KEDUDUKAN PRESIDEN DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM PEMBUATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

(1)

ABSTRACT

The Position of President and Council in The International Agreements Making By

Dewa Putu Adi Wibowo

The objective of this thesis is to analyze the position of president and council in the board of the authority in the treaties making under the prevision article 11 of the 1945 constitution. The research design of this research is normatical analitic, than the analysis was held in inductive qualitative. The research result show us that the international agreements is the authority of the president but the legalization is the council with the agreements. That position because of the constitution 1945 adopt system of state power division which chack and balance is the priority in the management of the state. Based on that priority the decision of international agreements making one of the state authority that have to be controled with an agreement of the council. Position of the council in the international agreements is restricted to the legalization only and the criteria that are set in the law no 24 of year 2000 about international agreements.

Keyword : The position of President and Council in the board of authority, International Agreements.


(2)

ABSTRAK

KEDUDUKAN PRESIDEN DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM PEMBUATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Oleh

Dewa Putu Adi Wibowo

Tujuan penulisan skripsi ini untuk menganalisis kedudukan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembuatan perjanjian internasional sebagaimana ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan normatif analitis, sedangkan analisis dilakukan secara induktif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan Presiden adalah sebagai pemegang kekuasaan pembuatan perjanjian internasional dan kedudukan DPR sendiri menjadi lembaga pengawas yang menentukan disahkan atau tidaknya suatu perjanjian internasional melalui persetujuan. Hal tersebut dikarenakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengadopsi sistem pembagian kekuasaan negara yang mengedepankan prinsip chek and balances dalam pengelolaan kekuasaan negara. Sesuai dengan prinsip tersebut maka kekuasaan membuat perjanjian internasional yang merupakan salah satu jenis kekuasaan pemerintahan negara harus diawasi melalui keharusan diperolehnya persetujuan DPR. Kedudukan DPR tersebut dibatasi hanya pada perjanjian internasional yang mensyaratkan pengesahan dan kriteria sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

Kata Kunci: Kedudukan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat, Perjanjian Internasional


(3)

(4)

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kehidupan bersama bangsa-bangsa dewasa ini semakin tidak mengenal batas negara dan cenderung pada terbentuknya suatu sistem global sehingga mendorong semakin banyak pula dilangsungkannya kesepakatan antar negara-negara dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dituangkan dalam bentuk perjanjian internasional. Kesepakatan antar negara atau pun antara negara dengan subjek hukum internasional lainnya yang dituangkan dalam bentuk perjanjian internasional tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan dinamika Hukum Tata Negara, hal tersebut nampak pada fakta bahwa perjanjian internasional merupakan salah satu sumber Hukum Tata Negara. Menurut Jimly Asiddiqie :1

Traktat atau perjanjian adalah salah satu sumber hukum formil dari Hukum Tata Negara, sepanjang traktat atau perjanjian itu menentukan segi Hukum Ketatanegaraan yang hidup bagi negara masing-masing yang terikat di dalamnya, sekali pun ia termasuk dalam bidang Hukum Internasional.

Di samping sebagai salah satu sumber Hukum Tata Negara, perjanjian internasional disebut memiliki kaitan erat dengan Hukum Tata Negara karena dalam pembuatannya diperlukan adanya mekanisme ketatanegaraan. Berkenaan dengan mekanisme ketatanegaraan yang terdapat pada pembuatan perjanjian internasional diatur lebih lanjut dalam Pasal 11 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi :

(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.

1

Jimly Asiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara jilid I, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan MK RI, Jakarta, 2006, hal. 230


(5)

(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.

Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945 secara eksplisit menyebutkan kekuasaan untuk membuat perjanjian internasional dipegang oleh Presiden dan menekankan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk perjanjian internasional yang akan dibuat oleh Presiden. Pasal 11 ayat (1) UUD 1945 mengatur tentang perjanjian dengan negara lain dan diperlukannya persetujuan DPR, selanjutnya Pasal 11 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan terdapat jenis perjanjian internasional lainnya yang harus memperoleh persetujuan DPR yaitu perjanjian internasional yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang. Untuk mengetahui makna frasa perjanjian internasional lainnya sesuai dengan ketentuan Pasal 11 ayat (3) UUD 1945 maka diperlukan pengaturan lebih lanjut oleh suatu undang-undang.

Dewasa ini peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perjanjian internasional adalah UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Pasal 1 Huruf a UU Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional sendiri mengartikan perjanjian internasional sebagai perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik. UU Nomor 24 Tahun 2000 dengan demikian membatasi pengaturan hanya pada perjanjian internasional yang diatur dalam hukum internasional serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik saja.


(6)

Lebih lanjut hubungan Presiden dan DPR dalam pembuatan suatu perjanjian internasional sebagai penerapan makna persetujuan DPR Pasal 11 UUD 1945 diatur dalam Pasal 9 ayat (1) dan (2) UU Nomor 24 Tahun 2000, menurut pasal tersebut perjanjian internasional hanya akan disahkan melalui undang-undang atau keputusan presiden apabila perjanjian internasional tersebut mempersyaratkan pengesahan. Pasal 9 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2000 karena itu memberi batasan kriteria bahwa hanya pada perjanjian internasional yang mensyaratkan adanya pengesahan saja persetujuan DPR diharuskan.

