersiapkan diri dalam pertandingan. Kemampuan berfikir kritis siswa diduga dapat teruji terutama dalam fase turnamen. Kemudian, model pembelajaran Jigsaw siswa akan berusaha membuat teman satu kelomoknya dapat mengerti apa yang dia sampaikan,sehingga akan berusaha mencari informasi yang memadai serta berusaha membuat kelompoknya dapat menampilkan presentasi yang maksimal didepan kelas. Kedua model pembelajaran tersebut adalah sebuah model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa ikut berpartisipasi dalam kelompok kecil selama proses pembelajaran berlangsung untuk membantu menumbuhkan proses pembelajaran yang lebih mendalam. Dalam kedua model pembelajaran kooperatif tersebut, siswa dihadapkan pada situasi pemecahan masalah dalam kelompok. Kemampuan berpikir kritis siswa dikembangkan melalui diskusi kelompok, penyampain pendapat dalam turnamen dan presentasi.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka diperlukan penelitian yang berjudul “Studi Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw dengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII MTS Miftahul Huda Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2014/2015”.


(29)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu masih tergolong rendah.

2. Aktivitas siswa sangat rendah di dalam kelas.

3. Siswa kurang tertarik dan tidak berpusat pada pembelajaran. 4. Kurangnya variasi model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.

5. Proses belajar mengajar yang masih monoton sehingga siswa merasa bosan di kelas.

6. Kurangnya minat belajar siswa dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kajian perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaranJigsaw kelas VIII MTS Miftahul Huda Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan memperhatikan pengaruh variabel moderator yaitu Minat Belajar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(30)

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tipeTeam Games Tournament(TGT) danJigsaw?

2. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tipe Team Games Tournament(TGT) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan

Jigsaw pada siswa yang memiliki minat belajar rendah?

3. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tipe Team Games Tournament(TGT) lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang diajarkan menggunakan

Jigsaw pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui perbedaan model pembelajaran tipe Team Games Tournament (TGT) dibandingkan dengan Jigsaw dalam kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran tipe Team Games Tournament (TGT) dibandingkan dengan Jigsaw dalam kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar rendah.

3. Mengetahui keefektifan model pembelajaran tipe Team Games Tournament (TGT) dibandingkan dengan Jigsaw dalam kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi.


(31)

4. Mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih lengkap mengenai penelitian yang menekankan pada penelitian model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran IPS Terpadu. Sumbangan khasanah keilmuan serta untuk melengkapi teori yang sudah diperoleh melalui penelitian sebelumnya.

2. Secara Praktis

Bagi sekolah hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan rujukan yang bermanfaat untuk perbaikan mutu pelajaran. Bagi guru mata pelajaran IPS Terpadu diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam pemilihan alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Bagi siswa, untuk membantu peningkatan kemampuan berpikir kritis. Bagi peneliti, sebagai referensi yang ingin meneliti lebih lanjut.

G. Ruang Lingkup Penelitian


(32)

1. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan tipe

Jigsaw.

2. Subjek penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester II/Genap.

3. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTS Miftahul Huda Terbanggi Besar. 4. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis

Presseisen dalam Fisher (2009:14) mengatakan bahwa berpikir kritis diartikan sebagai ketrampilan berpikir yang menggunakan proses berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan.

Ennis (1985 dalam Costa ed., 1985:54-57) mengungkapkan kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan kedalam 5 indikator kemampuan yaitu :

a. memberikan penjelasan sederhana; b. membangun keterampilan dasar; c. menyimpulkan;

d. memberikan penjelasan lebih lanjut; dan e. mengatur strategi dan taktik


(34)

Sedangkan Angelo (1995:13) mengemukakan lima indikator dalam berpikir kritis. Lima indikator tersebut adalah sebagai berikut:

a. keterampilan menganalisis, yaitu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut,

b. keterampilan mensintesis, keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi susunan yang baru,

c. keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, yaitu keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian,

d. keterampilan menyimpulkan, yaitu kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan yang dimilikinya untuk mencapai pengertian baru,

e. keterampilan mengevaluasi/menilai, yaitu kemampuan menentukan nilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.

Dewey dalam Fisher (2009: 2) seorang filsuf, psikolog, dan edukator berkebangsaan Amerika, secara luas dipandang sebagai bapak tradisi berpikir kritis modern. Ia menamakannya sebagai berpikir reflektif dan mendefinisikannya sebagai pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.

Sapriya (2011: 87) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide, termasuk dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan. Tujuan berpikir kritis untuk menilai suatu pemikiran, menafsir nilai bahkan mengevaluasi pelaksanaan atau praktik suatu pemikiran dan nilai tersebut. Bahkan berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui.

Fisher (2009: 10) mengatakan bahwa agar kritis, berpikir harus memenuhi standar-standar tertentu mengenai kejelasan, relevansi, masuk akal, dan lain-lain, dan seseorang bisa lebih atau kurang terampil dalam hal seperti ini. Sedangkan menurut Ennis dalam fisher (2009: 4) berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mestinya dipercaya atau dilakukan.


