Metode Pengolahan Data Analisis Data
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan atas bahasan dari penelitian maka penulis menyarankan, pertama,
dilakukan amandemen terhadap UUD 1945 dengan memasukkan ketentuan terkait pembuatan perjanjian internasional pada bab
khusus yang mengatur ketentuan tentang Kekuasaan Hubungan Luar Negeri. Kedua, penyusunan peraturan perundang-undangan baru yang mengatur tentang
perjanjian internasional sebagaimana amanat Pasal 11 ayat 3 UUD 1945 untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional. Hal tersebut ditujukan untuk menyesuaikan peraturan perundang- undangan tentang perjanjian internasional terhadap UUD Tahun 1945 hasil
perubahan yaitu dalam hal penguatan kedudukan DPR sebagai lembaga yang menentukan disahkan atau tidaknya suatu perjanjian internasional yang dibuat
Presiden. Penguatan tersebut dalam bentuk mengatur ulang pengertian perjanjian internasional berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2000, meniadakan ketentuan
tentang pembatasan hak menyetujui DPR hanya pada perjanjian internasional yang mensyaratkan pengesahan dan memperbaharui kriteria-kriteria materi
perjanjian internasional yang harus memperoleh persetujuan DPR lalu kemudian menyesuaikannya dengan ketentuan Pasal 11 ayat 2 UUD 1945.
ABSTRAK
KEDUDUKAN PRESIDEN DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM PEMBUATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL
Oleh
Dewa Putu Adi Wibowo
Tujuan penulisan skripsi ini untuk menganalisis kedudukan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembuatan perjanjian internasional sebagaimana
ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan normatif analitis,
sedangkan analisis dilakukan secara induktif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan Presiden adalah sebagai pemegang kekuasaan
pembuatan perjanjian internasional dan kedudukan DPR sendiri menjadi lembaga penentu yang menentukan disahkan atau tidaknya suatu perjanjian internasional
melalui persetujuan. Hal tersebut dikarenakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengadopsi sistem pembagian kekuasaan negara
yang mengedepankan prinsip chek and balances dalam pengelolaan kekuasaan negara. Sesuai dengan prinsip tersebut maka kekuasaan membuat perjanjian
internasional yang merupakan salah satu jenis kekuasaan pemerintahan negara harus diawasi melalui keharusan diperolehnya persetujuan DPR. Kedudukan
DPR tersebut dibatasi hanya pada perjanjian internasional yang mensyaratkan pengesahan dan kriteria sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.
Kata Kunci: Kedudukan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat, Perjanjian Internasional
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Tua Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung pada tanggal 28
Januari 1987, anak ke 9 dari 9 bersaudara dari ayah yang bernama Dewa Aji Putu Wartha Sudira dan ibu yang bernama
Desak Nyoman Wiryati. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Tiuh Tohou, kemudian
melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah dan SMA Negeri 1 Terusan Nunyai sampai tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru SPMB.
Selama 7 tahun menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penulis sempat aktif di berbagai kepengurusan organisasi baik organisasi kemahasiswaan maupun
organisasi massa. Penulis pernah terpilih sebagai Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa DPM Fakultas Hukum Universitas Lampung 2006-2007, Wakil
Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa BEM Fakultas Hukum Universitas Lampung 2007-2008, Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Pimpinan
Daerah Kesatuan Mahasiswa Hindu Indonesia KMHDI Lampung 2006-2008, anggota Dewan Penasehat Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu UKMH Universitas
Lampung 2007-2008, Ketua Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi LMND Eksekutif Kota Bandar Lampung 2009-2010, dan Ketua Transisional Komite