Pengesahan melalui Undang-Undang sebagaimana yang dimaksud Pasal 9 ayat (2) UU Nomor 24 Tahun 2000 harus terlebih dahulu memenuhi kualifikasi yang disyaratkan dalam Pasal 10 UU Nomor 24 Tahun 2000 dengan ketentuan kriteria materi perjanjian internasional sebagai berikut:

a. masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara;

b. perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik Indonesia; c. kedaulatan atau hak berdaulat negara;

d. hak asasi manusia dan lingkungan hidup; e. pembentukan kaidah hukum baru;

f. pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

Diaturnya kriteria perjanjian internasional yang disahkan melalui undang-undang bermakna tidak seluruh perjanjian dengan negara lain harus memdapatkan persetujuan DPR demikian pula perjanjian internasional lainnya sebagaimana yang dimaksud Pasal 11 ayat (2) UUD Tahun 1945 karena terlebih dahulu mempertimbangkan apakah perjanjian internasional tersebut berkaitan dengan beban keuangan negara yang dapat menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat atau tidak.


(7)

Batasan untuk perjanjian internasional yang memperoleh persetujuan DPR dalam UU Nomor 24 Tahun 2000 adalah perjanjian yang diatur dalam Hukum Internasional serta berdampak pada timbulnya hak dan kewajiban pada bidang hukum publik, perjanjian internasional yang mensyaratkan pengesahan dan ketentuan Pasal 10 UU Nomor 24 Tahun 2000. UUD Tahun 1945 di sisi lain hanya memberi pertimbangan konstitusional pada aspek materi perjanjian saja, persoalan akan muncul ketika meski terdapat pembuatan perjanjian dengan materi yang diatur dalam ketentuan Pasal 11 ayat (2) UUD Tahun 1945 dan Pasal 10 UU Nomor 24 Tahun 2000 serta melibatkan unsur asing namun perjanjian yang dibuat tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik dan tidak mensyaratkan pengesahan maka perjanjian tersebut dengan demikian tidak memerlukan persetujuan DPR. Berikut merupakan contoh-contoh dari pertentangan yang pernah terjadi dalam praktek pembuatan perjanjian internasional di Indonesia.

Pada tahun 2010 DPR melakukan penolakan terhadap permohonan pemerintah kepada DPR tahun 2010 untuk mengesahkanAgreement between the Government of the Republic of Indonesia and Government of the Russian Federation on Militarry-Technical Cooperation 20032 yaitu dengan sikap menolak usulan Rancangan Undang-Undang Kerjasama Teknik Militer Rusia dan Indonesia.

Perbedaan pandangan mengenai usulan Rancangan Undang-undang tersebut bermula dari sikap pemerintah yang menilai bahwa perjanjian tersebut masuk pada kategori Pasal 10 huruf a UU Nomor 24 Tahun 2000 karena berkaitan dengan masalah pertahanan. DPR dalam hal ini Komisi I justeru menilai meskipun menyangkut pertahanan , perjanjian ini bersifat teknis karena memuat

2

Dikutip dari : Damos Dumoli Agusman, Hukum Perjanjian Internasional ( Kajian Teori dan Praktik di Indonesia) Rafika Aditama , Bandung, 2010, hal. 87


(8)

prihal kegiatan produksi, pembelian dan pemeliharaan alat-alat militer. Perbedaan pandangan antara Presiden dan DPR berujung pada kesepakatan bahwa pengesahan Perjanjian tentang Kerja Sama Teknik Militer Rusia dan Indonesia cukup dengan menggunakan Keputusan Presiden sebagaimana ketentuan Pasal 11 UU Nomor 24 Tahun 2000

Contoh berikutnya dapat diamati pada pengajuan permohonan uji Materiil UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi oleh 8 anggota DPR RI, dan berujung pada dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 20/PUU-V/2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang Pengujian UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi terhadap Undang-undang Dasar 1945.

Permasalahan yang menjadi pokok perkara dalam kasus ini adalah keberatan 8 anggota DPR terhadap Pasal 11 ayat (2) UU Nomor 22 Tahun 2001. Ketentuan tersebut berbunyi, Setiap Kontrak Kerja Sama yang sudah ditandatangani harus diberitahukan secara tertulis kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, yang mengisyaratkan bahwa, pemerintah tidak perlu meminta pertimbangan atau persetujuan kepada DPR jika mengadakan Kontrak Kerja Sama (KKS) sektor Migas dengan kontraktor asing. DPR hanya akan menerima sebatas salinan kesepakatan setelah pemerintah dan kontraktor menandatangani KKS.

Menurut pendapat pemerintah sesuai dengan Pasal 1 huruf a UU Nomor 24 Tahun 2000 maka Kontrak Kerja Sama (KKS) sektor Migas antara BP Migas dengan kontraktor asing bukan merupakan perjanjian internasional. Berbeda dengan pendapat pemerintah, para pemohon uji


(9)

materi berpandangan bahwa ketentuan pasal 11 ayat (2) UU Nomor 22 Tahun 2001 tersebut dianggap bertentangan dengan pasal 11 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar 1945.3

Pada uraian dan contoh yang telah dikemukakan di atas meski telah jelas diatur dalam Pasal 11 UUD 1945 dan Pasal 10 UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, masih terjadi perbedaan pendapat dan kerancuan mengenai jenis-jenis perjanjian internasional yang dibuat Presiden dengan keharusan memperoleh persetujuan DPR. Karenanya penulis tertarik untuk melakukan kajian terkait “KEDUDUKAN PRESIDEN DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM PEMBUATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL”.

I.2 PERMASALAHAN

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah kedudukan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembuatan perjanjian internasional?

I.3 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penilitian ini dikhususkan pada bidang Ilmu Hukum Kenegaraan karena mengkaji mengenaikedudukan Presiden dan DPR dalam pembuatan perjanjian internasional.