(35)

Gleser dalam Fisher (2009: 3) mendefinisikan berpikir kritis sebagai. (1) Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang Metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menetapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Morgan dalam Septiana (2012: 18) mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis antar-Universitas

(Intercollege Committee on Critical Thinking)yang terdiri atas.

(1) Kemampuan mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecah masalah, (3) kemampuan mengenali asumsi-asumsi, (4) kemampuan merumuskan hipotesis, dan (5) kemampuan menarik kesimpulan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diartikan bahwa untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilakukan dengan cara tes evaluasi kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menemukan cara-cara yang dapat dipakai dalam menangani masalah-masalah, menyeleksi dan menyususun informasi yang diperlukan dan kemampuan menarik kesimpulan menggunakan bahasa yang tepat dan jelas. Kemampuan berpikir kritis juga dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam bertanya, menjawab pertanyaan serta kemampuan dalam menanggapi suatu masalah.

2. Model Pembelajaran Kooperatif TipeTeam Games Tournament

Model Kooperaktif tipe TGT dikembangkan oleh De Vries dan Saving (1978) di Universitas John Hopkins. TGT merupakan kegiatan


(36)

pembelajaran kooperaktif yang terdiri dari kegiatan pengajaran, kelompok belajar, dan pertandingan antar kelompok.

Pembelajaran kooperaktif tipe TGT hampir sama dengan pembelajaran kooperaktif tipe STAD. Hal ini sesuai dengan pendapat Wikandari dalam Dedeh Winarti (2004:10) yang mengungkapkan bahwa: Dalam metode yang berkaitan dengan STAD yang disebut Taem Games Tournamen

(TGT) siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk skor tim mereka.

Berdasarkan ungkapan tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya pembelajaran kooperaktif tipe TGT hampir sama dengan STAD, perbedaanya hanyalah pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan TGT tidak diadakan kuis,tetapi diadakan pertandingan antar kelompok. Pembelajaran kooperaktif tipe TGT memilik komponen-komponen sebagai berikut .

a. Presentasi Kelas

Guru menerangkan konsep-konsep garis besar materi yang berkaitan dengan pembelajaran dan siswa mendengarkan serta memperhatikan dengna baik.

b. Kelompok

Siswa terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Setelah guru menjelaskan konsep materi, setiap kelompok mengerjakan LKS ,berdiskusi memecahkan masalah bersama-sama, mencocokkan jawaban, dan memberi jawaban yang


(37)

benar kepada teman yang melakukan kesalahan. Setiap anggota kelompok harus yakin bahwa dirinya bener-bener telah menguasai materi, mempertanggungjawankanya dalam presentasi kelas dan mempersiapkan diri dalam turnamen.

c. Pertandingan (tournament)

Sebelum pertandingan antar kelompok mulai dilaksanakan, setiap anggota kelompok heterogen di pisah untuk sementar waktu. Siswa yang memiliki kemampuan sama dari setiap kelompok ditempakan dalam satu meja pertandiangan yang terdiri dari tiga meja atau empat orang, setelah siswa yang berkemampuan sama ditempatkan dalam satu meja pertandingan (anak yang cerdas dari setiga kelompok disatukan di meja 1, anak yang memiliki kemampuan sedang ditempatkan di meja 2, anak yang memiliki kempuan kurang ditempatkan di meja 3).

d. Penghargaan

Perolehan poin setiap anggota kelompok disumbangkan kepada kelompok dan digunakan untuk menetukan kelompok yang berhak mendapatkan penghargaan. Nilai kelompok dihitung berdasarkan jumlah poin yang diperoleh setiap anggota kelompok dalam pertandingan. Untuk menetukan poin kelompok digunakan rusmus: Nk = Jumlah poin anggota kelompok

Jumlah anggota Keterangan :


(38)

Selanjutnya, menurut Wartono dkk (2004) menyatakan bahwa dalam TGT ( Teams Games Tournament ) atau pertandingan-permainan-tim siswa memainkan permainan pengacakan kartu dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin pada skor tim mereka. Permainan ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberikan angka. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan-pertanyaan yanga relevan dengan materi pelajaran yang dirancang untuk mengetes kemapuan siswa dari penyampaian pelajaran siswa dikelas. Setiap wakil kelompok akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Permaianan ini dimainkan pada meja-meja pertanyaan yang sesuai.

Menurut Slavin dalam Rusman (2012:225) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan,yaitu tahap penyajian kelas (class presentasion), belajar dalam kelompok (teams),permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan (team recognition).

Selanjutnya menurut Saco dalam Rusman (2012:230), dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk memperolah skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran.

Menurut Huda (2014: 197) dalam TGT, siswa mempelajari materi di ruang kelas. Setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus (tabel turnamen), yang setiap minggunya harus diubah. Dalam TGT setiap anggota ditugaskan untuk mempelajari materinya terlebih dahulu bersama anggota-anggotanya, barulah mereka diuji secara individual melaluigameakademik.


(39)

Model pembelajaran Team Games Tournament ini berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (dalam aliran konstruktivisme). Peserta didik membangun (mengkonstruksi) pengetahuan berdasarkan pengetahuan awal kemudian memadukannya dengan pengetahuan dan pengalaman baru yang didapatkannya. Jadi perolehan pengetahuan ini bukan pemindahan dari guru langsung ke siswa, namun siswa tersebut yang harus aktif membangun pengetahuannya.

Menurut Rusman (2012:221) Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan tipe TGT sebagai berikut.

Kelemahan penggunaan metode pembelajaraan kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut.

1. Siswa mengembangkan serta menggunakan keterampilan berfikir dan kerjasama kelompok.

2. Menyuburkan hubungan positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda.

3. Mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandungreinforcement.

4. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang diharapkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

5. Dapat menuntun siswa untuk berkompetisi dalam suasana akademik yang sehat.

6. Dapat melatih keberanian siswa untuk tampil didepan umum.

Kelemahan penggunaan metode pembelajaraan kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut.

1. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini.

2. Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan kelas. Akan tetapi usaha sungguh-sungguh yang terus menerus akan dapat terampil menerapkan metode ini.

3. Membutuhkan waktu yang relatif lama.

Berdasarkan pengertian di atas, bahwa model TGT mengandung kegiatan-kegiatan yang bersifat permainan. Secara umum peran guru


(40)

dalam model ini adalah memacu siswa agar lebih serius dan semangat, kemudian membandingkannya dengan presentasi siswa (kelompok) lain. Dengan demikian, dapat ditentukan kelompok mana yang berhasil mencapai prestasi yang paling baik. Pembelajaran kooperatif TGT ini merupakan hasil modifikasi pembelajaran tutorial TGT di mana pada saat diskusi kelompok didesain kelompok-kelompok kooperatif.

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas selulur siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan

reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Bersumber dari beberapa pendapat dapat dinyatakan bahwa terdapat empat langkah kegiatan dalam pembelajaran kooperatif tipeTeam Games Tournament (TGT). Langkah-langkah tersebut adalah presentasi kelas, kegiatan kelompok, turnamen yang merupakan ajang kompetisi bagi siswa untuk menunjukkan prestasi mereka dan penghargaan yang menjadi alat ukur keberhasilan kelompok.


(41)

3. Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw

Teknik jigsaw pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1970 oleh Elliot Aronson dan mahasiswa di University of Texas dan University of California. Sejak itu, ratusan sekolah telah menggunakan kelas jigsaw dengan sukses besar. Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji(zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Model pembelajaran Jigsaw berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (dalam aliran konstruktivisme). Peserta didik membangun (mengkonstruksi) pengetahuan berdasarkan pengetahuan awal kemudian memadukannya dengan pengetahuan dan pengalaman baru yang didapatkannya. Jadi perolehan pengetahuan ini bukan pemindahan dari guru langsung ke siswa, namun siswa tersebut yang harus aktif membangun pengetahuannya.

Hal ini didukung oleh pendapat Brown (dalam Wardoyo, 2013: 29-30) teori kontruktivisme sosial Vygotsky yang menekankan pembentukan pengetahuan terbentuk melalui interaksi sosial. Sedangkan kontruktivisme kognitif Piaget menekankan bahwa perkembangan kognitif siswa akibat proses konstruksi pengetahuan dan eksplorasi yang dilakukan siswa dimana menekankan pada tahap perkembangan intelektual.


(42)

Sementara itu, jhonson and jhonson (dalam Teti Sobari 2006:31) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah : a. Meningkatkan hasil belajar.

b. Meningkatakan daya ingat.

c. Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi. d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu). e. Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen.

f. Meningkatkan sikap yang positif terhadap sekolah. g. Meningkatkan sikap yang positif terhadap guru.

h. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif. i. Meningkatkan keterampilan hidup gotong royong.

Suprijono (2013:23), mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif model jigsaw sebagai berikut :

a. Siswa dikelompokkan kedalam 1 sampai 5 anggota tim. b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru ( kelompok ahli ) untuk mendiskusikan subbab mereka.

e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli anggota kelpmpok kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai.

f. Tim tim ahli memepresentasikan hasil diskusi. g. Guru memberi evaluasi.

h. Penutup.

Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Asal

Kelompok Ahli


(43)

4. Minat Belajar

Minat adalah keingintahuan seseorang terhadap keadaan suatu objek yang terorganisasi melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian dan pencapaian (Sunarti, 2014: 47).

Kemudian Djaali (2012: 121) mengemukakan bahwa minat adalah sesuatu yang dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanefestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa minat adalah kecenderungan seseorang untuk menyukai suatu objek atau kegiatan yang terorganisasi melalui pengalaman dalam suatu aktivitas.

Kaitannya dengan belajar, Hansen dalam Susanto, Ahmad (2013: 57-58) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan. Dalam prakteknya, minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinya melalui belajar. Di mana identitas diri memiliki kaitan dengan peluang atau hambatan siswa dalam mengekspresikan potensi atau kreativitas dirinya sebagai perwujudan dari minat spesifik yang dia miliki. Adapun faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan lebih berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh situasi kelas, sistem, dan dorongan keluarga.