I.4 TUJUAN DAN MANFAAT I.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud ditujukan untuk :

3

Laporan Putusan MK terkait uji materi UU Migas (putusan ringkasan),www. Djpp depkumham.go.id, diunduh pada 31 Desember 2011, hal. 2


(10)

Untuk mengetahui dan menganilisis mengenai kedudukan Presiden dan DPR dalam pembuatan perjanjian internasional

I.4.2 Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan tujuan yang hendak diperoleh dari penelitian ini, maka penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat ke depannya.

1.4.2.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan memperkaya khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam lingkup ilmu Hukum Tata Negara

I.4.2.2 Manfaat praktis

Diharapkan penelitian ini nantinya dapat menjadi bagian dari evaluasi terhadap perangkat aturan mengenai kedudukan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam membuat perjanjian internasional. Manfaat berikutnya yang tidak kalah penting penulis harapkan dapat terwujud adalah penelitian ini dapat memberi sumbangsih kepada Fakultas Hukum Universitas Lampung, tempat penulis mencari ilmu pengetahuan serta untuk melengkapi salah satu syarat akademik dalam rangka ujian akhir guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(11)

(12)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.1 Kajian penelitian mengenai Kedudukan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pembuatan Perjanjian Internasional ini bersifat yuridis normatif atau yuridis dogmatik (dogmatic or theoretical law research) yang pembahasannya didasarkan pada perundang undangan dan prinsip hukum yang berlaku.

Pendekatan masalah yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis (statute approach) dan analitik. Pendekatan secara yuridis digunakan untuk memaparkan muatan UUD 1945 yang berkaitan dengan Kedudukan Presiden dan DPR dalam pembuatan perjanjian internasional dan batasan-batasannya.

Pendekatan analitik digunakan untuk mengungkapkan secara komferhensif berkenaan dengan kedudukan Presiden dan DPR dalam pembuatan perjanjian internasional disertai analisis mengenai pembatasan kekuasaan Presiden akibat konsekuensi dari penerapan prinsip chek and balancesdalam hukum ketatanegaraan Indonesia.

3.2 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi: 1


(13)

1. Bahan hukum primer, yaitu:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 b. Konstitusi Republik Indonesia Serikat

c. Undang-Undang Dasar Sementara 1950

d. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional

e. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

f. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

g. Surat Presiden Nomor : 2826/HK/1960 Tanggal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjian-Perjanjian dengan Negara Lain.

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer yang dalam hal ini adalah teori-teori dan pendapat karya para ahli yang sifatnya menunjang bahan hukum primer. Misalnya : Hukum Perjanjian Internasional (Kajian Teori dan Praktek) oleh Damos Dumoli Agusman dan Akibat Hukum di Dalam Negeri Pengesahan Perjanjian Internasional (Tinjauan Hukum Tata Negara) oleh Bagir Manan.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti: Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Metode pengumpulan data pada penulisan skripsi ini adalah studi kepustakaan dikarenakan dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari referensi dan literatur untuk menafsirkan dan


(14)

menganalisis UUD 1945 terkait dengan kedudukan Presiden dan DPR dalam membuat perjanjian internasional.

3.3.2 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data pada penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Seleksi data, yaitu data yang diperoleh diperiksa untuk mengetahui apakah masih terdapat kekurangan-kekurangan, serta apakah data tersebut sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas.

2. Mengklasifikasikan data secara cermat dengan cara mengelompokkan menurut bagiannya masing-masing, kemudian dipilih mana yang sesuai dengan pokok pembahasan.

3. Penyusunan data, yaitu menyusun data berdasarkan kerangka pokok bahasan yang telah ditentukan guna memudahkan analisis data.

3.3.3 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara indukti kualitatif dan komprehensif, dalam artian kualitatif yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur dan tidak tumpang tindih dan efektif sehingga memudahkan interprestasi data dan pemahaman analitis. Dikatakan komprehensif karena analisis data dilakukan secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian. Terhadap data yang dianalisis tersebut kemudian dilakukan interpretasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang ada, selanjutnya dapat diambil suatu kesimpulan dan diajukan saran.


(15)

(16)

1

V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan atas permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan, pertama, kedudukan Presiden adalah sebagai pemegang kekuasaan dalam membuat perjanjian internasional, hal ini dapat dijelaskan dengan melihat UUD 1945 sebagai suatu sistem di mana Pasal 11 UUD 1945 merupakan bagian dari Bab III UUD 1945 yang memuat tentang ketentuan-ketentuan mengenai kekuasaan pemerintahan negara. Seluruh perjanjian internasional yang akan dibuat harus terlebih dahualu melalui mekanisme konsultasi dan koordinasi dengan Menteri Luar Negeri yang merupakan bagian dari eksekutif.

Kedua, kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat adalah sebagai lembaga pengawas yang menentukan disahkan atau tidaknya suatu perjanjian internasional yang dibuat oleh Presiden. Hal tersebut dikarenakan persetujuan DPR sebagaimana dimaksud oleh ketentuan Pasal 11 UUD 1945 merupakan instrumen pengawasan yang bersifat menentukan terhadap kekuasaan Presiden dalam membuat perjanjian internasional. Kedudukan DPR tersebut dibatasi hanya pada perjanjian internasional yang mensyaratkan pengesahan dan sesuai dengan kriteria yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional saja, fungsi pengawasan DPR dengan demikian hanya terbatas pada ketentuan-ketentuan tersebut di atas


(17)

2

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan atas bahasan dari penelitian maka penulis menyarankan, pertama, dilakukan amandemen terhadap UUD 1945 dengan memasukkan ketentuan terkait pembuatan perjanjian internasional pada bab khusus yang mengatur ketentuan tentang Kekuasaan Hubungan Luar Negeri. Kedua, penyusunan peraturan perundang-undangan baru yang mengatur tentang perjanjian internasional sebagaimana amanat Pasal 11 ayat (3) UUD 1945 untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Hal tersebut ditujukan untuk menyesuaikan peraturan perundang-undangan tentang perjanjian internasional terhadap UUD Tahun 1945 hasil perubahan yaitu dalam hal penguatan kedudukan DPR sebagai lembaga yang menentukan disahkan atau tidaknya suatu perjanjian internasional yang dibuat Presiden. Penguatan tersebut dalam bentuk mengatur ulang pengertian perjanjian internasional berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2000, meniadakan ketentuan tentang pembatasan hak menyetujui DPR hanya pada perjanjian internasional yang mensyaratkan pengesahan dan memperbaharui kriteria-kriteria materi perjanjian internasional yang harus memperoleh persetujuan DPR lalu kemudian menyesuaikannya dengan ketentuan Pasal 11 ayat (2) UUD 1945.


(18)

ABSTRAK

KEDUDUKAN PRESIDEN DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM PEMBUATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Oleh

Dewa Putu Adi Wibowo

Tujuan penulisan skripsi ini untuk menganalisis kedudukan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembuatan perjanjian internasional sebagaimana ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan normatif analitis, sedangkan analisis dilakukan secara induktif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan Presiden adalah sebagai pemegang kekuasaan pembuatan perjanjian internasional dan kedudukan DPR sendiri menjadi lembaga penentu yang menentukan disahkan atau tidaknya suatu perjanjian internasional melalui persetujuan. Hal tersebut dikarenakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengadopsi sistem pembagian kekuasaan negara yang mengedepankan prinsip chek and balances dalam pengelolaan kekuasaan negara. Sesuai dengan prinsip tersebut maka kekuasaan membuat perjanjian internasional yang merupakan salah satu jenis kekuasaan pemerintahan negara harus diawasi melalui keharusan diperolehnya persetujuan DPR. Kedudukan DPR tersebut dibatasi hanya pada perjanjian internasional yang mensyaratkan pengesahan dan kriteria sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.

Kata Kunci: Kedudukan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat, Perjanjian Internasional


(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Tua Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung pada tanggal 28 Januari 1987, anak ke 9 dari 9 bersaudara dari ayah yang bernama Dewa Aji Putu Wartha Sudira dan ibu yang bernama Desak Nyoman Wiryati.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Tiuh Tohou, kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 3 Tulang Bawang Tengah dan SMA Negeri 1 Terusan Nunyai sampai tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama 7 tahun menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penulis sempat aktif di berbagai kepengurusan organisasi baik organisasi kemahasiswaan maupun organisasi massa. Penulis pernah terpilih sebagai Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Hukum Universitas Lampung 2006-2007, Wakil Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Lampung 2007-2008, Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Daerah Kesatuan Mahasiswa Hindu Indonesia (KMHDI) Lampung 2006-2008, anggota Dewan Penasehat Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu (UKMH) Universitas Lampung 2007-2008, Ketua Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Eksekutif Kota Bandar Lampung 2009-2010, dan Ketua Transisional Komite


(20)

Pimpinan Wilayah Partai Rakyat Demokratik (KPW PRD) Lampung 2010-2011. Di samping itu penulis pun aktif menulis artikel yang telah dimuat oleh berbagai media massa cetak dan online tingkat lokal maupun nasional.


(21)

PERSEMBAHAN

Untuk:

Aji, Biyang dan Dewa Made Dwi Yuniarti

Syukur untuk masa lalu penuh kebebasan yang Aji dan Biyang

anugerahkan. Menjadi jalan lapang bagi tiyang menemukan mata

air Dharma , mata air dari mana sungai kehidupan bersumber

lalu mengalir hingga tiba saatnya nanti menjadi tempat di mana

kami sekedar melepas dahaga dan belajar menjadi kuat sampai ke

tujuan.


(22)

M ot t o

Semua orang itu guru, alam raya sekolahku

Tak ada yang lebih indah dan puitis dari bicara

tentang kebenaran, ini hanya tentang bunga yang

luruh dan buah bertumbuh


(23)

SANWACANA

Ucapan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Adapun judul yang diangkat oleh penulis dalam skripsi ini adalah KEDUDUKAN PRESIDEN DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM PEMBUATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL”.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Dr. Heryandi,S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

2. Bapak Armen Yasir,S.H.,M. Hum., selaku pembimbing I. Matur suksma pak Armen untuk ‘terapi kejut’nya. Kuliah 7 tahun rasanya kurang dari

cukup menuai makna atas keterkejutan-keterkejutan yang bapak ciptakan di ruang belajar kami, mahasiswa-mahasiswa anda.

3. Ibu Yulia Netta, S.H., M.H., selaku pembimbing II dan ibu kami mahasiswa bagian Hukum Tata Negara yang baik hati.

4. Ibu Siti Asiah S.H., M.H., selaku pembahas I dan kesabarannya dalam memberi masukan yang bermanfaat bagi penyelesaian skripsi penulis. 5. Bapak Muhtadi,S.H., M.H., selaku pembahas II dan suasana egaliter yang


(24)

6. Pak Yusdiyanto, S.H., M.H, Pak Ahmad Saleh, S.H, M.H., Pak Zulkarnain Ridlwan S.H, M.H., Pak Iwan Kurniawan S.H., M.H., terima kasih atas saran dan masukannya untuk skripsi ini.