Susanto, Ahmad (2013: 58) berpendapat bahwa minat dapat berperan secara efektif untuk menunjang pengambilan keputusan oleh seseorang atau institusi. Secara konseptual, minat dapat dikatakan memegang peranan penting dalam menentukan arah, pola dan dimensi berpikir seseorang dalam segala aktivitasnya, termasuk dalam belajar.

Hamalik (2004: 158) berpendapat bahwa minat adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan


(44)

dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tanpa adanya tujuan, orang tidak akan berminat untuk berbuat sesuatu. Seorang siswa melakukan kegiatan belajar selalu mempunyai tujuan mengapa ia melakukan kegiatan belajar tersebut. Oleh karena itu, minat merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar. Adanya minat diharapkan dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam setiap kegiatan. Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa minat adalah kecendrungan seseorang tehadap suatu kegiatan yang di ekspresikan melalui aktivitas untuk dapat menunjukan kesukaan terhadap suatu hal daripada hal lainnya.

Menurut Rosyidah dalam Susanto, Ahmad (2013: 60), timbulnya minat dalam diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pertama, minat yang berasal dari dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah. Kedua, minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri individu, timbul seiring dengan dengan proses perkembangan individu bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan atau adat.

Selanjutnya Elizabeth Hurlock dalam Susanto, Ahmad (2013: 63) menyebutkan ada tujuh ciri-ciri minat, sebagai berikut:

a. minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental, misalnya perubahan minat dalam hubungannya dengan perubahan usia.

b. Minat tergantung pada kagiatan belajar. Kesiapan belajar merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat seseorang.

c. Minat tergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan belajar merupakan faktor yang sangat berharga sebab tidak semua orang dapt menikmatinya.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas. Keterbatasan ini mungkin dikarenakan keadaan fisik yang tidak memungkinkan.

e. Minat dipengaruhi budaya. Budaya sangat memengaruhi, sebab jika budaya sudah mulai luntur mungkin minat juga ikut luntur..

f. Minat berbobot emosional. Minat berhubungan dengan perasaan, maksudnya bila suatu objek dihayati sabagai sesuatu yang sangat


(45)

berharga, maka akan timbul perasaan senang yang akhirnya akan diminatinya.

Minat mempunyai pengaruh terhadap kegiatan belajar siswa. Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa. Suatu kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat siswa akan memungkinkan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan. Dengan adanya minat dan tersedianya rangsangan yang ada sangkut pautnya dengan diri siswa, maka siswa akan mendapatkan kepuasan batin dari kegiatan belajar tadi.

Indikator minat ada empat, yaitu: a) perasaan senang, b) ketertarikan siswa, c) perhatian siswa, dan d) keterlibatan siswa (Safari, 2003). Masing-masing indikator tersebut sebagai berikut.

a. Perasaan Senang

Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu matapelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut.

b. Ketertarikan Siswa

Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

c. Perhatian Siswa

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, dengan sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.

d. Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari objektersebut.

Di dunia pendidikan , minat memegang peran penting dalam belajar. Karena minat ini merupakan suatu kekuatan motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu benda, atau


(46)

kegiatan tertentu. Dengan demikian, minat merupakan unsur yang menggerakkan motivasi seseorang sehingga orang tersebut dapat berkonsentrasi terhadap suatu bebda atau kegiatan tertentu. Dengan adanya unsur minat belajar pada diri siswa , maka siswa akan memusatkan perhatiannya pada kegitan belajar tersebut. Dengan demikian, minat merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang kegiatan belajar siswa.

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dikatakan bahwa minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal yang dilakukan seseorang secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Dapat ditegaskan pula bahwa minat belajar siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang tercapainya efektivitas proses belajar mengajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan.

B. Penelitian yang Relevan

Upaya penulis untuk membandingkan hasil penelitian penulis dengan penelitian terdahulu maka dibawah ini penulis akan menuliskan beberapa penelitian yang relevan yang ada kaitannya dengan pokok masalah.


(47)

Judul Hasil Penelitian 1. Ike Dewi Septiana (2012)

Perbandingan Hasil Belajar Fisika Dan Kemampuan Berpikir Kritis Antara Model Pembelajaran PBI Dengan Inkuiri Terbimbing siswa kelas XI SMA Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012

Hasil belajar siswa pada model pembelajran TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan model GI. Dengan nilai rata-rata hasil belajar model pembelajaran TSTS 76,83 dan nilai rata-rata model pembelajaran GI 67,59. Kemampuan berpikir siswa pada model pembelajaran TSTS lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran GI. Dengan nilai rata-rata kemampua berpikir kritis model pembelajaran TSTS 79,83 dan nilai rata-rata GI 67,93.

2. Eka Noviyanti (2012)

Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dngan Memperhatikan Minat Belajar Pada Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012

(1) pada pengujian hipotesis pertama diperoleh Fhitung 5,039>Ftabel 4,11 dan

terlihat dari hasil belajar IPS Terpadu dengan menggunakan jigsaw 81,30 lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran koperatif tipe STAD 76,15.