7. Pak Marjiono, selaku ‘ Pembimbing III’ yang telah dengan sabar dan tak

kenal lelah mengingatkan batas waktu DO pada penulis, Mas Pendi, Mas Jarwo dan Keluarga Besar Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Sahabat-sahabatku, Saddam Tjahyo (orang yang senantiasa sehat karena memikirkan nasib orang lain. Jangan lupa bung dengan jembatan menyeramkan di Panjang juga tentang cita-cita komune yang belum kita diskusikan secara komferhensif itu), Gusti Kade Artawan (sahabatku yang keras kepala, keras hati dan keras otot tapi paling rajin mengeluh tentang mual dan masuk anginnya. Sahabat yang walau egois tapi paling baik, maaf, karena sudah sekian kali meninggalkanmu di tengah kesulitan. Aku yakin, kelak kau tak akan membangun istana emas bagimu sendiri melainkan mendirikan pasar bersama yang murah dan pabrik bagi kaum pekerja di pedesaan). Anak Agung Gede Adi Purnawan (everything will be fine, my causin), Nyoman Adi Irawan (apa yang kau lihat bukan selalu seperti apa yang kau lihat, apa yang kau rasa bukan selalu seperti apa yang kau rasa, apa yang kau fikir bukan selalu seperti apa yang kau fikir, pesanku senantiasa eling lan waspodo saja), Chrismanto Simamora alias Sakai (mari ikuti saja angin berhembus, mari jemput impianmu), Agung Ruliansyah dan Denial (harus aku akui kalian mengajarkan tentang cara benar bersahabat, terima kasih), Dewa Putu Suryani (My Lovely Sister),


(25)

Petrus Efrial Ruliandi Silalahi (walau judes tapi kau ‘the real friend’ bro),

Roliv dan Agnes (apa pun yang kalian bicarakan, maaf, aku selalu memaknainya sebagai kemolekan Tatar Pasundan, hatur nuhun), Made

Kariye (everytime with ‘akrodha’), Komang Sinte dan Fatchul Munir, Ahmad Rizki Pratama dan Arif Febrianto, serta seluruh teman dan handai taulan yang tersebar dari Sidney di Selatan, Helsinki di Utara, Benares di Barat hingga Makassar di timur dan Puteri yang selalu berkelip di langit tenggara.

9. Para Kamerad LMND dan PRD, Isnan Subkhi, Ahmad ‘Bara’ Muslimin, Mujahiddin, Togar ‘klan’ Harahap dan Ulfa Yani, Riesma ‘Bourthon’, Yayuk Hidayah ‘Jawa’, Mira ‘Beibz’ dan Amir Harmidan, Eko ‘betis’ Susanto, Tery Jackson, Gontar, Aditya Albar, Riskon ‘Keras’ Patria dan Raga, ‘Satria’ Ricky, Donna Sorenty Moza dan Maeda Yoppi, Deddy Tarnando, Rakhmat Husein DC, ‘Bung’ Rahmad, Joni Fadly ‘Acong’, Novelia Sanggem, Dompak ‘Red Flag, Bin Bin, Agus ‘Jabo’ Priyono,

Dominggus Oktavianus, Roby Weldan, Ibu Lubis, Gunes Nurani serta kawan-kawan PRD Lampung Tengah, Lampung Barat, para kamerad senusantara dan kelas pekerja sedunia.

10. Saudara-saudara UKM Hindu Unila dan KMHDI Lampung, Nyoman Wirne, Made Sumerta, Wayan Pande Suyasa, Wayan Sudana, Wayan

‘Laut’ Supartha, Nyoman Jayanti, Wayan Widiastuti, Indah Listyanti,

Made Sudarte, Gede Deta, Komang Pujiana, Made Indrawan serta seluruh saudara UKM Hindu Unila angkatan 2005-2011 semoga lekas mampu meretas feodalisme dan menjadi pemimpin-pemimpin umat.


(26)

11. Keluarga, Aji dan Biyang, Bli Dewa Ketut Budiartha (orang yang dulu paling aku takuti, banyak menginspirasi sekarang dan mungkin kelak), Bli Dewa Nyoman Putra Winaya (ujung lorong selalu terang bli), Mbo Desak Putu Adi Ratna, Mbo Asti Ayu Komariah, Mbo Putu Padmi, Mbo Desak Made Kartika (cita-citaku hampir sampai mbo, rencananya 3 tahun lagi), Dewa Putu Subaga dan Jro Ratna, Mbo Darweti Lestari, Jro Made, Anak Agung Alit, Mas Eko Riyanto, Bli Wayan Swambha, Dewa Putu Kurniawan (jangan lupa sumbangan babi untuk gulingnya), Bayu Mars Dorayidi (katakan ‘ya’ untuk hal-hal baik yu), Putu Yoga Aditya, seluruh bagian dari Keluarga Besar Dewa Aji Putu Wartha Sudira dan Dewa Aji Dharma serta keturunan Dalem I Dewa Gedong Artha Pratisentana I Dewa Tegal Besung di seluruh penjuru bumi.

12. Dewa Made Dwi Yuniarti yang hingga proses penyusunan halaman ini bersetia di sisi penulis, bila ada matahari kedua itu lah kau.