(2) pada pengujian hipotesis kedua diperoleh Thitung2,198>Ttabel2,101 dan

terlihat dari hasil belajar IPS Terpadu siswa yang meiliki minat belajar tinggi dengan menggunakan metode jigsaw 83,50 lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran koperatif tipe STAD 76,70.

(3) pada pengujian hipotesis kedua diperoleh Thitung1,248>Ttabel2,101 dan

terlihat dari hasil belajar IPS Terpadu siswa yang meiliki minat belajar rendah dengan menggunakan metode jigsaw 77,70 lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran koperatif tipe STAD 73,10.

Tabel 1. Penelitian Yang Relevan Tabel 1. Penelitian Yang Relevan


(48)

Nurul Amalia Shadriana Hermasyah (2014) Efektivitas Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games Tournament

(TGT) dengan Teknik Permainan Word Square untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Perancis Tingkat Pemula

Hasil penilitian menujukan kemampuan menulis bahasa Prancis siswa mengalami peningkatan dengan nilai sebesar 33,2 yaitu selisih dari nilai prates sebesar 65,7 dan nilai pascates 89,9. Berdasarkanperhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 9,76, dengan taraf signifikansi 1% dan derajat kebebasan sebesar 24, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 2,79, yang berarti nilai t hitung > t tabel. Jadi hipotesis kerrja dalam penelitian ini diterima.

3. Rahma Intan Thalita (2013) Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament (TGT) dalam

Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menciptakan Kecakapan Kewarganegaraan Siswa (Studi Kuasi Eksperiment di Kelas X SMK Pasundan Subang pada Konsep Sistem Politik Indonesia.

Hasi penilitian menunjukkan bahwa data uji T-test Civic Skills yang merupakan penggabungan dari

Intellectual Skills dan Participatory Skills berbeda secara signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen. Ini ditandakan oleh kelas eksperimen nilai signifikansi (sig) sebesar 0,000 yang lebih besar dari 0,05. Rata-rata skor

civic skills kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan model kooperatif TGT pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan kecakapan kewarganegaraan (Civic Skills)

diperoleh data 164,61 yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan sebesar 144,82. Selisih rata-rata 19,79, artinya keadaan siswa kelas eksperimen lebih tinggi sehingga kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.


(49)

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Dimana dalam penelitian ini ada dua variabel independen yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (X1) dan jigsaw (X2). Variabel dependennya adalah kemampuan berpikir kritis (Y) melalui penerapan model pembelajaran tersebut. Minat belajar siswa sebagai variabel moderator dalam mata pelajaran IPS Terpadu.

1. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis yang Pembelajarannya Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament(TGT) danJigsaw.

Model pembelajaran merupakan salah satu factor yang menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajarann. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kesamaan dalam langkah pembelajaran, diantaranya dalam cara menentukan kelompok heterogen yang berdasarkan dari kemampuan, akademis, jenis kelamin yang berbeda. Dua jenis model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu kooperatif tipeTeam Games Tournament danJigsaw.

Model pembelajaran TGT, guru menjelaskan materi sebagai pengantar, kemudian guru membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen selanjutnya para siswa berdiskusi memecahkan masalah bersama-sama,


(50)

mencocokkan jawaban, dan memberi jawaban yang benar kepada teman yang melakukan kesalahan, kemudian diadakan pertandingan (tournament) yang digolongkan berdasarkan tingkat kemampuan siswa dari masing-masing kelompok setelah pertandingan selesai guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil mengumpulkan skor tertinggi. Dengan demikian diharapkan siswa lebih bisa memahami konsep, menambah pengetahuannya serta dapat menemukan kemungkinan solusi dari permasalahan. Dalam proses pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ada beberapa indikator dari kemampuan berfikir kritis yang dapat terpenuhi yaitu diantaranya memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar dan mengatur strategi dan taktik.

Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Model pembelajaraanjigsawterdiri dari empat tahap kegiatan siswa yang menekankan apa yang diikerjakan siswa pada setiap tahapnya. Tahap yang pertama adalah Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. Dalam tahap ini siswa secara individu siap mempelajari materi yang menjadi bagiannya membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah-langkah penyelesaian


(51)

dalam bahasanya sendiri. Setelah tahap tersebut, dilanjutkan dengan tahap berikutnya yaitu anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka. Tahap ini dimaksudkan agar siswa dapat memperoleh informasi yang lebih banyak dengan cara bertukar fikiran dengan teman yang memperoleh bagian materi yang sama.

Tahap selanjutnya yaitu sebagai tim ahli anggota kelompok kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai. Hal ini selain untuk mengasah materi yang mereka kuasai tapi juga untuk melatih kemampuan mereka dalam menyampaikan informasi kepada orang lain. Tahap terakhir dari model pembelajaran jigsaw adalah presentasi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat berbagi pendapat dalam ruang lingkup yang lebih besar yaitu dengan teman satu kelas. Setelah selesai presentasi, kemudian dibuka forum tanya jawab dimana semua siswa berhak mengajukan pertanyaan atau pendapat yang sifatnya mendukung jawaban ataupun menyanggah jawaban temannya yang presentasi. Setelah tanya jawab selesai, dilakukan sebuah penyimpulan bersama tentang materi yang dipelajari. Pada model pembelajaran Team games tournament dilakukan secara berdiskusi dan pemahaman tentang materi yang didiskusikan melakukan pematangan materi dengan presentasi kemudian dipertandingkan yang memungkinkan indikator dari kemampuan berfikir kritis dapat terpenuhi


(52)

yaitu diantaranya memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar dan mengatur strategi dan taktik.

ModelJigsaw dilakukan secara berdiskusi kemudian hasil diskusi ditulis lalu dipresentasikan di depan kelas, hal ini dapat memicu siswa untuk bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan setiap tugasnya dan indikator dari kemampuan berfikir kritis yang dapat terpenuhi yaitu diantaranya memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar. Pada saat presentasi siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan lebih mendominasi di kelas, sehingga terdapat perbedaan dalam kemampuan berpikir kritis yang ditunjukkan juga oleh jumlah indikator yang dapat terpenuhi siswa melalui model pembelajaran Team Games Tournament

dibandingkan dengan model pembelajaranJigsaw.

2. Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah yang Menggunakan Model Pembelajaran Tipe TGT Lebih Tinggi Dibandingkan dengan yang Menggunakann Model Pembelajaran Tipe Jigsaw.

Pemahaman siswa dapat diperoleh dari pembelajaran dan dapat dilihat dari aktivitas belajar serta kemampuan berpikir kritis siswa. Aktivitas belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), bagi siswa yang memiliki minat belajar rendah, siswa harus mempersiapkan diri secara optimal karena siswa dituntut untuk berpikir dan menyelesaikan masalah serta harus dapat menjelaskan atau mempresentasikan secara individu dan juga harus mempersiapkan diri dalam pertandingan.


(53)

Menurut Slavin (2008), perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama yang memfokuskan pada penghargan atau struktur dimana para siswa bekerja. Deutsch dalam slavin (2008) mengidentifikasi 3 srtuktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif yaitu : 1. Kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu

memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain. 2. Kompetitif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu

menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.

3. Individualistik, dimana usaha berorientasi tujuan dari individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.

Struktur tujuan kooperatif di dalam perspektif motivasional menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, merka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun agar kelompok mereka berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal. Hal ini mendorong siswa yang mempunyai minat cenderung rendah akan memiliki motivasi lebih agar dapat bersaing dengan teman sekelas yang memiliki kecenderungan lebih aktif dikelas.

Aktivitas belajar siswa yang memiliki minat belajar rendah pada model pembelajaran Jigsaw ini, akan merasa sulit menyesuaikan diri, siswa dituntut untuk memahami materi atau harus bisa menguasai materi yang


(54)

diberikan, siswa harus berpikir dan memecahkan masalah sesuai kemampuan yang mereka miliki, siswa hurus menuliskan hasil diskusi kelompok secara individu serta harus mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas. Dari pemaparan penulis dan didukung oleh teori diatas, maka diduga kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar rendah yang menggunakan model pembelajaran

Team Games Tournament (TGT) lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaranJigsaw.

3. Kemampuan Berpikir Kritis pada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi yang Menggunakan Model Pembelajaran Tipe TGT Lebih Rendah Dibandingkan dengan yang Menggunakann Model Pembelajaran Tipe Jigsaw.

Aktivitas belajar pada model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), bagi siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan berkemampuan untuk menguasi materi terkadang masih kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya karena hanya akan berkonsentrasi dalam mempersiapkan dirinya dalam pertandingan yang akan diadakan diakhir pembelajaran dan tidak menyadari bahwa temannya yang memiliki minat belajar rendah akan berusaha memahami materi secara maksimal.

Kelemahan dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini merupakan kendala aplikasi model dilapangan yang harus dicari jalan keluarnya, menurut roy killen adalah :


(55)

1. Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah “peer teaching” pembelajaran oleh teman sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain. Dapat dimungkinkan, siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan lebih aktif dalam diskusi pemecahan masalah, siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan semakin memahami materi dan semakin baik pengetahuannya karena ia memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap materi diskusi pemecahan masalah yang diberikan oleh guru.

2. Dirasa sulit untuk meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi kepada teman, jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri. Siswa yang memiliki minat belajar rendah cenderung lebih mengandalkan yang memiliki kemampuan berfikir yang lebih dalam menyampaikan informasi dan berdiskusi. Sedangkan, siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan berusaha membuat teman satu kelomoknya dapat mengerti apa yang dia sampaikan,sehingga akan berusaha mencari informasi yang memadai serta berusaha membuat kelompoknya dapat menampilkan presentasi yang maksimal didepan kelas. Diduga kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) lebih rendah dibandingkan dengan model pembelajaranJigsaw.