Bandar Lampung, 11 Mei 2012

Penulis


(27)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO

SANWACANA

DAFTAR BAGAN ……… i

I. PENDAHULUAN ……… 1

I.1 Latar Belakang ……….. 1

I.2 Rumusan Masalah……….. 7

I.3 Ruang Lingkup ……….. 7

I.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……… 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 9

2.1 Pembatasan Kekuasaan Negara ………. 9

2.2 Sistem Pemerintahan………...……… . 18

2.3 Sistem Pemerintahan Indonesia………..20

2.3.1 Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum Perubahan UUD Tahun 1945…………...……….. ..20

2.3.2 Sistem Pemerintahan Indonesia Setelah Perubahan UUD Tahun 1945………. . 31


(28)

III. METODE PENELITIAN ………. 35

3.1 Pendekatan Masalah ……… 35

3.2 Sumber Data ……… 36

3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahaan Data ……… 37

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan ………...40

4.1 Perjanjian Internasional ………….……….40

4.2 Kedudukan Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pembuatan Perjanjian Internaisonal………..43

4.2.1 Kedudukan Presiden dalam Pembuatan Perjanjian Internasional...43

4.2.2 Kedudukan DPR dalam Pembuatan Perjanjian Internasional ..……..54

4.3 Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat……….60

4.3.1 Bentuk Hukum Persetujuan DPR ……… 66

4.3.2 Sifat Persetujuan DPR ………. …68

4.4 Pembuatan Perjanjian Internasional ………...73

4.4.1 Lembaga Pemrakarsa ………73

4.4.2 Mekanisme Koordinasi dan Kosultasi.………..75

4.4.3 Tahapan Pembuatan Perjanjian Internasional ………...77

4.4.4 Pemberlakuan Perjanjian Internasional ……….80

V. Penutup ………...87

5.1 Kesimpulan..………87

5.2 Saran ………...88


(29)

Daftar Bagan


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Yudha Bhakti Ardhiwisastra , 2003, Hukum Internasional : Bunga Rampai, Alumni, Bandung.

Arend Lijphart. 1995. Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensil. RajaGrafindo. Jakarta.

Bagir Manan, 2001,Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, PSH FH UII, Yogyakarta.

Boer Mauna, 2001,Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Alumni, Bandung.

C.S.T Kansil danChristine S.T. Kansil. 2008. Sistem Pemerintahan Indonesia Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Damos Dumoli Agusman, 2010 Hukum Perjanjian Internasional (Kajian Teori dan Praktek),Refika Aditama, Bandung

Edi Suryono, 1984, Praktek Ratifikasi Perjanjian Internasioanl, Remadja Karya, Bandung

Hanc Marc van Maarseveen and Ger van der Tang, 1978, Written Constitution, a Computerized Comparative, Dobs Ferry, Oceana Publications, New York.


(31)

Hans Kelsen, General Theory of Law and State, 1961, translated by: Anders Wedberg, New York.

Ismail Sunny, 1983, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara Baru, Jakarta.

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, Konstitusi Press.2006

_______________, 2005, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi,Serpihan Pemikiran Hukum,Media dan HAM, Cetakan Kedua, Jakarta, Konstitusi Press.

_______________, 2006, Gagasan Dasar Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi, Cetakan Kedua, Jakarta, Konstitusi Press.

_______________. 2008. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

_______________. 2005. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Konpress.Jakarta.

_______________, 2008, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara IndonesiaPasca Reformasi,PT. Buana Ilmu Populer, Jakarta

_______________, 2006, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sekjen dan Kepanitraan MKRI,Jakarta

_______________, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, FH UII Press, Yogyakarta, 2004.

Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraann Republik Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, Mahfud MD , 2009.Politik Hukum di Indonesiaedisi revisi. Rajawali Pers. Jakarta.


(32)

Mansour Fakih, et.al, 2003, Menegakkan Keadilan dan Kemanusiaan, Insist, Yogyakarta.

Maruarar Siahaan dalam Yance Arizona, Dibalik Konstitusionalitas Bersyarat Putusan Mahkamah Konstitusi

M. Solly Lubis,Mahkamah Konstitusi dan Putusannya : Antara Harapan dan Kenyataan(makalah), dalam jurnal konstitusi volume 3 Nomor 4 desember 2006

Mochtar Kusumaatmadja, 2003Pengantar Hukum Internasional, Alumi, Bandung Munir Fuady, 2009,Teori Negara Hukum Moderen,PT.Refika Aditama, Jakarta. Muhammad Yamin, 1971, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, jilid pertama, Jakarta: Soeroengan

Padmo Wahjono, 1984, Beberapa Teori Ketatanegaraan Prof. Djokosoetono, SH., LP FEUI, Jakarta.

Peter Mahmud Marzuki, 2007,Penelitian Hukum,Kencana, Jakarta.

Saldi Isra, 2010,Fungsi Pergeseran Legislasi,RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sarundajang, 1999 Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 2006 Penelitian Hukum Normatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Titik Triwulan Tuti. 2008. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca

Amandemen UUD’45.Cerdas Pustaka. Jakarta

Universitas Lampung, 2007Format Penulisan Karya Ilmiah,Unila Press. Lampung.

W.J.S.Poerwadarminta, 2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka. Jakarta,.


(33)

Wayan Parthiana, 1987 Beberapa Masalah dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia, Binacipta, Bandung

Yudha Bhakti Ardhiwisastra, 2003,Hukum Internasional : Bunga Rampai, Alumni, Bandung

Jurnal

Arifin O. Soeria Atmaja, Kapita Selekta Keuangan Negara, Universitas Tarumanegara, UPT Penerbitan, 199

Bagir Manan,Akibat Hukum Di dalam Negeri Pengesahan Perjanjian Internasional (Tinjauan Hukum Tata Negara).