(56)

4. Ada Interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif dengan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

Jika pada model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT), siswa yang memiliki minat belajar rendah dalam pelajaran IPS Terpadu kemampuan berpikir kritisnya lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi, dan jika model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa yang memiliki minat belajar tinggi kemampuan berpikir kritisnya lebih baik dari pada siswa yang memiliki minat belajar rendah, maka terjadi interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan minat belajar.

D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka pikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Team Games Tournament (TGT) dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw.

2. Kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipeTeam Games Tournament (TGT) lebih tinggi dibandingkan yang pembelajaannya menggunakan model kooperatif tipeJigsaw.


(57)

3. Kemempuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model koopratif tipeJigsaw.

4. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.


(58)

III.METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan, variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat (Sugiyono, 2013: 107). Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel atau lebih pada dua atau sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono, 2013: 57). Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan panelitian lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, untuk mereduksi bila dipandang terlalu luas (Sugiyono,2013: 93).

Penelitian eksperimen yang sebenarnya harus dapat mengontrol semua sumber yang dapat mempengaruhi validitas. Prinsip ekuivalen anatara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol harus melalui prosedur random, sedangkan dalam penelitian pendidikan yang berlangsung di kelas


(59)

sangat sulit melakukan hal ini karena, dalam penelitian ini akan dipilih dua subjek yang sudah ada kemudian memberikan perlakuan eksperimental. Berdasarkan hal tersebut, penelitian eksperimen ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari perlakuan atau tindakan terhadap suatu kelompok tertentu dibandingkan kelompok lain menggunakan perlakuan berbeda.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental semu (quasi experimental design) dengan pola treatment by level design penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau ekspeimen semu, namun pada variabel moderator (minat) digunakan treatment by level designkarena dalam hal ini hanya model pembelajaran yang diberi perlakuan terhadap hasil belajar. Bentuk penelitian ini banyak digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2003: 16).

Kelas yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Team Games Tournamaent sebagai kelas eksperimen disebut variabel eksperimental (X1) sedangkan kelas yang melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw sebagai kelas kontrol disebut variabel bebas (X2). Variabel ketiga dalam penelitian inidisebut

variabel moderator yaitu minat belajar. Desain penelitian digambarkan sebagai berikut.


(60)

Tabel 2. Desain Penelitian

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTS Miftahul Huda Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah populasi dan karakteristik yang dimiliki oleh popuasi tersebut (Sugiyono, 2013:118). Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah kelas VIIIA dan VIIIC. Hasil tersebut berdasarkan penggunaan teknik cluster random samplingdiperoleh kelas VIIIA dan VIIIC sebagai sampel kemudian kedua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil undian diperoleh VIIIC sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelas VIIIA kelas ekperimen dengan Model

Pembelajaran

Minat Belajar

Pembelajaran Tipe TGT Pembelajaran Tipe Jigsaw

Rendah Kemampuan Berpikir Kritis > Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi Kemampuan Berpikir Kritis < Kemampuan Berpikir Kritis


(61)

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel bebas (independent), terikat (dependent),dan variabel moderator.

1. Variabel Bebas(Independent)

Variabel bebas dilambangkan dengan X adalah variabel penelitian yang mempengaruhi penelitian lain. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament(X1) dan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw

(X2).

2. Variabel Terikat (dependent)

Variabel terikat dengan lambang Y adalah variabel yang akan diukur untuk mengetahui pengaruh lain sehingga sifatnya bergantung pada variabel yang lain. Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeTeam Games Tournament (Y1) dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw(Y2).

3. Variabel Moderator

Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan


(1)

110

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kemampuan berpikir kritis tersebut diperoleh berbeda karena kedua model ini diterapkan di dua kelas yang berbeda. Model Team Games Tournament diterapkan di kelas eksperimen sedangkan modelJigsawditerapakan di kelas kontrol.

2. Kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament lebih tinggi dibandingkan yang pembelajaannya menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini dikarenakan pada siswa yang memiliki minat belajar rendah yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament mereka akan berusaha lebih aktif dalam diskusi dan tidak ingin kelompoknya mendapat hasil turnamen yang buruk, dan mereka cenderung memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap turnamen yang diberikan oleh guru.


(2)

111

3. Kemampuan berpikir kritis pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model koopratif tipe Jigsaw. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament merasa sudah mempersiapkan diri secara optimal dan percaya dengan kemampuannya dibandingkan dengan rekan yang cenderung miliki minat rendah. Sedangkan siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw akan berusaha membantu dengan sekuat tenaga agar kelompoknya dapat melakukan presentasi dengan baik didepan kelas. Sehingga siswa tersebut bisa memperoleh kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi.

4. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini berarti terdapat pengaruh bersama atau joint effect antara model Team Games Tournament dan Jigsaw dengan minat belajar siswa terhadap rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa.

B. Saran

Berdasarkan penelitian tentang kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament dan model Jigsaw dengan memperhatikan minat belajar siswa, maka penulis menyarankan:


(3)

112

1. Hendaknya untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran, sebaiknya guru dapat memilih model pembelajaranTeam Games Tournamentuntuk pokok bahasan Sistem ekonomi karena dapat menumbuhkan antusias siswa dalam pembelajaran sehingga siswa lebih efektif dan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat.

2. Sebaiknya, jika siswa dalam kelas memiliki minat belajar rendah dalam pembelajaran bisa menerapkan model pembelajaran Team Games Tournamentuntuk pokok bahasan Sistem Ekonomi karena dapat menggali potensi berpikir siswa.

3. Sebaiknya, siswa yang memiliki minat belajarnya tinggi dalam pembelajaran dapat menerapkan Jigsaw untuk pokok bahasan sistem ekonomi karena dapat memberikan rangsangan kepada siswa agar berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar dan termotivasi untuk membantu rekan yang berkemampuan tidak lebih baik dari dirinya.

4. Model pembelajaran Team Games Tournament dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa baik untuk yang memiliki minat belajar tinggi maupun rendah untuk pokok bahasan Sistem ekonomi, sehingga model ini dapat digunakan dalam pembelajaran. Tetapi, pada dasarnya setiap model pembelajaran dapat meningkatkan hasil pembelajaran bergantung bagaimana dalam pelaksanaan dan pengaplikasian model itu sendiri. Pemilihan model pembelajaran juga harus disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Angelo, Thomas A. & Cross, Patricia (1995). Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College Teachers, 2nd edition.

Arikunto, Suharsimi. (2013).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

. (2010).Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Costa, A.L., (1985). Glossary of thinking skills. Dalam A.L, Costa (Ed).

Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria : ASCD.

Depdiknas, 2006,Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,Jakarta

Dimiyati dan Mudjiono. (2006).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djaali. (2012).Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2010).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ennis, Robert H. 1962. A concept of critical thinking. Harvard Educational Review, Vol 32(1), 81-111.

Fisher, Alec. 2009.Berfikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hamalik, Oemar. (2004).Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hermasyah, Nurul Amalia Shadriana (2014)Efektivitas Metode Pembelajaran

Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan Teknik Permainan Word Square untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Perancis Tingkat Pemula.Universitas Pendidikan Indonesia. dari


(5)

http://repository.upi.edu/cgi/search/simple?q=TAI&_action_search=Search &_action_search=Search&_order=bytitle&basic_srchtype=ALL&_satisfya ll=ALL. Diakses pukul 19.10 tanggal 22 November 2014.

http://www.kajianteori.com. http://rizardian.blogspot.com.

Huda, Miftahul. 2014.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. 2011.Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Lie, Anita. 2002.Cooperative Learning. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta

Noviyanti, Eka. 2012.Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dngan Memperhatikan Minat Belajar Pada Siswa Kelas IX Semester Genap SMP Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Rusman.2011.Model-model Pembelajaran Mengembengan Profesionalisme

Guru. Rajawali Pers: Jakarta.

Safari.2003.Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi.Jakarta:APSI Pusat.

Samuelson, Paul A. (2014).Pengertian dan Definisi Ekonomi Menurut Para Ahli. dari

http://carapedia.com/pengertian_definisi_ekonomi_menurut_para_ahli_info50 1.html. diakses pukul 15.10 tanggal 22 November 2014.

Sani, Ridwan Abdullah. (2013).Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Sapriya (2011).dari http://www.kajianteori.com.

Septiana Ike Dewi. 2012.Perbandingan Hasil Belajar Fisika Dan Kemampuan Berpikir Kritis Antara Model Pembelajaran PBI Dengan Inkuiri

Terbimbing siswa kelas XI SMA Negeri 1 Metro.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Slameto. (2013).Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.


(6)

Slavin, Robert E. (2009).Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sobari, Teti. 2006.Menulis Paragraf Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Sma. Tesis.

Sudjarwo dan Basrowi. (2008).Pranata dan Sistem Pendidikan. Kediri: Jenggal Pustaka Utama.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sukardi 2003.Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara. Sunarti dan Sally Rahmawati. (2014).Penilaian dalam Kurikulum 2013

(Membantu Guru dan Calon Guru Mengetahui Langkah-langkah Penilaian Pembelajaran).Yogyakarta: Andi.

Suprijono, Agus. 2013.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. (2013).Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamadia Group.

Thalita, Rahma Intan. 2013.Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menciptakan Kecakapan Kewarganegaraan Siswa (Studi Kuasi

Eksperiment di Kelas X SMK Pasundan Subang pada Konsep Sistem Politik Indonesia.Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Wardoyo,Sigit Mangun. (2013).Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung: Alfabeta.

Wartono, Dkk 2004,Http//Hasmansulawesi, blogpost /2008/8/ meningkatkan perstasi belajar.15 html

Winarti, Dedeh. 2005.Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt Sebagai Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Zubaedi. 2012.Desain Pendidikan Karakter konsepsi dan Aplikasinya dalam Lebaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

PERBANDINGAN KETERAMPILAN SOSIAL YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, INTELLECTUALY (SAVI) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN IPS DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDA

0 13 113

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN ADVERSITAS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 B

0 6 103

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS.

0 0 6