Dinoroy Marganda Aritonang,Penerapan Sistem Presidensiil I Indonesia Pasca AmandemenUUD 1945, Mibar Hukum Volume 22, Nomor 2, Juni 2010

Harjono;2008, Perjanjian Internasional Dalam Sistem UUD 1945

Jimly Assidiqie, Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII ‘Struktur

Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan keeempat UUD 1945’.

Departemen Kehakiman dan HAM RI. Denpasar 14-16 Juli 2003.

Nandang Alamsah Deliarnoor,Sistem Pemerintahan Indonesia Pra dan Pasca Amandemen UUD 1945

Soewoto Mulyosudarmo, Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan Konstitusi, Malang : Asosiasi Pengajar HTN dan HAN Jawa Timur kerja sama dengan In-Trans, Februari 2004

Seger, Sekilas Tentang Pemakzulan (Impeachment), Widyaiswara Madya pada Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia.


(34)

Website

Ali, DPR Akan Dilibatkan Dalam Membuat Perjanjian Internasional, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4e969314ed328/dpr-akan-dilibatkan-membuat-perjanjian-internasional/ terbit pada 13 Oktober2011/diakses pada 26 Januari 2012

Sayidiman Suryohadiprojo, Berakhirnya Republik Indonesia Serikat, Kembali NKRI Berkuasa di Indonesia/ http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=1513/terbit pada 4 Agustus 2010/ diakses pada 26 Januari 2012

M. Kurniawan Ginting dan Diding Sakri, Telaah Konstitusional Kedaulatan Rakyat di Indonesia/http://interseksi.org/publications/essays/articles/telaah_konstitusio nal.html/ terbit pada 29 Januari 2003/ diakses pada 28 Januari 2012.

Miftakhul Huda, http://www.miftakhulhuda.com/2010/10/separation-of-powers.html,/ diakses pada 29 Januari 2012

Gunawan Tauda, Pembatasan Kekuasaan Negara di Indonesia , http://gunawantauda.wordpress.com/2010/03/14/pembatasan-kekuasaan/ terbit pada 14 Maret 2010/ diakses pada 29 Januari 2012

Nusa Prakasa, Bentuk Pemerintahan /http://greatnusa.blogspot.com/2011/03/ajaran-klasik-berdasarkan-ajaran-klasik.html/ diakses pada 29 Januari 2012

Koerniatmanto Soetoprawiro, Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 http://mertodaily.com/index.php/component/content/article/39-domestic-policy/380-sistem-pemerintahan-indonesia/ diakses pada 29 Januari 2012 Laporan Putusan MK terkait uji materi UU Migas (putusan ringkasan),www. Djpp


(35)

Pan Mohamad Faiz, Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945/http://panmohamadfaiz.com/2007/03/18/sistem-ketatanegaraan-Indonesia-pasca-amandemen/ diakses pada 29 Januari 2012 PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN

Surat Presiden Republik Indonesia No. 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang "Pembuatan Perjanjian-Perjanjian dengan Negara Lain".

Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949 Undang-Undang Dasar Sementara 1950

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 TAP MPR Nomor XXXIII/MPRS/1967

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136).

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185).

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 20/PUU-V/2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang Pengujian UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Migas) terhadap Undang-undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82)/ Surat Presiden Nomor : 2826/HK/1960 Tanggal 22 Agustus 1960

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri. ( Tambahan Lembaran Negara Nomor 3882).

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. ( Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 123).


(36)

(1)

Hans Kelsen, General Theory of Law and State, 1961, translated by: Anders Wedberg, New York.

Ismail Sunny, 1983, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara Baru, Jakarta.

Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, Konstitusi Press.2006

_______________, 2005, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi,Serpihan Pemikiran Hukum,Media dan HAM, Cetakan Kedua, Jakarta, Konstitusi Press.

_______________, 2006, Gagasan Dasar Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi, Cetakan Kedua, Jakarta, Konstitusi Press.

_______________. 2008. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

_______________. 2005. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Konpress.Jakarta.

_______________, 2008, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara IndonesiaPasca Reformasi,PT. Buana Ilmu Populer, Jakarta

_______________, 2006, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sekjen dan Kepanitraan MKRI,Jakarta

_______________, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, FH UII Press, Yogyakarta, 2004.

Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraann Republik Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, Mahfud MD , 2009.Politik Hukum di Indonesiaedisi revisi. Rajawali Pers. Jakarta. Mahfud MD, 2001,Politik Hukum di Indonesia,PT Pustaka LP3ES, Jakarta.


(2)

Mansour Fakih, et.al, 2003, Menegakkan Keadilan dan Kemanusiaan, Insist, Yogyakarta.

Maruarar Siahaan dalam Yance Arizona, Dibalik Konstitusionalitas Bersyarat Putusan Mahkamah Konstitusi

M. Solly Lubis,Mahkamah Konstitusi dan Putusannya : Antara Harapan dan Kenyataan(makalah), dalam jurnal konstitusi volume 3 Nomor 4 desember 2006

Mochtar Kusumaatmadja, 2003Pengantar Hukum Internasional, Alumi, Bandung Munir Fuady, 2009,Teori Negara Hukum Moderen,PT.Refika Aditama, Jakarta. Muhammad Yamin, 1971, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, jilid pertama, Jakarta: Soeroengan

Padmo Wahjono, 1984, Beberapa Teori Ketatanegaraan Prof. Djokosoetono, SH., LP FEUI, Jakarta.

Peter Mahmud Marzuki, 2007,Penelitian Hukum,Kencana, Jakarta.

Saldi Isra, 2010,Fungsi Pergeseran Legislasi,RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sarundajang, 1999 Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 2006 Penelitian Hukum Normatif, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Titik Triwulan Tuti. 2008. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD’45.Cerdas Pustaka. Jakarta

Universitas Lampung, 2007Format Penulisan Karya Ilmiah,Unila Press. Lampung. W.J.S.Poerwadarminta, 2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai


(3)

Wayan Parthiana, 1987 Beberapa Masalah dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia, Binacipta, Bandung

Yudha Bhakti Ardhiwisastra, 2003,Hukum Internasional : Bunga Rampai, Alumni, Bandung

Jurnal

Arifin O. Soeria Atmaja, Kapita Selekta Keuangan Negara, Universitas Tarumanegara, UPT Penerbitan, 199

Bagir Manan,Akibat Hukum Di dalam Negeri Pengesahan Perjanjian Internasional (Tinjauan Hukum Tata Negara).

Dinoroy Marganda Aritonang,Penerapan Sistem Presidensiil I Indonesia Pasca AmandemenUUD 1945, Mibar Hukum Volume 22, Nomor 2, Juni 2010

Harjono;2008, Perjanjian Internasional Dalam Sistem UUD 1945

Jimly Assidiqie, Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII ‘Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan keeempat UUD 1945’. Departemen Kehakiman dan HAM RI. Denpasar 14-16 Juli 2003.

Nandang Alamsah Deliarnoor,Sistem Pemerintahan Indonesia Pra dan Pasca Amandemen UUD 1945

Soewoto Mulyosudarmo, Pembaharuan Ketatanegaraan Melalui Perubahan Konstitusi, Malang : Asosiasi Pengajar HTN dan HAN Jawa Timur kerja sama dengan In-Trans, Februari 2004

Seger, Sekilas Tentang Pemakzulan (Impeachment), Widyaiswara Madya pada Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia.


(4)

Website

Ali, DPR Akan Dilibatkan Dalam Membuat Perjanjian Internasional, http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4e969314ed328/dpr-akan-dilibatkan-membuat-perjanjian-internasional/ terbit pada 13 Oktober2011/diakses pada 26 Januari 2012

Sayidiman Suryohadiprojo, Berakhirnya Republik Indonesia Serikat, Kembali NKRI Berkuasa di Indonesia/ http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=1513/terbit pada 4 Agustus 2010/ diakses pada 26 Januari 2012

M. Kurniawan Ginting dan Diding Sakri, Telaah Konstitusional Kedaulatan Rakyat di Indonesia/http://interseksi.org/publications/essays/articles/telaah_konstitusio nal.html/ terbit pada 29 Januari 2003/ diakses pada 28 Januari 2012.

Miftakhul Huda, http://www.miftakhulhuda.com/2010/10/separation-of-powers.html,/ diakses pada 29 Januari 2012

Gunawan Tauda, Pembatasan Kekuasaan Negara di Indonesia , http://gunawantauda.wordpress.com/2010/03/14/pembatasan-kekuasaan/ terbit pada 14 Maret 2010/ diakses pada 29 Januari 2012

Nusa Prakasa, Bentuk Pemerintahan /http://greatnusa.blogspot.com/2011/03/ajaran-klasik-berdasarkan-ajaran-klasik.html/ diakses pada 29 Januari 2012

Koerniatmanto Soetoprawiro, Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 http://mertodaily.com/index.php/component/content/article/39-domestic-policy/380-sistem-pemerintahan-indonesia/ diakses pada 29 Januari 2012 Laporan Putusan MK terkait uji materi UU Migas (putusan ringkasan),www. Djpp


(5)

Pan Mohamad Faiz, Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945/http://panmohamadfaiz.com/2007/03/18/sistem-ketatanegaraan-Indonesia-pasca-amandemen/ diakses pada 29 Januari 2012 PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN

Surat Presiden Republik Indonesia No. 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang "Pembuatan Perjanjian-Perjanjian dengan Negara Lain".

Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949 Undang-Undang Dasar Sementara 1950

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 TAP MPR Nomor XXXIII/MPRS/1967

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136).

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185).

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 20/PUU-V/2007 tanggal 17 Desember 2007 tentang Pengujian UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Migas) terhadap Undang-undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82)/ Surat Presiden Nomor : 2826/HK/1960 Tanggal 22 Agustus 1960

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri. ( Tambahan Lembaran Negara Nomor 3882).

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. ( Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 123).


(6)

Dokumen yang terkait

Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas dalam penyelesaian sengketa lahan (studi kasus: sengketa lahan antara PT sumatera Riang Lestari dan PT Sumatera Sylva Lestari dengan Masyarakat Adat Kecamatan Aek Nabara Barumun)

1 100 105

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Simalungun Periode 2009-2014)

0 56 76

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Kinerja Eksekutif di Kota Medan

3 64 152

Persepsi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan Tentang Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Medan Tahun 2013

5 57 111

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi Terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2009-2014)

0 22 77

Hubungan Wakil dengan yang Diwakili (Studi Perbandingan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara Periode 1999-2004 dengan Periode 2004-2009)

1 45 101

Hak Recall Partai Politik Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Korelasinya Dengan Pelaksanaan Teori Kedaulatan Rakyat.

8 114 110

Minat Menonton anggota Dewan Perwakilan Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik Di Metro TV ( Studi Korelasi Tentang Tayangan Berita Politik Dan Minat Menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan Terhadap Metro TV )

1 39 143

Kesantunan Linguistik Dalam Ranah Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

1 41 285

SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

0 0 88